PENDAHULUAN
terus menerus dan tidak terkendali, berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel tubuh
manusia dan merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang
Karsinoma mammae adalah tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara
dimana tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang dapat tumbuh dan
menyerang jaringan atau bermetastasis ke daerah yang jauh dari tubuh sekitarnya
(ACS, 2014). Keganasan karsinoma mammae berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara dan tidak termasuk kulit payudara serta
sebagai penyebab kematian akibat penyakit tidak menular di dunia sebanyak 12%
payudara adalah kanker yang paling sering didiagnosis dan merupakan penyebab
utama kematian akibat kanker di kalangan perempuan, yaitu 23% dari kasus
kanker total dan 14% dari kematian akibat kanker (Jemal, Bray, Center, Ferlay,
1
Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2013 menjelaskan
1,4 per 1000 penduduk dan merupakan 5,7 % penyebab kematian dari seluruh
penyakit. Karsinoma mammae tercatat sebagai jenis kanker tertinggi pada pasien
rawat inap maupun rawat jalan diseluruh RS di Indonesia dengan jumlah pasien
sebanyak 12.014 orang atau 28,7 % disusul kanker leher rahim sebanyak 5.786
per 100.000 perempuan (NFA, 2008) dikutip dalam (Muslimah, Annisa Nur,
Hasanuddin angka kejadian karsinoma mammae pada tahun 2013 tercatat pasien
rawat inap sebanyak 148 kasus dan rawat jalan sebanyak 273 kasus, sedangkan
pada tahun 2014 dalam kurun waktu enam bulan angka kejadian rawat jalan
meningkat hingga 502 kasus dan rawat inap 66 kasus dan 96 diantaranya
mencatat angka kejadian karsinoma mammae di tahun 2013 yaitu rawat inap
sebanyak 230 kasus dan rawat jalan 137 kasus, sedangkan pada tahun 2014
tercatat 537 kunjungan untuk kasus karsinoma mammae dengan total kunjungan
umur harapan hidup penderita, tetapi kesempatan hidup lebih lama belum tentu
dapat dinikmati dengan baik, penderita karsinoma mammae dapat mengalami hal-
2
hal yang membuat mereka bermasalah dengan kualitas hidupnya, diantaranya
keuangan, peran dalam keluarga, aktivitas seksual, dan penampilan fisik. Kualitas
dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya
dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Hal ini
psikososial, fungsi sosial dan keluarga, dan kesejahteraan spiritual yang nantinya
akan merupakan indikator penting tentang seberapa baik seorang individu dapat
3
dan kebutuhan istirahat ; psikologi, mencakup citra diri dan penampilan, perasaan
positif dan negatif, pola berfikir, belajar dan konsetrasi ingatan ; tingkat
khususnya pada penyakit yang telah bermetastase hanya diberikan dengan tujuan
paliatif, dimana lama hidup atau kualitas hidup menjadi sasaran utama
pengobatan. Kualitas hidup setiap individu berbeda, tergantung dari cara individu
dengan positif maka kualitas hidupnya akan baik, namun jika individu
pasien dengan karsinoma mammae seperti hasil dari penelitian Ferrel dkk (2012)
4
Dr.Sardjito, Yogyakarta yang menyatakan bahwa stadium penyakit dan terapi
yang diberikan pada penderita karsinoma mammae seperti kemoterapi dan radiasi
kualitas hidup pasien karsinoma mammae di Rumah Sakit Makassar tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
sebagai akibatnya pertimbangan kualitas hidup saat ini telah menjadi isu yang
penting. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
6
penilitian mengenai gambaran kualitas hidup penderita karsinoma mammae
2. Manfaat Praktis
A. Bagi Peneliti
Sebagai informasi dan bahan bacaan agar dapat bermanfaat bagi para
hidup buruk.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karsinoma Mammae
payudara dan merupakan tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara.
Tumor ganas yang dimaksud yaitu sekelompok sel-sel kanker yang dapat
yang jauh dari tubuh sekitarnya (Depkes, 2009). Menurut (Brasher, 2008)
a. Duktal
b. Lobular
2. Lobular infiltrative
8
c. Lain
2. Etiologi
Menurut Brunner & Suddart, tidak ada penyebab spesifik dari kanker
penyebab kanker payudara yang pasti masih belum jelas, namun (Davey, 2005)
hubungan kanker payudara dengan menstruasi yang mulai pada usia lebih
penyakit payudara jinak dan radiasi dada juga merupakan faktor resiko.
