Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS DI RUANG SOEPARDJO


ROESTAM RSUD Prof. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Diajukan untuk memenuhi Tugas Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

1. Kharisma Nur WIjayanti, S, Kep (120133031)


2. Sofia Aina, S, Kep (120133060)
3. Kamalia Safitri Dewi S, Kep (120133060)
4. Restu Setya Adjiwinoto, S, Kep (120133060)
5. Dias Sulistiono (120133060)
6. Restu Setya Adjiwinoto, S, Kep (120133060)
7.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................3
B. Tujuan..................................................................................................4
C. Sistematika Penulisan.........................................................................5
BAB II RESUME JURNAL..................................................................................6
A. Judul.....................................................................................................6
B. Penulis dan Sumber Jurnal................................................................6
C. Metode Penelitian................................................................................6
1. Design..............................................................................................6
2. Populasi dan Sampel......................................................................6
3. Hipotesis..........................................................................................6
4. Analisa Data....................................................................................7
5. Hasil Penelitian...............................................................................7
D. Kesimpulan..........................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................8
A. Penelitian dalam Jurnal......................................................................8
B. Kekuatan Penelitian..........................................................................10
C. Keterbatasan Penelitian....................................................................11
D. Analisis Jurnal dengan PICO..........................................................11
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
selesainya Makalah dengan Judul “Analisis Jurnal Pengaruh Pelaksanaan
Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca
Operasi Menggunakan Metode PICO”. Makalah ini dilalukan dalam rangka
memenuhi Tugas Analis Jurnal Program Pendidikan Profesi Ners. Makalah ini
berisi tentang Analis jurnal dengan menggunakan PICO dan studi kasus terhadap
pasien Cholelithiasis. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, kepada :
1. Dosen Kasron, M.Kep selaku Dosen koordinator praktik keperawatan medikal
bedah yang memberikan masukan kepada penulis
2. Bapak Didi Aprianto, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing lapangan yang
memberikan masukan kepada penulis
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan makalah di waktu yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Cilacap, 14 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kandung empedu adalah sebuah kantung yang terletak di bawah hati
yang berfungsi untuk mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai
dilepaskan ke dalam usus. Cholelithiasis adalah material atau kristal yang
terbentuk di dalam kandung empedu. Beberapa faktor risiko yang sering
ditemui pada kejadian Cholelithiasis dikenal dengan “6F” (Fat, Female,
Forty, Fair, Fertile, Family history). Keluhan klinis yang sering
ditemukan adalah nyeri pada perut kanan atas, nyeri epigastrium, demam,
ikterus, mual, muntah. Kandung empedu merupakan sebuah kantung yang
terletak di bawah hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu
sampai dilepaskan ke dalam usus. Fungsi dari empedu sendiri sebagai
ekskretorik seperti ekskresi bilirubin dan sebagai pembantu proses
pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh garam-garam empedu. Selain
membantu proses pencernaan dan penyerapan lemak, empedu juga
berperan dalam membantu metabolisme dan pembuangan limbah dari
tubuh, seperti pembuangan hemoglobin yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Garam empedu membantu
proses penyerapan dengan cara meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak,
dan vitamin yang larut dalam lemak (Musbahi et al., 2020).
Di negara barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka
prevalensi orang dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa
lebih tinggi di negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah di
negara Asia (3% hingga 4%) (Albab, 2013)
Tatalaksana kolelitiasis dapat dibagi menjadi dua, yaitu bedah dan non
bedah. Terapi non bedah dapat berupa lisis batu yaitu disolusi batu dengan
sediaan garam empedu kolelitolitik, ESWL (exstracorporeal shock wave
lithitripsy) dan pengeluaran secara endoskopi, sedangkan terapi bedah
dapat berupa laparoskopi kolesistektomi, dan open kolesistektomi (Pane et
al., 2018) Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik
terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. lama
waktu pemulihan pasien post operasi normalnya hanya terjadi dalam satu
atau dua jam (Potter & Perry, 2005). Pemulihan pasien post operasi
membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit sehingga pasien akan merasa
nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama setelah operasi karena
pengaruh obat anestesi sudah hilang (Berkanis et al., 2020)
Hasil penelitian oleh Nurhafizah dan Erniyati (2012) di RSUP H.
