Anda di halaman 1dari 2

3.

Abses Hati
- Amebiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh protozoa, Entamoeba
histolytica; ditularkan melalui rute fekal-oral. Infeksi dapat bermanifestasi mulai dari
keadaan tanpa gejala hingga beberapa komplikasi yang terkait dengan abses hati.
Abses hati amuba adalah manifestasi ekstraintestinal yang paling umum dari
amebiasis. Pria berusia antara 18 dan 50 tahun paling sering terkena.
- Daerah dengan tingkat infeksi amuba yang tinggi termasuk India, Afrika, Meksiko,
dan Amerika Tengah dan Selatan.
- Sekitar 80% pasien dengan penyakit ini akan mengalami gejala dalam 2 hingga 4
minggu, termasuk demam dan nyeri perut kuadran kanan atas dengan 10% hingga
35% pasien mengalami gejala gastrointestinal terkait.
- Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan epidemiologi yang relevan ditambah
dengan studi radiografi dan tes serologi.
- Perawatan yang optimal termasuk penggunaan Metronidazol diikuti oleh agen
luminal seperti Paromomycin.
Jackson-Akers, J. Y., Prakash, V., & Oliver, T. I. (2021). Amebic Liver Abscess. In StatPearls.
StatPearls Publishing.

5. Solusi Dan Pencegahan Di Laboratorium dan APD


 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat dilakukan sebagai berikut.
1) Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur.
2) Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3) Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar lahan kerja
tidak menuai penyakit seperti berikut.
1) Pencegahan Primer – Health Promotion meliputi perilaku kesehatan, faktor bahaya di
tempat kerja, perilaku kerja yang baik, olah raga, dan gizi.
2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection meliputi Pengendalian melalui
perundangundangan, pengendalian administratif/organisasi, pengendalian teknis, dan
pengendalian jalur kesehatan imunisasi.
3) Pencegahan Tersier meliputi pemeriksaan kesehatan pra kerja, pemeriksaan kesehatan
berkala, pemeriksaan lingkungan secara berkala, surveilans, pengobatan segera bila
ditemukan gangguan pada kerja, dan pengendalian segera di tempat kerja.
 Peralatan keselamatan dan alat pelindung diri di Laboratorium BSL-2
a. Kabinet biosafety, alat pelindung diri, atau perangkat fisik lainnya harus digunakan
ketika:
1) Melakukan prosedur dengan potensi adanya aerosol atau tumpahan yang
mengandung bahan infeksius. Hal ini termasuk pipet, sentrifugasi,
pencampuran, penggilingan, sonifikasi, membuka wadah yang mengandung
bahan/agen infeksius, dan membuat jaringan infeksi.
2) Bekerja dengan agen infeksius yang berkonsentrasi tinggi atau volume yang
besar.
b. Baju pelindung laboratorium harus dipakai saat bekerja dengan bahan berbahaya.
Lepaskan pakaian pelindung sebelum pergi ke luar laboratorium, misalnya, kantin,
perpustakaan, dan kantor administrasi. Pakaian pelindung tidak boleh dibawa pulang.
c. Alat pelindung mata dan wajah (kacamata, masker, pelindung wajah atau pelindung
percikan) digunakan untuk mengantisipasi percikan atau semprotan yang
mengandung bahan berbahaya atau menular ketika mikroorganisme berada di luar
BSC (Blogioical Safety Cabinet) atau perangkat penahanan lainnya. Pelindung mata
dan wajah dibuang bersama limbah laboratorium lainnya atau didekontaminasi
sebelum digunakan kembali. Pekerja yang menggunakan lensa kontak di dalam
laboratorium harus menggunakan pelindung mata.
d. Alat pelindung mata, wajah dan pernapasan digunakan di dalam ruangan yang berisi
hewan terinfeksi.

Rejeki, Sri. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK). https://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kesehatan-dan-Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai