Anda di halaman 1dari 21

5

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Latar Belakang Mirota Kampus

Mirota kampus merupakan salah satu dari group yang bergerak di

bidang perdagangan eceran (retail) yang mempunyai skala cukup besar.

Dinamakan group karena ada beberapa perusahaan dengan berbagai bidang usaha

yang menggunakan nama Mirota dan semuanya di bawah naungan Mirota Group.

Mirota adalah singkatan dari minuman, roti dan tart. Perusahan dirintis oleh

Hendro Sutikno pada tahun 1950, yang lokasinya berada di Jl. Farindan M. Noto

Kotabaru Yogyakarta. Usaha yang dijalankan pertama kali adalah berupa kantin

yang menjual roti basah, kue kering, tart dan minuman (dawet) yang dikelola oleh

istrinya.

Pada tahun 1952 Bapak dan Ibu Hendro Sutikno mengembangkan

usahanya dengan membuka Toko P & D ( Privision & Drunken), yang terletak di

Jl. Jendral Ahmad Yani 75. Perkembangan perusahaan semakin cepat dengan

bertambahnya jenis usaha baru yaitu produksi susu bubuk untuk bayi merk

Lactona tahun 1973. Sejak itu perusaaan diberi badan hukum CV. Mirota KSM

Inc. Pada tanggal 25 November 1973 diubah badan usahanya menjadi PT. Mirota

KSM Inc, dengan akte notaris R. M. Soerjanto Partoningrat S. H. Dengan adanya

perluasan maka PT. Mirota KSM Inc, lokasinya dipindah ke Desa Sambilegi

Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Usaha tersebut hingga saat ini

dikembangakan dan dikelola oleh putra – putri Hendro Sutikno. Pada tahun 1980

berdiri Rumah Makan dengan nama Mirota di Desa Nayan, Ndewan, Jl. Solo KM
6

7 dengan memperluas usahanya di bidang penjualan alat tulis dan makanan

kering. Tanggal 1 November 1983, di depan notaris Soejanto Partoningrat S.H.

telah didirikan PT. Mirota Kampus dengan ditandatangani oleh Bpk. Siswanto

H.S. sebagai Direktur Utama dan Bpk. Nico Sukandar sebagai General Manager.

Pada tanggal 13 Mei 1985 PT. Mirota Kampus membuka cabang baru

di JL. C. Simanjuntak 70 di Desa Terban Gondokusuman dengan nama Mirota

Kampus karena lokasinya berada di kawasan kampus UGM dan kehadirannya

disambut baik oleh masyarakat sekitar. Mirota Kampus saat ini berkembang

menjadi toko serba ada dan swalayan.

2.2. Visi, Misi, Semboyan dan Filosofi Mirota Kampus

1. Visi Mirota Kampus Department store Yogayakarta adalah menjadikan

Mirota Kampus sebagai rumah belanja yang bernuansa kekeluargaan

dengan memberikan layanan yang ramah, cepat, tepat, produk yang

berkualitas, harga yang murah dan fasilitas yang nyaman dan aman,

sehingga akan dipercaya oleh masyarakat.

2. Misi Mirota Kampus Department Store adalah kualitas layanan kepada

publik internal maupun publik eksternal.

3. Semboyan dari Mirota Kampus Department Store Yogyakarta adalah :

a) Internal : ~ Ikut memiliki, ikut memelihara dan

ikut mengembangkan usaha.

b) Ekternal : ~ Memuaskan kebutuhan pelanggan


7

~ Membina hubungan dengan masyarakat sebaik

mungkin.

~ Pelayanan kepada pelanggan atau konsumen

sebanding dengan harga.

4. Tujuan Mirota Kampus Department Store Yogyakarta adalah :

Mencapai kemajuan yang berkesinambungan.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberi

kesempatan bagi pengembangan karir.

Berupaya mendukung pembangunan nasional.