Adam Malik Medan menunjukkan sebagian besar pasien pasca operasi
abdomen merasakan nyeri sedang (57,4%), nyeri ringan (22,2%) dan nyeri
berat (20,4%). Kemudian, The Royal College of Surgeons (RCS)
menyatakan nyeri pasca operasi ditemukan pada 30-70% pasien dengan
nyeri sedang sampai berat tahun 2010. Dapat disimpulkan dari beberapa
penelitian tersebut bahwa sebagian besar pasien pasca operasi menyalami
nyeri, baik ringan, sedang maupun berat. Nyeri yang dirasakan oleh pasien
haruslah segera ditangani, apabila tidak segera ditangani akan
mengakibatkan proses rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi
pasien menjadi lebih lama, dan tingkat komplikasi juga tinggi (Smeltzer &
Bare, 2002)
Membantu pasien untuk mengurangi nyeri yang dirasakan adalah
prioritas utama dalam asuhan keperawatan. Salah satu intervensi
keperawatan yang bisa diberikan adalah mobilisasi dini pada pasien pasca
operasi. Smeltzer & Bare (2002) menyatakan mobilisasi merupakan faktor
utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya
komplikasi pasca bedah. Selain itu, mobilisasi dini dapat meningkatkan
sirkulasi darah yang dapat mengurangi rasa nyeri, mencegah
tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka
serta meningkatkan kelancaran fungsi ginjal. Manfaat-manfaat tersebut
akan dirasakan oleh pasien apabila melakukan mobilisasi dini setelah
operasi (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis
salah satu jurnal jurnal penelitian yang membahas tentang pengaruh
mobilisasi dini terhadap nyeri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa jurnal
penelitian tentang “Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Dini Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil penelitian yang dilakukan pada pasien
pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien pasca operasi
b. Mengidentifikasi kekuatan penelitian
c. Mengidentifikasi keterbatasan penelitian
d. Mengidentifikasi keefektifan penerapan terapi di rumah sakit
e. menganalisis PICO dari penelitian Pengaruh Pelaksanaan
Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien
Pasca Operasi
C. Sistematika Penulisan
1. Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan
2. Bab II resume jurnal
3. Bab III pembahasan isi jurnal dan analisa keefektifan penerapan
hasil penelitian kepada pasien hemodialysa di rumah sakit, analisis
PICO
4. Bab IV penutup terdiri dari simpulan
BAB II
RESUME JURNAL

A. Judul
Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Pasien Pasca Operasi
B. Penulis dan Sumber Jurnal
Dewiyanti, Suardi, Alwi, Dina Oktaviana, Riski Amalia (2021)
Dewiyanti, Suardi, Alwi, Dina Oktaviana, Riski Amalia (2021). Pengaruh
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada
Pasien Pasca Operasi. Jurnal Ilmu Keperawatan (2021) 9:2
C. Metode Penelitian
Jurnal yang ditulis oleh Dewiyanti, Suardi, Alwi, Dina Oktaviana, Riski
Amalia (2021) membahas tentang Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi. Berikut
adalah analisis jurnal tersebut :
1. Design
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dalam bentuk Quasi
eksperiment. Desain penelitian ini adalah two group pre-post-test
design. Terdiri dari dua kelompok subjek yang mana satu kelompok
mendapat intervensi dan satu kelompok lain sebagai kelompok kontrol.
Keduanya diberikan pretest dan posttest.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua pasien pasca operasi pada 1 Juni
sampai 30 Juli tahun 2019 sebanyak 32 orang di ruang Plamboyan.
Teknik pengambilan sampel adalah dengan accidental sampling yaitu
sebanyak 32 orang sebagai responden kelompok intervensi mobilisasi
dini dan kelompok kontrol tidak dilakukan mobilisasi dini.
3. Hipotesis
a. Hitotesis nol
Tidak ada pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien pasca operasi.
b. Hipotesis alternatif
Ada pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien pasca operasi.
4. Analisa Data
Analisis data penelitian ini menggunakan uji statistik yang digunakan
adalah uji parametric. Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan
untuk mendiskripsikan data hasil penelitian. Analisa bivariat digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji alternatif,
dengan teknik accidental sampling dan dilakukan uji normalitas dengan
Uji Wilcoxon.
5. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini yaitu dari 32 responden sebelum dilakukan
mobilisasi dini, semua responden mengalami penurunan dimana rata-rata
skala nyeri sebelum mobilisasi dini adalah 7,72 (± 0,683) menurun menjadi
5,38 ( ± 0,793) setelah dilakukan mobilisasi dini. Hasil Uji Wilcoxon
didapatkan semua responden mengalami penurnan skala nyeri, dengan nilai
p=0,000 < α 0,05.
D. Kesimpulan
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata skala nyeri sebelum
mobilisasi dini adalah 7,72 (± 0,683), dari 32 responden terdapat 31 orang
(97%) yang mengalami nyeri berat dan 1 orang (3%) yang mengalami nyeri
sedang. Hasil penelitian) setelah dilakukan mobilisasi dini di peroleh rata
rata skala nyeri menurun menjadi 5,38 (± 0,793. Dan dari 32 responden
terdapat 31 orang (97%) yang menurun dari nyeri berat ke nyeri sedang dan
1 orang (3%) mengalami penurunan nyeri dari sedang ke nyeri ringan. Hasil
penelitian menjelaskan ada pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien pasca operasi di BLUD RS H. Padjonga
Dg Ngalle Kabupaten Takalar. Hasil Uji Wilcoxon didapatkan semua
responden mengalami penurnan skala nyeri, dengan nilai p=0,000 < α 0,05.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penelitian dalam Jurnal


Operasi merupakan tindakan pengobatan dari suatu penyakit dengan
tindakan invasive yaitu membuka atau menampilkan bagian tubuh, dengan
sayatan untuk perbaikan. Setelah perbaikan akan diakhiri dengan penutupan
atau penjahitan pada luka insisi dan pembalutan. Pembedahan biasanya
diberikan anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, dalam pengelolaan
perioperatif untuk mendukung keberhasilan pembedahan (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2010 dalam Dewiyanti et al., 2021).
Pasca pembedahan (pasca operasi) pasien merasakan nyeri hebat dan
75% penderita mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat
pengelolaan nyeri yang tidak adekuat. Hal tersebut merupakan stressor bagi
pasien dan akan menambah kecemasan serta keteganggan yang berarti pula
menambah rasa nyeri karena rasa nyeri menjadi pusat perhatiannya. Bila pasien
mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu mengurangi rasa
nyeri. Hal itu wajar, karena nyeri dapat menjadi pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat (Zulaik, 2008
dalam Dewiyanti et al., 2021).
Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung pada fisiologis
dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Smeltzer &
Bare, 2010 Dewiyanti et al., 2021). Menurut Semeltzer dan Bare mobilisasi
merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah
terjadinya komplikasi pasca bedah, manfaat dari mobilisasi dini tersebut yaitu
peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri,
mencegah trombofleibitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah
luka dan meningkatkan kelancaran fungsi ginjal (Smeltzer dan Bare, 2010
dalam Berkanis et al., 2020). Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari
rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya
dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan
sirkulasi darah, gangguan pernapasan dan gangguan peristaltic maupun
berkemih (Berkanis et al., 2020).
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah, teratur dan mempunyai tujuan umtuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat dan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca
bedah. Untuk mengajarkan tindakan mandiri seseorang dalam melakukan
aktivitasnya setelah dilakukan tindakan pemebdahan yaitu exercise atau range
of motion, ambulasi, body mechanic. Mobilisasi dini dibagi menjadi empat
tahap dengan gerakan yang berbeda secara bertahap, yang dilaksanakan paling
cepat 6-8 jam pasca operas atau 48 jam pasien setelah dilakukan operasi.
(Mubarak, et al., 2015). Pada pasien pasca operasi, mobilisasi secara bertahap
sangat berguna untuk membantu jalannya proses penyembuhan luka. Secara
psikologis mobilisasi akan membuat rasa percaya diri pada pasien bahwa
pasien mulai merasa sembuh. mobilisasi sangat penting untuk dilakukan bagi
pasien pasca operasi. Mobilisasi dini mampu meningkatkan proses regenerasi
sel-sel luka operasi sehingga dapat meningkatkan aktivitas pasien (Arianto,
2020).
