Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karsinoma didefinisikan sebagai pertumbuhan sel yang tidak normal atau

terus menerus dan tidak terkendali, berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel tubuh

manusia dan merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang

jauh dari asalnya yang disebut metastasis (Departemen Kesehatan, 2009).

Karsinoma mammae adalah tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara

dimana tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang dapat tumbuh dan

menyerang jaringan atau bermetastasis ke daerah yang jauh dari tubuh sekitarnya

(ACS, 2014). Keganasan karsinoma mammae berasal dari sel kelenjar, saluran

kelenjar dan jaringan penunjang payudara dan tidak termasuk kulit payudara serta

kebanyakan menyerang kelompok usia 40 – 70 tahun (Depkes, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008 memperkirakan kanker

sebagai penyebab kematian akibat penyakit tidak menular di dunia sebanyak 12%

(Bahrami & Farzi, 2014), sedangkan menurut GLOBOCAN (2008) kanker

payudara adalah kanker yang paling sering didiagnosis dan merupakan penyebab

utama kematian akibat kanker di kalangan perempuan, yaitu 23% dari kasus

kanker total dan 14% dari kematian akibat kanker (Jemal, Bray, Center, Ferlay,

Ward, & Forman, 2011).

1
Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2013 menjelaskan

jumlah pasien rawat inap dengan karsinoma di seluruh RS di Indonesia sebanyak

1,4 per 1000 penduduk dan merupakan 5,7 % penyebab kematian dari seluruh

penyakit. Karsinoma mammae tercatat sebagai jenis kanker tertinggi pada pasien

rawat inap maupun rawat jalan diseluruh RS di Indonesia dengan jumlah pasien

sebanyak 12.014 orang atau 28,7 % disusul kanker leher rahim sebanyak 5.786

kasus atau 11,78%. Tingkat prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai

40 per 100.000 penduduk dan insidensi kejadian pada perempuan mencapai 26

per 100.000 perempuan (NFA, 2008) dikutip dalam (Muslimah, Annisa Nur,

2009). Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Pendidikan Universitas

Hasanuddin angka kejadian karsinoma mammae pada tahun 2013 tercatat pasien

rawat inap sebanyak 148 kasus dan rawat jalan sebanyak 273 kasus, sedangkan

pada tahun 2014 dalam kurun waktu enam bulan angka kejadian rawat jalan

meningkat hingga 502 kasus dan rawat inap 66 kasus dan 96 diantaranya

menjalani kemoterapi. Bagian rekam medik RS Ibnu Sina Makassar juga

mencatat angka kejadian karsinoma mammae di tahun 2013 yaitu rawat inap

sebanyak 230 kasus dan rawat jalan 137 kasus, sedangkan pada tahun 2014

tercatat 537 kunjungan untuk kasus karsinoma mammae dengan total kunjungan

kemoterapi sebanyak 354.

Kemajuan di bidang pengobatan kanker saat ini telah banyak memperpanjang

umur harapan hidup penderita, tetapi kesempatan hidup lebih lama belum tentu

dapat dinikmati dengan baik, penderita karsinoma mammae dapat mengalami hal-

2
hal yang membuat mereka bermasalah dengan kualitas hidupnya, diantaranya

perasaan khawatir terhadap pekerjaan dan kemampuan untuk pengobatan, kondisi

keuangan, peran dalam keluarga, aktivitas seksual, dan penampilan fisik. Kualitas

hidup menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) group,

didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup

dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya

dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Hal ini

merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan

fisik, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi

dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka (WHO, 1997) sedangkan

menurut Brunner & suddarth (1995) kualitas hidup adalah konstruksi

multidimensi yang mencakup status fungsi (perawatan diri), kesejahteraan

psikososial, fungsi sosial dan keluarga, dan kesejahteraan spiritual yang nantinya

akan merupakan indikator penting tentang seberapa baik seorang individu dapat

berfungsi setelah diagnosis dan pengobatan (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Ferrel et al (2012) dalam Quality of Life Instrumen – Breast

Cancer Patient Version (QOL-BC) aspek-aspek yang perlu dikaji untuk

mengetahui kualitas hidup dari penderita karsinoma mammae adalah kondisi

fisik, psikologis, hubungan sosial dan spiritual (Ferrel, R B; Dow, H K; Grant, M,

2012). Sedangkan menurut menurut WHOQOL aspek kualitas hidup adalah

kesehatan fisik, mencakup energi dan kelemahan, nyeri dan ketidaknyamanan,

3
dan kebutuhan istirahat ; psikologi, mencakup citra diri dan penampilan, perasaan

positif dan negatif, pola berfikir, belajar dan konsetrasi ingatan ; tingkat

kebebasan, mencakup mobilisasi, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada

substansi pengobatan dan bantuan medis, kapasitas kerja ; hubungan sosial

mencakup hubungan perorangan, dukungan sosial, akitivitas seksual ;

Lingkungan mencakup sumber pendapatan, keamanan dan kenyamanan fisik,

kepedulian sosial dan kesehatan, kesempatan mendapat informasi ; Spiritual

mencakup kepercayaan pribadi.

Sebagian besar terapi yang diberikan pada pasien karsinoma mammae,

khususnya pada penyakit yang telah bermetastase hanya diberikan dengan tujuan

paliatif, dimana lama hidup atau kualitas hidup menjadi sasaran utama

pengobatan. Kualitas hidup setiap individu berbeda, tergantung dari cara individu

mengahadapi permasalahan yang timbul dalam dirinya. Jika individu menghadapi

dengan positif maka kualitas hidupnya akan baik, namun jika individu

menghadapi dengan negatif maka kualitas hidupnya akan buruk.

Prognosis penyakit yang terus memburuk bisa mempengaruhi penurunan

kualitas hidup, sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan terhadap

pasien dengan karsinoma mammae seperti hasil dari penelitian Ferrel dkk (2012)

terhadap 110 responden mengatakan bahwa terapi pembedahan, kemoterapi,

radioterapi bisa mempengaruhi atau menurunkan kualitas hidup penderita

karsinoma mammae, hal tersebut sejalan dengan penelitian (Djuminten, Wilopo,

& Setiaji, 2011) terhadap 50 responden dengan karsinoma mammae di RSUP

4
Dr.Sardjito, Yogyakarta yang menyatakan bahwa stadium penyakit dan terapi

yang diberikan pada penderita karsinoma mammae seperti kemoterapi dan radiasi

mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis sehingga mempengaruhi penurunan

kualitas hidup penderita.

Kualitas hidup dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk pemberian

tindakan paliatif dan bahkan mempengaruhi penyembuhan penderita karsinoma

mammae, untuk itu perlu diadakan penelitian yang menggambarkan tentang

kualitas hidup pasien karsinoma mammae di Rumah Sakit Makassar tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Meskipun telah dilakukan pengobatan terhadap pasien dengan karsinoma

mammae, tetapi hanya sedikit yang menampakkan perbaikan secara keseluruhan,

sebagai akibatnya pertimbangan kualitas hidup saat ini telah menjadi isu yang

penting. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah ”Bagaimanakah gambaran kualitas hidup penderita karsinoma mammae di

Rumah Sakit Makassar tahun 2014? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran kualitas hidup penderita karsinoma mammae

di Rumah Sakit Makassar Tahun 2014.

5
2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pemenuhan ADL penderita karsinoma mammae

berdasarkan umur, grade kanker dan siklus kemoterapi di Rumah Sakit

Makassar Tahun 2014.

b. Diketahuinya gambaran kondisi fisik penderita karsinoma mammae

berdasarkan umur, grade kanker dan siklus kemoterapi di Rumah Sakit

Makassar Tahun 2014.

c. Diketahuinya gambaran kondisi psikologis penderita karsinoma mammae

berdasarkan umur, grade kanker dan siklus kemoterapi di Rumah Sakit

Makassar Tahun 2014.

d. Diketahuinya gambaran hubungan sosial penderita karsinoma mammae

berdasarkan umur, grade kanker dan siklus kemoterapi di Rumah Sakit

Makassar Tahun 2014.

e. Diketahuinya gambaran kondisi spiritual penderita karsinoma mammae

berdasarkan umur, grade kanker dan siklus kemoterapi di Rumah Sakit

Makassar Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai informasi dan pembelajaran dalam rangka menambah

wawasan pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dalam bidang

6
penilitian mengenai gambaran kualitas hidup penderita karsinoma mammae

di Rumah Sakit Makassar Tahun 2014.

2. Manfaat Praktis

A. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga dalam rangka

memperluas pengetahuan peneliti dan mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat selama kuliah.

B. Bagi bidang akademik

Sebagai informasi dan bahan bacaan agar dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan peneliti selanjutnya.

C. Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi tentang gambaran kualitas hidup

penderita karsinoma mammae sebagai pertimbangan untuk pemberian

perawatan paliatif pada penderita karsinoma mammae dengan kualitas

hidup buruk.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karsinoma Mammae

1. Pengertian Karsinoma Mammae

Karsinoma mammae adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit

payudara dan merupakan tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara.

Tumor ganas yang dimaksud yaitu sekelompok sel-sel kanker yang dapat

tumbuh dan menyerang jaringan atau penyebaran ( metastasis) ke daerah

yang jauh dari tubuh sekitarnya (Depkes, 2009). Menurut (Brasher, 2008)

karsinoma mammae adalah proliferasi neoplastik pada sel-sel payudara

yang diklasifikasikan menjadi :

a. Duktal

1. Karsioma in situ (DCIS) : 50% dari semua kasus akar invasive

2. Duktal infiltrative : kanker payudara yang paling sering

3.Lainnya meliputi medular, tubular, musinus, papilar, adenokistik,

b. Lobular

1. Karsinoma in situ (LCIS)

2. Lobular infiltrative

8
c. Lain

1. Penyakit paget : merembes dan gatal pada putting

2.Inflamasi kanker payudara : edema kulit, kemerahan dan hangat.

2. Etiologi

Menurut Brunner & Suddart, tidak ada penyebab spesifik dari kanker

payudara, faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat

menunjang terjadinya kanker payudara (Smeltzer & Bare, 2001). Walaupun

penyebab kanker payudara yang pasti masih belum jelas, namun (Davey, 2005)

menjelaskan ada beberapa faktor prediposisi yang diketahui yaitu :

a. Paparan estrogen, terutama bila ditandingi oleh progesterone menjelaskan

hubungan kanker payudara dengan menstruasi yang mulai pada usia lebih

muda, menopause yang terlambat dan nuliparitas.

b. Riwayat keluarga dan pribadi, 10 % dari karsinoma mammae ditentukan

secara genetis dalam kaitannya dengan beberapa gen. Adanya riwayat

karsinoma mammae, endometrium atau kanker ovarium mengindikasikan

adanya peningkatan resiko yang ditentukan secara genetik, adanya riwayat

penyakit payudara jinak dan radiasi dada juga merupakan faktor resiko.

c. Konsumsi lemak tinggi dan status sosial ekonomi.

9
Dalam Mitchel (2009), dijelaskan beberapa fakor resiko karsinoma

mammae sebagai berikut :

1. Usia

Kasus karsinoma mammae jarang ditemukan sebelum usia 25

tahun. Insidensi kanker pada wanita mengalami peningkatan

disepanjang hidup wanita, usia rata-rata diagnosis karsinoma mammae

ditegakkan adalah 64 tahun.

2. Usia saat menarke

Wanita yang mendapat menarke atau haid pertama sebelum

usia 11 tahun, resiko untuk menderita karsinoma mammae adalah 20%

dibandingkan dengan wanita yang mendapat menarke setelah usia 11

tahun.

3. Kelahiran hidup pertama

Wanita dengan kehamilan aterm pertama sebelum usia 20

tahun, beresiko 50% lebih besar daripada wanita primipara atau usia

pertama melahirkan setelah 35 tahun.

4. Keluarga derajat pertama dengan kanker payudara

Resiko meningkat mengikuti jumlah saudara pertama yang

terkena kanker payudara dan 13 % dari penderita kanker payudara

mengalami hal tersebut.

10
3. Patofisiologi

Masa antara menarke dan kehamilan pertama merupakan masa yang

paling baik untuk mutagenesis sel-sel payudara. Proses terjadinya kanker

payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas, radiasi,

hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat

karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat

menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan

epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi

hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik, sel-sel ini akan

berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker

membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal

sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba, kira-kira

berdiameter 1 cm. Pada ukuran tersebut, seperempat dari kanker payudara

telah bermetastase dan sudah bisa teraba. Gejala kedua yang paling sering

terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan

mungkin berdarah, jika penyakit telah berkembang lanjut dapat terlihat

pecahnya benjolan-benjolan pada kulit.

Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi

kira-kira 1-2 % wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip

dengan infeksi payudara akut yaitu kulit menjadi merah, panas, edematoda,

dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe, tempat yang

paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang.

11
Karsinoma mammae bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan

sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Price & Wilson,

2006).

4. Klasifikasi Karsinoma Mammae

a. Menurut WHO, klasifikasi karsinoma mammae, dibagi sebagai berikut :

1) Karsinoma mammae non invasif

i. Karsinoma intraduktus in situ

Karsinoma mammae non-infasiv adalah karsinoma yang seringkali

terdeteksi pada mammogram sebagai mikrokalsifikasi atau tumpukan

kalsium dalam jumlah yang kecil. Karsinoma intraduktus dibagi

kedalam 2 subtipe mayor komedo dan nonkomedo, karsinoma ini

mengenai duktus dan sering disertai dengan inflamasi stroma. Penderita

karsinoma intraduktus in situ dapat bertahan hidup dengan

kemungkinan 100 % apabila didapati deteksi dini dengan catatan

kanker belum menyebar dari saluran susu ke jaringan lemak payudara

dan bagian tubuh lainnya.

ii. Karsinoma Lobular in situ

Karsinoma lobular in situ ditandai dengan pelebaran satu atau

lebih duktus terminal, tanpa disertai inflamasi kedalam stroma. Jenis

kanker ini dapat juga ditandai dengan proliferasi sel-sel didalam

lobulus payudara.

12
2) Karsinoma mammae Invasif

i. Karsinoma duktus invasif

Kanker yang biasanya terjadi sebelum maupun sesudah masa

menopause, kadang dapat diraba dan pada pemeriksaan mammograf,

kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium

(mikrokalsifikasi). Kanker ini biasa terbatas pada daerah tertentu

dipayudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan.

ii. Karsinoma Lobular infasiv

Karsinoma lobular mulai tumbuh didalam kelenjar susu dan

biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan

tidak terlihat pada mammogram, namun seringkali ditemukan secara

tidak sengaja saat dilakukan mammografi untuk kepentingan lainnya.

Sekitar 25-30 % penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan

menderita kanker infasiv.

iii.Karsinoma musinosum

Pada karsinoma ini didapatkan sejumlah besar mucus intra dan

ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun

mikroskopis. Secara histologist, terdapat 3 bentuk sel kanker yaitu :

a) Bentuk pertama, sel tampak seperti pulau-pulau kecil yang

mengambang dalam cairan

b) sel tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas dan

lumennya.

13
iv.Karsinoma meduler

Sel kanker berukuran lebih besar dan lebih lonjong dengan

batasan sitoplasma yang tidak jelas, diferensiasi buruk namun

prognosisnya lebih baik daripada karsinoma duktus infiltratif, karena

biasanya ada inflitrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedang diantara

sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.

b. Klasifikasi karsinoma mammae metode TNM menurut SEER (2001) :

Tumor primer (T) :

T0 = Tidak ada bukti tumor primer

Tis = Karsinoma in situ

T1 = tumor ≤ 2 cm

T2 = tumor > 2 cm tapi ≤ 5 cm

T3 = tumor > 5 cm

T4 = perluasan ke dinding dada, inflamasi.

Kelenjar getah bening :

N0 = tidak ada tumor dalam kelenjar limfe regional

N1 = metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang dapat berpindah.

N2 = Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral yang terfiksasi

N3 = Metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral.

Metastasis Jauh :

M0 = tidak ada metastasis jauh

14
M1 = metastasis jauh termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular

ipsilateral.

Pengelompokan stadium :

Stadium 0 : Tis – N0 – M0

Stadium I : T1 - N0 – M0

Stadium IIA : T0 – N1 – M0

T1 – N1 - M0

T2 – N0 – M0

Stadium IIB : T2 – N1 – M0

T3 – N0 – M0

Stadium IIIA : T0 – N2 – M0

T1 – N2 – M0

T2 – N2 - M0

T3 – N1, N2 – M0

Stadium IIIB : T4 – N apa saja – M0

T apa saja – N3 – M0

Stadium IV : T apa saja – N apa saja – M1.

5. Penatalaksanaan Karsinoma Mammae

a. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi

kanker dan merupakan salah satu dari empat modalitas yaitu pembedahan,

15
terapi radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang menyediakan kesembuhan,

kontrol penyakit atau sebagai terapi paliatif (Otto, 2005). Dalam Buku Ajar

Ilmu Keperawatan Medikal Bedah juga dijelaskan bahwa kemoterapi adalah

penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel

kanker dengan mengganggu fungsi dan reproduksi selular. Kemoterapi

umumnya digunakan untuk mengobati penyakit siskemik daripada lesi

setempat dan yang dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi, kemoterapi

juga bisa dikombinasikan dengan pembedahan atau terapi radiasi atau

keduanya untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi atau merusak

sel-sel kanker tersisa pascaoperasi (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut American Cancer Society kemoterapi adalah pengobatan

dengan obat anti-kanker yang dapat diberikan secara intravena untuk

menghancurkan sel-sel kanker didalam tubuh. Kemoterapi diberikan dalam

siklus yaitu Obat diberikan selama beberapa hari dan diselingi dengan

istirahat beberapa minggu, untuk memberikan kesempatan bagi jaringan

normal untuk tumbuh kembali (ACS, 2013). Siklus kemoterapi adalah waktu

yang diperlukan untuk pemberian satu kemoterapi, pada umumnya kanker

payudara diberikan enam siklus kemoterapi dengan interval antarsiklus adalah

setiap tiga minggu. Apabila kemoterapi telah dilakukan satu siklus, pemberian

harus dilakukan hingga selesai dan tidak bisa dihentikan karena sel kanker

16
tidak akan mati dan menyebabkan sel-sel kanker resisten terhadap pemberian

kemoterapi selanjutnya.

Kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan disebut kemoterapi

neoadjuvant sedangkan pemberian setelah operasi disebut kemoterapi

adjuvant. Tidak ada perbedaan dalam hal bertahan hidup antara kemoterapi

adjuvant dan neoadjuvant, hanya saja kemoterapi neoadjuvant dapat

mengecilkan ukuran kanker sehingga cukup kecil untuk diatasi melalui

pembedahan. Tujuan kemoterapi adalah untuk penyembuhan, pengontrolan

dan paliatif, tujuan tersebut harus realistik karena tujuan tersebut akan

menetapkan medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana

pengobatan. Setiap kali sel kanker terpajan terhadap agens kemoterapeutik,

presentase sel-sel kanker 20 % - 99% mengalami kerusakan tergantung pada

dosis yang diberikan, pengulangan dosis obat diperlukan sepanjang periode

yang diperpanjang untuk mencapai regresi sel-sel kanker (Smeltzer & Bare,

2002).

Obat kemoterapi bekerja pada sel-sel yang membelah dengan cepat,

oleh sebab itu kemoterapi dapat menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh,

tetapi sel-sel lain dalam tubuh, seperti sumsum tulang, lapisan mulut dan usus,

dan folikel rambut juga akan terpengaruh oleh kemoterapi. Efek samping

kemoterapi tergantung pada jenis obat, jumlah yang diambil, dan lamanya

pengobatan. Beberapa efek samping yang paling umum muncul adalah rambut

17
rontok, sariawan, kehilangan nafsu makan atau bahkan meningkat, mual dan

muntah, dan kekurangan sel darah. Kemoterapi dapat mempengaruhi darah

membentuk sel-sel sumsum tulang, sehingga dapat menyebabkan peningkatan

resiko infeksi karena rendahnya sel darah putih, mudah memar atau

pendarahan dan kelelahan karena rendahnya sel darah merah. Efek samping

ini biasanya berlangsung dalam waktu singkat dan hilang setelah pengobatan

selesai (ACS, 2013).

b. Radioterapi / terapi radiasi

Radioterapi adalah terapi yang digunakan untuk mengganggu

pertumbuhan sel kanker dengan pemberian radiasi yang berfungsi mengontrol

penyakit kanker bila tumor tidak dapat diangkat melalui pembedahan atau bila

ada metastase pada nodus lokal. Radiasi dapat diberikan dengan dua

mekanisme yaitu radiasi eksternal dan radiasi internal, jika diberikan radiasi

eksternal maka jenis radiasi yang diberikan berdasar pada kedalaman tumor

sedangkan pada radiasi internal digunakan dengan memberikan radiasi dosis

tinggi ke area yang terlokalisir.

