Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KUALITAS HIDUP PADA


PEREMPUAN PENDERITA KANKER DI KOTA SURABAYA

Oleh :
NAHDIYA ROSA AHMARI
131611133065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia.

63% dari kematian global pada tahun 2008 (yaitu 36 juta dari 57 juta kematian

global) akibat Penyakit Tidak Menular (PTM), salah satunya adalah kanker

(WHO, 2010). Prevalensi penderita kanker disetiap tahunnya terus meningkat.

Data Global Burden Cancer (GLOBOCAN) menyebutkan terdapat 18,1 juta

kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5

laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker di tahun

2018. Data tersebut juga menyebutkan bahwa 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11

perempuan, meninggal karena kanker (Kemenkes RI, 2019). Riskesdas (2017)

menyebutkan di negara berkembang angka kematian akibat kanker lebih tinggi

dibandingkan dengan negara maju. Perempuan penderita kanker sangat rentan

memiliki masalah psikososial sehingga kualitas hidup mereka dapat terpengaruhi

(Costa-Requena, et al. 2013 dalam Utami, et al. 2017). Penelitian yang dilakukan

oleh Gotay and Muraoka (1998:660) terhadap perempuan penderita kanker, 50%

perempuan sering berpikir mengenai kemungkinan kambuhnya penyakit, dan 73%

melaporkan bahwa mereka lebih mudah mengalami depresi setelah di diagnosis

kanker. World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) mendefinisikan

kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam konteks

budaya dan 4 sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan,

harapan, standar yang diterapkan dan perhatian seseorang (Muslimah &

Rahmawati, 2018). Dalam atrikel Armini et al., (2016) menyebutkan bahwa Self-
efficacy adalah keyakinan untuk mengambil tindakan yang diinginkan, sel f-

efficacy adalah latar belakang seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau

mengendalikan situasi tertentu.

Indonesia berada pada urutan 8 di Asia Tenggara dengan angka kejadian

penyakit kanker (136.2/100.000 penduduk), sedangkan di Asia Indonesia

menduduki urutan ke 23. Pada laki laki, angka kejadian tertinggi adalah kanker

paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per

100.000 penduduk, kemudian kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan pada perempuan,

angka kejadian tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000

penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk kemudian kanker

leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9

per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).  Pusdatin, Kemenkes RI (2013)

menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan

provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan

61.230 orang. Di tahun 2019, RSUD dr. Soetomo mencatat telah menerima 167

ribu pasien kanker. Yang mana kasus paling tinggi adalah kanker payudara (Jawa

Pos, 2020).

Kanker atau tumor ganas merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel/

jaringan yang tidak terkendali, terus bertumbuh atau bertambah, dan immortal

(tidak dapat mati) (Kemkes RI, 2013; American Cancer Society, 2015).Penderita

kanker harus menghadapi penyakit yang memberi dampak pada kesehatan fisik
penderita maupun pada keadaan jiwanya. Penderita kanker harus menghadapi

kenyataan yang tidak pernah mereka inginkan di tengah harapan hidup yang kecil.

Penderitaan ini dapat menimbulkan rasa putus asa bahkan depresi pada penderita

kanker. Selain itu harapan hidup yang kecil membuat seorang penderita kanker

mengalami kecemasan akan masa depan dan ketakutan menghadapi kematian

yang seolah sudah didepan mata. Semangat hidup seolah bertolak belakang

dengan keterbatasan yang dialami penderita kanker. Keadaan semacam itu akan

mempengaruhi kualitas hidup pada penderita kanker. (Prastiwi, 2012). Hasil

penelitian De Groot (2002) dalam Kemkes RI (2015) menunjukkan bahwa kanker

berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien untuk mengalami kondisi tertekan

atau distress. Seseorang yang didiagnosis menderita kanker akan mengalami

berbagai macam reaksi emosi atau tindakan negatif , seperti menarik diri dari

lingkungang sekitar, mengonsumi obat-obat penenang. Bahkan beberapa penderita

ada juga yang menolak untu operasi, melanjutkan kemoterapi dan atau tidak

berobat, sehingga hal ini dapat memperparah keadaannya (Fauziah & Endang,

2012). Selain itu, perempuan dengan kanker terkena dampak negatif dari

penyakitnya seperti perubahan body image, penurunan harga diri, gangguan

hubungan dengan pasangan serta isu seksual dan reproduksi sehingga

menurunkan kualitas hidupnya (Priyanto, 2011).