Hasil penelitian meunjukan ada pengaruh mobilisasi dini terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien pasca operasi di BLUD RS H. Padjonga Dg
Ngalle Kabupaten Takalar. Hasil penelitian lainnya yang mendukung
penelitian ini oleh (Anggraeni, 2018). Didapatkan rata-rata responden yang
melakukan mobilisasi yaitu sebanyak 25 orang (83,3%) dan yang tidak
melakukan mobilisasi yaitu 5 orang (16,7%). Hasil distribusi mobilisasi dini di
dapatkan rata-rata responden yang melakukan mobilisasi yaitu sebanyak 25 ibu
(83,3%) dan yang tidak mobilisasi 5 ibu (16,7%). Anggapan pasien yang tidak
boleh banyak bergerak jika dalam masa penyembuhan cenderung memberi
pengaruh kurang baik terhadap proses mobilisasi dini Padahal, jika pasien
melakukan mobilisasi dini, apa yang menjadi keluhan pasien seperti nyeri dan
penurunan fungsi tubuh akan sedikit terhindarkan. Sedangkan berdasarakan
hasil analisis oleh (Arianto, 2020). Intensitas nyeri sebelum intervensi
mobilisasi dini pada 32 responden adalah nyeri sedang, setelah dilakukan
intervensi mobilisasi dini intesitas nyeri pada 11 (68,8%) responden adalah
nyeri ringan, sisanya 5 (31,2%) responden nyeri sedang. Diperoleh hasil bahwa
responden sebanyak 9 orang (56,25%) pada kelompok mobilisasi dini. Hasil
penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini adalah hasil dari penelitian
(Caecilia & Pristahayuningtyas, Murtaqib, 2016) yang menunjukkan hasil rata-
rata skala atau nilai mean dari skala nyeri klien setelah dilakukan mobilisasi
dini adalah 5,62 (kategori nyeri sedang) dengan standar deviasi ±1,99, dalam
penelitian ini tidak ada responden yang mengalami kategori tidak nyeri post
operasi apendektomi setelah dilakukan mobilisasi dini. Skala nyeri sebelum
dan setelah dilakukan mobilisasi dini terjadi penurunan, dari rerata 7,75 yang
termasuk kategori skala nyeri berat menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala
nyeri sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai skala nyeri responden
sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini secara keseluruhan mengalami
penurunan.
B. Kekuatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi eksperimental
dengan pendekatan two group pre-post-test design. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua Pasien pasca operasi. Penelitian ini menggunakan accidental
sampling Jumlah sampel 32 responden kelompok intervensi mobilisasi dini dan
kelompok kontrol tidak dilakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan
salah satu terapi non farmakologi untuk mengatasi nyeri pada pasien,
mobilisasi melancarkan peredaran darah mengembalikan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang akhirnya mempercepat
proses penyembuhan luka. Mobilisasi juga bisa mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli, selain itu mobilisasi mencegah kekakuan otot
dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2008 dalam
(Berkanis et al., 2020). Penurunan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi
dipengaruhi karena mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam
mengurangi rasa nyeri. Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot sehingga
mengurangi nyeri dan menjamin pelancaran peredaran darah, mengembalikan
metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang
akhirnya mempercepat proses penyembuhan luka (Berkanis et al., 2020).
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu kurangnya frekuensi pelaksanaan
intervensi, Keberhasilan mobilisasi dini dapat dipegaruhi oleh pelaksanaan
mobilisasi dini yang dilakukan secara bertahap dengan benar dan pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian serta
adanya motivasi keluarga terhadap responden untuk melakukan mobilisasi dini,
adanya niat dan semangat dari responden untuk melakukan mobilisasi dini, dan
hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati, (2016)
tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan mobilisasi dini
pada pasien post apendiktomi di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri”, bahwa ada pengaruh signifikan antara pengetahuan dan dukungan
social terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pasien post apendiktomi.
D. Analisis Jurnal dengan PICO
1. Population
Population Problem
Populasi dalam penelitian ini adalah Problem yang ditemukan yaitu
semua pasien pasca operasi. pasien dengan pasca operasi
Penerapan intervensi berdasarkan laparotomy cholecystectomi
jurnal kepada satu pasien kelolaan
yang sedang dilakukan asuhan
keperawatan.

2. Intervention
Intervensi yang diberikan dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca
operasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan standar
intervensi keperawatan Indonesia yaitu dengan teknik non farmakologis
yang bertujuan untuk mengurangi gangguan rasa tidak nyaman akibat nyeri
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Dewiyanti et al., (2021) dengan judul penelitian “Pengaruh
Pelaksanaan Mobilisasi Dini terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada Pasien
Pasca Operasi”, menunjukan hasil penelitian yang signifikan sehingga
mobilisasi dini dapat digunakan sebagai Evidance Based Practice dalam
tindakan keperawatan untuk mengurangi intensitas nyeri. Pengukuran
intensitas nyeri pengukuran Skala Penilaian Numerik (NRS) pre-test dan
pengukuran intesitas nyeri dengan post-test dan menggunakan lembar
observasi pelaksanaan mobilisasi dini sesuai SOP (Standar Operating
Procedure) pasca operasi.
3. Comparation
Tindakan pemberian intervensi diberikan kepada satu pasien kelolaan kelompok dan tidak dilakukan pembandingan dengan pasien
lain. Namun, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang serupa yaitu dengan pemberian mobilisasi dini untuk mengurangi nyeri
pasca operasi :
Jenis dan
Variabel Penelitian
No Penulis (Tahun) Judul Desain Analisa Data Hasil Penelitian
dan Populasi
Penelitian
1 Berkanis et al., Pengaruh Mobilisasi Penelitian ini 22 Responden Uji Hasil uji hipotesis pengaruh
(2020) Dini terhadap merupakan Variabel Independent : menggunakan mobilisasi dini terhadap
Intensitas Nyeri pada penelitian pre- Mobilisasi dini one grup pre-
intesitas nyeri pada pasien post
Pasien Post Operasi di eksperiment post design operasi dengan uji wilcoxon
Rsud S.K. Lerik Variabel Dependent : dengan menggunakan program
Kupang Tahun 2018 Intensitas nyeri SPSS 16, menunjukan bahwa
diketahui nilai Z score = -
3,947 dengan P-value = 0,000
maka H0 di tolak dan H1 di
terima sehingga disimpulkan
ada pengaruh mobilisasi dini
terhadap intensitas nyeri pada
pasien post operasi di RSUD
S.K. Lerik Kupang. Mobilisasi
dini sebaiknya dilakukan 8 jam
post operasi.
2 Darmawidyawat Pengaruh Mobilisasi Jenis penelitian 30 Responden Uji Hasil penelitian di peroleh p-
i et al., (2022) Dini Terhadap True- Variabel Independent : menggunakan value < 0.005 terdapat
Penurunan Skala Nyeri Eksperimental Mobilisasi dini Pretest-posttest pengaruh mobilisasi dini
Pada Pasien Post With Control terhadap penurunan skala
Operasi Laparatomi di Variabel Dependent : Group nyeri.penelitian ini
Ruangan Intensive Skala nyeri menyarankan bahwa tindakan
Care Unit mobilisasi dini dapat
digunakan sebagai salah satu
intervensi mandiri keperawatan
dalam menangani masalah
nyeri pada pasien post
laparatomi di Intensive Care
Unit. Mobilisasi dini sebaiknya
dilakukan 8 jam post operasi.
3 Santoso et al., Penurunan Skala Nyeri Jenis penelitian 30 Responden Analisa data Hasil penelitian, ada pengaruh
(2022) Pasien Post Operasi ini Quasy Variabel Independent : menggunakan mobilisasi dini terhadap
Sectio Caesarea Experiment Mobilisasi dini uji wilcoxon perubahan tingkat nyeri pada
Dengan Teknik dengan Pre-Post pasien post operasi sectio
Mobilisasi Dini test Only Control Variabel Dependent : caesarea kelompok perlakuan
Group Design Skala nyeri dan kelompok kontrol,
kelompok perlakuan intervensi
1 (p<0.05) hasil p = 0.001,
intervensi 2 (p<0.05) hasil p =
0.000 dan kelompok kontrol
intervensi 1
(p≤0.05) hasil p = 0.000,
intervensi 2 (p≤0.05) hasil p =
0.000. Mobilisasi dini
sebaiknya dilakukan 4-5 jam
post operasi.
Berdasarkan uraian pada tabel hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keefektifan mobilisasi dini dilakukan setelah 8 jam pertama
post operasi sebelum diberikan terapi farmakologis. Hasil yang didapatkan setelah mobilisasi dini adalah terjadi perubahan klinis
kearah yang lebih baik. Perubahan klinis tersebut ditujukkan dengan hasil keluhan nyeri berkurang.
4. Outcome
Hasil yang ingin dicapai menggunakan indikator berdasarkan buku standar
luaran keperawatan Indonesia, luaran menggunakan Tingkat Nyeri (L.08066)
dengan ekspektasi menurun. Indikator pencapaian yaitu nyeri post operasi
menurun setelah diberikan intervensi manajemen nyeri dengan teknik
nonfarmakologis berupa mobilisasi dini (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017).