Dosis radiasi bergantung pada sensivitas jaringan target terhadap

radiasi dan ukuran tumor, dosis letal tumor diartikan sebagai dosis yang akan

menghilangkan 95 % tumor tetapi masih mempertahankan jaringan normal.

Dosis total radiasi diberikan selama beberapa minggu untuk memungkinkan

perbaikan jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).

18
c. Pembedahan

Pembedahan adalah tindakan pengangkatan sel kanker secara

keseluruhan melalui operasi. Pembedahan pada kanrsinoma mammae dapat

dilakukan dengan berbagai tujuan diantaranya sebagai pengobatan primer

yaitu pengangkatan seluruh tumor atau sebanyak mungkin yang bisa diangkat

dan semua jaringan sekitar yang terkena, bedah diagnostik yaitu bedah yang

dilakukan untuk mendapatkan biopsi untuk menganalisis jaringan yang

diduga ganas, bedah profilaktik yaitu pengangkatan jaringan atau organ

nonvital yang mungkin untuk terjadinya kanker, bedah paliatif yaitu usaha

untuk menghilangkan komplikasi kanker dan bertujuan untuk peningkatan

kualitas hidup dan bedah rekontruksi yaitu bedah kuratif yang dilakukan

dalam upaya untuk mempertahankan fungsi atau memperoleh efek kosmetik

yang diinginkan (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Price & Wilson (2006),

jenis-jenis pembedahan pada karsinoma mammae adalah :

1) Mastektomi parsial, yaitu pembedahan dimulai dari tilektomi

(lumpektomi) sampai pengangkatan segmental ( pengangkatan

jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai

pengangkatan seperempat payudara atau kuadaranektomi,

pengambilan contoh jaringan kelenjar getah bening aksila untuk

penentuan stadium.

19
2) Mastektomi total dengan diseksi aksila rendah, yaitu eksisi

seluruh payudara, semua kelenjar getah bening di latertal otot

pektoralis minor.

3) Mastektomi radikal yang dimodifikasi, yaitu eksisi seluruh

payudara dan semua atau sebagian besar jaringan aksila.

4) Mastektomi radikal, yaitu eksisi seluruh payudara, otot pektoralis

mayor dan minor dan seluruh aksila.

5) Mastektomi radikal yang diperluas, yaitu mastektomi radikal

ditambah dengan kelenjar getah bening.

B. Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

group, kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu

dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup

dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan

perhatian seseorang. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara

kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kemandirian,

hubungan social, keyakinan pribadi dan hubungan kepada karakteristik

lingkungan mereka (WHO, 1997), sedangkan menurut Holland Kualitas hidup

adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam

situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien

(Holland, 2009).

20
Brunner & suddarth (1995), juga menjelaskan kualitas hidup sebagai

konstruksi multidimensi yang mencakup status fungsi (perawatan diri),

kesejahteraan psikososial, fungsi sosial dan keluarga, dan kesejahteraan

spiritual yang nantinya akan merupakan indikator penting tentang seberapa

baik seorang individu dapat berfungsi setelah diagnosis dan pengobatan

(Smeltzer & Bare, 2001). Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu

mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan, lebih spesifiknya

adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam

konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya

dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian

individu (Fayers & Machin, 2006).

2. Komponen Kualitas Hidup

Menurut (Djuminten et al, 2011) kualitas hidup pada penderita karsinoma

mammae ditinjau dari empat aspek yaitu :

a. Dimensi kesehatan fisik, hal ini berkaitan dengan masalah kelelahan,

nafsu makan, nyeri, tidur, perubahan berat badan, kekeringan pada

vagina atau gejala menopause, perubahan haid, dan kondisi fisik

secara umum.

21
b. Dimensi psikologi, mengungkap masalah mengenai kesulitan hidup

akibat penyakit dan pengobatan, kebahagiaan, kepuasan hidup,

perubahan penampilan, ketakutan atau kekhawatiran.

c. Dimensi sosial, aspek ini berkaitan dengan keluarga, dukungan yang

diperoleh dari orang lain, hubungan pribadi dengan orang lain,

hubungan seksual, pekerjaan, kegiatan dirumah, dan beban keuangan.

d. Dimensi spiritual, berhubungan dengan kegiatan rohani, masa depan,

perubahan positif dalam hidup, tujuan hidup dan harapan untuk

sembuh.

Sedangkan menurut WHOQOL aspek-aspek yang termasuk dalam

kualitas hidup menurut adalah:

a. Kesehatan fisik mencakup Activity Daily Living (ADL), energi untuk

kehidupan sehari-hari, mobilitas, nyeri dan ketidaknyamanan,

kelelahan, istirahat dan tidur, kapasitas kerja.

b. Psikologi mencakup citra diri dan penampilan, merasa diri berarti,

perasaan positif, perasaan negatif, pola berfikir, kepuasan diri atau

penghargaan diri, belajar, kemampuan memori dan konsentrasi.

c. Tingkat kebebasan mencakup mobilisasi, aktivitas sehari-hari,

kapasitas kerja, ketergantungan pada substansi pengobatan dan

bantuan medis.

d. Hubungan sosial mencakup hubungan sosial dengan orang lain,

dukungan sosial, kehidupan sosial, dan aktifitas sosial.

22
e. Lingkungan mencakup sumber daya keuangan, kebebasan,

keselamatan fisik dan keamanan, kesehatan dan pelayanan sosial,

kualitas dan aksesibilitas, lingkungan sekitar rumah, kesempatan untuk

memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dan

kesempatan dalam rekreasi dan aktifitas menyenangkan, lingkungan

fisik (polusi/suara/lalu lintas/iklim), dan transportasi.

f. Spiritual mencakup kepercayaan pribadi.

Beberapa pendapat membagi komponen kualitas hidup dalam

beberapa bagian. Menurut Birren dan Dieckmann, komponen kualitas hidup

secara khusus dapat dibagi dalam dua bagian, pertama : sebagai unsur

subyektif dalam hal ini menyangkut cara hidup sehat, kepuasan hidup,

aktualisasi diri, sedangkan unsur obyektif antara lain terdiri dari kesehatan

yang baik, kemampuan ekonomi, dan faktor lingkungan (Birren & Dieckmann

dikutip dalam Kuhn,et al, 2002).

Dari sudut pandang yang lain, kualitas hidup bukan hanya menyangkut

aspek material tertentu dalam kehidupan seperti misalnya kualitas tempat

tinggal, sarana fisik yang tersedia maupun fasilitas-fasilitas sosial, akan tetapi

juga menyangkut aspek-aspek tidak terukur seperti kesehatan dan kebutuhan

rekreasi (Rahmat, 2010). Penelitian (Prastiwi, 2012) di Semarang mengenai

kualitas hidup pada penderita kanker yang dilakukan terhadap tiga responden

menyatakan bahwa pemahaman penderita kanker terhadap aspek-aspek

kualitas hidup, dapat menyebabkan perubahan pola pandang terhadap hal-hal

23
yang dialaminya, jika penderita memiliki respon yang baik dan mampu

menghadapi penyakitnya akan memiliki hidup yang lebih berkualitas,

begitupun sebaliknya respon negatif dari seorang penderita kanker akan

membuat kualitas hidupnya buruk.

Menurut Fitriana & Ambarini (2012) dalam penelitiannya mengenai

kualitas hidup penderita ca serviks yang dilakukan terhadap dua penderita ca

serviks yang menjalani radioterapi di Surabaya, menyatakan bahwa kualitas

hidup dari penderita ca serviks yang menjalani radioterapi tetap baik karena

mereka tetap dapat menikmati kehidupannya, secara fisik mereka menderita

tetapi secara psikologis dirinya tidak terpuruk, dalam hal relasi sosial

dukungan keluarga memiliki kontribusi yang penting. Peningkatan kualitas

hidup dapat dilakukan dengan upaya meningkatkan kehidupan spiritual seperti

berdoa dan beribadah serta penderita juga perlu menjalani prosedur

pengobatannya dengan baik. Hal tersebut berbeda dengan penelitian (Sutrisno,

Dharmayuda, & Rena, 2010) yang menyatakan bahwa pemberian kemoterapi

tidak memberi makna terhadap kualitas hidup penderita kanker, tetapi kualitas

hidup dapat dipengaruhi oleh stadium penyakit.

C. Karsinoma mammae dan Kualitas Hidup

Karsinoma adalah penyakit yang bisa membawa penderitanya kepada

kematian dini, hal tersebut menyebabkan rasa putus asa bahkan depresi pada

penderitanya akibat menurunnya kesehatan fisik, ketidakmampuan beraktifitas

normal, dan ketidakmampuan melawan penyakitnya (Prastiwi, 2012). Hal-hal

24
tersebut juga dapat berpengaruh terhadap baik atau buruknya kualitas hidup

penderita karsinoma, kualitas hidup didefiniskan sebagai persepsi individu

mengenai posisinya konteks budaya, sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang akan ditetapkan. Kualitas

hidup pada penderita karsinoma mammae adalah keadaan sehat yang merupakan

gabungan dari dua komponen yaitu kemampun untuk melakukan aktivitas sehari-

hari yang menggambarkan kesehatan fisik, psikologi dan sosial serta kepuasan

penderita pada tingkat fungsional dan pengendalian penyakit (Djuminten, Wilopo,

& Setiaji, 2011).

Kualitas hidup dari setiap individu berbeda-beda, pemahaman akan kualitas

hidup yang positif dan kualitas hidup yang negatif akan membedakan setiap

individu dalam pencapaian aktualisasi dirinya, sikap yang muncul pun berbeda

tergantung kualitas hidup yang dimilikinya dan dapat memberi pengaruh positif

dan negatif atas penyakit dan kehidupannya (Prastiwi, 2012). Menurut WHOQOL

BREF kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup positif ditentukan bahwa

mereka memiliki pandangan psikologis yang positif, memiliki kesejahteraan

emosional, memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik.

Hasil dari penelitian Ferrel dkk (2012) terhadap 110 responden

mengatakan bahwa terapi pembedahan, kemoterapi, radioterapi bisa

mempengaruhi atau menurunkan kualitas hidup penderita karsinoma mammae,

hal tersebut sejalan dengan penelitian (Djuminten, Wilopo, & Setiaji, 2011)

terhadap 50 responden dengan karsinoma mammae di RSUP Dr.Sardjito,

25
Yogyakarta yang menyatakan bahwa stadium penyakit dan terapi yang diberikan

pada penderita karsinoma mammae seperti kemoterapi dan radiasi mempengaruhi

kondisi fisik dan psikologis sehingga mempengaruhi penurunan kualitas hidup

penderita. Kemajuan pengobatan memang telah banyak membantu penderita

karsinoma mammae dalam meningkatkan harapan hidup, tetapi kesempatan hidup

lebih lama belum tentu dapat dinikmati oleh penderitanya, karena itu pemberian

perawatan paliatif perlu dilakukan sedini mungkin pada penderita karsinoma

mammae untuk mempertahankan kualitas hidup sejak awal diagnosis.

