0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang dua pandangan manajemen yaitu pandangan mumpuni dan simbolis. Pandangan mumpuni menyatakan bahwa keberhasilan organisasi ditentukan oleh keputusan dan tindakan manajer sedangkan pandangan simbolis menyatakan faktor di luar kendali manajer yang menentukan keberhasilan organisasi. Selanjutnya dibahas tentang budaya organisasi yang terdiri dari nilai, tradisi, dan cara kerja yang dipengaruhi
Dokumen tersebut membahas tentang dua pandangan manajemen yaitu pandangan mumpuni dan simbolis. Pandangan mumpuni menyatakan bahwa keberhasilan organisasi ditentukan oleh keputusan dan tindakan manajer sedangkan pandangan simbolis menyatakan faktor di luar kendali manajer yang menentukan keberhasilan organisasi. Selanjutnya dibahas tentang budaya organisasi yang terdiri dari nilai, tradisi, dan cara kerja yang dipengaruhi
Dokumen tersebut membahas tentang dua pandangan manajemen yaitu pandangan mumpuni dan simbolis. Pandangan mumpuni menyatakan bahwa keberhasilan organisasi ditentukan oleh keputusan dan tindakan manajer sedangkan pandangan simbolis menyatakan faktor di luar kendali manajer yang menentukan keberhasilan organisasi. Selanjutnya dibahas tentang budaya organisasi yang terdiri dari nilai, tradisi, dan cara kerja yang dipengaruhi
Pandangan Mumpuni terhadap Manajemen (omnipotent view of management) merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa para manajer bertanggung jawab secara langsung atas keberhasilan ataupun kegagalan organisasi yang mereka pimpin. Pandangin ini bermakna bahwa akibat langsung dari setiap keputusan dan Tindakan para manajer mengakibatkan naik turunnya kinerja sebuah organisasi. Seorang manajer yang baik ialah seorang manajer yang dapat mengantisipasi perubahan, memanfaatkan peluang, memperbaiki kinerja yang buruk, dan memimpin organisasi dengan baik. Pandangan Simbolis terhadap Manajemen (symbolic view of management) merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi ditentukan oleh faktor – faktor yang berada di luar kendali manajer. Pandangan ini bermakna bahwa sangat tidak beralasan jika kemampuan seorang manajer dapat membawa dampak yang besar terhadap kinerja organisasi. Sesuai dengan namanya “simbolis” maka pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa manajer hanya melambangkan kekuasaan dan kontrol. Hal tersebut karena mereka menjalankan perencanaan, membuat keputusan, dan menjalankan tugas – tugas pengelolaan yang lainnya hanya untuk sekedar memahami dan meluruskan berbagai kekacauan, kebingungan, dan kerancuan dalam dunia kerja mereka. Sehingga peranan manajer dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sangat terbatas bagi pandangan ini. 2. Budaya Organisasi Budaya organisasi (organization culture) merupakan nilai – nilai, prinsip, tradisi, dan cara – cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan mempengaruhi cara mereka bertindak. Sumber pertama budaya organisasi biasanya adalah visi para pendiri organisasi karena pendiri tidak harus terikat pada kebiasaan yang sudah ada sehingga dapat menjadi sumber pertama budaya organisasi. Kebiasaan yang akan ditegakkan juga harus ideal bagi penerusnya. Setelah suatu budaya organisasi tercipta maka selanjutnya akan dijalankan praktik – praktik tertentu untuk memperthankan budaya organisasi tersebut. Salah satu praktiknya yakni dengan melakukan seleksi karyawan. Terakhir, para karyawan harus mampu melakukan adaptasi terhadap budaya organisasi melalui sosialisasi – sosialisasi sehingga karyawan paham cara menjalankan berbagai pekerjaan. Para karyawan “belajar” tentang budaya organisasi melalui berbagai cara. Cara – cara yang paling umum adalah cerita, acara – acara simbolik (ritual), simbol – simbol kebedaan, serta bahasa. Keputusan manajer sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi dimana ia bekerja. Budaya sebuah organisasi, terutama budaya yang kuat akan memberikan pengaruh dan batasan – batasan pada para manajer menjalankan fungsi perencanaan, penataan, kepemimpinan, dan pengendalian. Budaya Organisasi dibagi menjadi tujuh dimensi diantaranya yaitu perhatian pada detail, orientasi hasil, orientasi mendatang, orientasi tim, agresivitas, stabilitas, serta inovasi dan pengambilan resiko. 1. Perhatian Pada Detail artinya ketelitiaan, analisis, dan perhatian pada detail yang dituntut oleh organisasi dari para karyawannya. 2. Orientasi Hasil artinya menekankan pada pencapaian sasaran (hasil) ketimbang pada cara mencapai proses. 3. Orientasi Mendatang artinya seberapa jauh bersedia mempertimbangkan faktor manusia (karyawan) didalam pengambilan keputusan manajemen. 4. Orientasi Tim artinya seberapa besar pada kerja kelompok (tim) ketimbang kerja individu dalam menyelesaikan tugas – tugas. 5. Agresivitas artinya mendorong para karyawannya untuk saling bersaing ketimbang saling bekerja sama. 6. Stabilitas artinya menekankan pada pemeliharaan status di dalam pengambilan berbagai keputusan dan tindakan. 7. Inovasi dan Pengambilan Resiko artinya seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk bersikap inovatif dan berani dalam mengambil resiko. Perbedaan dari Budaya Kuat dengan Budaya Lemah yaitu : Nilai – nilai yang diterima oleh budaya kuat sangat luas sedangkan budaya lemah memiliki nilai – nilai yang dianut oleh segolongan orang saja di dalam organisasi biasanya kalangan manajemen puncak. Budaya kuat memberikan pesan yang konsisten kepada para karyawan mengenai apa yang di pandang berharga dan penting sedangkan budaya lemah memberikan pesan yang saling bertolak belakang mengenai apa yang dipandang berharga dan penting. Pada budaya kuat para karyawan sangat mengidentikkan jati diri mereka dengan budaya organisasi sedangkan pada budaya lemah para karyawan tidak begitu peduli dengan identitas budaya organisasi mereka. Terdapat kaitan yang erat pada budaya kuat di antara penerimaan nilai – nilai dan perilaku para anggota organisasi sedangkan pada budaya lemah tidak ada kaitan di antara nilai – nilai dan perilaku para anggota organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah organisasi, budaya kuat sangat penting untuk dimiliki karena karyawan pada organisasi budaya kuat memiliki kesetiaan yang lebih tinggi dibandingkan karyawan pada organisasi budaya lemah.
Sumber link : https://blog.ub.ac.id/domenicanana/2012/10/22/budaya-dan-lingkungan-organisasi/