9
Dalam Mitchel (2009), dijelaskan beberapa fakor resiko karsinoma
1. Usia
tahun.
tahun, beresiko 50% lebih besar daripada wanita primipara atau usia
10
3. Patofisiologi
epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi
sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba, kira-kira
telah bermetastase dan sudah bisa teraba. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
dengan infeksi payudara akut yaitu kulit menjadi merah, panas, edematoda,
dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe, tempat yang
paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang.
11
Karsinoma mammae bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Price & Wilson,
2006).
lobulus payudara.
12
2) Karsinoma mammae Invasif
biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan
iii.Karsinoma musinosum
lumennya.
13
iv.Karsinoma meduler
biasanya ada inflitrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedang diantara
T1 = tumor ≤ 2 cm
T3 = tumor > 5 cm
Metastasis Jauh :
14
M1 = metastasis jauh termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikular
ipsilateral.
Pengelompokan stadium :
Stadium 0 : Tis – N0 – M0
Stadium I : T1 - N0 – M0
Stadium IIA : T0 – N1 – M0
T1 – N1 - M0
T2 – N0 – M0
Stadium IIB : T2 – N1 – M0
T3 – N0 – M0
Stadium IIIA : T0 – N2 – M0
T1 – N2 – M0
T2 – N2 - M0
T3 – N1, N2 – M0
T apa saja – N3 – M0
a. Kemoterapi
kanker dan merupakan salah satu dari empat modalitas yaitu pembedahan,
15
terapi radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang menyediakan kesembuhan,
kontrol penyakit atau sebagai terapi paliatif (Otto, 2005). Dalam Buku Ajar
setempat dan yang dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi, kemoterapi
siklus yaitu Obat diberikan selama beberapa hari dan diselingi dengan
normal untuk tumbuh kembali (ACS, 2013). Siklus kemoterapi adalah waktu
setiap tiga minggu. Apabila kemoterapi telah dilakukan satu siklus, pemberian
harus dilakukan hingga selesai dan tidak bisa dihentikan karena sel kanker
16
tidak akan mati dan menyebabkan sel-sel kanker resisten terhadap pemberian
kemoterapi selanjutnya.
adjuvant. Tidak ada perbedaan dalam hal bertahan hidup antara kemoterapi
dan paliatif, tujuan tersebut harus realistik karena tujuan tersebut akan
yang diperpanjang untuk mencapai regresi sel-sel kanker (Smeltzer & Bare,
2002).
oleh sebab itu kemoterapi dapat menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh,
tetapi sel-sel lain dalam tubuh, seperti sumsum tulang, lapisan mulut dan usus,
dan folikel rambut juga akan terpengaruh oleh kemoterapi. Efek samping
kemoterapi tergantung pada jenis obat, jumlah yang diambil, dan lamanya
pengobatan. Beberapa efek samping yang paling umum muncul adalah rambut
17
rontok, sariawan, kehilangan nafsu makan atau bahkan meningkat, mual dan
resiko infeksi karena rendahnya sel darah putih, mudah memar atau
pendarahan dan kelelahan karena rendahnya sel darah merah. Efek samping
ini biasanya berlangsung dalam waktu singkat dan hilang setelah pengobatan
penyakit kanker bila tumor tidak dapat diangkat melalui pembedahan atau bila
ada metastase pada nodus lokal. Radiasi dapat diberikan dengan dua
mekanisme yaitu radiasi eksternal dan radiasi internal, jika diberikan radiasi
eksternal maka jenis radiasi yang diberikan berdasar pada kedalaman tumor
radiasi dan ukuran tumor, dosis letal tumor diartikan sebagai dosis yang akan
18
c. Pembedahan
yaitu pengangkatan seluruh tumor atau sebanyak mungkin yang bisa diangkat
dan semua jaringan sekitar yang terkena, bedah diagnostik yaitu bedah yang
nonvital yang mungkin untuk terjadinya kanker, bedah paliatif yaitu usaha
kualitas hidup dan bedah rekontruksi yaitu bedah kuratif yang dilakukan
yang diinginkan (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Price & Wilson (2006),
penentuan stadium.
19
2) Mastektomi total dengan diseksi aksila rendah, yaitu eksisi
pektoralis minor.
B. Kualitas Hidup
dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup
situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien
(Holland, 2009).
20
Brunner & suddarth (1995), juga menjelaskan kualitas hidup sebagai
(Smeltzer & Bare, 2001). Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu
konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya
dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian
secara umum.
21
b. Dimensi psikologi, mengungkap masalah mengenai kesulitan hidup
sembuh.
bantuan medis.
22
e. Lingkungan mencakup sumber daya keuangan, kebebasan,
secara khusus dapat dibagi dalam dua bagian, pertama : sebagai unsur
subyektif dalam hal ini menyangkut cara hidup sehat, kepuasan hidup,
aktualisasi diri, sedangkan unsur obyektif antara lain terdiri dari kesehatan
yang baik, kemampuan ekonomi, dan faktor lingkungan (Birren & Dieckmann
Dari sudut pandang yang lain, kualitas hidup bukan hanya menyangkut
tinggal, sarana fisik yang tersedia maupun fasilitas-fasilitas sosial, akan tetapi
kualitas hidup pada penderita kanker yang dilakukan terhadap tiga responden
23
yang dialaminya, jika penderita memiliki respon yang baik dan mampu
hidup dari penderita ca serviks yang menjalani radioterapi tetap baik karena
tetapi secara psikologis dirinya tidak terpuruk, dalam hal relasi sosial
tidak memberi makna terhadap kualitas hidup penderita kanker, tetapi kualitas
kematian dini, hal tersebut menyebabkan rasa putus asa bahkan depresi pada
24
tersebut juga dapat berpengaruh terhadap baik atau buruknya kualitas hidup
mengenai posisinya konteks budaya, sistem nilai dimana individu hidup dan
hidup pada penderita karsinoma mammae adalah keadaan sehat yang merupakan
gabungan dari dua komponen yaitu kemampun untuk melakukan aktivitas sehari-
hari yang menggambarkan kesehatan fisik, psikologi dan sosial serta kepuasan
hidup yang positif dan kualitas hidup yang negatif akan membedakan setiap
individu dalam pencapaian aktualisasi dirinya, sikap yang muncul pun berbeda
tergantung kualitas hidup yang dimilikinya dan dapat memberi pengaruh positif
dan negatif atas penyakit dan kehidupannya (Prastiwi, 2012). Menurut WHOQOL
BREF kriteria seseorang yang memiliki kualitas hidup positif ditentukan bahwa
hal tersebut sejalan dengan penelitian (Djuminten, Wilopo, & Setiaji, 2011)
25
Yogyakarta yang menyatakan bahwa stadium penyakit dan terapi yang diberikan
lebih lama belum tentu dapat dinikmati oleh penderitanya, karena itu pemberian
26
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pemenuhan
ADL
Psikologis Spiritual
Keterangan :
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
28
bulan awal tahun 2014 yang menjalani kemoterapi adalah 96 kunjungan
kasus.
2. Sampel
siapa saja yang secara kebetulan atau incidental bertemu dengan peneliti
3. Besar Sampel
𝑁
𝑛=
1 + Ne2
75
𝑛=
1 + 75 (0.1)2
75
𝑛=
1 + (75 x 0.01)
75
=
1 + 0.75
𝑛 = 43 Sampel.
29
Keterangan :
N = Populasi
n = Sampel
e = Taraf kesalahan (error) sebesar 0,1 ( 10 %)
4. Kriteria Sampel
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
a. Kriteria Inklusi
siklus kedua.
30
b. Kriteria Eksklusi
31
D. ALUR PENELITIAN
Populasi penelitian ini yaitu penderita karsinoma mammae di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin dan RS Ibnu Sina yang berjumlah 75 orang.
Informed consent
Kesimpulan
32
E. VARIABEL PENELITIAN & DEFINISI OPERASIONAL
1. Variabel penelitian
spiritual.
a. Pemenuhan ADL
Definisi :
Alat Ukur :
Hasil Ukur
Baik : Skor 26 - 50
Buruk : Skor 0 - 25
33
b. Kesehatan fisik
Definisi :
Alat ukur :
Baik : Skor 41 - 80
Buruk : Skor 0 - 40
c. Kondisi psikologis
Definisi :
34
Alat ukur :
22 jenis pertanyaan.
