Disusun oleh :
Norhasanah (1140970120068)
BANJARMASIN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MAKALAH UJI
ATATISTIK ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
M.Husni., S.Kep.,Ns.,M.Kes pada Metode Penelitian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang MAKALAH UJI STAISTIK bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Terlihat dari tabel di atas bahwa frekuensi sampel yang berusia < 40 tahun
sebanyak 22 orang (44%) dan sampel yang berusia >= 40 tahun sebanyak 28
orang (56%). Tabel
Terlihat dari tabel di atas bahwa frekuensi sampel yang menjawab tidak ada
23 orang (46%) dan sampel yang menjawab ya sebanyak 27 orang (54%).
Terlihat dari tabel di atas bahwa frekuensi sampel yang mempunyai masa kerja
< 10 tahun ada 16 orang (32%) dan sampel dengan masa kerja lebihd ari atau
sama dengan 10 tahun sebanyak 34 orang (68%).
b. Mean
Rata-rata (mean) dari sampel dinyatakan sebagai: dimana n = jumlah
pengukuran-pengukuran sampel Contoh : Tentukan rata-rata dari
pengukuran-pengkuran 2, 9, 11, 5, 6
c. Median
Median dari himpunan pengukuran x1, x2, x3, x4, ..... xn didefinisikan
sebagai nilai dari x yang jatuh ditengah-tengah jika pengukuran-pengukuran
disusun sesuai urutan besarnya. Jika jumlah pengukuran genap, kita pilih
median sebagai nilai x yang terletak di tengah antara dua pengukuran-
pengukuran tengah. Contoh: tinjaulah pengukuran-pengukran sampel sbb:
9, 2, 7, 11, 14. Jika disusun dalam urutan besarnya 2, 7, 9, 11, 14. Maka
dipilih 9 sebagai median. Contoh: tinjaulah pengukuran-pengukran sampel
sbb: 9, 2, 7, 11, 14. 6 Jika disusun dalam urutan besarnya 2, 6, 7, 9, 11, 14.
Maka kita memilih median sebai nilai tengah antara 7 dan 9, yaitu 8.
d. Modus
Modus (mode) dari himpunan n pengukuran-pengukuran x1, x2, x3, x4, .....
xn didefinisikan sebagai nilai dari x yang tampil dengan frekuensi tertinggi.
Contoh: tinjaulah pengukuran-pengukran sampel sbb: 9, 2, 7, 11, 14. 7, 2,
7. Karena 7 tampil tiga kali (paling banyak), maka modus adalah 7.
e. Rentang (Range)
Ukuran paling sederhana dari variasi adalah rentang (range). Rentang dari
himpunan pengukuran-pengukuran x1, x2, x3, x4, ..... xn didefinisikan
sebagai beda (selisih) antara pengukuran terbesar dan pengukuran yang
terkecil. Contoh: bila dari hasil pengukuran diperoleh nilai 3, 4, 5, 9, 11, 2,
13; maka rentangnya adalah 13-2 = 11
Tabel 4. Contoh Hasil Analisis Univariat
Descriptive Statistics
86
Kelas x 6 32 13 73 80 79.06 508
Kelas x 7 32 12 68 84 72.13 617
Dari output SPSS tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah anak
masing-masing kelas adalah 32 (N = 32). Nilai terendah (min) untuk kelas
X1 adalah 50 dan nilai tertinggi 77, dengan range 27 dan nilai rata-rata
70,03. Kelas X2 nilai terendahnya (min) 52, sedangkan nilai tertingginya
(max) 79 dengan range 27 dan nilai rata-rata (mean) 69,28. Kelas X3 nilai
terendahnya (min) 65, sedangkan nilai tertingginya (max) 88 dengan range
23 dan nilai rata-rata (mean) 75,94, demikian seterusnya.
Contoh lain dari analisis statistik univariat adalah pengujian
normalitas data suatu kelompok sampel atau lebih. Berikut disajikan salah
satu pengujian normalitas melalui bantuan komputer program SPSS
dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang menguji apakah data dari kelompok
pretes dan postes dari suatu perlakuan berdistribusi normal atau tidak.
3. Kegunaan Analisi Univariat
a. Salah satu cara melihat adanya kesalahan koding atau entry data.
1) Jawaban di luar area penelitian
2) Data yang sangat ekstrim mengganggu nilai rerata
3) Data yang tidak konsisten, misalnya variabel seks pria tetapi variabel
kehamilan positif
4) awaban tdk berlaku diberi kode 9 /0 ikut dianalisis
b. Mendeskripsikan suatu fenomena dengan baik.
c. Perincian/ gambaran besarnya suatu fenomena.
d. Petunjuk pemecahan masalah.
e. Persiapan analisis bivariat atau multivariat.
Metode univariat untuk parametrik adalah uji t, uji z, dan anova; untuk non
parametrik adalah uji runs, uji binomial, uji Kolmogorov-Smirnov dan lainnya.
4. Uji T
Uji T dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel
terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel
atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t
identik dengan Uji F (lihat perhitungan SPSS pada Coefficient Regression Full
Model/Enter). Atau bisa diganti dengan Uji metode Stepwise. Fungsi pengujian Uji
T:
a. Untuk memperkirakan interval rata-rata.
b. Untuk menguji hipotesis tentang rata-rata suatu sampel.
c. Untuk mengetahui batas penerimaan suatu hipotesis. Untuk menguji layak
tidaknya sebuah pernyataan dapat dipercaya atau tidak.
5. Uji Z
Uji Z adalah salah satu uji statistika yang pengujian hipotesisnya didekati
dengan distribusi normal. Menurut teori limit terpusat, data dengan ukuran sampel
yang besar akan berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji Z dapat digunakan utuk
menguji data yang sampelnya berukuran besar. Jumlah sampel 30 atau lebih
dianggap sampel berukuran besar. Selain itu, uji Z ini dipakai untuk menganalisis
data yang varians populasinya diketahui. Namun, bila varians populasi tidak
diketahui, maka varians dari sampel dapat digunakan sebagai penggantinya.
6. Uji Anova
Anova adalah sebuah analisis statistik yang menguji perbedaan rerata antar
grup. Grup disini bisa berarti kelompok atau jenis perlakuan. Anova ditemukan dan
diperkenalkan oleh seorang ahli statistik bernama Ronald Fisher. Anova
merupakan singkatan dari Analysis of variance. Merupakan prosedur uji statistik
yang mirip dengan t test. Namun kelebihan dari Anova adalah dapat menguji
perbedaan lebih dari dua kelompok. Berbeda dengan independent sample t test
yang hanya bisa menguji perbedaan rerata dari dua kelompok saja.
Kegunaan Anova : Anova digunakan sebagai alat analisis untuk menguji
hipotesis penelitian yang mana menilai adakah perbedaan rerata antara kelompok.
Hasil akhir dari analisis ANOVA adalah nilai F test atau F hitung. Nilai F Hitung ini
yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai pada tabel f. Jika nilai f hitung lebih
dari f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa menerima H1 dan menolak H0 atau
yang berarti ada perbedaan bermakna rerata pada semua kelompok. Analisis
ANOVA sering digunakan pada penelitian eksperimen dimana terdapat beberapa
perlakuan. Peneliti ingin menguji, apakah ada perbedaan bermakna antar
perlakuan tersebut.
Ciri-ciri Anova : Ciri khasnya adalah adanya satu atau lebih variabel bebas
sebagai faktor penyebab dan satu atau lebih variabel response sebagai akibat atau
efek dari adanya faktor. Contoh penelitian yang dapat menggambarkan penjelasan
ini: “Adakah pengaruh jenis bahan bakar terhadap umur thorax mesin.” Dari judul
tersebut jelas sekali bahwa bahan bakar adalah faktor penyebab sedangkan umur
thorax mesin adalah akibat atau efek dari adanya perlakuan faktor. Ciri lainnya
adalah variabel response berskala data rasio atau interval (numerik atau
kuantitatif).
Anova merupakan salah satu dari berbagai jenis uji parametris, karena
mensyaratkan adanya distribusi normal pada variabel terikat per perlakuan atau
distribusi normal pada residual. Syarat normalitas ini mengasumsikan bahwa
sample diambil secara acak dan dapat mewakili keseluruhan populasi agar hasil
penelitian dapat digunakan sebagai generalisasi. Namun keunikannya, uji ini dapat
dikatakan relatif robust atau kebal terhadap adanya asumsi tersebut.
Jenis Anova : Jenisnya adalah berdasarkan jumlah variabel faktor
(independen variable atau variabel bebas) dan jumlah variabel responsen
(dependent variable atau variabel terikat). Pembagiannya adalah sebagai berikut:
a. Univariate One Way Analysis of Variance. Apabila variabel bebas dan variabel
terikat jumlahnya satu.
b. Univariate Two Way Analysis of Variance. Apabila variabel bebas ada 2,
sedangkan variabel terikat ada satu.
c. Univariate Multi way Analysis of Variance. Apabila variabel bebas ada > 2,
sedangkan variabel terikat ada satu
7. Uji Runs test
Uji runs (runs test) disebut juga uji sampel rangkaian tunggal yang
digunakan untuk mengukur kerandoman populasi yang di dasarkan atas data hasil
observasi melalui data sampel.
Observasi terhadap data dilakukan dengan mengukur banyaknya “run”
dalam suatu kejadian. Di sini data yang dianalisis terdiri dari serangkaian
pengamatan yang dicatat berdasarkan perolehannya, dan bias dikategorikan
dalam dua group yang eklusif (misalnya: jika “ya” berarti “tidak”, jika “x” berarti “y”,
dsb).
8. Uji Binomial
Uji binomial adalah uji non parametrik yang digunakan untuk menguji
hipotesis suatu proporsi populasi yang terdiri dari kelompok kelas, misalnya kelas
pria dan wanita, senior dan yunior, dll, datanya berbentuk nominal dan jumlah
sampelnya kecil. Uji binomial akan membandingkan frekuensi yang diobservasi dari
dua kategori pada sebuah variabel dikotomi terhadap frekuensi harapan di bawah
distribusi binomial dengan parameter probabilitas tertentu.
9. Uji Kolmogorov Smirnov
Merupakan pengujian normalitas yangbanyak dipakai, terutama setelah
adanya banyak program statistik yang beredar.Kelebihan dari uji ini adalah
sederhana dan tidak menimbulkanperbedaan persepsi di antara satu pengamat
dengan pengamat yanglain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan
menggunakan grafik.
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku.Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke
dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal.Jadi sebenarnya uji Kolmogorov
Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal
baku.
Kelemahan dari Uji Kolmogorov Smirnov, yaitu bahwa jika kesimpulan kita
memberikan hasil yang tidak normal, maka kita tidak bisa menentukan transformasi
seperti apa yang harus kita gunakan untuk normalisasi. Persyaratan Uji
Kolmogorov Smirnov adalah:
a. Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)
b. Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi
c. Dapat untuk n besar maupun n kecil.
B. BIVARIAT
1. Definisi Bivariat
Analisis Bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini
biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel, seperti jenis kelamin,
adalah terkait dengan variabel lain, mungkin sikap terhadap pria maupun wanita
kesetaraan. Analisis bivariate terdiri atas metodemetode statistik inferensial
yangdigunakan untuk menganalisis data dua variabel penelitian. Penelitian
terhadap dua variabel biasanya mempunyai tujuan untuk mendiskripsikan
distribusi data, meguji perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel
yang diteliti.
Analisis Bivariat yaitu hipotesis yang diuji biasanya kelompok yang berbeda
dalam ciri khas tertentu dengan koefisien kontigensi yang diberi simbol C. Analisis
bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan menganalisis perbedaan
atau hubungan antara dua variabel. Menguji ada tidaknya perbedaan/hubungan
antara variabel kondisi pemukian, umur, agama, status migrasi, pendidikan,
penghasilan, umur pekkawinan pertama, status kerja dan kematian bayi/balita
dengan persepsi nilai anak digunakan analisis chi square, denagn tingkat
kemaknaan a=0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis chi square, dengan
menggunakan program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan
a=0,05. Apabila nilai p< dari a=0,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara
dua variabel tersebut. (Agung, 1993)
2. Kegunaan Dari Analisis Bivariat
Untuk mengukur kekuatan hubungan antar dua variabel atau lebih. Contoh
mengukur hubungan antar dua variabel :
a. Motivasi kerja dengan produktivitas
b. Kualitas layanan dengan kepuasan pelanggan
3. Langkah-Langkah Melaksanakan Analisis Bivariat
a. Masukkan data diatas kedalam program SPSS dengan nama variabel bulan,
b_selling, b_promo, b_iklan, dan unitpjl.
b. Klik menu utama analize , correlate, bivariate, tampak dilayar
c. Kemudian klik semua variabel yang akan dikorelasikan dan masukkan kekolom
variables dengan mengklik tanda panah
d. Untuk kolom corelatiaon koeffisients, pilihlah pearson karena anda ingin
melakukan uji atas data rasio
e. Untuk kolom test of significance, pilih option two-tailed untuk uji dua arah atau
dua sisi
f. Untuk pilihan flag signifikant korelations boleh dicentang (dipilih) hingga pada
output akan muncul tanda * untuk signifikansi 5% dan tanda ** untuk signifikansi
1%
g. Kemudian klik tombol option hingga dilayar tampil :
1) Anda dapat memunculkan output nilai means and standard deviations
dengan mengklik pilihan yang sesuai pada kolom dtatistik
2) Pada pilihan missing values pada dua pilihan :
a) Exclude cases pairwise : Pasangan yang salah satu tidak ada datanya
tidak dimasukkan dalam perhitungan. Akibatnya, jumlah data tiap
pasangan korelasi akan bervariasi.
b) Exclude cases listwise : Yang dibuang adalah kasus yang salah satu
variabelnya memiliki mising data. Jumlah untuk semua variabel
korelasi adalah sama.
3) Untuk keseragaman pilih exclude cases pairwise
4) Tekan qontinyue jika sudah selesai
5) Kemudian tekan ok dan akan muncul output
4. Jenis-Jenis Uji Analisis Bivariat
a. Uji korelasi Bivariat ( Product-moment person )
b. Uji chis-quare, dengan tingkat kemaknaan a=0,05. Hasil yang diperoleh pada
analisis chis quare dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai p,
kemudian dibandingkan dengan a=0,05 apabila nilai p < dari a=0,05 maka ada
hubungan atau pernedaan antara dua variabel tersebut (Agung 1993).
• Untuk menentukan korelasi ( kuatnya hubungan ) antara variabel-variabel
penelitian
• Jika ada hubungan, seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut
• Dapat digunakan untuk jenis data rasio ( scale ) atau interval
Dalam analisis bivariate secara umum terdiri dari analisa korelasi dan
analisa regresi. Teknik analisis statistik yang dibahas dalam bab ini bersumber
pada SPSS yang difokuskan hanya pada teknik yang dapat menjelaskan
hubungan atau kaitan antara beberapa variabel, baik hubungan antara dua
variabel (bivariate) maupun banyak variabel (multivariate). Pembahasan
diutamakan pada cara membaca dan menafsirkan arti dari parameter yang
diperoleh dari hasil pengolahan data yang terdapat pada output SPSS. Teknik
analisis statistik yang dibahas meliputi Analisis Regresi, Analisis Path, Multiple
Classification Analysis (MCA), Tabel Kontingensi, Model Logit, Model Log-
Linear, Analisis Diskriminan, dan Analisis Faktor
C. VALIDITAS
1. Pengertian Validitas
Validitas menurut Sugiyono (2016) menunjukkan derajat ketepatan antara
data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti untuk mencari validitas sebuah item, mengkorelasikan skor item dengan
total item- item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau
diatas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya
dibawah 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukam fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-
benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam
Zulganef, 2006).
Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan
dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam
penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi
sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa
yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk
mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen penelitian dapat
mengukur apa yang ingin diukur. Jika kita hendak mengukur berat suatu benda
maka kita harus menggunakan timbangan. Timbangan merupakan alat ukur yang
valid jika dipakai untuk mengukur berat, karena timbangan memang mengukur
berat. Jika kita hendak mengukur panjang suatu benda maka kita harus
menggunakan meteran karena meteran merupakan alat yang valid untuk
mengukur panjang suatu benda. Namun timbangan bukanlah alat yang valid
untuk mengukur panjang suatu benda.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes
yang memiliki validitas rendah. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek
kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid dapat menjalankan fungsi
ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti kecermatan disini
adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang
diukurnya. Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2,
yaitu :
a. Validitas faktor
Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih
dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan).
Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkorelasikan antara skor
faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total
keseluruhan faktor).
b. Validitas item
Ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item
total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan
antara skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari
satu faktor berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan
antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan
dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu
koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu
item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau
tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan
digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada
taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi
signifikan terhadap skor total.
Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS.
Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas
adalah a. Validitas faktor Validitas faktor diukur bila item yang disusun
menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain
ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara
mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor)
dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor). b. Validitas item
Ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total
(skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara
skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu
faktor berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan
antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan
dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu
koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu
item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau
tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan
digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada
taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi
signifikan terhadap skor total. Untuk melakukan uji validitas ini
menggunakan program SPSS. Teknik pengujian yang sering digunakan
para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara
mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total
adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang
berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut
mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin
diungkap à Valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka
instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor
total (dinyatakan valid).
2. Jenis-jenis Validitas
Jenis atau macam macam validitas adalah sebagai berikut:
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi (Content Validity) menjabarkan sejauh mana pertanyaan, tugas
atau butir dalam suatu tes atau instrumen dapat mewakili secara keseluruhan
dan proposional perilaku sampel yang dikenai tes. Validitas isi mengukur
derajat kemampuan tes dalam mengukur yang mencakup substansi elemen
yang ingin diukur. Validitas isi dipakai untuk mengukur kemampuan belajar,
hasil belajar atau prestasi belajar. Validitas isi suatu instrumen pengukur
ditentukan oleh sejauh mana isi instrumen tersebut mewakili semua aspek
yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misalkan seorang peneliti
ingin mengukur tingkat kesehatan suatu masyarakat dengan menggunakan
konsep sehat menurut Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yang memberi definisi sehat meliputi sehat secara jasmani, rohani, sosial, dan
ekonomi.
Apabila peneliti hanya memasukkan dua aspek saja dari empat aspek yang
merupakan kerangka konsep untuk mengukur status kesehatan, maka
instrumen kuesioner yang disusun tidak memiliki validitas yang tinggi. Contoh
lain, misalnya seorang peneliti ingin mengukur tindakan keluarga jika ada
anggota keluarga yang sakit dengan menanyakan jenis pengobatan yang
digunakan. Jika kemungkinan jawaban yang tersedia dalam kuesioner tidak
mencakup seluruh jenis pengobatan, maka kuesioner tersebut tidak memiliki
validitas isi. Dalam suatu penelitian sering kali para peneliti mengukur status
ekonomi keluarga hanya dari aspek penghasilan kepala keluarga setiap bulan.
Hasil pengukuran demikian memiliki validitas isi yang rendah. Mengapa?
Sebab status ekonomi keluarga tidak hanya ditentukan oleh penghasilan
kepala keluarga saja, melainkan juga penghasilan isteri, dan juga kadang-
kadang penghasilan anak-anak.
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk atau Construct Validity merupakan validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir tes dapat mengukur apa yang benar-
benar hendak diukur yang sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk berhubungan dengan
kejadian dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur.
Validitas konstruk dapat dipakai dalam mengukur sikap, minat konsep diri,
fokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi dan lainnya, ataupun
yang sifatnya performa maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat
(tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan
lainnya.
Validitas ini berkaitan dengan apakah alat penelitian yang dipakai telah
disusun berdasarkan kerangka (construct) teoretis yang tepat dan relevan.
Kuesioner yang memiliki validitas konstruk tinggi selalu berdasarkan defi nisi
atau batasan para ahli tentang konsep tersebut, bukan pada defi nisi kamus.
Misalnya, kita ingin mengukur efektifi tas kepemimpinan kepala sekolah, maka
perlu ditentukan dulu konsep teoretis tentang teori efektivitas dan
kepemimpinan serta hubungan keduanya dalam efektivitas kepemimpinan di
sekolah. Berdasarkan batasan-batasan tersebut, Anda dapat menyusun butir-
butir pernyataan dan/atau pertanyaan-pertanyaan yang sesuai. Dengan SPSS,
item-item kuesioner dan/atau tes perlu diukur dengan menggunakan analisis
faktor.
c. Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria atau validitas empiris (Criterion-Related Validity) ditentukan
oleh kriteria, baik kriteria internal ataupun kriteria eksternal. Validitas kriteria
didapatkan melalui hasil uji coba tes kepada responden yang setara dengan
responden yang akan dievaluasi atau diteliti. Validitas kriteria adalah ukuran
validitas yang penentuannya dengan cara membandingkan skor tes dengan
kinerja tertentu pada ukuran luar atau yang lain. Contoh pemakaian validitas
kriteria adalah tes intelejensi yang berkorelasi dengan rata-rata nilai akademis.
Dengan asumsi, jika intelejensi seseorang tinggi, maka yang akan terjadi dia
mendapatkan nilai akademis yang bagus
Criterion validity berkaitan dengan apakah alat pengukuran yang baru
sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap
sebagai model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam konteks ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian yang
baru dengan instrumen penelitian. Dalam bidang psikologi misalnya, hasil tes
dengan menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang baru dikorelasikan
dengan alat pengukuran kecerdasan yang telah dipakai secara luas, yakni
Stanford-Binet. Dua hal utama yang perlu dibandingkan ialah konteks
responden yang terdapat dalam kedua alat pengukuran dan secara khusus
dalam penelitian korelasi, skor hasil tes perlu dibandingkan untuk melihat nilai
korelasi koefi sien kedua instrumen. Huck (2012) menjelaskan bahwa Korelasi
Pearson dipakai untuk melihat korelasi kedua skor instrumen. Semakin besar
nilai korelasi Pearson (r) kedua instrumen, semakin tinggi tingkat validitas
instrumen tersebut
d. Validitas Muka
Validitas muka (Face Validity) merupakan tipe validitas yang paling rendah
signifikasinya karena hanya berdasarkan pada penilaian sepintas tentang isi
alat ukur. Apabila isi alat ukur sudah terlihat sesuai degan apa yang ingin
diukur, maka dapat dikatakan validitas muka sudah terpenuhi. Validitas muka
disebut juga dengan validitas rendah dari validitas isi. Dalam berbagai buku
tentang penelitian kuantitatif (Huck, 2012; Manning & Don Munro, 2006; Nardi,
2003; Pallant, 2010), terdapat tiga jenis validitas yang sering didiskusikan para
ahli statistik, yakni validitas isi (content validity), validitas kriteria pembanding
(criterionrelated validity), dan validitas konstrak (construct validity).
3. Prinsip Validitas
Ada beberapa prinsip ketika melakukan uji validitas, yaitu antara lain:
a. Interpretasi yang diberikan pada asesmen hanya valid terhadap derajat yang
diarahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan kebenarannya.)
b. Penggunaan yang bisa dibuat dari hasil asesment hanya valid terhadap derajat
yang arahnya ke suatu bukti yang mendorong kecocokan dan kebenarannya.
c. Interpretasi dan kegunaan dari hasil assessment hanya valid ketika nilai (value)
yang didaparkan sesuai.
d. Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika konsekuensi
(consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten dengan nilai
kecocokan.
Hitung koefisien validitas instrumen yang diuji (r-hitung), yang mempunyai nilai
sama dengan korelasi hasil langkah sebelumnya dikali dengan koefisien validitas
instrumen terstandar.
D. REABILITAS
1. Pengertian Reabilitas
Uji Reabilitas menurut Sugiyono (2012) adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data
yang sama. Uji reabilitas kuesioner dalam penelitian digunakan metode split half
item tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok item ganjil dan
kelompok item genap. Kemudian masing- masing kelompok skor tiap itemnya
dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Apabila korelasi 0,7 maka
dikatakan item tersebut memberikan tingkat reliable yang cukup, sebaliknya
apabila nilai korelasi dibawah 0,7 maka dikatakan item tersebut kurang reliable.
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas)
adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak (2006)
menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen
yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap
informasi yang sebenarnya dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan bahwa
reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya
prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah
pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable.
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu
alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut
reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur
di dalam pengukur gejala yang sama. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28)
reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut
dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki
tingkat konsistensi dan kemantapan.
Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menujukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten (memperoleh hasil yang sama) apabila
pengukuran dilakukan secara berulang. Contoh seseorang mengukur tinggi
badan dua orang dengan dua jenis alat ukur, satu menggunakan microtoice dan
yang lainnya menggunakan meter line yang terbuat dari plastik. Setiap alat
pengukur digunakan sebanyak tiga kali untuk mengukur orang yang sama. Besar
sekali kemungkinan hasil pengukuran yang diperoleh dengan kedua alat
pengukur tersebut akan berbeda. Pengukuran yang dilakukan dengan microtice
secara relatif akan menunjukkan hasil yang sama dari ketiga pengukuran.
Sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan meter line kemungkinan besar
mendapatkan hasil yang berbeda. Dari contoh itu dapat disimpulkan bahwa
microtoice merupakan alat yang reliabel untuk mengukur tinggi badan, sedangkan
meter line adalah alat pengukur yang kurang reliabel. Setiap instrumen
pengukuran mestinya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran
yang konsisten. Prosedur teknis pengujian reliabilitas dengan menggunakan nilai
loading factor pengujian Confi rmatory Factor Analysis, untuk dimasukan di dalam
rumusan (Formula) pengujian Composite Reliability dan Average Variance
Extracted (AVE). Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala
bertingkat. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
Keterangan :
2. Karakteristik Reabilitas
Sebuah tes dianggap memiliki reliabilitas yang baik apabila memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Reliabilitas merupakan milik dari satu set nilai tes bukan milik tes itu sendiri,
artinya suatu tes dikatakan baik apabila dapat menghasilkan skor yang cukup
akurat, apabila tes tersebut diberikan pada kelas tertentu, maka bisa juga
menghasilkan skor yang cukup konsisten bila diberikan pada kelas yang
berbeda atau ketika diberikan pada kelas yang sama pada waktu yang
berbeda.
b. Suatu tes dikatakan reliable jika dua buah tes dilakukan pada jarak waktu yang
berbeda dan menunjukkan skor yang tidak jauh berbeda.
c. Reliabilitas dapat dinyatakan untuk dua atau lebih pengukuran independen
yang diperoleh dari tes yang sama untuk setiap anggota kelompok.
3. Pengujian Reabilitas Instrumen
a. Metode tes ulang (tes re-tes estimate reliabelity)
Uji reliabilitas dengan metode tes ulang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana suatu pengukuran dapat diandalkan. Uji ini dilakukan sebanyak
dua kali, pengukuran pertama dan ulangnya. Kedua pengukuran dapat
dilakukan oleh orang yang sama atau berbeda. Dalam hal ini perlu diatur
bahwa proses pengukuran kedua, keadaan yang diukur itu harus benar-benar
sama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang kedua
dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan reliabilitas dari tes ini. Hal penting
yang perlu diperhatikan dalam pengukuran reliabilitas tes ulang adalah:
1) Jangka waktu antara kedua pengambilan penilaian
2) Stabilitas yang diharapkan dari kinerja yang diukur.
Secara umum, semakin lama antara interval pelaksanaan tes yang berulang,
semakin rendah tingkat reliabilitasnya. Pendekatan tes ulang merupakan
pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subjek sebanyak
dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor
yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang
relatif sama. Estimasi reliabilitas dengan pendekatan tes ulang akan
menghasilkan koefisien stabilitas (stability). Untuk memperoleh koefisien
reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi linier antara distribusi skor subyek pada pemberian tes
pertama dengan skor subjek pada pemberian tes kedua
b. Metode Bentuk Paralel (Equivalent)
Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai
kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan tetapi butir-butir soalnya
berbeda, dalam istilah bahasa Inggris disebut alternate-forms method (parallel
forms). Pengujian reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan
sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama,
instrument berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data instrument
yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument
dapat danyatakan reliable. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes
pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagipula harus
tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
c. Metode Gabungan (paralel form and alternative form reliability estamete)
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument
yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas
instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan silang. Jika
dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda maka akan dapat
dianalisis keenam koefesien reliabilitas. Bila keenam koefesien korelasi itu
semuanya positif dan signifikan maka dapat dinyatakan bahwa instrument
tersebut reliable.
d. Tes konsistensi internal (Internal consistency)
Tes konsistensi internal yang paling tepat dipakai ialah Alpha’s Cronbach atau
disebut juga dengan alpha coefi cient. Rentangan nilai koefi sien alpha
berkhisar antara 0 (tanpa reliabilitas) sampai dengan 1 (reliabilitas sempurna).
Para ahli (Manning & Munro, 2006; Gregory, 2000; Nunally, 1978) menentukan
nilai koefi sien alpha sebagai berikut:
0 = Tidak memiliki reliabilitas (no reliability)
> .70 = Reliabilitas yang dapat diterima (Acceptable reliability)
> .80 = Reliabilitas yang baik (good reliability)
.90 = Reliabilitas yang sangat baik (excellent reliability)
1 = Reliabilitas sempurna (perfect reliability)
Namun demikian, beberapa pakar menjelaskan bahwa semakin banyak
item/ pernyataan butir skala pengukuran Anda makin tinggi tingkatan nilai
reliabilitasnya (Pallant, 2005, 2010). Dia kemudian menjelaskan bahwa nilai
koefi sien, misalnya .5, dapat dipengaruhi oleh skala pengukuran yang terdiri
atas < 10 item butir pernyataan. Dalam SPSS Statistik, pengujian konsistensi
internasil melalui Cronbach’s analysis merupakan yang paling umum
digunakan peneliti.
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
rb = indeks korelasi antara dua belahan instrument
N = banyaknya responden
X = belahan pertama
Y = belahan keduaRumus Flanagan
b. Rumus Flanagan
Keterangan :
ri = reliabilitas instrument
v1 = varians belahan pertama (varian skor butir-butir ganjil)
v2 = varians belahan kedua (varian skor butir-butir genap)
vt = varians skor total
c. Rumus Rulon
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
Vt = varians total atau varians skor total
Vd = varians (varians difference)
d = skor pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir
d. Rumus KR20
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
pi = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek
yang mendapat skor 1)
e. Rumus KR21
Keterangan:
ri = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal p = skor rata-rata
f. Rumus Cronbanch Alpha
Keterangan:
ri = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Budiastuti D, Bandur A. Validitas dan Reabilitas Penelitian [Internet]. Binus. 2018. 1–232
p. Available from: www.mitrawacanamedia.com
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan lsmael. 2011. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi 4. Jakarta: CV. Sagung Seto. ISBN : 978-602 8674-54-6