5. Filisofi Mirota Kampus Department Store Yogyakarta adalah :

a) Senantiasa meningkatkan mutu pelayanan untuk

mencapai kepuasan konsumen.

b) Meningkatkan laba guna mencapai pertumbuhan

usaha yang optimal.

c) Senantiasa meningkatkan citra dan nilai perusahaan.

d) Kerjasama, kreatif dan inovatif untuk kemajuan bersama.

e) Kerjasama timbal balik melalui komunikasi yang terbuka, saling

menghargai dan saling menguntungkan.

f) Profesional, jujur dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugas.

g) Antisipasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan

h) Mengembangkan potensi sumber daya manusia.

i) Bersama-sama menciptakan suasana kekeluargaan di lingkungan

kerja.
8

2.3. Lokasi Perusahaan

Didalam pemilihan lokasi tempat berdirinya perusahaan haruslah

dipikirkan prospek usaha perusahaan dikemudian hari, baik dalam jangka panjang

maupun jangka pendek, sehingga haruslah tepat pemilihan lokasi tersebut karena

akan mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam hal :

a) Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja

b) Pengadaan produk-produk dari distributor dapat dipenuhi

dengan lancar dan kontinyu

c) Memasarkan produk-produk kepada konsumen

d) Mudah dijangkau oleh para konsumen

Berdasarkan pertimbangan-pertimbanagan diatas, maka Mirota Kampus

Departement Store memilih lokasi yaitu di Jl. C. Simanjuntak No. 70. Adapun

pertimbangan dalam memiliki lokasi tersebut disebabkan oleh faktor :

1. Faktor Transportasi

Dilihat dari segi kelancaran transportasi, lokasi Mirota Kampus

Department Store cukup strategis karena terletak diperempatan

jalan utama yang banyak dilalui oleh kendaraan umum, sehingga

masalah pengangkutan baik untuk suplay barang dari distributor

maupun hal penyediaan barang kepada konsumen tidak mengalami

kesulitan

2. Faktor Tenaga Kerja

Karena dalam proses barang akan dijual kembali kepada konsumen

sebagian besar menggunakan tenaga kerja manusia, oleh sebab itu


9

lokasi Mirota Kampus Department Store (MKDS) dalam usaha

mendapatkan tenaga kerja tidak mengalami kesulitan, karena di

sekitar daerah Yogyakarta cukup tersedia dan mudah untuk

mendapatkannya.

3. Faktor Pasar

Lokasi yang terletak tidak jauh dari beberapa perguruan tinggi dan

sekolah-sekolah seperti UGM, UII, IKIP, SMP BOPKRI, SMA N

6 dan lain-lain, sehingga dalam memasarkan barang cukup mudah

dan strategis karena selain dikunjungi umum dan pelanggan

MKDS juga sering dikunjungi para mahasiswa, pelajar maupun

anak-anak kost.

4. Faktor Tenaga Listrik, Air Bersih, dan Telepon

Dalam kegiatan sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya

lokasi Mirota Kampus Departement Store tidak terlepas dari

kebutuhan air bersih, alat komunikasi maupun tenaga listrik.

Dalam hal ini lokasi yang dipilih tersebut sudah ada fasilitas listrik

dari PT. PLN. Jaringan telepon dari PT. Telkom dan jaringan air

bersih dari PT. PDAM yogyakarta.

2.4. Struktur Organisasi Mirota kampus

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan pola kerja

yang menunjukkan hubungan kerja antara bagian-bagian atau orang-orang


10

yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu

perusahaan atau organisasi.

Mirota Kampus dalam menyelenggarakan kegiatannya, menerapkan sistem

organisasi fungsional dan staf. Mirota Kampus merupakan cabang tersendiri atau

cabang bersama Mirota Babarsari dibawah PT. Mirota Kampus. Dalam kegiatan

usahanya, divisi atau cabang yang ada hanya berfungsi menjalankan usaha

pemasaran, personalia, akuntansi dan keuangan dikelola langsung oleh staf PT.

Mirota Kampus. Jadi divisi atau cabang dalam hal pengelolaan lebih bersifat

operasional.

Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70 Yogyakarta merupakan pusat

kegiatan PT Mirota Kampus, sedang pihak manajemen Mirota Kampus dapat

menempatkan stafnya di Mirota Babarsari sebagai fungsi pengawasan dan

bertanggung jawab pada manajemen Mirota Kampus Jl. C. Simanjuntak 70.

Adanya pemindahan karyawan tidak akan mengubah status karyawan tersebut.

Struktur organisasi dari Mirota Kampus Departmen Store berkaitan

dengan PT. Mirota Kampus sebagai induk organisasinya. Untuk Tugas dan

Tanggung jawab masing-masing bagian dijabarkan sebagai berikut :

1. Direktur Utama

Sebagai pimpinan tertinggi bertanggung jawab mengawasi

pelaksanaan semua kegiatan perusahaan secara umum, dan

membawahi General Manajer dan Manager Khusus


11

2. Sekretaris Direktur

Tugas bagian ini adalah penghubung General Manager dengan

Direktur Utama serta menyeleksi surat-surat yang masuk khususnya

untuk direktur utama.

3. Konsultan Tetap

Bertugas memberikan masukan kepada jajaran-jajaran manajemen baik

strategi jangka pendek maupun jangka panjang dan memberi

masukkan kegiatan kepada operasional toko.

4. General Manager

Tugas dan kewajiban General Manajer adalah :

a) Menetapkan Kebijaksanaan umum perusahaan

b) Merumuskan rencana-rencana serta cara kerja di perusahaan

c) Mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pada semua

bagian

d) Mengusahakan agar target perusahaan tercapai

e) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan perusahaan

General Manager membawahi Finance Manajer, Purchase Manajer,

HRD Manager, Store Manager dan R dan D Manager.

5. Finance Manager

Bertanggung jawab terhadap masalah keuangan perusahaan. Finance

Manager membawahi bagian akuntansi dan bagian pembayaran.

1. Bagian Akuntansi

Tugas dan kewajiban bagian ini adalah :


12

 Melakukan pencatatan akuntansi

 Mengawasi semua pengeluaran dan apakah pengeluaran

tersebut sudah digunakan dengan tepat

 Melakukan pemeriksaan, serta mengedit keuangan berdasarkan

faktor pembelian dan penjualan

 Membuat laporan kepada Finance Manager

2. Bagian Pembayaran

Bertugas melakukan pencatatan terhadap hutang serta pengeluaran

kas baik yang berbentuk tunai maupun dengan surat-surat berharga

dan pencatatan terhadap hutang

6. Purchase Manager

bertanggung jawab terhadap barang-barang yang dibeli oleh buyer,

Purchase Manager membawahi bagian pembelian bagian gudang.

1. Bagian pembelian atau Buyer

Tugas dan tanggung jawab bagian ini adalah :

 Menerima barang yang dibeli dari pemasok

 melakukan pemeriksaan terhadap barang yang dibeli tersebut

sebelum dimasukkan ke gudang

 bertanggungjawab terhadap pembelian barang dagangan.

2. bagian gudang

 mencatat mutasi atas keluar masuknya barang

 merawat barang terhadap kerusakan

 bertanggung jawab terhadap jumlah persediaan


13

7. Manager personalia (Human Resources Development Manager)

bertanggung jawab mengkoordinir terhadap semua yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan di perusahaan. Manajer personalia

membawahi bagian personalia dan bagian umum.

1. Bagian Personalia

Tugas dan kewajiban bagian ini adalah :

 Mengadakan seleksi terhadap penerimaan karyawan baru.

 Mengadakan mutasi, pemberhentian, promosi dan pemberian

bonus kepada karyawan.

 Mengadakan perhitungan gaji dan upah kepada karyawan

 Mengurusi masalah kesejahteraan karyawan dan masalah informasi

kepegawaian .

 Membuat tata tertib perusahaan.

2. Bagian Humas ( Public Relation )

Bagian ini bertugas melakukan hubungan dengan masyarakat atau

konsumen, hubungan dengan instalasi-instalasi tentang hal perijinan,

menciptakan citra ( image ) baik perusahaan, dan menyampaikan

informasi kepada konsumen atau pelanggan dengan benar.

