Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

BLOK MATA & THT

“Kelainan Akomodasi dan Refraksi I dan Cara Menulis Resep”

Disusun Oleh:

Nama : Isnatiya Noviana

NIM : 020.06.0037

Kelas :A

Tutor : dr. Endro Pranoto, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2022
“ASTIGMATISMA”

Latar Belakang

Astigmatisme atau mata silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh
karena lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa
saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin. Bola mata dalam keadaan normal
berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk dapat ditangkap pada satu
titik di retina (area sensitif mata). Pada orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong
seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak
fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat
jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan
bergelombang. (Sjamsu, 2013)

Definisi

Kelainan refraksi di mana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam
keadaan istirahat (tanpa akomoadasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih
dari satu titik. (Upadhyay, 2015)

Astigmatisme dibagi menjadi dua bagian atau macam, yaitu:

1. Astigmatism regular
Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak lurus. Disebut
Astigmatism with the rule bila meridian vertical mempunyai daya bias terkuatnya Bentuk
ini lebih sering pada penderita muda Disebut Astigmatism against the rule bila meridian
horizontal mempunyai daya bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita yang lebih
tua Kelainan refraksi ini bisa dikoreksi dengan lensa silinder. (Upadhyay, 2015)
2. Astigmatism ireguler
Pada bentuk ini didapatkan titik focus yang tidak beraturan. Penyebab tersering
adalah kelainan kornea seperti sikatriks kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan
kelainan lensa seperti katarak imatur Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan
lensa silinder. (Upadhyay, 2015)
Gambar 1.3. E. Pada astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik. F. lensa
silindris atau stefosilindris untuk mengoreksi astigmatisme. (Wilson FM, 1996)

Etiologi

Kelainan refraksi yang terjadi karena kelengkungan cornea tidak teratur yang
mengakibatkan terbentuk lebih dari satu fokus. Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan
bentuk kornea atau lensa, kelainan posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. (Sloane,
1997)

Epidemiologi

Astigmatisme (lebih dari 0,5 dioptri) adalah kelainan refraksi yang umum ditemui,
terhitung sekitar 13 % dari kelainan refraksi mata manusia. Astigmatisme umumnya ditemui
secara klinis, dengan tingkat prevalensi hingga 30% atau lebih tinggi tergantung pada usia
atau kelompok etnis. Bayi manusia menunjukkan prevalensi tinggi dan astigmatisme derajat
tinggi, sebagian besar berasal dari kornea. Ini mengurangi prevalensi dan amplitudo selama
beberapa tahun pertama masa kanak-kanak, dengan pergeseran sumbu dari melawan aturan
(ATR) ke aturan (WTR). (Mandel, 2010)

Prevalensi astigmatisme yang dilaporkan pada anak usia 3 sampai 6 tahun bervariasi
dalam penelitian yang berbeda dan etnis yang berbeda. Misalnya, tingkat prevalensi
astigmatisme yang dilaporkan 1,00 D atau lebih pada anak-anak adalah 44% pada anak-anak
berusia 3 hingga 5 tahun pada penduduk asli Amerika, 28,4% pada anak-anak di Amerika
Serikat, sekitar 22% pada anak-anak (usia rata-rata 51,1 bulan) di Kanada, 21,1% pada anak-
anak prasekolah Hong Kong, 4,8% pada usia 6 tahun. anak-anak tua di Sydney. (Mandel,
2010)
Faktor Resiko

Astigmatisme dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa kondisi lain yang
dapat meningkatkan risiko astigmatisme, yaitu:

 Rabun jauh atau rabun dekat yang sudah parah

 Riwayat astigmatisme atau gangguan mata lain, seperti keratoconus (degenerasi kornea),
pada keluarga

 Riwayat cedera mata atau operasi mata, seperti operasi katarak

 Penipisan lapisan kornea atau pembentukan jaringan parut pada kornea. (Mandel, 2010)

Patofisiologi

Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa, kelainan posisi
lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Kelainan bentuk kornea sebagian besar bersifat
kongenital, yang tersering adalah kurvatura vertikal lebih besar dari horisontal. Pada saat lahir
bentuk kornea umumnya sferis. Astigmat baru timbul 68 % pada saat anak berusia 4 tahun
dan 95 % pada usia 7 tahun. Dengan bertambahnya usia dapat hilang dengan sendirinya atau
berubah sebaliknya kurvatura horisontal lebih besar dari vertikal. Kelainan yang didapat
misalnya pada berbagai penyakit kornea seperti ulkus kornea, trauma pada kornea bahkan
trauma bedah pada operasi katarak. Kelainan posisi lensa misalnya subluksasi yang
menyebabkan efek decentering. Sedangkan kelainan indeks refraksi lensa dapat merupakan
hal yang fisiologis di mana terdapat sedikit perbedaan indeks refraksi pada beberapa bagian
lensa, namun hal ini dapat makin berat jika kemudian didapatkan katarak. (Sloane, 1979)

