NAMA :
I MADE JUANA ADI SAPUTRA (06)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
Pengertian Huruf dan Tanda Baca
Huruf
Huruf merupakan satuan terkecil berupa bentuk atau lambang dari suatu sistem tulisan. Huruf
yang dipakai dalam bahasa Indonesia merupakan sistem 26 huruf “dalam alfabet latin modern”
ada juga sistem huruf yang berbeda, misalnya sistem 47 huruf dalam Hiragana “bahasa Jepang”.
Masing-masing huruf memiliki suatu bunyi yang menjadi makna lambangnya, nah bunyi tersebut
disebut fonem huruf.
Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang nggak ada hubungannya sama suara, kata, atau frasa dalam suatu
bahasa. Tanda baca itu sendiri berperan menunjukkan sebuah struktur tulisan, intonasi, dan jeda
pada saat pembacaan.
Jenis Jenis Tanda Baca:
1) Tanda Titik (.) 6) Tanda Pisah (_) 11) Tanda Kurung Siku [ ]
2) Tanda Koma (,) 7) Tanda Elipsis (…) 12) Tanda Petik (“)
3) Tanda Titik Koma (;) 8) Tanda Tanya (?) 13) Tanda Petik Tunggal (‘)
4) Tanda Titik Dua (:) 9) Tanda Seru (!) 14) Tanda Garis Miring (/)
5) Tanda Hubung (-) 10) Tanda Kurung ( ) 15) Tanda Penyingkat/Apostrof
Bahasa Tulisan
Bahasa tulis adalah bentuk bahasa lisan yang menggunakan aksara sebagai sarananya. Lain
dengan bahasa lisan yang memiliki unsur utama berupa bunyi, bahasa tulis unsur utamanya
adalah huruf-huruf.[1] Bahasa tulis dapat dibagi menjadi dua ragam, yakni yang menggunakan
bahasa baku dan bahasa yang tidak baku.[2] Bahasa tulis baku umumnya digunakan pada urusan
karya ilmiah dan kewartawanan,[3] sedangkan ragam tidak baku dapat berupa obrolan di media
sosial.
Jadi perbedaannya yaitu:
1.Bahasa lisan bersifat lebih efektif dan lebih efisien sedangkanbahasa tulisan tidak
membutuhkan media perantara.
2. Bahasa lisan terikat dengan ruang dan waktu pembicaraan. Sedangkan bahasa tulisan tidak
terikat.
3. Status bahasa lisan di mata hukum lebih lemah ketimbang bahasa tulisan
4. Untuk pemahaman lebih mudah oleh Bahasa lisan daripada Bahasa tulisan.
5. Penuturan bahasa lisan lebih sering memanfaatkan frasa-frasa yang tidak baku dan lebih santai.
Sementara bahasa tulisan banyak memanfaatkan kata-kata yang bersifat formal, khususnya ketika
bahasa tersebut ditujukan kepada lingkungan resmi.
Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dari tahun 1972 hingga
2015. Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini digantikan oleh
Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:
"tj" menjadi "c": tjutji → cuci
"dj" menjadi "j": djarak → jarak
"j" menjadi "y": sajang → sayang
"nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
"sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
"ch" menjadi "kh": achir → akhir
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
1.Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
2.Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan,
misalnya pada kata furqan, dan xenon.
3.Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-" pada dibeli atau
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
4.Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:
1. "tj" menjadi "c": tjutji → cuci
2. "dj" menjadi "j": djarak → jarak
3. "j" menjadi "y": sajang → saying
4. "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
5. "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
6. "ch" menjadi "kh": achir → akhir