Indikator IR ER Akhir
Keluhan nyeri 3 5 4
Meringis 3 5 4
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
E. Analisis Keefektifan Penerapan Hasil Penelitian
Penurunan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi dipengaruhi karena
mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri.
Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot sehingga mengurangi nyeri dan
menjamin pelancaran peredaran darah, mengembalikan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang akhirnya mempercepat
proses penyembuhan luka.
Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan tentu
setelah pasien sadar atau anggota sudah dapat digerakkan kembali setelah
dilakukan pembiusan regional. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kiik (2012) dalam Berkanis et al., (2020), bahwa ada pengaruh mobilisasi
dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada jam ke dua pasca operasi
abdomen, ini menunjukan bahwa mobilisasi akan mempunyai pengaruh baik jika
dilakukan 8 jam setelah operasi. Responden dalam penelitian ini selain telah
diberikan mobilisasi dini juga tetap diberikan terapi farmakologi dengan
menggunakan analgesic. Jenis analgesic yang digunakan adalah ketorolac. Untuk
menghindari kerancuan data hasil mobilisasi dini dengan efek farmakologis
pemberian analagesik, maka tindakan dilakukan 4-6 jam sesudah pemberian dan
atau 30 menit sebelum pemberian obat (Berkanis et al., 2020).
Mobilisasi Dini dapat dijadikan sebagai salah satu terapi nonfarmakologi
dalam mengatasi nyeri pada pasien post operasi. Peran perawat anak sebagai care
giver dapat memberikan intervensi secara holistik dan komprehensif dengan
menerapkan pendekatan atraumatic care. Perawat tidak hanya menjalankan
implementasi kolaboratif tetapi juga tindakan mandiri perawat. Perawat dapat
melakukan tindakan mobilisasi dini untuk mengatasi masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (Berkanis et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Albab, A. U. (2013). Karakteristik Pasien Kolelitiasis Di RSUP Dr. Wahidin


Sudirohusodo Makassar Periode Januari-Desember 2012. Skripsi, 7.
Arianto, F. M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre dan Post Operasi
Cholelitiasis Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.
Berkanis, Nubatonis, & Lastari. (2020). Effect of Early Mobilization on Pain
Intensity in Patients. CHM-K Applied Scientifics Journal, 3(1), 6–13.
Caecilia, R. Y., & Pristahayuningtyas, Murtaqib, S. (2016). Pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi di rumah sakit
baladhika husada kabupaten Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(1), 1–6.
Darmawidyawati, D., Suchitra, A., Huriani, E., Susmiati, S., Rahman, D., &
Oktarina, E. (2022). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruangan Intensive Care Unit. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 22(2), 1112.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i2.2300
Dewiyanti, Suardi, Alwi, Oktaviana, D., & Amalia, R. (2021). Pengaruh pelaksanaan
mobilisasi dini terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien pasca operasi.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 9(2), 24–30.
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan.
Mubarak, Wahit Iqbal. Chayatin, Nurul. Susanto, J. (2015). Standar Asuhan
Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi dalam Praktik Klinik. June, 464.
Musbahi, A., Abdulhannan, P., Bhatti, J., Dhar, R., Rao, M., & Gopinath, B. (2020).
Outcomes and risk factors of cholecystectomy in high risk patients: A case
series. Annals of Medicine and Surgery, 50(December 2019), 35–40.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.12.003
Pane, D. N., Fikri, M. EL, & Ritonga, H. M. (2018). Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Pre dan Post Operasi Cholelitiasis Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Rachmawati, N. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST
APPENDIKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD dr. SOEDIRAN
MANGUN SUMARSO WONOGIRI. Skripsi.
Reni Anggraeni. (2018). PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI
DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN
PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI. Jurnal Ilmiah Indonesia, 66(2), 37–
39.
https://www.fairportlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost_es
timate_accepted_031914.pdf
Santoso, A. I., Firdaus, A. D., & Mumpuni, R. Y. (2022). Penurunan skala nyeri
pasien post operasi sectio caesarea dengan teknik mobilisasi dini. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Media Husada, 11(April), 97–104.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart Edisi 8 Vol 8. EGC.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Practice Nurse.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. In DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai