Anda di halaman 1dari 3

PROSEDUR KB MOW

No Dokumen No Revisi Halaman


RUMAH SAKIT
0 1/1
UMUM PRIMA
MEDIKA
Ditetapkan
Direktur,
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Evi Masuni


PENGERTIAN MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi/ Sterilisasi. MOW
merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan
dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran
telur, Sehingga demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma
laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan.

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan


fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi
(mengikat, memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum

TUJUAN Untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan)


dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur
dalam rahim

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur No. tentang Kebijakan


Pelayanan PKBRS

PROSEDUR 1. Persiapan Alat


- Set tubektomi
- Bowl umum
- Kassa
- Selang suction
- Rubber sheet
- Betadin
- Handscoone
- Benang Chromic 2/0 non ATR
- Chromic 1 non ATR
- Plain 2/0 ATR
- Polipropilin 3/0 ATR\
2. Persiapan Pasien
- Puasa
- Laboratorium
- Darah (k/p)
- Posisi tidur terlentang
- Pasang infus
- Paket anastesi

3. Persiapan Tindakan
1. Mencuci tangan
2. Antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
3. Dilakukan pembiusan oleh dokter anastesi
4. Infiltrasikan lidokain 1% ke subkutis dibawah umbilikus
5. Jepit ujung lateral kanan dan kiri kulit dibawah umbilikus
dengan menggunakan kocher
6. Angkat kedua kocher tinggi-tinggi, tusukkan ujung pisau bedah
pada ujung lateral kanan, setgelah menembus kulit, tarik ujung
pisau bedah ke ujung kiri dengan satu gerakan
7. Masukkan bilah retraktor kemudian lepaskan kocher dan tarik
retraktor ke arah atas dan bawah sehingga tampak fasia
8. Jepit fasia-perotonium dengan arah atas bawah kemudian
gunting fasia-peritonium diantara kedua kocher
9. Masukkan ujung gunting pada sayatan fasia-peritonium,
perlebar guntingan fasia-peritonium ke lateral kanan dan kiri
sehingga fisualisasi rongga abdomen menjadi lebih baik
10. Dengan ujung bilah retraktor tarik fasia-peritonium, lepaskan
kedua kocher, lakukan orientasi lapangan operasi
11. Orientasi dilakukan dengan menggeser retraktor dan mendorong
dinding lateral uterus. Kenali uterus, tuba dan sekitarnya
12. Gerakkan retraktor ke kiri dan dinding lateral kiri uterus ke arah
medial sehingga tampak kornu dan tuba kiri. Bila gagal
menampilkan tuba gunakan pengait tuba. Pakai jari telunjuk
untuk menampilkan tuba
13. Jepit tuba menggunakan pinset anatomis panjang
14. Telusuri tuba hingga mencapai fimbriae
15. Setelah dipstikan tuba, ambil bagian tengah dengan klem
babcock dan keluarkan dari kavum abdomen melalui luka incisi
16. Lakukan pengikatan tuba secara angka delapan (lengkung tuba
hingga ikatan berjarak 1,5-2 cm) dengan simpul kunci
17. Potong tuba diantara simpul dan jepitan babcock (perhatikan
hemostasis ikatan)
18. Jika ikatan baik dan tidak ada perdarahan potong benang 0,5 cm
dari simpul ikatan
19. Kembalikan tuba kiri ke tempatnya semula, atur kembali
gerakan retraktor dan dinding lateral uterus sehingga dapat
menampilkan tuba kanan. Ulangi langkah yang sama pada tuba
kanan hingga selesai
20. Setelah kedua tuba diikat dan dipotong dan dikembalikan
kedalam kavum abdomen, bersihkan sisa darah pada dinding
perut. Lihat kembali kondisi dalam rongga perut. Keluarkan
kassa gulung (jika diapaki) atau instrument
21. Pindahkan bilah retraktor pada kulit, angkat retraktor lalu jepit
fasia-peritonium pada kocher pada 2 tempat (kranial dan
kaudal)
22. Lakukan penjahitan pada fasia-peritonium secara terputus
dengan benang chromic dengan 1/0
23. Bersihkan luka operasi dan kulit dengan larutan antiseptic jahit
kulit secara subtikuler dengan chromic no 3/0
24. Mencuci tangan
25. Lakukan pengawasan pasca tindakan

UNIT TERKAIT UNIT KB

Anda mungkin juga menyukai