RANGKUMAN MODUL AGENDA II BerAKHLAK 2022
RANGKUMAN MODUL AGENDA II BerAKHLAK 2022
Oleh : Dwi Rahmanendra, S.Hut, MPd (Widyaiswara Ahli Madya, Pusdiklat SDM LHK)
b) Tugas ASN
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b) Tantangan Internal
1) Anggaran yang terbatas,
2) Kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, dan
3) Belum terbangunnya sistem pelayanan yang baik.
A. Pengertian Akuntabilitas
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/
organisasi yang memberikan amanat.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya.
Panduan Perilaku (Kode Etik) Akuntabel dalam Core Values ASN
a) Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
b) Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien; dan
c) Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
B. Aspek-Aspek Akuntabilitas
a) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan : hubungan dua pihak antaraindividu/kelompok/
institusi dengan negara dan masyarakat.
b) Akuntabilitas berorientasi pada hasil : hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku
aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
c) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan : Laporan kinerja adalah perwujudan dari
akuntabilitas.
d) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi : Akuntabilitas adalah kewajiban.
Kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi.
e) Akuntabilitas memperbaiki kinerja : tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki
kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
C. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta
antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat.
Fungsi Akuntabilitas Publik :
a) Untuk menyediakan kontrol demokratis;
b) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan; dan
c) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
C. Mekanisme Akuntabilitas
a) Dimensi Mekanisme Akuntabilitas
1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum : kepatuhan terhadap hukum dan peraturan;
2) Akuntabilitas proses : ketersediaan prosedur dalam meberikan pelayanan publik;
3) Akuntabilitas program : petimbangan pencapaian tujuan dan program alternatif; dan
4) Akuntabilitas kebijakan :
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang
diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
D. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang
diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan atau organisasi yang
memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki kepentingan profesional dan pribadi
yang bersinggungan.
Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana tugas publik dan kepentingan
pribadi bertentangan, baik konflik keuangan maupun non keuangan.
Tujuan KIP
a) Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan
pengambilan suatu keputusan publik;
b) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
c) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan
Badan Publik yang baik;
d) Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien,
akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e) Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;
f) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau
g) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk
menghasilkan layanan informasi.
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi Pemerintah :
a) PNS bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
b) PNS menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
c) PNS mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
d) PNS diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas;
e) PNS menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
f) PNS memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan; dan
g) PNS tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
Penyusunan kode etik, dukungan lembaga, dan sangsi bagi pelaku pelanggaran.
Akuntabilitas pimpinan lembaga juga menjadi hal penting untuk menjadi pegangan tindak dan
perilaku pegawai di lingkungan lembaga atau institusi.
A. Dunia VUCA
“Vuca World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty). Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi
(complexity) serta ambiguitas (ambiguity).
VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan
teknikal dan generik.
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru.
Perlu pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan
aparatur.
B. Disrupsi Teknologi
Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
Keadaan ini mengindikasikan terdapat kecenderungn rendahnya pula daya adaptasi organisasi
terhadap dinamika kemajuan perubahan teknologi tersebut.
Perlunya penguatan kompetensi secara luas, yang memungkinkan setiap pegawai dapat
memutakhirkan kompetensi, baik secara individu maupun secara kolektif organisasi.
A. Merit Sistem
Dalam Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu
berbasis merit, dimana seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja.
Perlakuan yang adil dan objektif dalam Merit Sistem meliputi seluruh unsur dalam siklus
manajemen ASN, yaitu :
a) Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi dan
kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;
b) Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan ASN lainnya;
dan
c) Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara, dengan
menghargai kinerja yang tinggi.
C. Karakter ASN
8 (delapan) karakateristik Smart ASN : integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan
global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan
strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta
teamwork dan cooperation.
A. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan
sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan
pekerjaan.
Kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif.
Kompetensi ASN meliputi :
a) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
b) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
c) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan,
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Panduan perilaku (kode etik) Nilai kompeten dalam Core Values ASN yaitu:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi;
b) Membantu orang lain belajar; dan
c) Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode Etik dan Kode Perilaku ASN tertuang dalam UU ASN Pasal 5.
Perilaku ASN yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis :
a) Toleransi
b) Empati
c) Keterbukaan terhadap perbedaan
Dengan menegakkan nilai etika maka suasana harmonis dapat terwujud dilinkungan ditempat
bekerja dan lingkungan masyarakat dimanapun ASN berada.
Upaya menciptakan dan menjaga suasana harmonis bukan usaha yang bisa dilakukan sekali dan
jadi untuk selamanya, melainkan harus dilakukan secara terus menerus oleh seluruh elemen
dalam sebuah organisasi.
MATERI POKOK 2.
A. Panduan Perilaku Loyal
Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah dalam Nilai-Nilai Dasar ASN, Kode Etik
dan Kode Perilaku ASN, dan Kewajiban ASN.
Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara dalam dalam Nilai-Nilai Dasar
ASN, Kode Etik dan Kode Perilaku ASN, dan Kewajiban ASN.
Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara dalam Nilai-Nilai Dasar ASN, Kode Etik dan Kode Perilaku
ASN, dan Kewajiban ASN.
B. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu:
a) Cinta Tanah Air
b) Sadar Berbangsa dan Bernegara
c) Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d) Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
e) Kemampuan Awal Bela Negara.
Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman.
Perwujudan negara kesejahteraan sangat ditentukan oleh integritas dan mutu penyelenggara
negara, disertai dukungan rasa tanggung jawab dan rasa kemanusiaan yang terpancar dari
setiap ASN yang memiliki loyalitas tinggi.
C. Perkembangan Teknologi
Teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja
birokrasi.
Kondisi ini akan memaksa kita untuk beradaptasi dengan segala bentuk pengambilalihan
mekanisme kerja oleh mesin.
Adaptasi tidak berhenti di kemampuan menggunakan, tetapi juga antisipasi dari konsekuensi
yang mungkin timbul dari pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja dengan teknologi.
Pemerintah seyogyanya mengadaptasi perubahan ini dengan memastikan kompatibilitas
metode komunikasi publik dengan perilaku komunikasi dan sehingga dapat mendorong
percepatan pelayanan publik berbasis digital.
A. Konsep Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul.
Adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
C. Organisasi Adaptif
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan, mengikuti
perubahan lingkungan strategisnya.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu
a) Lanskap (landscape) : memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungan strategis yang berubah secara konstan
b) Pembelajaran (learning) : perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif, dan struktur
adaptasi
c) Kepemimpinan (leadership) : yang menjalankan peran penting dalam membentuk adaptive
organization.
Organisasi birokrasi cenderung mekanistik bercirikan yang otoritas atau kewenangan yang
tersentralisasi atau diselenggarakan oleh kelompok kecil dalam level elit organisasi. Sebaliknya
organisasi yang adaptif akan lebih cenderung menyebarkan fungsi kewenangan ke berbagai lini
organisasi.
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasi berkinerja
tinggi, dengan bercirikan antara lain :
a) Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas dan tidak ambigu,
b) Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk kesuksesan masa depan.
c) Terdapat perilaku yang menunjukkan tanggung Jawab psikologis, saling menghormati,
menghargai pandangan dan pendapat satu sama lain, serta bekerja dalam tim.
d) ASN yang bekerja ekstra dengan memberikan ide, pemikiran, stimulus yang tidak diminta
satu sama lain, dan di mana minat mereka pada pelanggan mereka menawarkan sesuatu yang
lebih dari yang diharapkan.
e) Unsur pemimpin yang memberikan tantangan kepada ASN, yang memberikan kesempatan
untuk pengembangan pribadi melalui pengalaman baru, dan yang memperlakukan semua
orang dengan adil dan pengertian.
f) Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan organisasi dan pribadi secara
intelektual, finansial, sosial dan emosional
5 (lima) disiplin agar organisasi dapat terus memiliki pengetahuan yang mutakhir :
a) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery);
b) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang
yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
c) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model);
d) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya (team learning); dan
e) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo (systems
thinking).
A. Mengadapi VUCA
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan
ancaman VUCA, dengan menngunakan VUCA Prime, yaitu Vision, Understanding, Clarity, Agility :
a) Hadapi Volatility dengan Vision :
1) Terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan kerja Anda yang konstan
dan tidak dapat diprediksi; dan
2) Buat pernyataan yang kuat dan menarik tentang tujuan dan nilai tim, dan kembangkan visi
bersama yang jelas tentang masa depan.
b) Hadapi Uncertainty dengan Understanding
1) Berhenti sejenak untuk mendengarkan dan melihat sekeliling;
2) Jadikan investasi, analisis dan interpretasi bisnis, dan competitive intelligence (CI) sebagai
prioritas, sehingga Anda tidak ketinggalan;
3) Tinjau dan evaluasi kinerja Anda; dan
4) Lakukan simulasi dan eksperimen dengan situasi, sehingga melatih Anda untuk bereaksi
terhadap ancaman serupa di masa depan.
c) Hadapi Complexity dengan Clarity
1) Berkomunikasi secara jelas dengan tim Anda; dan
2) Kembangkan tim dan dorong kolaborasi.
3) 5 langkah membangun tim efektif :
1. tetapkan kepemimpinan;
2. bangun hubungan dengan pegawai Anda;
3. bangun hubungan di antara pegawai Anda;
4. menumbuhkan kerjasama-kolaborasi tim; dan
5. tetapkan aturan dasar untuk tim.
d) Hadapi Ambiguity dengan Agility
1) Dorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan ketangkasan;
2) Pekerjakan dan promosikan orang-orang yang berhasil di lingkungan VUCA;
3) Dorong karyawan Anda untuk berpikir dan bekerja di luar area fungsional mereka;
4) Hindari memimpin dengan mendikte atau mengendalikan mereka;
5) Kembangkan “budaya ide”. Ini jenis budaya yang energik dan dapat mengubah tim dan
organisasi menjadi lebih kreatif dan gesit.
c) Leadership : kepemimpinan tidak hanya sebagai penujuk arah namun pembimbing menuju
keberhasilan dalam melawan kompleksitas dan menciptakan sebuah organisasi yang ulet
(resilient organization).
A. Definisi Kolaborasi
Kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang terlibat memandang aspekaspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan (Gray,1989).
Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab (Lindeke dan Sieckert, 2005).
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara : diatur
bahwa Menteri dan Menteri Koordinator dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus
bekerja sama dan menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja : Pemerintah Pusat dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren berwenang untuk:
a) menetapkan NSPK dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan. Penetapan NSPK
ini mengacu atau mengadopsi praktik yang baik (good practices); dan
b) melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.