Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Masayu Setty Rahmadani pada tahun 2019 yang berjudul


“Sistem Pengendalian dan Komunikasi Satelit Telkom” berdasarkan hasil
penelitian di lapangan membahas bahwa suatu gaya perturbasi dapat mendorong
satelit keluar dari orbit atau mengubah orientasi nya. Selama melintasi lintasan
orbit, satelit akan mengalami gangguan gaya perturbasi. Terdapat beberapa
parameter yang dibahas dalam satelit tersebut keluar dari jalur orbitnya. Adapun
diantaranya adalah keadaan tidak berbobot, bentuk bumi tidak rata dan adanya
pengaruh dari gaya gravitasi matahari dan bulan, serta emisi solar pressure.
Satelit rentan terhadap gaya-gaya eksternal dikarenakan kecilnya gravitasi yang
berada di luar angkasa sehingga satelit dalam keadaan yang tidak berbobot akan
mengakibatkan satelit keluar dari jalur orbit. [3]
Gaya perturbasi secara mendetail dibahas dalam penelitian Ahmad Fauzi
dan Suhata pada tahun 2007 berjudul “Analisis dan Pengaruh Gaya-Gaya
Perturbasi terhadap Geodesi Orbit Satelit Mikro” mengatakan bahwa gaya
perturbasi pada satelit dapat mempengaruhi gerakan suatu satelit. Dalam hal ini
ada penambahan gaya perturbasi yakni adanya pasang surut bumi dan laut serta
atmospheric drag atau gangguan hambatan atmosfer. Gangguan hambatan
atmosfer mengurangi sumbu semi-major (ukuran radius suatu orbit yang diambil
pada dua titik terjauh orbit) dan eksentrisitas orbit satelit secara konstan. Dengan
kata lain, efek atmosfer akan secara linear mengurangi ketinggian satelit dan
secara konstan akan mengubah elips orbital satelit menuju orbit yang lebih
melingkar. [2]
Berdasarkan buku berjudul “Atmospheric and Space Flight Dynamics:
Modelling and Simulation with Matlab and Simulink” dengan penulis Ashish
Tewari pada tahun 2006 pada bagian VI tentang perturbed orbits membahas
bahwa terdapat hukum Keppler yang dipakai dalam sistem gerak satelit itu sendiri
yang berhubungan dengan pergeseran orbit tersebut. Adapun gerak kepplerian

5
sering terganggu oleh gangguan eksternal atau perturbasi, yang mengarah ke
penyimpangan dari orbit. Dari rancangan yang pernah dibuat untuk prediksi
lintasan komet pada lintasan orbit mengenai metode Cowell. Metode Cowell
memberikan nilai interval akurasi yang jauh lebih besar. Nilai yang dimaksud
adalah percepatan yang dihasilkan lebih utama. Namun, metode Cowell dapat
mengalami ketidakstabilan numerik karena truncation error yakni kesalahan
perhitungan dilakukan dengan memotong jumlah tak hingga dan memperkirakan
nya dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, metode Cowell masih terdapat
kelemahan dari metode orbit tersebut. Adapun dibahas juga bahwa metode Encke
dapat dipakai dalam pemecahan masalah perturbasi karena metode Encke
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah lintasan jangka panjang,
seperti yang terkait dengan navigasi antara planet dalam hal ini dimaksudkan
bumi dan satelit. Juga adapun metode Encke didasarkan pada penyimpangan the
two-body solution untuk memproyeksikan waktu dari posisi yang dipakai untuk
kecepatan di waktu tersebut. Adapun metode Encke memiliki sifat yang lebih
efisien saat kondisi hubungan satelit yang mengalami posisi tidak stabil. [4]
Maka dari itu peneliti mengkaji saat terdapat dua metode yang berbeda,
peneliti berpendapat bahwa terdapat keunggulan dan kelemahan pada setiap
metode orbit tersebut. Dalam hal ini peneliti menguji kedua metode orbit tersebut
saat dibandingkan dengan data hasil di lapangan dan peneliti melakukan analisis
seperti apa saat terjadinya kondisi dengan metode orbit yang sesuai.

2.2 DASAR TEORI

2.2.1 Orbit Satelit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993), orbit adalah jalur yang
dilalui benda langit dalam peredarannya di sekitar benda langit lainnya dengan
gaya gravitasi yang lebih besar. Hingga saat ini, ribuan satelit buatan telah
ditempatkan di orbitnya untuk berbagai keperluan. Satelit bersirkulasi dalam orbit
yang telah ditentukan.
Namun, kebanyakan orang masih beranggapan bahwa satelit hanya
beredar dari timur ke barat, mengelilingi bumi diatas garis khatulistiwa. Asumsi
semacam itu tidak benar, karena banyak satelit melakukan aktivitasnya dalam

6
orbit ekuatorial rendah, kutub yang bersirkulasi dari utara ke selatan melintasi
bumi. bumi saat ini terjerat oleh jaringan orbit satelit yang tebal. Satelit beredar di
sekitar bumi dalam garis orbit yang berbeda. Pilihan apakah satelit beredar dari
utara ke selatan atau dari timur ke barat tergantung pada misi yang telah
ditentukan untuk satelit itu. demikian juga, bersirkulasi di ketinggian berbeda. [5]

Gambar 2. 1 Orbit Satelit. [6]


2.2.1.1 Orbit Polar

Ada dua jenis orbit polar, yaitu orbit polar sun-synchronous dan orbit polar
circular. Satelit yang mengorbit polar akan memberikan cakupan bumi yang lebih
luas. Satelit yang mengorbit polar akan menutupi permukaan bumi, melewati
kutub utara dan selatan beberapa kali sehari.