26
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kualitas hidup penderita karsinoma mammae dapat di tinjau dari beberapa

aspek, berdasarkan beberapa aspek tersebut maka peneliti menyusun kerangka

konsep sebagai berikut :

Pemenuhan
ADL

Kondisi Fisik Hubungan Sosial


Kualitas Hidup
Penderita Karsinoma
Mammae

Psikologis Spiritual

Keterangan :

: Variabel yang diteliti.

Bagan 3.1. Kerangka konsep

27
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei

deskriptif untuk melihat gambaran kualitas hidup penderita karsinoma

mammae di Rumah Sakit Makassar Tahun 2014.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas

Hasanuddin dan Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 Juni 2014 – 8 Januari 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien karsinoma

mammae yang berobat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas

Hasanuddin dan RS Ibnu Sina Makassar. Jumlah populasi penderita

karsinoma mammae di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dalam 6

28
bulan awal tahun 2014 yang menjalani kemoterapi adalah 96 kunjungan

dan dirumah sakit Ibnu Sina Makassar sebanyak 354 kunjungan,

berdasarkan jumlah kunjungan dari kedua Rumah Sakit pada bulan

Januari – Juni 2014 didapatkan jumlah rata-rata per bulan sebanyak 75

kasus.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

sampling yaitu sampling incidental atau biasa disebut accidental

sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan atau incidental bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013).

3. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

𝑁
𝑛=
1 + Ne2

75
𝑛=
1 + 75 (0.1)2

75
𝑛=
1 + (75 x 0.01)

75
=
1 + 0.75

𝑛 = 43 Sampel.

29
Keterangan :
N = Populasi
n = Sampel
e = Taraf kesalahan (error) sebesar 0,1 ( 10 %)

4. Kriteria Sampel

Kriteria sampel terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan

kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

a. Kriteria Inklusi

1) 30 pasien karsinoma mammae stadium III dan IV yang berobat di

RS Universitas Hasanuddin RS Ibnu Sina.

2) 13 pasien karsinoma mammae stadium III dan IV yang berobat di

RS Universitas Hasanuddin RS Universitas Hasanuddin.

3) Pasien karsinoma mammae yang pernah menjalani kemoterapi

siklus kedua.

4) Pasien mengerti pertanyaan yang diajukan pada lembar kuisioner.

5) Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

6) Pasien bersedia menjadi responden / menandatangani surat

persetujuan menjadi responden.

30
b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien karsinoma mammae stadium I dan II

2) Pasien karsinoma mammae yang baru selesai menjalani

kemoterapi < 7 hari.

3) Pasien yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap

4) Pasien tidak mengembalikan kuisioner.

31
D. ALUR PENELITIAN

Alur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Pengambilan data awal penderita karsinoma mammae di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin dan RS Ibnu Sina Makassar.

Populasi penelitian ini yaitu penderita karsinoma mammae di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin dan RS Ibnu Sina yang berjumlah 75 orang.

Penentuan jumlah sampel dengan incidental sampling, sampel sebanyak 43 orang


terdiri dari 30 sampel di RS Ibnu Sina dan 13 di RS Universitas Hasanuddin

Informed consent

Pengumpulan data dengan kuisioner

Pengolahan data ( editing, coding, entry data, cleaning )

Pengolahan data dan analisis data menggunakan


komputerisasi

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Bagan 4.1 . Alur Penelitian

32
E. VARIABEL PENELITIAN & DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah komponen

kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan

spiritual.

2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Pemenuhan ADL

Definisi :

Pemenuhan ADL adalah persepsi pasien tentang bagaimana

rasa sakit fisiknya mempengaruhi aktifitas sehari-hari dan

kepuasan dalam bekerja.

Alat Ukur :

Diukur dengan menggunakan kuisioner WHOQOL-BREF

yang telah dimodifikasi, kuisioner ini terdiri dari lima

pertanyaan mengenai Activity Daily Living (ADL).

Hasil Ukur

Baik : Skor 26 - 50

Buruk : Skor 0 - 25

33
b. Kesehatan fisik

Definisi :

Kesehatan fisik adalah persepsi pasien tentang kondisi tubuh

yang dialami berhubungan dengan masalah kelelahan, nafsu

makan, nyeri, tidur, perubahan berat badan, kekeringan pada

vagina, perubahan haid, dan kondisi fisik secara umum.

Alat ukur :

Diukur dengan menngunakan kuisioner Quality of Life

Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan terdiri dari

delapan jenis pertanyaan.

Baik : Skor 41 - 80

Buruk : Skor 0 - 40

c. Kondisi psikologis

Definisi :

Kondisi psikologis adalah penilaian pasien terhadap dirinya

dalam hal kesulitan hidup akibat penyakit dan pengobatan,

kebahagiaan, kepuasan hidup, perubahan penampilan,

ketakutan atau kekhawatiran.

34
Alat ukur :

Diukur dengan menngunakan kuisioner Quality of Life

Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan terdiri dari

22 jenis pertanyaan.

Hasil ukur :

Baik : Skor 111 - 220

Buruk : Skor 0 - 110

d. Hubungan Sosial

Definisi :

Hubungan sosial mencakup hubuungan klien dengan keluarga,

dukungan yang diperoleh dari orang lain, hubungan pribadi

dengan orang lain, hubungan seksual, pekerjaan, kegiatan

dirumah, dan beban keuangan

Alat Ukur :

Diukur dengan menngunakan kuisioner Quality of Life

Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan terdiri dari

sembilan jenis pertanyaan.

Hasil Ukur :

Baik : Skor 46 - 90

35
Buruk : Skor 0 - 45

e. Spiritual

Definisi :

Spiritual berhubungan dengan kegiatan spiritual, masa depan,

perubahan positif dalam hidup klien, tujuan hidup dan harapan

untuk sembuh.

Alat Ukur :

Diukur dengan menngunakan kuisioner Quality of Life

Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan terdiri dari

tujuh jenis pertanyaan.

Hasil Ukur :

Baik : Skor 36 - 70

Buruk : Skor 0 - 35

f. Kualitas hidup

Definisi :

Kualitas hidup penderita karsinoma mammae adalah

keadaan sehat yang merupakan gabungan dari dua komponen

yaitu kemampun untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang

menggambarkan kesehatan fisik, psikologi dan sosial serta

36
kepuasan penderita pada tingkat fungsional dan pengendalian

penyakit

Alat Ukur :

Diukur dengan menngunakan kuisioner Quality of Life

Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan terdiri dari

tujuh jenis pertanyaan.

Hasil Ukur :

Baik : Skor ≥ 50 %

Buruk : Skor < 50 %

F. PENGUMPULAN DATA & INSTRUMEN PENELITIAN

1. PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan

Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar menggunakan jenis penelitian kuantitatif

dengan metode survei deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah semua

penderita karsinoma mammae yang datang berobat ke Rumah Sakit

Universitas Hasanuddin dan RS Ibnu Sina yang menjalani kemoterapi,

penentuan besar sampel didasarkan pada data awal yang diperoleh dari

bagian rekam medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan RS Ibnu

Sina Makassar. Sampel adalah penderita karsinoma mammae yang

37
berjumlah 43 orang dan memenuhi kriteria inklusi serta menandatangani

lembar persetujuan responden. Sampel akan dieksklusikan apabila tidak

memenuhi kriteria inklusi dan tidak kooperatif. Sampel terdiri dari 30

responden di RS Ibnu Sina Makassar dan 13 responden di RS Universitas

Hasanuddin.

Pengumpulan data dimulai saat penderita datang di Unit Rawat Jalan

atau Unit Rawat Inap Rumah Sakit, setelah mendapat penjelasan

(informed consent) dan menandatangani surat persetujuan, responden

mengisi kuisioner Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Mammae. Seluruh

data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan tujuan dan jenis data,

data yang diperoleh akan dirahasiakan oleh peneliti dengan mengganti

identitas dengan kode-kode tertentu dan meminimalkan resiko atau

dampak yang merugikan pada subjek penelitian. Data hasil penelitian akan

diolah menggunakan sistem komputerisasi dan hasilnya ditampilkan

dalam bentuk table dan crosstabulation.

2. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,

kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

member seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini digunakan kuisioner Quality of

Life Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) yang telah

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kuisioner Quality of Life

38
Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) ini telah diuji

reliabilitas oleh Djuminten et al (2011) di Rumah Sakit Sardjito

Yogyakarta terhadap 50 wanita penderita karsinoma mammae dan

didapatkan hasil pada dimensi kesehatan fisik nilai kappa 0,63 - 0,89

artinya nilai kappa memadai sedangkan untuk hasil analisis Alfa Cronbach

sebesar 0.63, pada dimensi psikologi nilai kappa 0,63 - 1,00 artinya nilai

kappa reliabel sedangkan hasil Alfa Cronbach sebesar 0,88, pada dimensi

hubungan sosial nilai kappa 0,68 - 1,00 artinya nilai kappa memadai

sedangkan hasil Alfa Cronbach sebesar 0,69, pada dimensi spiritual

ditemukan hasil kappa 0,65 - 0,88 sedangkan Alfa Cronbach 0,80 artinya

instrument tersebut reliable untuk digunakan dalam penelitian.

Kuisioner ini terbagi atas empat bagian yang terdiri dari :

a. Kesehatan Fisik, terdiri atas delapan pertanyaan dengan

interpretasi baik jika skor 41 – 80 dan buruk jika skor 0 – 40.

b. Kondisi psikologi, terdiri atas 22 pertanyaan dengan interpretasi

baik jika skor 111 – 220 dan buruk jika skor 0 – 110.

c. Hubungan sosial, terdiri atas sembilan pertanyaan dengan

interpretasi baik jika skor 46 – 90 dan buruk jika skor 0 – 45.

d. Spiritual, terdiri atas tujuh pertanyaan dengan interpretasi baik

jika skor 36 – 70 dan buruk jika 0 – 35.