Oleh karena itu adanya suatu efikasi diri itu sendiri berguna untuk mencapai

tujuan (goal) yang akan dihadapi oleh penderita, misalnya kesembuhan terhadap

kanker tersebut, karena dapat meningkatkan motivasi seseorang. Semakin tinggi

efikasi diri yang dimiliki seseorang maka dapat meningkatkan kualitas hidup
orang tersebut baik dari aspek fungsi, fungsi peran, fungsi emosional dan fungsi

kognitif. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitan tentang self efficacy pada perempuan penderita kanker. Dengan

demikian, melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Self Afficacy dengan

Kualitas Hidup pada Perempua Penderita Kanker di kota Surabaya”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan self afficacy dengan kualitas hidup pada perempuan

penderita kanker di kota Suraaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan hubungan self afficacy dengan kualitas hidup pada

perempuan penderita kanker di kota Suraaya.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah menganalisis ada atau tidaknya

hubungan antara self afficacy dengan kualitas hidup pada perempuan penderita

kanker di kota Suraaya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis

Diketahuinya terdapat hubungan antara self afficacy dengan kualitas

hidup pada perempuan penderita kanker dapat digunakan acuan dalam


pemberian intervensi perawat guna meningkatkan kualitas hidup pada

penderita kanker.

1.4.2 Praktis

1. Perempuan Penderita Kanker

Pengetahuan terhadap self efficacy dapat digunakan dalam

meningkatkan kualitas hidup pada penderita kanker.

2. Profesi Kesehatan / Keperawatan

Dengan adanya informasi baru tentang self efficacy dapat memberikan

asuhan keperawatan yang tepat untuk klien agar dapat meningkatkan

motivasi dan kualitas hidup pasien penderita kanker.

3. Lembaga/ Institusi

Dengan diketahui adanya hubungan self efficacy dengan kualitas hidup

pada perempuan penderita kanker sehingga menjadi sumber informasi bagi

intitusi kesehatan dalam memberikan asuhan dengan lebih baik.

4. Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pandangan untuk penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih baik.
Tabel 1.1 Keaslian Penulisan : Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas

Hidup pada Perempuan Penderita Kanker di Kota Surabaya

No. Judul Artikel, Penulis, Metode Hasil Penelitian


Tahun (Desain, Sampel, Variabel
Instrumen, Analisis)
1. Evaluasi Kualitas D : Non-eksperimental Hasil menunjukkan bahwa
Hidup dengan bersifat analitik setelah kemoterapi siklus
Kuesioner EQ-5D S : 43 pasien penderita pertama, persentase masalah
pada Pasien Kanker kanker serviks rawat inap kemampuan
Serviks Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin berjalan/bergerak dan
Sebelum dan Setelah Bandung kegiatan yang biasa
Kemoterapi V: dilakukan mengalami
(Suwendar,et al. 2017)  Variabel bebas : peningkatan, rasa sakit/ tidak
usia, stadium nyaman dan rasa
kanker, tingkat cemas/depresi mengalami
Pendidikan, penurunan, sedangkan
 Variable tergantung perawatan diri tidak
: kualitas hidup mengalami perubahan.
pasien sebelum dan Berdasarkan hasil uji
sesudah kemoterapi statistik, setelah kemoterapi
I : Kuesioner EQ-5D dan siklus pertama, nilai utility
wawancara dan EQ-5D VAS mengalami
A : Uji statistik parametrik peningkatan dan
menunjukkan peningkatan
bermakna (nilai T hitung
masing-masing 2,0 dan 4,5)
pada pasien stadium I.
2. Pengaruh Efikasi Diri, D : Penelitian kuantitatif Usia ratarata penderita
Dukungan Keluarga, dengan studi penelitian kanker payudara dalam
dan Sosial Ekonomi analitik observasional penelitian ini adalah 50.21
Terhadap Kualitas dengan pendekatan cross ±7.67 tahun, dengan nilai
Hidup Pasien Kanker sectional kualitas hidup pada status
Payudara di RSUD S : 63 pasien kanker di kesehatan global
Dr. Moewardi RSUD Dr. Moewardi 73.81±10.97. Pada alisisis
(Lusiatun, et al.2016) V: regresi logistic ganda
 Variabel bebas : diperoleh pengaruh positif
usia, Pendidikan, kuat antara efikasi diri yang
pendapatan tinggi terhadap status
keluarga, sumber kesehatan global (OR=3.45;
biaya pengobatan, CI 95% 0.98 sd 12.12; p-
status pernikahan), 0.053), terdapat pengaruh
dukungan keluarga positif sedang antara
 Variabel tergantung dukungan keluarga yng kuat
: efikasi diri pasien terhadap staus kesehatan
I : Kuisioner dan data globa; (OR=2.67; CI 95%
rekam medik 0.84 sd 8.46; p—0.096),
A : Analisis regresi logistic terdapat pengaruh positif kuat
ganda antara tingkat Pendidikan ibu
≥SMA terhadap status
kesehatan global (OR=3.99;
CI 95% 1.15 sd 13.79;
p=0.028), dan terdapat
pengaruh positif sedang
antara pendapatan keluarga
≥UMR terhadap status
kesehatan global (OR= 1.51:
CI 95% 0.43 sd 5.26;
p0.518).
3. Kualitas Hidup D : Kualitatif dengan Hasil penelitian ini
Penderita Kanker menggunakan pendekatan menunjukkan bahwa
(Prastiwi. 2012) studi kasus. penyakit kanker memberikan
S : penderita kanker yang perubahan signifikan secara
mempunyai kualitas hidup fisik maupun psikis individu,
yang positif yaitu, JT (20 antara lain: kesedihan,
tahun), RM (42 tahun), dan kekhawatiran dan ketakutan
BG (29 tahun). akan masa depan dan
I: observasi, wawancara, kematian. Kualitas hidup
dokumentasi dan tes grafis, penderita kanker dipengaruhi
V: pemahaman individu
 Variabel bebas : terhadap penyakitnya
aspek psikologis, sehingga seseorang tahu cara
aspek sosial, aspek, menjaga kesehatan, serta
fisik dan aspek faktor ekonomi dimana hal
lingkungan ini menjadi kekhawatiran
 Variabel tergantung khusus terhadap biaya
: kualitas hidup pengobatan. Aspek dominan
pasien pembentukan kualitas hidup
A: Tes grafis yang meliputi penderita kanker adalah
House Tree Person, Tree aspek psikologis, meliputi
Test, dan Draw A Person spiritualitas, dukungan sosial
Test oleh psikolog. dan kesejahteraan.
4. Peran Keluarga Dan D : cross-sectional Sebagian besar keluarga
Kualitas Hidup Pasien S : semua pasien dengan memiliki tugas kesehatan
Kanker Serviks kanker serviks dan keluarga tingkat sedang,
(Kusumaningrum, et keluarga mereka di bangsal sedangkan mayoritas pasien
al. 2016) ginekologi RS Dr Soetomo juga memiliki kualitas hidup
Surabaya tingkat sedang. Tidak ada
I : wawancara terstruktur korelasi yang signifikan
menggunakan Fact Cx antara tugas kesehatan
untuk kualitas hidup dan keluarga pada kualitas hidup
kuesioner tugas kesehatan pada pasien dengan kanker
keluarga serviks.
V:
 Variabel bebas :
usia, pengetahuan
pasien, lima tugas
kesehatan keluarga
 Variabel tergantung
: kualitas hidup
pasien
A : Analisis regresi linier
5. Faktor Personal, Self D : deskriptif korelatif Hasil penelitian
Efficacy Dan Upaya dengan pendekatan cross menunjukkan hubungan
Pencegahan Kanker sectional antara faktor personal dan
Serviks Pada S : 64 responden wanita upaya pencegahan kanker
Perempuan Usia usia produktif di wilayah serviks menghasilkan p =