Gambar 2. 2 Orbit Polar. [6]


Orbit polar sun-synchronous dihuni oleh satelit untuk tujuan pengamatan
bumi, cuaca dan mata-mata. Sementara orbit polar circular dihuni oleh satelit
untuk keperluan komunikasi. Satelit yang mengorbit polar sebagian besar berada
di ketinggian rendah antara 200 dan 2000 km.

7
Satelit untuk keperluan pengamatan bumi yang mengorbit sun-
synchronous, jika beredar terlihat di kaki langit, melintas diatas, dan kemudian
turun ke kaki langit beberapa kali sehari. Contoh satelit dengan orbit sun-
synchronous adalah TIROS, ERTS, Photo-intelligent, dan satelit NOAA. Satelit
pengamatan bumi pertama dari Amerika Serikat yang memiliki orbit sun-
synchronous adalah Landsat-1, yang diluncurkan pada tahun 1972. Orbit polar
banyak dihuni oleh satelit keperluan komunikasi, terutama polar circular. [5]

2.2.1.2 Orbit Stasioner

Pada tahun 1945 tentang kisah khayalan ilmiah yang ditulis oleh Arthur C.
Clarke, dalam kisahnya ia membayangkan bahwa satelit komunikasi dalam orbit
stasioner akan beredar di bumi dengan kecepatan yang sama sehingga ia
berpendapat sepertinya satelit tersebut tergantung stasioner atau diam di satu
tempat pada permukaan bumi. Satelit di orbit stasioner memiliki ketinggian
sekitar 36.000 km. Daerah orbit stasioner dalam ruang angkasa mengacu pada
Clarke Belt. Clarke Belt adalah nama yang diambil dari Arthur C. Clarke. Satelit
yang berada di Clarke Belt disebut stasioner, geostasioner, sinkron atau
geosinkron. Setiap negara memiliki posisi Clarke Belt tersebut.
Ada banyak satelit komunikasi dan cuaca yang dioperasikan oleh negara
dan organisasi internasional di posisi Clarke Belt. Satelit yang memasuki orbit
stasioner akan dilemparkan ke orbit ekuatorial khusus yang dikenal sebagai orbit
transfer geostasioner. Satelit komunikasi Amerika Serikat pertama yang berhasil
diluncurkan ke orbit stasioner adalah Synkom-3. Satelit komunikasi lain dalam
orbit stasioner adalah satelit komunikasi seri Palapa Indonesia, satelit Inmarsat
dan TD S milik NASA, jaringan data milik Rusia, satelit komunikasi untuk tujuan
tim pasukan militer AS, sistem komunikasi satelit pertahanan Pentagon, dan
Filtsatcom serta frekuensi ultra tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat. [5]
Orbit stasioner merupakan sebuah orbit dimana satelit tersebut tetap
berada pada posisi yang mengacu pada sebuah titik atau lokasi di permukaan
bumi. Satelit yang berada pada orbit stationer kebanyakan bergerak dari arah
timur ke barat sesuai dengan rotasi bumi. Adapun orbit stasioner terbagi dalam
beberapa ketinggian yakni:

8
Gambar 2. 3 Ketinggian Orbit Stasioner. [6]
Adapun ketinggian satelit stationer dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. LEO (Low Earth Orbit) : Ketinggian 320-800 km dan kecepatan edar
mencapai 27.359 km/jam untuk mengelilingi
bumi dalam 90 menit.
2. Meo (Medium Earth Orbit) : Ketinggian diatas 10.000 km dan kecepatan
edar 60-80 ms.
3. Geostationary Orbit
Satelit jenis GEO adalah satelit yang ditempatkan di orbit yang tetap pada
posisinya di titik bumi. Waktu sirkulasi sama dengan waktu rotasi bumi karena
memiliki posisi tetap. Posisi orbit satelit GEO sejajar dengan garis khatulistiwa
atau memiliki titik nol derajat.

Gambar 2. 4 Orbit Satelit GEO. [6]

9
Satelit GEO memiliki jarak 35.786 km dari permukaan bumi. Salah satu
keuntungan dari satelit orbit GEO ini adalah bahwa dalam pelacakan antena
pengendalian dari stasiun bumi tidak perlu menggunakan satelit, karena satelit
tersebut memiliki periode yang sama dengan rotasi bumi. Bandingkan dengan
pelacakan antena pada satelit LEO yang satelit nya harus diputar tidak sama
dengan periode rotasi bumi. Kerugian dari satelit orbit GEO adalah jarak yang
sangat jauh dari permukaan bumi, sehingga daya pancar sinyal harus tinggi dan
sering terjadi penundaan yang signifikan. Cakupan satelit GEO tidak mencakup
semua posisi di permukaan bumi. Lokasi di kutub utara dan selatan tidak dapat
diakses menggunakan GEO karena footprint terbatas seperti yang ditunjukkan di
bawah ini:

Gambar 2. 5 Kondisi Satelit Orbit GEO Cakupan Permukaan Bumi. [6]

Gambar 2. 6 Posisi Satelit di Orbit GEO. [6]


 Kelebihan Satelit GEO:
a. Stasiun Bumi tidak diperlukan perangkat satelit.
b. Satu satelit dapat dilayani secara luas.
c. Satelit berusia 15-18 tahun.
d. Melacak perangkat dan beralih lebih mudah.
 Kekurangan Satelit GEO:
a. Delay propagasi adalah 240 ms 1 hop.
b. Biaya investasi satelit Capex adalah sekitar Rp. 1,25-2 Triliun