Selain kuisioner Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara, pada

penelitian ini juga digunakan kuisioner WHOQOL-BREF yang telah

39
dimodifikasi, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang

menggambarkan mengenai pemenuhan Activity Daily Living (ADL) yang

terdiri atas 5 pertanyaan dengan interpretasi baik jika skor 26 – 50 dan

buruk jika skor 0 – 25. Instrumen ini akan dilakukan uji validitas dan

reabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian.

3. Uji Validitas dan Reabilitas

Selain kuesioner Quality of Life Instrument – Breast Cancer (QOL-

BC), dalam penelitian ini juga digunakan instrumen WHOQOL BREF

yang dimodifikasi oleh peneliti khusus domain pemenuhan ADL sebanyak

5 pertanyaan, oleh karena itu sebelum digunakan terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reabilitas.

a. Uji validitas

Uji coba instrument ini dilakukan pada penderita karsinoma

mammae di Rumah Sakit Ibnu Sina dengan jumlah sampel 15

responden yang mengalami karsinoma mammae stadium III dan IV

serta pernah menjalani kemoterapi siklus kedua. Model pengujian

menggunakan uji validitas Corrected Item-Total Correlation. Dari hasil

analisis kemudian dibandingkan antara nilai r hitung dan r tabel untuk

mengetahui sebuah item dinyatakan valid atau tidak. Jika r hitung > r

tabel berarti valid, sedangkan jika r hitung < tabel berarti tidak valid.

Nilai r tabel dilihat dari jumlah responden menjadi sampel pengujian,

40
didapat nilai r tabel 0,553 untuk 15 responden. Setelah dilakukan uji

validitas instrument diperoleh hasil untuk pernyataan ADL, semua

pernyataan memiliki nilai r hitung > r tabel sehingga dinyatakan valid

dan dapat digunakan dalam penelitian.

b. Uji reabilitas

Setelah semua pernyataan dinyatakan valid, analisi dilanjutkan

dengan uji reabilitas dengan cara membandingkan nilai Cronbach’s

alpha dengan nilai standar yaitu > 0,80 (Dharma, Metodologi

Penelitian Keperawatan, 2011). Jika nilai Cronbach’s alpha 0,6-0,7

maka kuesioner dinyatakan tingkat reabilitas moderat, jika nilai

Cronbach’s alpha 0,7-0,9 maka kuesioner dinyatakan tingkat reabilitas

bagus dan jika nilai Cronbach’s alpha >0,9 maka dinyatakan sangat

bagus. Hasil uji diperoleh nilai Cronbach’s alpha pernyataan tentang

pemenuhan ADL adalah 0,902 dan dinyatakan reliable dengan kategori

sangat bagus.

G. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), ada empat proses pengolahan data dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

41
a. Editing

Dilakukan setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan

penyuntingan berupa pengecekan kelengkapan dan perbaikan isian

kuisioner.

b. Coding

Untuk memudahkan penginputan data maka perlu dilakukan coding,

dimana semua hasil yang diperoleh disederhanakan dengan memberi

simbol atau kode pada setiap kriteria atau jawaban pada saat pengisian

kuisioner.

c. Data Entry

Setelah dilakukan coding data dimasukkan kedalam master tabel dan

diinput kedalam program komputerisasi.

d. Pembersihan Data atau Cleaning

Setelah semua data selesai dimasukkan ,selanjutnya dilakukan

pengecekan untuk kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan, setelah itu dilakukan koreksi atau pembersihan data.

2. Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan sistem komputerisasi.

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat

dimana tiap data yang telah terkumpul, dianalisis dari jumlah skor pada

masing-masing variabel. Selanjutnya data yang diperoleh disajikan dalam

crosstabulation berupa distribusi kualitas hidup, pemenuhan ADL,

42
kesehatan fisik, kondisi psikologi, hubungan sosial, dan domain spiritual

berdasarkan umur, grade kanker dan siklus kemoterapi.

H. ETIKA PENELITIAN

Etika dalam melakukan penelitian menurut (Dharma, Metodologi Penelitian

Keperawatan, 2011) adalah sebagai berikut :

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human Dignity )

Peneliti berupaya menghargai hak-hak responden dengan memberikan

penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan

informasi keterlibatannya dalam penelitian, calon responden diberi

kebebasan untuk memilih bersedia atau tidak bersedia menjadi respoden

dan peneliti menyediakan surat permohonan serta lembar persetujuan

responden.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek ( Respect for Privacy and

Confidentiality )

Responden tentu memiliki privasi dan rahasia, namun dalam penelitian

tidak menutup kemungkinan privasi responden bisa terbuka, untuk itu

peneliti akan merahasiakan identitas atau hal-hal yang responden tidak

ingin diketahui oleh orang lain, dengan cara mengganti identitas dengan

kode-kode tertentu.

3. Menghormati keadilan ( Respect for Justice )

Responden mendapat keuntungan dan beban secara merata atau menurut

kebutuhan, kemampuan, dan kontribusi.

43
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( balancing

harm and benefits).

Peneliti melaksanakan penelitian dengan mempertimbangkan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian akan diterapkan dan

meminimalisir resiko atau dampak yang merugikan bagi subjek penelitian.

44
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8 November

2014 sampai dengan tanggal 1 Desember 2014. Pelaksanaan penelitian ini

bertempat di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dan Rumah Sakit Pendidikan

Universitas Hasanuddin dengan menggunakan metode penelitian deskriptif.

Pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina kemudian

di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Data diperoleh dengan menggunakan

kuesioner kualitas hidup pasien kanker payudara yang terdiri dari data demografi,

pertanyaan pemenuhan ADL, pertanyaan kesehatan fisik, pertanyaan kondisi

psikologi, pertanyaan hubungan sosial dan pertanyaan mengenai spiritual.

Sampel penelitian ini adalah 43 orang, sampel yang diambil adalah sampel yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan teknik accidental

atau incidental sampling.Sampel yang diperoleh terdiri dari 30 responden di

Rumah Sakit Ibnu Sina dan 13 responden di Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin.

Sebelum kuesioner pemenuhan ADL yang terdiri dari 5 pertanyaan

diberikan kepada respoden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas

terhadap 15 responden dan dihasilkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,902 yang

dikategorikan sangat bagus. Sebelum memulai penelitian, peneliti meminta izin

kepada responden dengan menjelaskan tentang penelitian yang diadakan, setelah

45
responden setuju, mereka diberi lembar persetujuan untuk ditandatangani,

kemudian dilakukan pengisian kuesioner dengan metode wawancara terpimpin.

Setelah semua data terkumpul, data tersebut kemudian diolah dan hasil penelitian

disajikan dalam bentuk tabel distribusi univariat sebagai berikut :

a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik responden penderita karsinoma mammae


di rumah sakit Makassar Tahun 2014 (n=43)

Karakteristik Sampel (n) Persentasi (%)


Umur
Dewasa awal 6 14.0
Dewasa akhir 12 27.9
Lansia awal 14 32.6
Lansia akhir 7 16.3
Manula 4 9.3
Grade Kanker
Grade III 39 90.7
Grade IV 4 9.3
Siklus kemoterapi
Siklus Awal (1-6) 39 90,7
Siklus Lanjut (7-10) 4 9,3

Data Primer, 2014

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 14 responden (32,6%) memiliki usia

lansia awal (46-55 tahun) dan 39 responden (90,7%) adalah yang

menderita karsinoma mammae grade III dengan 39 responden diantaranya

yang sementara menjalani siklus awal kemoterapi ( 1-6 kali) dan 4

responden lainnya tengah menjalani kemoterapi lanjutan.

46
b. Distribusi Kualitas hidup berdasarkan umur, grade kanker dan siklus

kemoterapi

Tabel 5.2 Distribusi kualitas hidup berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)

Kategori Kualitas Hidup


Karakteristik Baik Buruk Total
n % n %
Umur
Dewasa awal 0 0 6 100 6
Dewasa akhir 0 0 12 100 12
Lansia awal 1 7,2 13 92,8 14
Lansia akhir 0 0 7 100 7
Manula 0 0 4 100 4
Grade Kanker
Grade 3 1 2,6 38 97,4 39
Grade 4 0 0 4 100 4
Siklus kemoterapi
Siklus Awal 1 2,6 38 97,4 39
Siklus Lanjut 0 0 4 100 4
Data Primer, 2014
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi kualitas hidup berdasarkan

umur responden adalah responden yang memiliki kualitas hidup yang

buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga lansia awal

sedangkan yang memiliki kualitas hidup yang baik hanya 1 responden di

umur lansia awal. Distribusi grade kanker menunjukkan responden dengan

kanker grade 3 yang memiliki kualitas hidup yang baik ada 1 responden

dan yang buruk 38 responden. Tidak ada responden dengan kanker grade 4

yang memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan berdasarkan siklus

kemoterapi responden yang memiliki kualitas hidup yang baik hanya 1

responden yaitu terdapat pada siklus kemoterapi awal, selebihnya memiliki

kualitas hidup yang buruk

47
c. Distribusi Pemenuhan ADL berdasarkan umur, grade kanker dan siklus

kemoterapi.

Tabel 5.3 Distribusi pemenuhan ADL berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)

Kategori Pemenuhan ADL


Karakteristik Baik Buruk Total
n % n %
Umur
Dewasa awal 0 0 6 100 6
Dewasa akhir 1 8,3 11 97,7 12
Lansia awal 2 14,3 12 85,7 14
Lansia akhir 1 14,3 6 85,7 7
Manula 0 0 4 100 4
Grade Kanker
Grade 3 4 10,3 35 89,7 39
Grade 4 0 0 4 100 4
Siklus kemoterapi
Siklus Awal 3 7,7 36 92,3 39
Siklus Lanjut 1 25 3 75 4
Data Primer, 2014
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa distribusi pemenuhan ADL

berdasarkan umur responden adalah responden yang memiliki pemenuhan

ADL yang buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga

lansia awal. Distribusi pemenuhan ADL berdasarkan grade kanker

menunjukkan responden dengan kanker grade 3 yang memiliki

pemenuhan ADL yang baik ada 4 orang dan yang buruk 35 orang. Tidak

ada responden dengan kanker grade 4 yang memiliki pemenuhan ADL

yang baik. Sedangkan berdasarkan siklus kemoterapi, responden yang

memiliki pemenuhan ADL yang baik terdapat pada siklus kemoterapi

awal sebanyak 3 responden, sementara pemenuhan ADL buruk paling

48
banyak terjadi pada siklus kemoterapi awal dan hampir semua siklus

kemoterapi lanjutan.

d. Distribusi Kesehatan fisik berdasarkan umur, grade kanker dan siklus

kemoterapi

Tabel 5.4 Distribusi kesehatan fisik berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)

Kategori Kesehatan Fisik


Karakteristik Baik Buruk Total
n % n %
Umur
Dewasa awal 0 0 6 100 6
Dewasa akhir 1 8,3 11 92,7 12
Lansia awal 3 21,4 11 79,6 14
Lansia akhir 0 0 7 100 7
Manula 0 0 4 100 4
Grade Kanker
Grade 3 3 7,7 36 92,3 39
Grade 4 1 25 3 75 4
Siklus kemoterapi
Siklus Awal 4 10,3 37 89,7 39
Siklus Lanjut 0 0 4 100 4
Data Primer, 2014

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi kesehatan fisik berdasarkan

umur responden yaitu responden yang memiliki kesehatan fisik yang

buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga lansia awal.

Distribusi kesehatan fisik berdasarkan grade kanker menunjukkan

responden dengan kanker grade 3 yang memiliki kesehatan fisik yang baik

ada 3 orang dan yang buruk 36 orang. Responden dengan kanker grade 4

yang memiliki kesehatan fisik yang baik ada 1 responden dan yang buruk

3 responden. Sedangkan berdasarkan siklus kemoterapi yaitu responden

49
yang memiliki kesehatan fisik yang baik semuanya terdapat pada siklus

awal.

e. Distribusi kondisi psikologis berdasarkan umur, grade kanker dan siklus

kemoterapi.

Tabel 5.5 Distribusi kondisi psikologis berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)

Kategori Kondisi psikologis


Karakteristik Baik Buruk Total
n % n %
Umur
Dewasa awal 0 0 6 100 6
Dewasa akhir 0 0 12 100 12
Lansia awal 1 7,3 13 92,7 14
Lansia akhir 0 0 7 100 7
Manula 0 0 4 100 4
Grade Kanker
Grade 3 1 2,7 38 97,3 39
Grade 4 0 0 4 100 4
Siklus kemoterapi
Siklus Awal 1 2,7 38 97,3 39
Siklus Lanjut 0 0 4 100 4
Data Primer, 2014

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi kesehatan psikologis

berdasarkan umur responden yaitu responden yang memiliki kesehatan

psikologis yang buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir

hingga lansia awal sedangkan yang memiliki kesehatan psikologi yang

baik hanya 1 responden di umur lansia awal. Distribusi kondisi psikologi

berdasarkan grade kanker menunjukkan responden dengan kanker grade 3

yang memiliki kondisi psikologi yang baik ada 1 orang dan yang buruk 38

orang. Tidak ada responden dengan kanker grade 4 yang memiliki kondisi

psikologi yang baik. Sedangkan berdasarkan siklus kemoterapi yaitu

50
responden yang memiliki kondisi psikologis yang baik terdapat pada

siklus kemoterapi awal sebanyak 1 responden selebihnya memiliki kondisi

psikologi yang buruk.

f. Distribusi domain hubungan sosial berdasarkan umur, grade kanker dan

siklus kemoterapi

Tabel 5.6 Distribusi domain hubungan sosial berdasarkan umur, grade kanker dan
siklus kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)

Kategori Hubungan Sosial


Karakteristik Baik Buruk Total
n % n %
Umur
Dewasa awal 0 0 6 100 6
Dewasa akhir 0 0 12 100 12
Lansia awal 1 7,3 13 92,7 14
Lansia akhir 1 14,3 6 86,7 7
Manula 0 0 4 100 4
Grade Kanker
Grade 3 2 5,1 37 94,9 39
Grade 4 0 0 4 100 4
Siklus kemoterapi
Siklus Awal 2 5,1 37 94,9 39
Siklus Lanjut 0 0 4 100 4
Data Primer, 2014
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa distribusi hubungan sosial berdasarkan

umur responden adalah responden yang memiliki hubungan sosial yang

buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga lansia awal

sedangkan yang memiliki kesehatan psikologi yang baik hanya 2

responden di umur lansia awal dan lansia akhir. Distribusi hubungan

sosial berdasarkan grade kanker menunjukkan responden dengan kanker

grade 3 yang memiliki hubungan sosial yang baik ada 2 orang dan yang

buruk 37 orang. Tidak ada responden dengan kanker grade 4 yang

51
memiliki hubungan sosial yang baik sedangkan berdasarkan siklus

kemoterapi yaitu responden yang memiliki hubungan sosial yang baik

terdapat pada siklus kemoterapi awal sementara pada siklus kemoterapi

lanjutan seluruh responden memiliki hubungan sosial yang buruk.

g. Distribusi domain Spiritual berdasarkan umur, grade kanker dan siklus

kemoterapi

Tabel 5.7 Distribusi domain spiritual berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)

Kategori Hubungan Sosial


Karakteristik Baik Buruk Total
n % n %
Umur
Dewasa awal 6 100 0 0 6
Dewasa akhir 12 100 0 0 12
Lansia awal 12 85,7 2 14,3 14
Lansia akhir 7 100 0 0 7
Manula 4 100 0 0 4
Grade Kanker
Grade 3 37 94,9 2 5,1 39
Grade 4 4 100 0 0 4
Siklus kemoterapi
Siklus Awal 38 97,4 1 2,6 39
Siklus Lanjut 3 75 1 25 4
Data Primer, 2014
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa distribusi spiritual berdasarkan umur

responden yaitu responden yang memiliki spiritual yang buruk terdapat

pada umur lansia awal sebanyak 2 responden, selebihnya semua memiliki

spiritual yang baik. Distribusi spiritual berdasarkan grade kanker

menunjukkan responden dengan kanker grade 3 yang memiliki spiritual

yang baik ada 37 orang dan yang buruk 2 orang. Responden dengan

kanker grade 4 yang memiliki spiritual yang baik ada 4 dan yang buruk

52
tidak ada sedangkan berdasarkan siklus kemoterapi yaitu responden yang

memiliki spiritual yang baik terdapat pada siklus kemoterapi awal

sebanyak 38 responden sedangkan yang buruk secara keseluruhan hanya

ada 2 responden.

B. Pembahasan

1. Gambaran Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

karsinoma mammae adalah wanita dengan umur dewasa akhir (36-45 tahun)

hingga lansia awal (46-55 tahun) sementara kasus yang lain terjadi dikisaran

usia 26-35 tahun dan >56 tahun. Sebagian besar responden adalah penderita

kanker grade 3 yaitu 39 responden (90,7%) dan sisanya 4 responden adalah

penderita kanker grade 4 (9,3%) hal ini disebabkan responden yang ditemui di

lokasi penelitian sebagian besar adalah penderita kanker grade 3 selain itu

beberapa penderita grade 4 lainnya cenderung lebih sulit untuk mengisi

kuesioner ataupun dilakukan wawancara terpimpin karena kondisi kesehatan

yang sangat tidak memungkinkan. Kebanyakan responden adalah yang sedang

menjalani siklus kemoterapi awal sebanyak 39 responden dan hanya ada 4

responden yang masih melanjutkan kemoterapi ke siklus 7-10 karena kanker

yang masih tersisa pada saat mastektomi atau kanker yang bermetastasis jauh

ke bagian tubuh yang lain.

53
Dari 43 responden pada penelitian ini, hanya ada 1 responden yang

memiliki kualitas hidup yang baik yaitu lansia awal dengan kanker grade 3

dan siklus kemoterapi 5. Jika dibandingkan dengan responden lain yang

menjalani lebih sedikit siklus kemoterapi responden ini lebih memiliki

kualitas hidup yang baik, hal ini kemungkinan disebabkan akibat sudah

terbiasa menjalani kemoterapi, kecemasannya untuk menjalani kemoterapi

telah berkurang. Selain itu dukungan dari keluarga cenderung akan lebih

menguatkan penderita dalam menjalani pengobatan serta terapi lainnya,

sekalipun dalam keadaan yang dianggap masa terminal.

Hasil penelitian sejalan dengan salah satu faktor resiko dari karsinoma

mammae yaitu penyakit ini akan jarang ditemukan pada wanita dibawa 25

tahun, rata-rata diagnosis karsinoma mammae akan ditegakkan pada umur 64

tahun (Mitchel, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

memiliki kualitas hidup yang baik adalah responden dengan siklus kemoterapi

5 yang merupakan siklus kemoterapi awal. Sutrisno, Dharmayuda, dan Rena

(2010) dalam penelitian mengenai kualitas hidup penderita kanker LNH yang

dilakukan terhadap 15 responden juga menemukan bahwa tidak ada hubungan

yang berarti antara siklus kemoterapi dengan kualitas hidup, tetapi antara

grade kanker dan kualitas hidup ada korelasi yang bermakna sehingga dalam

penelitian ini hanya didapati 1 responden yang memiliki kualitas hidup yang

baik yaitu penderita kanker grade 3 sementara pada penderita kanker grade 4

tidak ada yang memiliki kualitas hidup yang baik.

54
2. Kualitas hidup penderita Karsinoma Mammae ditinjau dari Pemenuhan

Activity Daily Living (ADL)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden dengan

karsinoma mammae buruk dalam hal pemenuhan ADL mereka. Dari 43

responden terdapat 39 responden (90,7%) dengan pemenuhan ADL buruk,

hal ini kemungkinan besar disebabkan karena penderita karsinoma mammae

memiliki ketergantungan terhadap terapi medis khususnya dalam menjalani

pengobatan dan kemoterapi sehingga menyebabkan mengalami kelelahan dan

kelemahan tubuh sehingga responden kurang puas dengan kemampuan dalam

bekerja. Selain itu, rasa sakit yang responden rasakan juga membatasi dalam

bekerja sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam penelitian ada 4 responden

(9,3 %) yang memiliki pemenuhan ADL yang baik yang semuanya adalah

penderita karsinoma mammae grade 3 dengan 2 responden siklus kemoterapi

awal dan 1 responden siklus kemoterapi lanjutan. Pada siklus kemoterapi

awal hal ini kemungkinan disebabkan karena efek kelelahan dari kemoterapi

masih dapat ditoleransi oleh tubuh penderita sedangkan pada siklus

kemoterapi lanjutan kemungkinan disebabkan karena dukungan keluarga yang

diperoleh sehingga rasa sakit menjadi tidak berarti dan responden lebih puas

dalam menampilkan aktifitas ataupun kondisi fisik yang masih bisa

mentoleransi kelemahan yang disebabkan oleh kemoterapi.

Sebuah penelitian di RSUP Sanglah Denpasar yang dilakukan

terhadap 38 penderita kanker, menjelaskan bahwa ada hubungan antara

55
frekuensi kemoterapi dengan status fungsional pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi, dan rata-rata status fungsional responden adalah buruk,

karena disebabkan oleh efek samping yang muncul akibat menjalani

kemoterapi (Melia, Putrayasa, & Azis, 2010). Hal serupa juga dijelaskan

oleh Byar, Berger, Bakken, dan Mellisa (2006) dalam penelitian pada 25

penderita karsinoma mammae di Midwistern Urban Oncology Clinic bahwa

kelelahan memang merupakan efek terhebat dari kemoterapi yang nantinya

akan berhubungan dengan nyeri, gangguan pola tidur, kehilangan nafsu

makan bahkan depresi, puncak kelemahan yang dirasakan pasien terjadi pada

siklus kemoterapi 4 (kategori siklus awal) . Penelitian yang dilakukan oleh

Fitriana dan Ambarini (2012) terhadap 2 orang penderita kanker serviks yang

menjalani radioterapi menyatakan bahwa terapi yang diberikan kepada

responden bisa tidak menyebabkan efek kelemahan yang signifikan ketika

responden memiliki motivasi yang baik dan tidak terpuruk dalam kesedihan

akibat penyakit.

3. Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Mammae ditinjau dari Kesehatan

Fisik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden dengan

karsinoma mammae memiliki kesehatan fisik yang buruk yaitu 39 responden

(90,7%) dari 43 responden dan hanya 4 responden (9,3 %) yang memiliki

kesehatan fisik yang baik, karena sebagian besar responden mengalami

masalah dengan nafsu makan, pola tidur, siklus menstruasi, dan penurunan

56
berat badan yang drastis selama menjalani kemoterapi sehingga menyebabkan

kesehatan fisik responden menjadi tidak baik. Sementara 4 responden yang

memiliki kesehatan fisik yang baik hampir semua adalah lansia awal (46-55

tahun) dengan kanker grade 3 yang menjalani kemoterapi siklus awal, hal ini

disebabkan karena fisik responden masih dapat mentoleransi kelemahan yang

muncul akibat penyakit yang dialami, serta kemauan yang kuat untuk sembuh.

Melia, Putrayasa, & Azis (2010) dalam penelitiannya terhadap 38 penderita

kanker di Ruang Rawat Kamboja RSUP Sanglah Denpasar menemukan

bahwa responden yang memiliki penurunan fungsi fisik yang paling

signifikan adalah responden yang berumur > 60 tahun. Penderita karsinoma

mammae grade III dan IV akan mengalami rasa gatal, panas, keluarnya rabas,

perdarahan atau kombinasi lainnya pada puting, bahkan pecahnya sel kanker

dapat menyebabkan luka pada seluruh payudara bahkan metastasis ke jaringan

sekitar. Kondisi fisik tersebut menyebabkan penderita karsinoma mammae

mengalami kesulitan dalam memenuhi aktifitasnya sendiri sehingga penderita

akan sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang disekitarnya.

Sebuah penelitian di Semarang yang mengatakan bahwa kemoterapi

dapat membuat kesehatan fisik seorang penderita karsinoma mammae

memburuk karena disebabkan oleh efek samping yang muncul dari

kemoterapi (Wijayanti, 2007), namun Fitriana dan Ambarini (2012)

menemukan bahwa walaupun penderita kanker memiliki kesehatan fisik yang

tidak baik tetapi memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh, hal tersebut akan

57
mampu untuk meringankan beban fisik yang dialami. Kualitas hidup bersifat

subjektif dan hanya dapat dinilai oleh responden sendiri, untuk itu meskipun

kesehatan fisik responden sangat buruk, pendekatan lain seperti psikologi dan

dukungan sosial perlu ditingkatkan untuk membuat penderita kanker lebih

termotivasi dalam menjalani hidup mereka (Sutrisno, Dharmayuda, & Rena,

2010).

4. Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Mammae ditinjau dari Kondisi

Psikologis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden dengan

karsinoma mammae memiliki kondisi psikologis yang buruk yaitu 42

responden (97,7%) dari 43 responden dan hanya 1 responden (2,3 %) yang

memiliki kondisi psikologi yang baik. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena pengobatan atau kemoterapi yang terus di jalani sehingga responden

merasa mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan mereka serta

mengalami perubahan pada penampilan karena penyakit kanker yang dialami

dan bahkan kemoterapi. Selain itu karena pada penderita karsinoma mammae

grade III dan IV mengalami luka di payudara yang cukup serius, akhirnya

responden merasa mereka tidak lagi bisa menampilkan yang terbaik dari diri

mereka ditambah dengan kekhawatiran mereka terhadap metastase kanker ke

bagian tubuh yang lain, kemoterapi yang akan dijalani, radiasi, operasi, dan

pengobatan-pengobatan lanjutan lainnya.

58
Penderita karsinoma mammae cenderung menghadapi banyak masalah

seperti kekhawatiran apakah penyakit mereka akan kambuh dan akan

membuat mereka menjadi cacat (Smeltzer & Bare, 2001). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2007) mengenai Dampak

Psikologi Pasien Kanker payudara yang dilakukan terhadap 3 responden

menjelaskan bahwa rasa nyeri dan kesakitan fisik yang dirasakan oleh

penderita karsinoma mammae adalah stimulus awal yang membuat pasien

merasa cemas dan tidak berdaya, selain itu situasi sebelum dan setelah

menjalani pengobatan banyak menyebabkan perubahan pada diri pasien

sehingga membuat pasien memiliki pandangan negatif terhadap dirinya.

Byar, Berger, Bakken, dan Mellisa (2006) dalam penelitiannya

terhadap 25 penderita karsinoma mammae di Midwistern Urban Oncology

Clinic menemukan bahwa kelelahan yang merupakan efek terhebat dari

kemoterapi akan mempengaruhi kondisi psikologis penderita karsinoma

mammae, kecemasan dan stress akan meningkat setelah pasien menjalani

kemoterapi 4. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang menemukan bahwa

1 reponden yang memiliki kesehatan psikologi yang baik adalah penderita

dengan siklus kemoterapi 5, namun Ganz,Coscarelli, Fred, Khan, Polinsky

dan Petersen (1996) yang melakukan penelitian terhadap 139 penderita

karsinoma mammae menjelaskan bahwa semakin lama menjalani terapi

maupun operasi, penderita karsinoma mammae akan mengalami pemulihan

baik dari segi fisik maupun psikologi begitupun dengan kualitas hidup.

59
Sebagian pasien kanker akan merasa kondisinya akan lebih baik daripada

pasien yang hanya sekedar rawat jalan.

Kualitas hidup bersifat subjektif dan hanya dapat dinilai oleh

responden sendiri, untuk itu meskipun kesehatan fisik responden sangat

buruk, pendekatan lain seperti psikologi dan dukungan sosial perlu

ditingkatkan untuk membuat penderita kanker lebih termotivasi dalam

menjalani hidup mereka (Sutrisno, Dharmayuda, & Rena, 2010). Kondisi

psikologi responden dalam penelitian ini hampir semua dikategorikan buruk,

hal tersebut yang akhirnya dapat mempengaruhi buruknya kualitas hidup

secara keseluruhan.

5. Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Mammae ditinjau dari Hubungan

Sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden dengan

karsinoma mammae memiliki hubungan sosial yang buruk yaitu 41 responden

(95,3%) dari 43 responden dan hanya 2 responden (4,7 %) yang memiliki

hubungan sosial yang baik. Buruknya hubungan sosial penderita karsinoma

mammae kemungkinan disebabkan karena buruknya pemenuhan ADL dan

kesehatan fisik sehingga mengakibatkan masalah pada aktifitas responden

dalam pekerjaan maupun aktifitas dirumah karena harus beristirahat total.

Meskipun sebagian besar responden memperoleh dukungan yang cukup dari

keluarga mereka namun mereka tetap saja memiliki kekhawatiran terhadap

kondisi keluarga mereka, khususnya anak atau kerabat perempuan, apakah

60
mereka juga akan mengidap penyakit yang sama dengan mereka. Selain itu,

kesehatan yang sedang buruk juga menyebabkan gangguan bagi responden

dalam seksualitas mereka sehingga dapat menganggu hubungan pribadi

dengan pasangan mereka. Dalam penelitian ini hanya ada 2 responden yang

memiliki hubungan sosial yang baik yaitu penderita kanker grade 3 yang

menjalani kemoterapi siklus awal, hal ini disebabkan karena dukungan yang

diperoleh dari keluarga memenuhi kebutuhan responden serta keluarga

mampu memenuhi setiap kebutuhan untuk pengobatan. Selain itu meskipun

pekerjaan mereka telah terganggu oleh penyakit dan pengobatan yang mereka

jalani, hubungan pribadi mereka dengan suami ataupun keluarga yang lain

masih tetap baik sehingga membuat penderita tidak terlalu merasa terisolasi

karena penyakit mereka.

Dalam hal ini responden yang memiliki hubungan sosial baik adalah

responden yang juga memiliki kesehatan psikologis yang baik yang berada

dikelompok umur 46-65 tahun, hal ini sejalan dengan penelitian Mahleda &

Hartini (2012) di Surabaya yang mengatakan bahwa wanita dengan kisaran

umur 47-55 tahun akan lebih baik dalam hal psikologi dan hubungan sosial

pasca menjalani mastektomi, hal ini disebabkan karena wanita dengan usia

tersebut memiliki emosi yang lebih stabil sehingga mereka akan mudah dalam

menceritakan apa yang mereka alami kepada orang lain sehingga hal tersebut

akan memberi dampak yang baik bagi hubungan mereka dengan orang lain.

61
Penderita karsinoma mammae cenderung khawatir mengenai

produktivitas kerja dan kemajuan karier, mereka juga khawatir dengan

kemampuan mereka untuk merawat anggota keluarganya yang lain, khawatir

dengan anak atau kerabat perempuan berisiko untuk mengalami karsinoma

mammae, dan khawatir akan sumber keuangan untuk biaya pengobatan

mereka (Smeltzer & Bare, 2001).

6. Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Mammae ditinjau dari Spiritual

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden dengan

karsinoma mammae memiliki kehidupan spiritual yang baik yaitu 41

responden (95,3%) dari 43 responden dan hanya 2 responden (4,7 %) yang

memiliki kehidupan spiritual yang buruk. Meskipun pemenuhan ADL,

kesehatan fisik, kesehatan psikologi dan hubungan sosial responden

dikategorikan buruk, mereka tetap merasa sangat penting untuk berpartisipasi

dalam kegiatan keagamaan. Secara fisik mereka mungkin tidak bisa lagi untuk

berpartisipasi langsung seperti saat kondisi tubuh mereka masih sehat tetapi

mereka tetap merasa penting dalam menjalankan kegiatan spiritual sepeti

berdoa, sehingga penyakit yang mereka alami bisa membawa perubahan

positif bagi kehidupan mereka, dan harapan dalam merasakan kesembuhan

juga sangat besar. Dua responden yang memiliki kehidupan spiritual yang

buruk adalah penderita karsinoma grade 3 yang cenderung masih sibuk

menjalani pengobatan-pengobatan sehingga kehidupan spiritual belum

dianggap terlalu penting atau karena responden belum tiba pada fase

62
penerimaan dari penyakit yang dialaminya, melainkan masih berada pada fase

kemarahan atau tawar-menawar atas kejadian tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2007) terhadap 3

responden menjelaskan bahwa kehidupan spiritual penderita karsinoma

mammae memang lebih baik seiring dengan pertambahan stadium, hal ini

disebabkan karena setelah tidak berdaya dengan kondisi fisiknya responden

cenderung akan lebih meningkatkan kehidupan spiritualnya sebagai harapan

dengan berdoa mereka akan mendapatkan ketenangan batin dan emosi yang

stabil. Ketenangan yang didapatkan itulah yang akan membuat responden

memiliki pandangan positif terhadap dirinya kembali dan memiliki harapan

untuk sembuh lebih besar. Orang-orang dengan penyakit yang mengancam

jiwa, perhatian-perhatian spiritual dan eksistensi biasanya mengemuka, hal ini

merupakan salah satu usaha untuk mengekspresikan kebutuhan mereka dalam

berbicara mengenai ketidakpastian masa depan mereka (Smeltzer & Bare,

2001). Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana dan Ambarini (2012) terhadap

2 orang penderita kanker serviks yang menjalani radioterapi juga menyatakan

bahwa penderita kanker cenderung mencapai kualitas hidup yang baik melalui

pendekatan diri kepada Tuhan serta memperbanyak doa, selalu berfikir positif

serta menjalani proses dan prosedur pengobatan sesuai anjuran.

Dalam penelitian ini semua responden adalah penderita karsinoma

mammae dengan stadium terminal, mereka ada pada kondisi yang tidak

berdaya akibat penyakit yang mereka hadapi tetapi tetap memiliki spiritual

63
yang baik, hal ini dapat dijelaskan lebih jauh dengan teori kehilangan menurut

Kubler Ross (1969) yang menjelaskan bahwa tahapan-tahapan seseorang

dalam proses kedukaan yang mereka alami adalah fase I penyangkalan, fase II

kemarahan dan depresi, fase III tawar-menawar dan tahap akhir adalah fase

IV yaitu penerimaan. Setiap awal kedukaan yang dialami, cenderung akan

membuat individu menyalahkan Tuhan atas apa yang menimpanya dan

kemudian memiliki kehidupan spiritual yang hancur. Individu yang

mengalami masalah atau kedukaan bisa marah pada fase I dan II dari

kedukaan yang dialami, namun setelah mendapat pemenuhan kebutuhan

spiritual, individu akan lebih merasa sejahtera sehingga melalui itu individu

akan mulai mengidentifikasi aspek positif dan mungkin juga aspek yang

menyenangkan sehingga bisa menerima kondisi yang dialami pada saat itu

(Videbeck, 2008).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, keterbatasan yang ada

pada penelitian ini yaitu pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami

kesulitan bertemu dengan responden dikarenakan kondisi fisik responden

yang membutuhkan waktu istirahat lebih banyak sehingga peneliti harus

berkunjung di waktu yang lain.

64
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran kualitas hidup penderita

karsinoma mammae di Rumah Sakit Makassar tahun 2014, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pemenuhan ADL penderita karsinoma mammae pada 39 responden (90,7 %)

dikategorikan buruk.

2. Penderita karsinoma mammae yang buruk dalam pemenuhan ADL adalah

sebagian besar pasien kanker grade 3 dan semua pasien grade 4.

3. Kesehatan fisik penderita karsinoma mammae pada 39 responden (90,7 %)


dikategorikan buruk.
4. Penderita karsinoma mammae yang memiliki kesehatan fisik yang baik

sebagian besar penderita kanker dengan grade 3.

5. Kondisi psikologi penderita karsinoma mammae pada 42 responden (97,7 % )

dikategorikan buruk.

6. Secara keseluruhan hanya 1 responden dengan grade 3 yang memiliki kondisi

psikologi yang baik, dan semua penderita kanker grade 4 memiliki kondisi

psikologi yang buruk.

7. Hubungan sosial penderita karsinoma mammae pada 41 responden (95,3 %)

dikategorikan buruk.

65
8. Secara keseluruhan tidak ada penderita kanker grade 4 yang memiliki

hubungan sosial yang baik.

9. Kehidupan spiritual penderita karsinoma mammae pada 41 responden (95,3

%) dikategorikan baik.

10. Secara keseluruhan penderita karsinoma mammae grade 4 memiliki

kehidupan spiritual yang baik.

11. Secara keseluruhan hanya ada 1 penderita karsinoma mammae yang memiliki

kualitas hidup yang baik yaitu penderita kanker grade 3.

12. Secara keseluruhan kualitas hidup penderita karsinoma mammae di Rumah

Sakit Makassar tahun 2014 dikategorikan buruk yaitu 97,7 %.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapnya dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi data awal untuk

pengembangan riset selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait

dengan penelitian tersebut.

b. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kebutuhan paliatif penderita

karsinoma mammae dengan kualitas hidup yang buruk.

2. Bagi bidang akademik

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan yang

bermanfaat bagi mahasiswa lain.

66
3. Bagi Rumah Sakit

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat dijadikan sebagai

informasi yang dapat dimanfaatkan oleh Rumah Sakit untuk

meningkatkan kualitas perawatan atau pemberian terapi paliatif pada

pasien karsinoma mammae dengan kualitas hidup yang buruk.

b. Diharapkan dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa

kehidupan spiritual merupakan satu-satunya domain yang dikategorikan

baik, maka perawat lebih melakukan pendekatan melalui spiritual demi

memenuhi kebutuhan paliatif penderita karsinoma mammae.

67
DAFTAR PUSTAKA

American, c. s. (2013, September 9). Chemotherapy for Breast Cancer. Retrieved


September 14, 2014, from ACA Website:
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-
treating-chemotherapy

Bahrami, M., & Farzi, S. (2014). The effect of a supportive educational program
based on COPE model on caring burden and quality of life in family
caregivers of women with breast cancer. Iranian Journal of Nursing and
Midwifery Research , 19 (2), 119-126.

Brasher, V. L. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan Manajemen.


Jakarta: EGC.

Byar, K. L., Berger, A. M., Bakken, S. L., & A, M. (2006). Impact of adjuvant breast
cancer chemotherapy on fatigue, other symptoms and quality of life.
Oncology Nursing Forum , 33 (1), 18-26.

Christina, E. F. (2011). ETD Gadja Mada University. Retrieved September 14, 2014,
from Electronic Theses & Dissertation UGM Web site:
etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitianDetail&act=v
iew&typ=html&buku_id=50169

Davey, P. (2005). At a glance medicine. Jakarta: EMS.

Depkes. (2009). Buku Saku pencegahan kanker leher rahim & kanker payudara.
Jakarta.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan "Panduan Melaksanakan


dan Menerapkan Hasil Penelitian". Jakarta: Trans Info Media.

68
Djuminten, Wilopo, S. A., & Setiaji, K. (2011). Uji reliabilitas instrumen kualitas
hidup pada penderita kanker payudara. Berita Kedokteran Masyarakat , 27
(3), 138-143.

Fayers, P. M., & Machin, D. (2006). Quality of Life. USA: WILEY.

Ferrel, R B; Dow, H K; Grant, M. (2012). Quality of life instrument - Breast cancer


patient version (QOL-BC). National Medical Center and Beckman Research
Institute , 1-8.

Fitriana, N. A., & Ambarini, T. K. (2012). Kualitas hidup pada penderita kanker
serviks yang menjalani pengobatan radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental , 1, 123-129.

Ganz, P., Coscarelli, A., Khan, B., Polinsky, M., & Petersen, L. (1996). Breast cancer
survivor: psychosocial, concerns and quality of life. Breast Cancer Res Treat ,
38 (2), 99-183.

Holland, K. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Jemal, A., Bray, F., Center, M., Ferlay, J., Ward, E., & Forman, E. (2011). CA
Cancer J Clin. Global Cancer statistic , 61 (2), 134.

Mahleda, M., & Hartini, N. (2012). Post-traumatic Growth pada pasien kanker pasca
mastektomi usia dewasa muda. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental ,
1 (2).

Melia, E., Putrayasa, & Azis, A. (2010). Hubungan antara frekuensi kemoterapi
dengan status fungsional pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP
Sanglah Denpasar. Udayana Library , 1-11.

Mitchel, R. N. (2009). Dasar Penyakit Patologis. Jakarta: EGC.

69
Muslimah, Annisa Nur. (2009). SIRS. meningkatkan fisik, mental, spiritual, domain
lingkungan dan kualitas hidup secara keseluruhan .

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Otto, S. E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Perwitasari, Dyah Aryani;. (2011). Translation and validation of EORTC QLQ C-30
into Indonesian version for cancer patients in Indonesia. Japanese journal of
Clinical Oncology Advance Access , 6.

Pradana, Wira, I. P., Nym, S., & Nuryani, A. (2012). Hubungan kualitas hidup
dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien kanker di RSUP Sanglah
Denpasar. Denpasar: Universitas Udayana.

Prastiwi, T. F. (2012, September 23). Kualitas hidup penderita kanker. Semarang,


Semarang, Universitas Negeri Semarang.

Price, S., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.

Rahmat, S. (2010). Pengaruh perubahan kualitas hidup terhadap orientasi Kebutuhan


Rumah pada perumahan BTN Somba 3 Kota Bulukumba. eprints.undip.ac.id ,
5.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.

Subiatmini. (n.d.). Unimus. Retrieved September 14, 2014, from Unimus wesite:
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8974

70
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alvabeta, CV.
Sutrisno, H., Dharmayuda, T. G., & Rena, R. A. (2010). Gambaran kualitas hidup
pasien kanker limfoma non hodgkin yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar
( Studi Pendahuluan). J Penyakit Dalam , 11 (2), 96-103.

WHO. (1997). WHOQOOL measuring quality of life. England: WHO.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wijayanti, T. (2007). Dampak psikologis pada perempuan penderita kanker


payudara. Semarang: Perpustakaan Unika.

71

Anda mungkin juga menyukai