Pemeriksaan Fisik dan Penunnjang

Pemeriksaan dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif. Seperti halnya miopia dan
hipermetropia, pemeriksaan subyektif dilakukan dengan kartu Snellen. Bila tajam penglihatan
kurang dari 6/6 dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan aksis diputar 0-180
°. Kadang-kadang perlu dikombinasi dengan lensa sferis negatif atau positif. (Sjamsu, 2013)

Pemeriksaan secara objektif dapat dilakukan dengan retinoskopi, autorefraktometer,


tes Placido untuk mengetahui permukaan kornea yang ireguler, teknik fogging dan Jackson's
crosscylinder. (Sjamsu, 2013)
Gambar: Snellen Chart. (Rahmah. 2020)

Tatalaksana

Koreksi astigmatisme dapat dilakukan dengan pemberian kacamata, lensa kontak atau
dengan bedah refraktif. Pemberian kacamata untuk astigmatisme reguler diberikan koreksi
sesuai kelainan yang didapatkan yaitu silinder negatif atau positif dengan atau tanpa
kombinasi lensa sferis. Sedangkan untuk astigmat ireguler, jika ringan dapat diberikan lensa
kontak keras, dan untuk yang berat dapat dilakukan keratoplasti. (AAO, 2009)

Penulisan Resep Kacamata

Contoh Kasus:

Seorang laki-laki usia 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan kedua matanya kabur
saat melihat dekat dan juga saat membaca sejak 1 bulan yang lalu sehingga pasien harus
menjauhkan objek yang akan dibaca agar lebih jelas. Pasien juga sering merasa matanya
cepat lelah. Keluhan ini tidak diikuti dengan pandangan seperti tertutup kabut, mata merah,
ataupun silau. Nyeri pada bola mata, mata gatal dan berair disangkal oleh pasien. Riwayat
alergi, trauma dan kemasukan benda asing tidak ada. Pada pemeriksaan, didapatkan VOD
6/7,5 dan VOS 6/9. Koreksi OD C-0,25 x 108 = 6/6 Koreksi OS C-0,75 x 82 = 6/6. Adissi
OD +1.25 Addisi OS+1.25. Diagnosis kerja yaitu Astigmatism Miopia Simplek ODS +
Presbiopia ODS.
Sferis (S) Cylindris (C) Axis
OD - 0.25 108
Jauh OS - 0.75 82
OD - - -
Dekat OS - - -
OD +1.25 - -
Add OS +1.25 - -
PD 69/67
Table 1. Resep Kacamata. (Fitri & Ikhssani, 2021)

Komplikasi

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh astigmatisme adalah ambliopia atau disebut
juga mata malas (lazy eyes), apabila astigmatisme yang dialami oleh satu mata sejak lahir.
Hal ini terjadi karena otak terbiasa mengabaikan sinyal yang dikirimkan oleh mata.
Ambliopia dapat diobati jika didiagnosis dan diterapi sejak awal sebelum jalur penglihatan di
otak berkembang sepenuhnya. Oleh karena itu anak akan terhindar dari ambliopia. (Sjamsu,
2013)

Kesimpulan

Kelainan refraksi di mana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam
keadaan istirahat (tanpa akomoadasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih
dari satu titik. Kelainan refraksi ini bisa mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur
dan jenis kelamin. Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa,
kelainan posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
subyektif dan obyektif. Koreksi astigmatisme dapat dilakukan dengan pemberian kacamata,
lensa kontak atau dengan bedah refraktif. Komplikasi yang dapat disebabkan oleh
astigmatisme adalah ambliopia atau disebut juga mata malas (lazy eyes), apabila astigmatisme
yang dialami oleh satu mata sejak lahir.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology (AAO). 2009. Basic and Clinical Science Course,
Optics, Refraction, and Contact Lenses. Section 3.

Fitri, SN., Ikhssani. 2021. LAPORAN KASUS: ASTIGMATISM MIOPIA SIMPLEK ODS +
PRESBIOPIA ODS. Jurnal Kesehatan Tambusai.

Mandel, Y., at all. (2010). Parameters associated with the different astigmatism axis
orientations. Invest Ophthalmol Vis Sci, Vol.51, No.2, pp.723-730, ISSN 1552-5783.
Rahmah, PM. 2020. “Laporan Kasus Kelainan Refraksi”. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.
Sjamsu, B., at al. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University
Press (AUP).

Sloane, AE. 1979. Manual of Refraction, 3rd ed. Little, Brown and Company, Boston, pp. 49-
59.

Uphadhyay, S. 2015. Miopia, Hiperopia dan Astigmatisme: Tinjauan Lengkap dengan


Pandangan Diferensiasi. International Journal of Science and Research (IJSR), ISSN
(Online): 2319-7064.

Vaughn, D., et all. 1999. General Ophthalmology, 15th ed. Appleton & Lange, A Simon &
Schuster Company, p. 366-367.

Anda mungkin juga menyukai