Hasil ukur :
d. Hubungan Sosial
Definisi :
Alat Ukur :
Hasil Ukur :
Baik : Skor 46 - 90
35
Buruk : Skor 0 - 45
e. Spiritual
Definisi :
untuk sembuh.
Alat Ukur :
Hasil Ukur :
Baik : Skor 36 - 70
Buruk : Skor 0 - 35
f. Kualitas hidup
Definisi :
36
kepuasan penderita pada tingkat fungsional dan pengendalian
penyakit
Alat Ukur :
Hasil Ukur :
Baik : Skor ≥ 50 %
1. PENGUMPULAN DATA
dengan metode survei deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah semua
penentuan besar sampel didasarkan pada data awal yang diperoleh dari
37
berjumlah 43 orang dan memenuhi kriteria inklusi serta menandatangani
Hasanuddin.
dampak yang merugikan pada subjek penelitian. Data hasil penelitian akan
2. INSTRUMEN PENELITIAN
38
Instrument – Breast Cancer Patient Version (QOL-BC) ini telah diuji
didapatkan hasil pada dimensi kesehatan fisik nilai kappa 0,63 - 0,89
artinya nilai kappa memadai sedangkan untuk hasil analisis Alfa Cronbach
sebesar 0.63, pada dimensi psikologi nilai kappa 0,63 - 1,00 artinya nilai
kappa reliabel sedangkan hasil Alfa Cronbach sebesar 0,88, pada dimensi
hubungan sosial nilai kappa 0,68 - 1,00 artinya nilai kappa memadai
ditemukan hasil kappa 0,65 - 0,88 sedangkan Alfa Cronbach 0,80 artinya
baik jika skor 111 – 220 dan buruk jika skor 0 – 110.
39
dimodifikasi, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang
buruk jika skor 0 – 25. Instrumen ini akan dilakukan uji validitas dan
a. Uji validitas
mengetahui sebuah item dinyatakan valid atau tidak. Jika r hitung > r
tabel berarti valid, sedangkan jika r hitung < tabel berarti tidak valid.
40
didapat nilai r tabel 0,553 untuk 15 responden. Setelah dilakukan uji
b. Uji reabilitas
bagus dan jika nilai Cronbach’s alpha >0,9 maka dinyatakan sangat
sangat bagus.
1. Pengolahan Data
41
a. Editing
kuisioner.
b. Coding
simbol atau kode pada setiap kriteria atau jawaban pada saat pengisian
kuisioner.
c. Data Entry
2. Analisis Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat
dimana tiap data yang telah terkumpul, dianalisis dari jumlah skor pada
42
kesehatan fisik, kondisi psikologi, hubungan sosial, dan domain spiritual
H. ETIKA PENELITIAN
responden.
Confidentiality )
ingin diketahui oleh orang lain, dengan cara mengganti identitas dengan
kode-kode tertentu.
43
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan ( balancing
44
BAB V
A. Hasil Penelitian
bertempat di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dan Rumah Sakit Pendidikan
Pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina kemudian
kuesioner kualitas hidup pasien kanker payudara yang terdiri dari data demografi,
Sampel penelitian ini adalah 43 orang, sampel yang diambil adalah sampel yang
Hasanuddin.
diberikan kepada respoden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas
terhadap 15 responden dan dihasilkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,902 yang
45
responden setuju, mereka diberi lembar persetujuan untuk ditandatangani,
Setelah semua data terkumpul, data tersebut kemudian diolah dan hasil penelitian
a. Karakteristik Responden
46
b. Distribusi Kualitas hidup berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi
Tabel 5.2 Distribusi kualitas hidup berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)
buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga lansia awal
kanker grade 3 yang memiliki kualitas hidup yang baik ada 1 responden
dan yang buruk 38 responden. Tidak ada responden dengan kanker grade 4
47
c. Distribusi Pemenuhan ADL berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi.
Tabel 5.3 Distribusi pemenuhan ADL berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)
ADL yang buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga
pemenuhan ADL yang baik ada 4 orang dan yang buruk 35 orang. Tidak
48
banyak terjadi pada siklus kemoterapi awal dan hampir semua siklus
kemoterapi lanjutan.
kemoterapi
Tabel 5.4 Distribusi kesehatan fisik berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)
buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga lansia awal.
responden dengan kanker grade 3 yang memiliki kesehatan fisik yang baik
ada 3 orang dan yang buruk 36 orang. Responden dengan kanker grade 4
yang memiliki kesehatan fisik yang baik ada 1 responden dan yang buruk
49
yang memiliki kesehatan fisik yang baik semuanya terdapat pada siklus
awal.
kemoterapi.
Tabel 5.5 Distribusi kondisi psikologis berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)
psikologis yang buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir
yang memiliki kondisi psikologi yang baik ada 1 orang dan yang buruk 38
orang. Tidak ada responden dengan kanker grade 4 yang memiliki kondisi
50
responden yang memiliki kondisi psikologis yang baik terdapat pada
siklus kemoterapi
Tabel 5.6 Distribusi domain hubungan sosial berdasarkan umur, grade kanker dan
siklus kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)
buruk paling banyak terdapat pada umur dewasa akhir hingga lansia awal
grade 3 yang memiliki hubungan sosial yang baik ada 2 orang dan yang
51
memiliki hubungan sosial yang baik sedangkan berdasarkan siklus
kemoterapi
Tabel 5.7 Distribusi domain spiritual berdasarkan umur, grade kanker dan siklus
kemoterapi di Rumah Sakit Makassar, tahun 2014 (n=43)
yang baik ada 37 orang dan yang buruk 2 orang. Responden dengan
kanker grade 4 yang memiliki spiritual yang baik ada 4 dan yang buruk
52
tidak ada sedangkan berdasarkan siklus kemoterapi yaitu responden yang
ada 2 responden.
B. Pembahasan
karsinoma mammae adalah wanita dengan umur dewasa akhir (36-45 tahun)
hingga lansia awal (46-55 tahun) sementara kasus yang lain terjadi dikisaran
usia 26-35 tahun dan >56 tahun. Sebagian besar responden adalah penderita
penderita kanker grade 4 (9,3%) hal ini disebabkan responden yang ditemui di
lokasi penelitian sebagian besar adalah penderita kanker grade 3 selain itu
yang masih tersisa pada saat mastektomi atau kanker yang bermetastasis jauh
53
Dari 43 responden pada penelitian ini, hanya ada 1 responden yang
memiliki kualitas hidup yang baik yaitu lansia awal dengan kanker grade 3
kualitas hidup yang baik, hal ini kemungkinan disebabkan akibat sudah
telah berkurang. Selain itu dukungan dari keluarga cenderung akan lebih
Hasil penelitian sejalan dengan salah satu faktor resiko dari karsinoma
mammae yaitu penyakit ini akan jarang ditemukan pada wanita dibawa 25
memiliki kualitas hidup yang baik adalah responden dengan siklus kemoterapi
(2010) dalam penelitian mengenai kualitas hidup penderita kanker LNH yang
yang berarti antara siklus kemoterapi dengan kualitas hidup, tetapi antara
grade kanker dan kualitas hidup ada korelasi yang bermakna sehingga dalam
penelitian ini hanya didapati 1 responden yang memiliki kualitas hidup yang
baik yaitu penderita kanker grade 3 sementara pada penderita kanker grade 4
54
2. Kualitas hidup penderita Karsinoma Mammae ditinjau dari Pemenuhan
bekerja. Selain itu, rasa sakit yang responden rasakan juga membatasi dalam
(9,3 %) yang memiliki pemenuhan ADL yang baik yang semuanya adalah
awal hal ini kemungkinan disebabkan karena efek kelelahan dari kemoterapi
diperoleh sehingga rasa sakit menjadi tidak berarti dan responden lebih puas
55
frekuensi kemoterapi dengan status fungsional pasien kanker payudara yang
kemoterapi (Melia, Putrayasa, & Azis, 2010). Hal serupa juga dijelaskan
oleh Byar, Berger, Bakken, dan Mellisa (2006) dalam penelitian pada 25
makan bahkan depresi, puncak kelemahan yang dirasakan pasien terjadi pada
Fitriana dan Ambarini (2012) terhadap 2 orang penderita kanker serviks yang
responden memiliki motivasi yang baik dan tidak terpuruk dalam kesedihan
akibat penyakit.
Fisik
masalah dengan nafsu makan, pola tidur, siklus menstruasi, dan penurunan
56
berat badan yang drastis selama menjalani kemoterapi sehingga menyebabkan
memiliki kesehatan fisik yang baik hampir semua adalah lansia awal (46-55
tahun) dengan kanker grade 3 yang menjalani kemoterapi siklus awal, hal ini
muncul akibat penyakit yang dialami, serta kemauan yang kuat untuk sembuh.
mammae grade III dan IV akan mengalami rasa gatal, panas, keluarnya rabas,
perdarahan atau kombinasi lainnya pada puting, bahkan pecahnya sel kanker
tidak baik tetapi memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh, hal tersebut akan
57
mampu untuk meringankan beban fisik yang dialami. Kualitas hidup bersifat
subjektif dan hanya dapat dinilai oleh responden sendiri, untuk itu meskipun
kesehatan fisik responden sangat buruk, pendekatan lain seperti psikologi dan
2010).
Psikologis
dan bahkan kemoterapi. Selain itu karena pada penderita karsinoma mammae
grade III dan IV mengalami luka di payudara yang cukup serius, akhirnya
responden merasa mereka tidak lagi bisa menampilkan yang terbaik dari diri
bagian tubuh yang lain, kemoterapi yang akan dijalani, radiasi, operasi, dan
58
Penderita karsinoma mammae cenderung menghadapi banyak masalah
membuat mereka menjadi cacat (Smeltzer & Bare, 2001). Hal ini sejalan
menjelaskan bahwa rasa nyeri dan kesakitan fisik yang dirasakan oleh
merasa cemas dan tidak berdaya, selain itu situasi sebelum dan setelah
kemoterapi 4. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang menemukan bahwa
baik dari segi fisik maupun psikologi begitupun dengan kualitas hidup.
59
Sebagian pasien kanker akan merasa kondisinya akan lebih baik daripada
secara keseluruhan.
Sosial
60
mereka juga akan mengidap penyakit yang sama dengan mereka. Selain itu,
dengan pasangan mereka. Dalam penelitian ini hanya ada 2 responden yang
memiliki hubungan sosial yang baik yaitu penderita kanker grade 3 yang
menjalani kemoterapi siklus awal, hal ini disebabkan karena dukungan yang
pekerjaan mereka telah terganggu oleh penyakit dan pengobatan yang mereka
jalani, hubungan pribadi mereka dengan suami ataupun keluarga yang lain
masih tetap baik sehingga membuat penderita tidak terlalu merasa terisolasi
Dalam hal ini responden yang memiliki hubungan sosial baik adalah
responden yang juga memiliki kesehatan psikologis yang baik yang berada
dikelompok umur 46-65 tahun, hal ini sejalan dengan penelitian Mahleda &
umur 47-55 tahun akan lebih baik dalam hal psikologi dan hubungan sosial
pasca menjalani mastektomi, hal ini disebabkan karena wanita dengan usia
tersebut memiliki emosi yang lebih stabil sehingga mereka akan mudah dalam
menceritakan apa yang mereka alami kepada orang lain sehingga hal tersebut
akan memberi dampak yang baik bagi hubungan mereka dengan orang lain.
61
Penderita karsinoma mammae cenderung khawatir mengenai
dalam kegiatan keagamaan. Secara fisik mereka mungkin tidak bisa lagi untuk
berpartisipasi langsung seperti saat kondisi tubuh mereka masih sehat tetapi
juga sangat besar. Dua responden yang memiliki kehidupan spiritual yang
dianggap terlalu penting atau karena responden belum tiba pada fase
62
penerimaan dari penyakit yang dialaminya, melainkan masih berada pada fase
mammae memang lebih baik seiring dengan pertambahan stadium, hal ini
dengan berdoa mereka akan mendapatkan ketenangan batin dan emosi yang
2001). Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana dan Ambarini (2012) terhadap
bahwa penderita kanker cenderung mencapai kualitas hidup yang baik melalui
pendekatan diri kepada Tuhan serta memperbanyak doa, selalu berfikir positif
mammae dengan stadium terminal, mereka ada pada kondisi yang tidak
berdaya akibat penyakit yang mereka hadapi tetapi tetap memiliki spiritual
63
yang baik, hal ini dapat dijelaskan lebih jauh dengan teori kehilangan menurut
dalam proses kedukaan yang mereka alami adalah fase I penyangkalan, fase II
kemarahan dan depresi, fase III tawar-menawar dan tahap akhir adalah fase
mengalami masalah atau kedukaan bisa marah pada fase I dan II dari
spiritual, individu akan lebih merasa sejahtera sehingga melalui itu individu
akan mulai mengidentifikasi aspek positif dan mungkin juga aspek yang
menyenangkan sehingga bisa menerima kondisi yang dialami pada saat itu
(Videbeck, 2008).
C. Keterbatasan Penelitian
pada penelitian ini yaitu pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami
64
BAB VI
A. Kesimpulan
bahwa:
dikategorikan buruk.
dikategorikan buruk.
psikologi yang baik, dan semua penderita kanker grade 4 memiliki kondisi
dikategorikan buruk.
65
8. Secara keseluruhan tidak ada penderita kanker grade 4 yang memiliki
%) dikategorikan baik.
11. Secara keseluruhan hanya ada 1 penderita karsinoma mammae yang memiliki
B. Saran
a. Diharapnya dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi data awal untuk
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan yang
66
3. Bagi Rumah Sakit
67
DAFTAR PUSTAKA
Bahrami, M., & Farzi, S. (2014). The effect of a supportive educational program
based on COPE model on caring burden and quality of life in family
caregivers of women with breast cancer. Iranian Journal of Nursing and
Midwifery Research , 19 (2), 119-126.
Byar, K. L., Berger, A. M., Bakken, S. L., & A, M. (2006). Impact of adjuvant breast
cancer chemotherapy on fatigue, other symptoms and quality of life.
Oncology Nursing Forum , 33 (1), 18-26.
Christina, E. F. (2011). ETD Gadja Mada University. Retrieved September 14, 2014,
from Electronic Theses & Dissertation UGM Web site:
etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitianDetail&act=v
iew&typ=html&buku_id=50169
Depkes. (2009). Buku Saku pencegahan kanker leher rahim & kanker payudara.
Jakarta.
68
Djuminten, Wilopo, S. A., & Setiaji, K. (2011). Uji reliabilitas instrumen kualitas
hidup pada penderita kanker payudara. Berita Kedokteran Masyarakat , 27
(3), 138-143.
Fitriana, N. A., & Ambarini, T. K. (2012). Kualitas hidup pada penderita kanker
serviks yang menjalani pengobatan radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental , 1, 123-129.
Ganz, P., Coscarelli, A., Khan, B., Polinsky, M., & Petersen, L. (1996). Breast cancer
survivor: psychosocial, concerns and quality of life. Breast Cancer Res Treat ,
38 (2), 99-183.
Jemal, A., Bray, F., Center, M., Ferlay, J., Ward, E., & Forman, E. (2011). CA
Cancer J Clin. Global Cancer statistic , 61 (2), 134.
Mahleda, M., & Hartini, N. (2012). Post-traumatic Growth pada pasien kanker pasca
mastektomi usia dewasa muda. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental ,
1 (2).
Melia, E., Putrayasa, & Azis, A. (2010). Hubungan antara frekuensi kemoterapi
dengan status fungsional pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP
Sanglah Denpasar. Udayana Library , 1-11.
69
Muslimah, Annisa Nur. (2009). SIRS. meningkatkan fisik, mental, spiritual, domain
lingkungan dan kualitas hidup secara keseluruhan .
Perwitasari, Dyah Aryani;. (2011). Translation and validation of EORTC QLQ C-30
into Indonesian version for cancer patients in Indonesia. Japanese journal of
Clinical Oncology Advance Access , 6.
Pradana, Wira, I. P., Nym, S., & Nuryani, A. (2012). Hubungan kualitas hidup
dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien kanker di RSUP Sanglah
Denpasar. Denpasar: Universitas Udayana.
Price, S., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Subiatmini. (n.d.). Unimus. Retrieved September 14, 2014, from Unimus wesite:
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8974
70
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alvabeta, CV.
Sutrisno, H., Dharmayuda, T. G., & Rena, R. A. (2010). Gambaran kualitas hidup
pasien kanker limfoma non hodgkin yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar
( Studi Pendahuluan). J Penyakit Dalam , 11 (2), 96-103.
71