8. Operasional Manager ( Manajer Operasional )

bagian operasional perusahaan bertugas memimpin dan menanggani

seluruh pelaksanaan jalannya perusahaan setiap hari. Bagian ini

membawahi bagian supervisor lantai I, II, dan III, kasir, Satpam,

Teknisi, Driver, Cleaning Servise, Rumah Tangga dan Pramuniaga.


14

Secara umum mempunyai tugas dan kewajiban yaitu :

 Bertanggung jawab atas penjualan barang dagangan.

 mengatur administrasi barang.

 mengawasi barang masuk dan keluar.

 untuk bagian satpam menjaga ketertiban dan keamanan bagi

pengunjung.

 mengatur persediaan barang di toko.

Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang

diwajibkan oleh undang-undang nomor 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana

telah diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000 untuk memotong PPh pasal

21. Yang termasuk pemotong PPh pasal 21 adalah :

 Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan termasuk

bentuk usaha tetap, baik merupakan pusat maupun cabang,

perwakilan atau unit , yang membayar gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh

pegawai atau bukan pegawai.

 Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah,

lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik

Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah honorarium,

tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan

dengan pekerjaan, jabatan, jasa dan kegiatan.


15

 Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

dan badan-badan lain yang membayar upah pensiun dan Tabungan

Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

 Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar

honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan kegiatan, jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib

Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak

untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama

persekutuannya.

 Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap yang membayar

honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan kegiatan, jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan

status Wajib Pajak luar negeri.

 Yayasan ( termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit,

pendidikan, kesenian, olah raga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan,

asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi sosial politik dan

organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidang

kegiatan sebagai pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan

dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan

yang dilakukan oleh orang pribadi.

 Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayarkan

honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan,

dan pemagangan.
16

 Penyelenggara kegiatan ( termasuk badan pemerintah, organisasi

termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi serta

lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan ) yang membayar

honorarium, hadiah atau penghargaan dalan bentuk apapun kepada

wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu

kegiatan.

Adapun hak-hak pemotong PPh pasal 21 antara lain :

 Pemotong pajak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh pasal 21

yang terjadi karena jumlah PPh pasal 21 yang terutang dalam satu

tahun takwin lebih kecil daripada jumlah PPh pasal 21 yang telah

disetor. Jumlah kelebihan tersebut akan diperhitungkan dengan PPH

pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan

penghitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan maka,

diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

2.5. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Untuk mengetahui bagaimana Tata Cara penghitungan Pajak

penghasilan Pasal 21, terlebih dahulu mengisikan data karyawan yang terdiri dari

nomor induk karyawan (NIK), nomor pokok wajib pajak (NPWP) dari karyawan,

nama karyawan, alamat karyawan, jenis kelamin, status karyawan disini dapat

dipisah menjadi dua yaitu kontrak atau tidak tetap dan tetap., tanggal masuk

karyawan dan kode pendapatan tidak kena pajak (KDPTKP) yang dapat

mengurangi jumlah pendapatan kena pajak karyawan yang terdiri dari beberapa

kriteria yakni:
17

1. AK/- yaitu dimana seorang karyawati yang sudah menikah dan suaminya

mempunyai penghasilan. Pendapatan tidak kena pajak yang dikurangkan

hanya untuk dirinya sendiri sebesar Rp. 2.880.000.00 setahun.

2. K/- yaitu kode pendapatan tidak kena pajak yang bearti seorang karyawan

yang mempunyai status sudah menikah tetapi belum mempunyai anak.

Untuk kode ini, pendapatan tidak kena pajak yang dikenakan yaitu untuk

diri wajib pajak sendiri sebesar Rp. 2.880.000.00 setahun dan tambahan

untuk pegawai dengan status sudah menikah sebesar Rp.1.440.000.00

setahun.

3. K/1 yaitu kode pendapatan tidak kena pajak untuk seorang karyawan yang

mempunyai status sudah menikah dan mempunyai tanggungan 1 orang

anak. Untuk kode ini, Pendapatan tidak kena pajak yang dikenakan yaitu

pendapatan tidak kena pajak untuk diri wajib pajak sebesar 2.880.000.00

setahun., tambahan untuk pegawai dengan status sudah menikah sebesar

1.440.000.00 setahun dan tanggungan 1 orang anak sebesar Rp.

1.440.000.00 setahun.

4. K/2 yaitu kode pendapatan tidak kena pajak bagi seorang karyawan yang

statusnya sudah menikah dan mempunyai tanggungan 2 orang anak.

Pendapatan tidak kena pajak yang dikenakan, yaitu pendapatan tidak kena

pajak untuk diri wajib pajak sebesar Rp. 2.880.000.00 setahun, tambahan

untuk pegawai dengan status sudah menikah sebesar Rp.1.440.000.00

setahun dan pendapatan tidak kena pajak untuk tanggungan 2 orang anak

sebesar Rp.1.440.000 *2 setahun.


18

5. K/3 yaitu kode pendapatan tidak kena pajak untuk karyawan yang

mempunyai status sudah menikah dan mempunyai tanggungan 3 orang

anak. Pendapatan tidak kena pajak yang dikenakan yaitu untuk diri wajib

pajak , tambahan karyawan nikah dan tanggungan 3 0rang anak sebesar

ketentuan yang telah ada

6. TK/- yaitu kode pendapatan tidak kena pajak yang diberikan untuk diri

wajib pajak yang belum menikah sebesar Rp. 2.880.000.00 setahun.

7. Tk/1 yaitu kode pendapatan tidak kena pajak yang diberikan kepada

karyawan dengan status belum menikah dan mempunyai tanggungan

sebanyak 1 orang.

8. TK/2 yaitu kode pendapatan tidak kena pajak dengan status belum

menikah dan mempunyai tanggungan sebanyak 2 orang.

9. Dan TK/3 yaitu kode pendapatan tidak kena pajak dengan status karyawan

belum menikah dan mempunyai tanggungan sebanyak 3 orang.

Setelah data pada input karyawan diisi, kemudian dilanjutkan dengan

mengisi data pada input gaji bruto. Sebelum mengisi data pada input gaji bruto

terlebih dahulu harus mengubah tanggal, bulan dan tahun karyawan menerima gaji

selama 12 bulan atau satu tahun pajak. Dilanjutkan pengisian data pada input

PPh.

Pada input Pajak penghasilan (PPh) cara mengetahui berapa besar Gaji

bruto Selama 1 tahun, Biaya Jabatan, Penghasilan Neto setahun, Penghasilan


19

Tidak Kena Pajak, Penghasilan kena Pajak Setahun, PPh pasal 21 setahun, PPh

pasal 21 terutang dan PPh pasal 21 sebulan. Untuk lebih jelasnya dapat diambil

contoh kasus seperti dibawah ini :

KASUS

Sari seorang pegawai tetap PT. Mirota Kampus dengan status sudah

menikah dan mempunyai 3 orang anak (K/3). Sari Memperoleh gaji

sebulan sebesar Rp. 1.481.000.00.(terdiri dari gaji pokok Rp.

1000.000.00 , Tunjangan jabatan atau tunjangan fungsional sebesar Rp.

400.000.00, Asuransi Tenaga Kerja Rp 10.000, Pengganti Uang beras

sebesar Rp.46.000.00 dan pengganti uang absen Rp.25.000.00( untuk

semua jabatan kecuali untuk jabatan supervisor keatas)) dan memperoleh

uang lembur sebesar Rp.519.000.00 (untuk semua jabatan kecuali untuk

jabatan Supervisor keatas).

Penghitungan Pemotongan PPh pasal 21 adalah :

1. Penghasilan bruto sebulan Rp. 2.000.000.00

Pengurangan :

2. Biaya jabatan

5% * 2.000.000.00 Rp. 100.000.00

(-)

Penghasilan neto sebulan = Rp. 1.900.000.00

Penghasilan neto setahun = Rp. 22.800.000.00


20

3. PTKP Setahun :

 Untuk Wajib Pajak Rp. 2.880.000.00

 Tambahan WP kawin Rp. 1.440.000.00

 Tambahan 3 orang anak RP 4.320.000.00


(+)

Rp. 8.640.000.00
(-)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 14.160.000.00

PPh Pasal 21 terutang :

5% * Rp 14.160.000.00 = Rp 708.000.00

PPh Pasal 21 sebulan :

Rp. 708.000 : 12 = Rp 59.000.00

Untuk Laporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dihasilkan 5 formulir yakni :

1. Formulir 1721

Pada formulir 1721 ini dapat diketahui jumlah Penerima penghasilan,

jumlah penghasilan bruto 1 tahun dan PPh pasal 21 terutang untuk

pegawai tetap dan penerima pensiun atau tunjangan hari tua atau tabungan

hari tua (THT) atau jaminan hari tua dan pegawai tidak tetap atau

penerima honorarium dan penghasilan lainnya atau penerima penghasilan

yang dikenakan PPh pasal 21 bersifat final atau pegawai dengan status

wajib pajak luar negeri. Serta selisih antara PPh yang sudah disetor

dengan PPh yang harus disetor. Pada formulir 1721 penghasilan bruto 1
21

tahun didapat dari penjumlahan semua karyawan tetap dan penjumlahan

karyawan tidak tetap. Sedangkan PPh yang terutang didapat dari PPh 1

tahun seluruh karyawan tetap dan karyawan tidak tetap atau kontrak.

2. Formulir 1721-A

Pada formulir 1721-A ini berisi daftar pegawai tetap dan penerima pensiun

atau tunjangan hari tua atau tabungan hari tua (THT) atau jaminan hari

tua (JHT). Selain itu diketahui jumlah semua karyawan, jumlah karyawan

yang punya nomor pokok wajib pajak atau NPWP, yang tidak mempunyai

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan jumlah karyawan yang

penghasilan neto-nya tidak melebihi Pendapatan Tidak Kena Pajak

(PTKP). Dalam formulir ini juga disajikan informasi perincian

penghasilan bruto dan PPh Pasal 21 terutang setiap karyawan.

3. Formulir 1721-A1

Formulir ini berisi biodata setiap karyawan dan detail penghitungan Pajak

penghasilan Pasal 21. Adapun rinciannya sebagai berikut:

a. Penghasilan Bruto

Penghasilan bruto ini terdiri dari 9 poin, poin 1 berisi gaji pokok

atau pensiun atau tunjangan hari tua atau tabungan hari tua atau

jaminan hari tua. Poin 2 berisi tunjangan Pajak Penghasilan. Poin 3

berisi tunjangan lainnya, uang lembur, tunjangan fungsional,

pengganti uang sakit dan sebagainya. Poin 4 berisi honorarium dan

imbalan lainnya yang sejenis. Poin 5 berisi Premi Asuransi yang

dibayar oleh pemberi kerja ( ASTEK). Poin 6 berisi penerimaan


22

dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya yang dikenakan

pemotongan PPh Pasal 21. Poin 7 berisi penjumlahan dari poin 1

sampai dengan poin 6. Poin 8 berisi Tantiem, Bonus, Gratifikasi,

Jasa Produksi dan Tunjangan Hari Tua. Poin 9 berisi jumlah

penghasilan bruto hasil dari penjumlahan antara poin 7 dan poin 8.

b. Pengurangan

Pada pengurangan ini terdiri atas 4 poin yaitu poin 10 berisi biaya

jabatan atau biaya pensiun atas penghasilan pada poin 7 yang

diperoleh dari perhitungan hasil dari poin 7 dikalikan dengan 5

persen. Poin 11 berisi biaya jabatan atau biaya pensiun atas

penghasilan pada poin 8. Poin 12 berisi iuran pensiun atau iuran

tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. Poin 13 berisi Biaya

jabatan atau biaya pensiun atas penghasilan pada poin 7.

c. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Terdiri atas 12 poin. Poin 14 berisi jumlah penghasilan neto yang

didapat dari pengurangan poin 9 dengan poin 13. poin 15 berisi

keterangan mengenai penghasilan neto pada masa sebelumnya.