10
c. Desain yang lebih rumit.
d. Diameter Antena Stasiun Bumi Besar sehingga dapat menerima daya
besar dan pola emisi terbatas dengan frekuensi penggunaan kembali.
e. Sudut pandang ke satelit lebih kecil. [6]

2.2.1.3 Orbit Eliptikal

Orbit eliptikal adalah orbit yang berbentuk elips. Salah satu contoh satelit
yang mengorbit berbentuk elips adalah satelit komunikasi seri Molniya Rusia.
Satelit yang mengorbit elips, beberapa terbang ke ketinggian sedang lalu terbang
kembali ke orbit rendah. Salah satu contoh dan satelit yang memiliki orbit seperti
ini adalah satelit komunikasi ellipse. Satelit yang mengorbit elips sebagian besar
ditujukan untuk komunikasi intelijen dan sistem peringatan dini yang dapat
melaporkan uji coba senjata nuklir. [5]
Dengan memiliki bentuk orbit yang elips, maka akan menghasilkan jarak
yang tidak sama (sinkron) pada setiap posisi dengan permukaan bumi. Bentuk
orbit eliptikal pada sebuah satelit dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut:

Gambar 2. 7 Orbit Eliptikal. [6]

2.2.2 Posisi Satelit

Dalam menunjukkan posisi satelit pada orbit seringkali istilah yang


menggantikan bujur dan lintang. Istilah ini dikenal dengan longitude untuk bujur
dan latitude untuk lintang. Penjelasan longitude dan latitude terdapat pada
Gambar 2.8 berikut:

11
Gambar 2. 8 Longitude dan Latitude Bumi. [6]
Posisi pada satelit umumnya dipegang alih oleh bagian Reaction Control
Subsystem (RCS) dan Command and Telemetry Subsystem (CTS). Pada RCS
berfungsi untuk memperbaiki/memelihara satelit agar tetap sesuai sama yang telah
ditentukan sebelumnya. Saat bergeser maka dilakukannya manuver atau
pengaktifan thruster. Thruster adalah jet pada satelit yang dipakai saat satelit
mengalami pergeseran. Dalam bagiannya ada pemancar yang akan menangkap
pada posisi latitude dan longitude berapa satelit tersebut berada. Hal ini yang
melakukan adalah bagian CTS, dimana akan melakukan perhitungan dengan
pengiriman perintah atau command pada satelit. Posisi orbitnya akan diketahui
dengan menggunakan antena grid reflector. Selanjutnya akan dilakukan telemetry
dengan memberikan data informasi kepada stasiun pengendali mengenai status
kondisi posisi dan sikap satelit. [6]

2.2.2.1 Perigee dan Apogee Satelit

Perigee merupakan posisi terdekat dari bumi ke satelit, sedangkan apogee


merupakan posisi terjauh dari bumi ke satelit. Posisi perigee ditentukan saat roket
satelit yang diluncurkan mengalami pemadaman pada titik tersebut sehingga
posisi ini dinamakan posisi terdekat dari bumi ke satelit. Pada awalnya
perancangan akan memuat bahwa suatu sudut azimuth akan bernilai 90° terhadap
satelit sejajar bumi karena pada posisi tersebut satelit tidak akan menggunakan
banyak bahan bakar, seperti yang terlihat pada Gambar 2.9 berikut ini:

12
Gambar 2. 9 Posisi Penempatan Awal Satelit. [7]

Pada Gambar 2.9, menyatakan bahwa o adalah pusat bumi, p2 adalah


posisi satelit dengan roket yang dimatikan, p1 adalah posisi satelit saat roket
peluncur dilepaskan, r adalah jarak antara satelit dan bumi dan v adalah vektor
kecepatan satelit serta adalah sudut azimuth. Saat jarak (r) telah diketahui maka
terdapat persamaan dalam mencari kecepatan sirkular atau kecepatan edar satelit
saat mengorbit yakni pada Persamaan 2.1 [7].
√ (

Keterangan: = Kecepatan Sirkular Satelit (km/s) (2.1)

= Jarak Satelit (km)


= Konstanta Geosentrik Gravitasi Bumi (3,986 x 105
km3/s2)
Sehingga saat kecepatan satelit ditemukan maka perigee dan apogee dari
permukaan bumi pada awal luncur digunakan perhitungan Persamaan 2.2 [7]:
√ (
(2.2)
dimana

Keterangan: = Ketinggian Perigee satelit (km)


= Jarak Satelit saat Peluncuran (km)
= Kecepatan Sirkular Satelit (km/s)
= Sudut Azimuth (°)
= Konstanta Geosentrik Gravitasi Bumi (3,986 x 105
km3/s2)

13
2.2.2.2 Penentuan Posisi Satelit

Dalam menentukan posisi ada 2 aspek yang perlu diperhatikan adalah pada
sisi ground segment dan space segment. Ground segment yang mengatur posisi
satelit dari sisi pengamat bumi. Sedangkan space segment yang mengatur area
pengawasan dari satelit itu sendiri.
1. Ground Segment
Penentuan satelit dibutuhkan atas beberapa stasiun bumi yang berperan
pada pengendalian satelit. Dalam hal ini merupakan stasiun bumi terbagi atas 3
yakni MCS (Master Control Station), BCS (Backup Station) dan RS (Repeater
Station). MCS merupakan pusat pengendalian dari satelit. Ketiga stasiun bumi
akan saling keterkaitan sehingga untuk menentukan satelit memakai metode
ranging. Ranging dipakai dalam mengetahui posisi satelit berada dimana. Metode
ranging ada 3 metode yang dipakai sebagai berikut:
a. Beacon + Azimuth & Elevasi
Beacon merupakan frekuensi yang dipancarkan maupun diterima secara
sepasang yang telah ditentukan oleh tiap satelit. Beacon dipakai sebagai identitas
frekuensi satelit digunakan. Beacon terdapat di dalam frekuensi pembawa pada
setiap frekuensi uplink dan downlink. Besar frekuensi beacon akan berpengaruh
pada seberapa besar antena yang diarahkan dari azimuth maupun elevasi sesuai
dengan posisi satelit. Semakin sesuai antena yang diarahkan ke posisi satelit,
maka akan semakin besar frekuensi yang dihasilkan yang menandakan bahwa
posisi satelit benar. [8]
Tabel 2. 1 Rentang Frekuensi Satelit. [8]
Band Panjang Gelombang (cm) Frekuensi (MHz)
Ka 0,8 – 1,1 40.000 – 26.500
K 1,1 – 1,7 26.500 – 18.000
Ku 1,7 – 2,4 18.000 – 12.500
X 2,4 – 3,8 12.500 – 8.000
C 3,8 – 7,5 8.000 – 4.000
S 7,5 – 15,0 4.000 – 2.000
L 15,0 – 30,0 2.000 – 1.000
P 30,0 – 100,0 1.000 – 300

b. Turn Around Ranging (TAR)

14
TAR merupakan rentang putar balik antara stasiun bumi. TAR
menggunakan 2 stasiun bumi dalam penentuan posisi satelit. Saat melakukan
uplink, satelit akan dikirimkan frekuensi sinyal pada bagian MCS dimisalkan
sebesar 6500,5 MHz. Frekuensi sinyal ini akan diosilasikan sebesar 2225 MHz
pada bagian space segment. Saat downlink berada di ground, frekuensi sinyal ini
akan ditangkap oleh RS sebesar 4275,5 MHz lalu dikonversi dan dilakukan
penguatan. Selanjutnya akan dipancarkan kembali dari RS sebesar 6500 MHz.
Maka frekuensi sinyal akan ditangkap pada bagian MCS dengan frekuensi sebesar
4275 MHz. TAR akan melakukan interaksi antara 2 stasiun bumi.
c. Two Station
Two Station menggunakan sistem ranging pada masing-masing stasiun
bumi. Stasiun bumi yang dipakai adalah MCS dan BCS. BCS dipakai untuk
backup stasiun bumi. Kedua stasiun bumi akan melakukan ranging pada tiap
lokasi yang berbeda untuk mengetahui posisi satelit tetap. [9]

2. Space Segment
Spacecraft segment merupakan bagian yang berada pada sisi satelit atau
dikenal dengan bagian hulu. Satelit geostasioner ideal berbentuk lingkaran
sempurna dan dilengkapi dengan antena narrow-beam yang mengarah ke titik
tertentu di bumi dan membutuhkan penempatan yang lebih tepat karena beam
akan menjadi lebih sempit. Beam merupakan representasi sinyal yang akan
diarahkan dari stasiun bumi ke satelit. Sehingga pengarahan antena di bumi harus
tepat dan presisi. Hal ini akan berpengaruh seberapa besar cakupan antena yang
diarahkan ke satelit. Stasiun bumi akan mengontrol perkembangan parameter
orbital. Tujuannya untuk melakukan station keeping agar pengaruh dari efek
perturbasi dapat teratasi. Sehingga satelit akan tetap berada pada area box keeping.
Box keeping merupakan area untuk menjaga satelit tetap berada pada area
pengawasannya. Box keeping akan akan berkaitan pada NS (North dan South) dan
EW (East dan West). Beberapa parameter orbit akan dilihat dari gejala yang
ditimbulkan oleh satelit akan bergeser pada inklinasi dan eksentrisitas.
Pergeseran NS akan mempengaruhi inklinasi yang dimiliki satelit.
Idealnya inklinasi pada orbit geostasioner akan memiliki inklinasi 0. Namun
karena gangguan perturbasi ini, satelit akan bergeser. Hal ini membuat satelit akan

15
keluar pada availability box keeping bila tidak dilakukan manuver sama sekali.
Maka dari itu perlu adanya manuver NS dalam mengurangi dampak pergeseran
pada inklinasi satelit. Manuver merupakan perlakuan satelit agar tetap berada pada
box keeping.

Gambar 2. 10 Pengaruh Inklinasi dan Eksentrisitas terhadap


Box Keeping Satelit [10]
Pergeseran EW akan mempengaruhi pada drifting dan kelonjongan atau
eksentrisitas. Bila pergeseran EW tidak dilakukan sama sekali maka akan
membuat satelit dapat memiliki tingkat kelonjongan yang semakin membesar dan
drifting satelit akan mendekati stable point atau titik kestabilan terdekat sebesar
75° east dari titik 0 derajat bumi. Hal ini akan berdampak pada titik yang
ditentukan oleh satelit akan semakin keluar dari box keeping. [10]
Regulasi Telekomunikasi memberlakukan stasiun keeping berada pada
±0,1° dalam bujur untuk pelayanan satelit tetap dan penyiaran. Toleransi ±0,5°
dalam bujur masih diizinkan untuk satelit yang tidak menggunakan pita frekuensi
mengalokasikan pelayanan satelit tetap dan penyiaran. Hal ini bertujuan untuk
menjaga posisi satelit terhadap pergerakan bumi tetap berada pada area tersebut
sehingga pergerakan satelit ini mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi arah
polarisasi dan dibatasi sebesar 0,05°. Penerapan untuk toleransi penjaga stasiun
yang ketat untuk satelit memungkinkan pemanfaatan lebih baik pada orbit satelit
geostasioner dan spektrum frekuensi radio berdasarkan ITU-R Rec. S.484. [11]

16
Gambar 2. 11 Area Pengawasan Box Keeping Satelit [10]
2.2.2.3 Pergerakkan Posisi Satelit

Parameter gerak satelit pada saat berada di luar angkasa yang digunakan
parameter roll, pitch, yaw. Awalnya satelit berada pada titik kestabilan dimana
pada posisi yang dianggap nol pada tiap geraknya. Roll menandakan bahwa satelit
berada pada gerak jalur yang sesuai dengan arah gerakan benda. Yaw menandakan
bahwa satelit berada pada gerak yang mengarah ke bumi. Sedangkan, pitch
menandakan bahwa satelit bergerak pada osilasi vertikal benda. Pergerakkan
satelit dilakukan saat benda ditahan pada sumbu roll, pitch, yaw. Lalu, diputar ke
arah yang berlawanan dari benda. [12]

Gambar 2. 12 Roll Pitch Yaw Satelit [12]

2.2.2.4 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Sesaat Satelit

Kecepatan merupakan suatu hal yang alami yang dilakukan pada orbit
satelit. Orbit alami yang dimaksud didefinisikan oleh asal kecepatan tersebut
akibat terletak dari satu fokus orbit yang melingkar dimana sesuai dengan posisi
dari pusat bumi itu sendiri. Dimisalkan bahwa suatu sumbu x dan y bertepatan
dengan sumbu mayor dan minor pada orbit melingkar seperti pada Gambar 2.13:

17
Gambar 2. 13 Posisi Satelit di Titik Koordinat Sistem Orbit. [13]
Gambar 2.13 ini menunjukkan bahwa sistem bidang orbit alami dimana
sumbu x positif akan melewati kondisi perigee sehingga bidang orbit ini menjadi
alami. Posisi satelit dalam sistem bidang orbit alami dapat ditunjukkan Persamaan
2.3 (Beutler, 1998, Misra and Enge, 2001) berikut [13]:
(
⃗ ( √ ) ( ) ( )
(2.3)

Keterangan: = The semi-major axis a


= The eccentricity of the orbit
= The orbital eccentric anomaly
= Vektor jarak sesaat satelit dan pusat bumi (km)
= The true anomaly
Sehingga saat diintegralkan maka didapatkan suatu kecepatan satelit dalam bidang
orbit alami pada Persamaan 2.4 [13]:
(
⃗̇ (√ )
(2.4)

Keterangan: ⃗̇ = Vektor kecepatan satelit


= The semi-major axis a
= The eccentricity of the orbit
= The orbital eccentric anomaly
Saat kecepatan telah didapatkan maka diturunkan menjadi percepatan sehingga
menghasilkan percepatan satelit di orbit alami dengan Persamaan 2.5 berikut:
(
⃗̈ ⃗
(2.5)

18
Keterangan: = Konstanta Geosentrik Gravitasi Bumi (3,986 x 105
km3/s2)
= Massa Bumi (5,9742 x 1024 kg)
⃗̈ = Vektor percepatan satelit
= Posisi sesaat satelit dari pusat bumi (km)
⃗ = Vektor posisi satelit dari pusat bumi
Pada dasarnya kecepatan dan posisi sangat tergantung pada Hukum
Keppler. Hukum Keppler menjadi acuan dalam melakukan perhitungan kecepatan
nantinya sehingga model hukum Keppler jika difungsikan ke dalam orbit satelit
akan seperti pada Gambar 2.14 berikut: [13]

Gambar 2. 14 Parameter Hukum Keppler dan Orbit Satelit. [13]

2.2.3 Hukum Keppler

Astronom Jerman, Johannes Keppler (1571-1630) adalah ilmuwan di balik


dari Hukum Keppler. Keppler menyukai suatu hal baru dan "revolusioner".
Dengan menggunakan pengamatan yang dilakukan oleh Tycho Brahe (1546-
1601) seorang Denmark mengenai gerak planet, geosentris (bumi sebagai pusat
dari seluruh planet) dan heliosentris (matahari sebagai pusat dari seluruh planet).
Keppler menjelaskan pergerakan planet-planet di tata surya dengan tiga proposisi
berikut yang dikenal dengan Hukum Keppler:
1. Hukum pertama Keppler mengenai Law of Ellipses, lintasan setiap planet
terletak pada bidang dan merupakan elips di mana satu fokusnya adalah
matahari.

19
2. Hukum kedua Keppler mengenai Areal Law, area yang tersapu oleh vektor
radial sebanding dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyapu area
tersebut seperti pada Persamaan 2.6 berikut [14]:
(
(2.6)
2
Keterangan: = Area Swept Keluar (km )
= Momentum Sudut (kg.m2/s)
t = Waktu (sekon)
3. Hukum ketiga Keppler mengenai Harmonic Law, kuadrat dari periode
revolusi sebanding dengan kubus dengan panjang sumbu utama. [14]
2.3 PERTURBASI SATELIT

Perturbasi pada satelit adalah fenomena saat orbit satelit berubah akibat
pengaruh eksternal seperti anomali distribusi gravitasi bumi, gangguan gaya tarik
dari bulan, benturan meteor atau benda-benda lain dan tekanan radiasi matahari.
Hal ini sering terjadi pada orbit geostasioner dalam menjaga satelit tetap berada
pada posisi diatas ekuator sehingga perturbasi orbital akan menyebabkan satelit
secara perlahan berpindah dari lokasi geostasioner. [15]
Gaya perturbasi akan berpengaruh terhadap inklinasi dan bujur satelit
sehingga dalam menjaga pengaruh perturbasi digunakan program station keep.
geostasioner mengalami gangguan akibat gaya-gaya perturbasi. Perturbasi utama
yang terjadi pada satelit gso memiliki gangguan terbesar akibat benda ketiga
(matahari dan bulan) lalu akibat gangguan ketidak bulatan bumi diikuti dengan
gangguan akibat tekanan matahari (Morgan, 1989). Maka ini akan sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan bahan bakar satelit. Satelit sendiri menggunakan
bahan bakar dengan hydrazine sehingga kebutuhan akan bahan bakar pada satelit
jauh lebih besar akibat benda ketiga, sesuai yang dipaparkan Tabel 2.2. [16]
Tabel 2. 2 Perturbasi Utama pada Orbit Satelit GSO [16]

Bervariasi
Penyebab Efek Orbit Magnitude AV Hydrazine
dengan

20
Osilasi 0.75° –
Bulan- 320
utara – Inklinasi 0.94° / Tahun 13
Matahari m/s
selatan tahun

Ketidak Pergeseran Setengah


± 0.002° / 15
bulatan timur – Sumbu Bujur 1
hari m/s
Bumi barat Panjang

Osilasi
Tekanan Luas /
timur – Eksentrisitas - - -
Matahari Massa
barat

Adapun terdapat gangguan di perturbasi secara utama dijelaskan sebagai berikut:


1. Bulan – Matahari
Bulan dan Matahari menjadi gangguan yang terjadi karena gangguan tiga
benda. Hal ini dipengaruhi karena gaya tarik gravitasi yang konservatif. Jika
benda ketiga ini dinyatakan dengan angka 3 maka dengan asumsi massa satelit
diabaikan.
2. Ketidak bulatan Bumi
Bumi memiliki bentuk yang tidak bulat, sehingga mempengaruhi orbit
satelit. Kecepatan dari kutub dapat mempengaruhi normal orbit dan kecepatan
bumi juga mengubah radius orbit geostasioner. Akibatnya ekuator yang tidak
melingkar akan menyebabkan percepatan pada bujur satelit itu sendiri.
3. Tekanan Matahari
Tekanan radiasi matahari merupakan gangguan yang terjadi secara non
konservatif (bersikap mempertahankan keadaan). Radiasi matahari akan
cenderung lebih besar saat pada ketinggian yang makin besar hal ini cenderung
berakibat pada orbit geostasioner. Besarnya suatu radiasi dapat diukur dengan
menganalogikan ke hukum Einstein yang berhubungan dengan massa dengan
Persamaan 2.7 sebagai berikut [17]:
(
(2.7)

21
Keterangan: = Konstanta radiasi matahari (W/m2)
= Kecepatan Cahaya (299.792 km/s)
= Massa benda (kg)
Sehingga saat terjadi tekanan radiasi akan memiliki efek pada sumbu
utama. Perubahan ini akan tergantung pada seberapa rasio area yang disinari.
Semakin banyak area yang disinari pada akan semakin besar gangguan pada
satelit. Selain itu dapat berdampak pada peningkatan terhadap gerak tahunan
matahari. Eksentrisitas dan argumen perigee merupakan elemen utama yang dapat
berubah. Saat mengabaikan efek gerhana maka akan terlihat jelas bahwa gerak
tahunan menyebabkan variasi. Namun saat efek gerhana diabaikan maka efek
periodik menjadi lebih kompleks. [17]

2.4 KONFIGURASI SATELIT

2.4.1 Link Budget

2.4.1.1 Sudut Azimuth dan Elevasi

Sudut azimuth dan sudut elevasi diperlukan dalam mengarahkan posisi


antena stasiun bumi ke arah antena satelit guna menghindari pointing loss. Dalam
penentuan sudut azimuth dan sudut elevasi harus diketahui sudut positif dari tiap
stasiun bumi sehingga sudut positif dapat dilihat Persamaan 2.8 berikut ini [6]:
(
[ ]
(2.8)
Keterangan: = Sudut Positif (°)
= Longitude Stasiun Bumi (°)
= Latitude Stasiun Bumi (°)
= Longitude Satelit (°)

1. Sudut Azimuth
Sudut azimuth merupakan sudut berputar dari barat ke timur dan secara
teoritis berada pada 0° dan 360° dengan mengetahui sudut positif maka
sudut azimuth dapat ditentukan dalam Persamaan 2.9 berikut [6]:

22
; untuk utara khatulistiwa dan stasiun bumi di barat (
; untuk utara khatulistiwa dan stasiun bumi di timur (2.9)
; untuk selatan khatulistiwa dan stasiun bumi di barat
; untuk selatan khatulistiwa dan stasiun bumi di timur
Keterangan: = Sudut Azimuth (°)
= Sudut Positif (°)
2. Sudut Elevasi
Sudut elevasi merupakan sudut yang terbentuk dari permukaan datar
stasiun bumi dengan satelit dimana memiliki Persamaan 2.10 berikut [6]:
(
* +
√ (2.10)
Keterangan: = Sudut Elevasi (°)
= Longitude Stasiun Bumi (°)
= Latitude Stasiun Bumi (°)
= Longitude Satelit (°)

2.4.1.2 Slant Range

Slant range merupakan daerah kemiringan antara stasiun bumi dengan


satelit. Dimana daerah ini adalah jarak sebenarnya yang diukur dari stasiun bumi
ke posisi satelit sehingga slant range dapat ditentukan dengan Persamaan 2.11
berikut [6]:
√ (

Keterangan: = Slant Range (km) (2.11)

= Ketinggian orbit satelit geostasioner (35786


km)
= Jari-jari bumi (6378 km)
= Selisih longitude stasiun bumi dan satelit (°)
= Nilai latitude stasiun bumi (°)

23
2.4.2 Perhitungan Orbit

2.4.2.1 Right Ascension of The Ascending Node

Right Ascension of The Ascending Node atau RAAN (Ω) merupakan sudut
yang terbentuk antara tata acuan koordinat inersia sumbu X dan ascending node
dari 0° sampai 360°. Ascending node adalah titik pertemuan antara bidang ekuator
dan kenaikan satelit pada orbit melingkar. Kenaikan ini terjadi saat satelit bergeser
ke kanan dan membentuk orbit melingkar menuju kembali ke titik awal satelit
seperti pada Gambar 2.16 berikut:

Gambar 2. 15 Parameter Orbit Geosentrik Ekuator. [12]

2.4.2.2 Inklinasi

Inklinasi merupakan sudut yang dibentuk antara bidang orbit dengan


bidang ekuator. Inklinasi juga merupakan sudut yang terbentuk antara sumbu Z
bidang ekuator positif dengan vektor normal dari bidang orbit. Inklinasi berada
pada besar sudut positif 0° sampai 180°.

2.4.2.3 Argument of Perigee

Perigee terletak pada titik perpotongan antara vektor eksentrisitas dengan


lintasan orbital orbit. Argument of perigee merupakan sudut yang terbentuk antara
vektor N dan eksentrisitas e. Argument of perigee memiliki besar sudut positif
dari 0° dan 360°.

24
2.4.2.4 True Anomaly

True anomaly (θ) merupakan besar sudut yang terbentuk dari vektor
eksentrisitas ke vektor r. Dimana vektor r merupakan vektor posisi dari satelit ke
pusat bumi. True anomaly direpresentasikan dalam tulisan Yunani dengan ν dan ϕ
serta tulisan Latin dengan f dan v.

2.4.2.5 Eksentrisitas

Eksentrisitas merupakan vektor e tak berdimensi. Eksentrisitas biasanya


dikenal dengan apse line. Eksentrisitas juga bisa merupakan parameter dalam
menentukan bentuk orbit dan seberapa besar mengalami perubahan bentuk dari
lingkaran. Hal ini dapat diketahui Persamaan 2.12 sebagai berikut [12]:
(
(2.12)
Keterangan: = Eksentrisitas (ones)
= Radius Apogee; jari-jari bumi + tinggi apogee
(km)
= Radius Perigee; jari-jari bumi + tinggi perigee
(km)

2.4.2.6 Semi-major Axis

Semi-major axis merupakan hasil rata-rata dari radius perigee dan radius
apogee. Dimana radius ini merupakan hasil bagi dua dari panjang lintasan terjauh
dan terdekat dari satelit. Hal ini dapat dicari pada Persamaan 2.13 berikut [12]:
(
(2.13)
Keterangan: = Semi-major axis (km)
= Radius Apogee (km)
= Radius Perigee (km)

2.4.2.7 Momentum Sudut

Momentum sudut merupakan merupakan besar suatu momentum linear


dari satu titik menuju ke titik pusat. Momentum adalah besaran vektor atau

25
besaran yang berhubungan dengan kecepatan dan massa suatu benda. Momentum
sudut hanya tergantung pada komponen azimuth dari kecepatan yang relatif. Hal
ini dapat ditemukan saat suatu satelit berada pada ketinggian tertentu momentum
sudut akan dipengaruhi eksentrisitas dan semi-major axis sehingga dalam
Persamaan 2.14 menjelaskan bahwa terdapat korelasi antara keduanya dengan
momentum sudut [12]:
√ (

Keterangan: = Momentum Sudut (kg.m2/s) (2.14)

= Semi-major axis (km)


= Percepatan Gravitasi Bumi (398600.109 m3/s2)
= Eksentrisitas (ones)

2.4.2.8 Periode Orbit

Periode orbit merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan suatu benda


dapat mengitari benda lain. Dalam hal ini satelit akan melakukan circular orbit
selama berapa lama sehingga dibutuhkan parameter berapa semi-major axis dari
orbit yang dipakai. Maka Persamaan 2.15 akan menjelaskan berapa lama yang
dibutuhkan satelit akan melakukan perputaran bumi [12]:
(

(2.15)

Keterangan: = Periode (sekon)


= Semi-major axis (km)
= Percepatan Gravitasi Bumi (398600 km3/s2)

2.4.2.9 Koefisien Drag

Koefisien drag merupakan hambatan yang dapat menyeret suatu benda


dalam edarannya dari pengaruh udara yang tebal. Dengan pengaruh drag benda
akan terseret dalam suatu orbit sehingga suatu hambatan dalam dimensi dapat
diukur dengan koefisien drag Persamaan 2.16 sebagai berikut [12]:
(
( )
(2.16)

26
Keterangan: = Percepatan perturbasi (m/s2)
= Massa Jenis Atmosfer dianggap 0 (kg.m/s)
= Total magnitude kecepatan relatif benda (m/s)
= Koefisien drag tak berdimensi
= Area depan benda di angkasa (m2)
= Massa benda (kg)
= Vektor kecepatan relatif benda

2.5 METODE ORBIT

2.5.1 Metode Cowell

Metode Cowell ditemukan oleh P.H. Cowell pada awal abad ke-20.
metode Cowell adalah metode atau metode paling sederhana dan langsung dari
semua metode dalam mengatasi perturbasi. Penerapan metode Cowell dapat
dilihati pada Lampiran 2 tergantung pada gerak objek, termasuk gangguan akibat
dari perturbasi itu sendiri.[12]
Metode Cowell awal mula digunakan dalam memprediksikan komet
Halley yang mendekat dan dapat diprediksi di tahun 1910. Selanjutnya, para
peneliti meneruskan metode ini ke dalam integrasi untuk menentukan osculating
benda saat mengitari bumi. Dari lintasan tersebut terdapat perturbasi dan saat
perturbasi tersebut ingin dihilangkan maka digunakanlah metode Cowell. Metode
Cowell sebelumnya digunakan dalam memprediksi pada gangguan perturbasi
pada pesawat ruang angkasa.
Maka dalam metode ini akan dipakai saat menghitung besar gangguan
akibat dari perturbasi. Dalam hal ini akibat dari perturbasi bahwa terdapat
gangguan gravitasi dari matahari-bulan, bumi tidak bulat dan tekanan radiasi
matahari sehingga langkah yang dilakukan karena akibat dari gerak objek maka
ditentukan persamaan gangguan masalah dua tubuh atau metode Cowell dengan
Persamaan 2.17 berikut [18]:

̅̈ ̅ ̅ (
(2.17)
Keterangan: ̅̈ = Vektor turunan kedua posisi satelit dari bumi
̅ = Vektor posisi satelit dari bumi

27
= Jarak Sesaat Satelit dan Pusat Bumi (km)
= Konstanta Geosentrik Gravitasi Bumi (3,986 x 105
km3/s2)
̅ = Percepatan total akibat dari perturbasi (m/ s2)
Persamaan 2.17 adalah persamaan diferensial orde kedua sehingga persamaan ini
dapat diturunkan ke Persamaan 2.18 diferensial orde pertama sebagai berikut [18]:

̇̅ ̅ ̅̈ ̅ ̅ (
(2.18)
Keterangan: = Jarak Sesaat Satelit dari Pusat Bumi (km)
= Kecepatan Satelit dari Pusat Bumi (km/jam)
̅ = Percepatan total akibat dari perturbasi
= Konstanta Geosentrik Gravitasi Bumi (3,986 x 105
km3/s2)
̅̈ = Vektor turunan kedua posisi satelit dari bumi
̅̇ = Vektor turunan pertama posisi satelit dari bumi
̅ = Vektor posisi satelit dari bumi
̅ = Percepatan total akibat dari perturbasi (km/ s2)
Dengan demikian terdapat 2 persamaan saat diturunkan, sehingga dipecah
menjadi 2 komponen sesuai dengan Persamaan 2.19 berikut [18]:

̇ ̇ (
(2.19)
̇ ̇

̇ ̇


Keterangan: = Kondisi di sumbu x satelit
= Kondisi di sumbu y satelit
= Kondisi di sumbu z satelit
Dengan demikian penyebab dari percepatan perturbasi penyebab dari orbit satelit
terganggu, sesuai dengan yang dijelaskan pada penyebab perturbasi pada 2.3
sehingga dalam mencari percepatan perturbasi tersebut dalam Persamaan 2.20
berikut [18]:

28
̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ (
Keterangan: ̅ = Percepatan akibat pusat massa ruang angkasa (2.20)
(m/s2)
̅ = Percepatan akibat gangguan matahari - bulan
̅ = Percepatan akibat tekanan radiasi matahari (m/s2)
̅ = Percepatan akibat hambatan atmosfer (m/s2)
̅ = Percepatan akibat spacecraft thruster (m/s2)
̅ = Percepatan akibat pengaruh bumi tidak bulat
(m/s2)

2.5.2 Metode Encke

Metode Encke dikembangkan oleh Astronom Jerman, Johann Franz Encke


(1791-1865). Metode Encke adalah metode dalam melakukan solusi dari
kesalahan integrasi numerik pada Lampiran 5 tentang dua gerak tubuh yang akan
meningkat secara proporsional dengan panjang lintasan. Metode Encke digunakan
dalam melakukan integrasi perhitungan yang masih terjadi dalam kendala
gangguan osilasi orbit. Hal ini sebagai akibat dari integrasi numerik persamaan
diferensial dari gerakan orbital dalam metode Cowell sehingga Persamaan 2.21
metode Encke sebagai berikut [19]:
(
Keterangan: = Fungsi waktu dalam metode Encke (2.21)
= Fungsi waktu Jarak Sesaat Satelit dan Pusat
Bumi
= Fungsi waktu lintasan referensi
Kendala dalam osilasi orbit dimodelkan seberapa besar kesalahan dalam osilasi
orbit yang terjadi sehingga perlu adanya lintasan referensi dalam mengetahui
deviasi yang terjadi. Maka dari itu diperlukan metode ini dalam menjawab hal
tersebut. Gangguan perturbasi yang terjadi mengakibatkan bentuk lintasan yang
dimodelkan mengalami kesalahan dan dapat diatasi dengan metode ini dimana
lintasan referensi dengan Persamaan 2.22 berikut [19]:

29
(
* +
(2.22)
Keterangan: = Lintasan referensi
Dimana matriks B, C dan D pada Persamaan 2.23 berikut [19]:
(
[ ] [ ]
(2.23)

[ ]

Keterangan: = Inclination (o)


= Right Ascending Node (o)
= Argument latitude(o)
Pada vektor sepanjang lintasan referensi didefinisikan sebagai turunan
waktu seperti Persamaan 2.22. Tarif untuk dan dapat dengan mudah ditulis
sehubungan dengan waktu dengan sehubungan dengan anomali yang sebenarnya.
Dalam kedua kasus tersebut, tarif dapat ditentukan secara analitis secara langsung
menggunakan teori perturbasi. [19]

30

Anda mungkin juga menyukai