Produktif (Ni Ketut Puskesmas Kenjeran 0,025 (α ≤ 0,05). Sedangkan
Alit, et al. 2016) Surabaya variable hubungan self
I : kuisioner efficacy dengan upaya
V: pencegahan kanker serviks
 Variabel bebas : pada wanita usia produktif
faktor personal dan menghasilkan p = 0,094 (α ≤
self efficacy 0,05). Faktor personal
 Variabel tergantung berhubungan dengan upaya
: upaya pencegahan pencegahan kanker serviks
primer dan pada wanita usia produktif
sekunder sedangkan self efficacy tidak
A : uji statistik Spearman’s berhubungan dengan upaya
rho pencegahan kanker serviks
pada wanita usia produktif.
6. Hubungan Antara D : kuantitatif yang bersifat hasil data penelitian analisa
Efikasi Diri dengan penelitian eksplanatif menggunakan korelasi
Perilaku Mencari (eksplanatory research) spearman's rho memiliki taraf
Pengobatan pada S : Penderita kanker signifansi ρ = 0.116, taraf
Penderita Kanker payudara di RSUD Ibnu signifikansi yang > 0.05
Payudara di RSUD Sina Gresik, stadium I-II, menunjukan bahwa hipotesis
Ibnu Sina Gresik berusia 30 tahun, sebanyak kerja dalam penelitian ini
(Endang, 2012) 91 orang. ditolak (Ho diterima, Ha
I : Kuisioner, dua buah ditolak), yaitu tidak ada
skala konstruk psikologis hubungan antara efikasi diri
V: dengan perilaku mencari
 Variabel bebas : pengobatan pada penderita
efikasi diri kanker payudara di RSUD
 Variabel tergantung Ibnu Sina Gresik. Tidak
: perilaku mencari adanya hubungan antara
pengobatan efikasi diri dengan perilaku
A : teknik statistik mencari pengobatan hanya
spearman's rho berlaku pada populasi
penelitian, yaitu penderita
kanker payudara di RSUD
Ibnu Sina Gresik
7. Hubungan Dukungan D: kuantitatif korelasional penelitian menunjukkan ada
Pasangan Dan Efikasi S : 50 orang pasien yang hubungan yang sangat
Diri Dengan menjalani rawat jalan di signifikan antara dukungan
Kepatuhan Menjalani Klinik Penyakit Dalam pasangan dan efikasi diri
Pengobatan Pada RSUD Dr. Moewardi dengan kepatuhan menjalani
Penderita Diabetes Surakarta, berusia 40-65 pengobatan pada penderita
Mellitus Tipe II (Intan tahun dan masih memiliki diabetes mellitus tipe II.
pertiwi. 2015) pasangan Artinya, dukungan pasangan
I : skala dukungan dan efikasi diri dapat
pasangan, skala efikasi diri, digunakan sebagai prediktor
dan skala kepatuhan kepatuhan dalam menjalani
V: pengobatan pada penderita
 Variabel bebas : diabetes mellitus tipe II.
dukungan
pasangan, efikasi
diri
 Variabel tergantung
: kepatuhan
menjalani
pengobatan
A : analisis regresi ganda
8. Medical, social,and D : cross-sectional
Peserta melaporkan tingkat
personal factors as S : 75 pasien kanker yang
rata-rata kualitas hidup
correlates of quality of lebih tua sedang. Skor QOL pria lebih
life among older V: tinggi daripada skor wanita.
cancer patients with Korelasi positif ditemukan
 Variabel bebas :
permanent stoma antara citra tubuh yang
citra tubuh, self
(Ayalon, et al. 2019) dirasakan, perawatan diri,
efficacy, dukungan
social,self-efficacy, dukungan sosial
dan kualitas hidup. Korelasi
 Variabel tergantung
negatif ditemukan antara
: kualitas hidup
pasien kecemasan dan QOL. Tiga
dengan
variabel muncul sebagai
stoma permanen
I : Kuisioner prediktor signifikan QOL:
self-efficacy (β = 0,41, P
A : menggunakan uji Chi
Square, <0,001), dan jenis kelamin (β
Pearson, dan
= −0,14, P <0,05). Model
Spearman tests, sesuai
menjelaskan varians dari
dengan struktur skala yang
73,6%. Efikasi diri, citra
berbeda (nominal, ordinal,
orratio) tubuh yang dirasakan, dan
jenis kelamin adalah faktor
yang paling penting untuk
kualitas hidup pasien yang
lebih tua dengan stoma dalam
penelitian ini.
9. Implementasi Peran D : Deskriptif analitik Penelitian ini menunjukkan
Perawat sebagai dengan menggunakan korelasi yang signifikan
Kontrol Kognator pendekatan cross sectional antara peran perawat dan
untuk Meminimalkan S : 30 pasien kanker tingkat stres di antara pasien
Tingkat Stres Pasien serviks yang baru kanker serviks (p = 0,007, r =
Kanker Serviks didiagnosis di Onkologi 0,0485). Peran positif
Poliklinik Rumah Sakit Dr perawat dapat meningkatkan
Soetomo kemampuan beradaptasi dan
V: mengurangi tingkat stres
 Variael bebas : pasien dengan memberikan
peran perawat pendidikan kesehatan yang
 Variabel tergantung komprehensif. Perawat
: tingkat stress melakukan peran unik
pasien sebagai fasilitator dalam
I : Kuisioner proses adaptasi. Perawat
A : uji statistik Spearman's harus berpikiran luas dan
Rho memiliki keterampilan
komunikasi yang baik,
pemahaman psikologis, dan
kemampuan untuk menjadi
panutan yang positif
10.
11.
12.
13.

Anda mungkin juga menyukai