Poin 16 berisi jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh

pasal Pasal 21 (setahun atau disetahunkan) yang didapat dari

perkalian antara poin 14 dengan 12 bulan ( masa dalam satu

tahun ). Poin 17 berisi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dalam

satu tahun. Poin 18 berisi penghasilan kena pajak dalam waktu satu

tahun yang didapat dari pengurangan antara poin 16 dengan poin


23

17. Poin 19 PPh Pasal 21 atas penghasilan kena pajak setahun atau

disetahunkan yang didapat dari hasil kali antara poin 18 dengan

tarif pajak ( 5%). Poin 20 berisi keterangan PPh Pasal 21 yang

telah dipotong masa sebelumnya. Poin 21 Berisi tentang PPh Pasal

21 yang terutang yang didapat dari hasil bagi antara poin 19

dengan poin 12. Poin 22 berisi mengenai PPh Pasal 21 yang

ditanggung oleh pemerintah. Poin 23 berisi PPh Pasal 21 yang

harus dipotong, didapat dari pengurangan antara poin 21 dengan

poin 22. Poin 24 berisi tentang PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 21

yang telah dipotong dan dilunasi oleh pemotong pajak. Poin 25

berisi keterangan besarnya jumlah PPh Pasal 21 yang kurang

dipotong yang didapat dari pengurangan antara poin 23 dengan

poin 24 dan berisi jumlah PPh Pasal 21 yang lebih dipotong yang

didapat dari hasil pengurangan antara poin 24 dengan poin 23.

4. Formulir 1721-B

Pada formulir 1721-B ini berisi daftar keterangan golongan yang

menerima penghasilan yang dapat dibagi atas 4 poin :

a. Berisi PPh pasal 21 yang tidak bersifat final, yang dikenakan

untuk

 . Pegawai harian lepas dengan upah harian, mingguan, satuan,

borongan, honorarium, dan imbalan lainnya yang dihitung atas

dasar banyaknya hari yang dipakai.

 Pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai.


24

 Penerima honorarim, uang saku, hadiah atau penghargaan,

komisi ( termasuk yang diterima PDL angsuran dan penjaja

barang dagangan yang bukan pegawai tetap), beasiswa, dan

pembayaran lainnya yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar

banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau

kegiatan .

 Komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap

sebagai pegawai tetap.

 Distributor malam atau Direct Selling dan kegiatan sejenis

lainnya.

 Mantan pegawai.

 Peserta program pensiun.

 Tenaga ahli sebagai mana diatur dalam petunjuk pemotongan

PPh pasal 21 dan PPh Pasal 21 ( pengacara, akuntan, dokter,

konsultan, notaris, penilai dan aktuaris).

b. Berisi mengenai PPh Pasal 21 yang bersifat final, yang dibagi

menjadi

 Penerima uang pesangon, uang tebusan pensiun atau tunjangan

hati tua atau tabungan hari tua atau jaminan hari tua yang

dibayarkan sekaligus.

 Pejabat negara , pegawai negeri sipil, anggota TNI atau POLRI

dan pensiunan.
25

c. Berisi golongan penerima penghasilan menurut PPh pasal 26 yang

terdiri atas pegawai atau pemberi jasa dengan status wajib pajak luar

negeri yang atas penghasilannya dipotong PPh pasal 26.

d. Berisi mengenai golongan penerima penghasilan menurut PPh Pasal

21 yang ditanggung pemerintah yakni hanya untuk penerima

penghasilan sampai dengan sebesar upah minimum pegawai (UMP)

atau upah minimum karyawan (UMK)

5. Formulir 1721-C

Pada formulir 1721-C ini berisi daftar penghasilan yang dibayarkan

kepada pengurus, dewan komisaris, dewan pengawas dan tenaga ahli. Pada

formulir 1721-C ini dibagi menjadi 2 bagian, bagian 1 penghasilan yang

dibayarkan kepada pengurus, dewan komisaris dan dewan pengawas.

Sedangkan bagian 2. Penghasilan yang dibayarkantenaga ahli.

Anda mungkin juga menyukai