Anda di halaman 1dari 3

1.

Pandangan Mumpuni dan Simbolis


Pandangan Mumpuni terhadap Manajemen (omnipotent view of
management) merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa para manajer
bertanggung jawab secara langsung atas keberhasilan ataupun kegagalan organisasi yang
mereka pimpin. Pandangin ini bermakna bahwa akibat langsung dari setiap keputusan dan
Tindakan para manajer mengakibatkan naik turunnya kinerja sebuah organisasi. Seorang
manajer yang baik ialah seorang manajer yang dapat mengantisipasi perubahan,
memanfaatkan peluang, memperbaiki kinerja yang buruk, dan memimpin organisasi dengan
baik.
Pandangan Simbolis terhadap Manajemen (symbolic view of management) merupakan
suatu pandangan yang menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi
ditentukan oleh faktor – faktor yang berada di luar kendali manajer. Pandangan ini bermakna
bahwa sangat tidak beralasan jika kemampuan seorang manajer dapat membawa dampak
yang besar terhadap kinerja organisasi. Sesuai dengan namanya “simbolis” maka pandangan
ini didasarkan pada keyakinan bahwa manajer hanya melambangkan kekuasaan dan kontrol.
Hal tersebut karena mereka menjalankan perencanaan, membuat keputusan, dan menjalankan
tugas – tugas pengelolaan yang lainnya hanya untuk sekedar memahami dan meluruskan
berbagai kekacauan, kebingungan, dan kerancuan dalam dunia kerja mereka. Sehingga
peranan manajer dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sangat terbatas bagi
pandangan ini.
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi (organization culture) merupakan nilai – nilai, prinsip, tradisi, dan cara –
cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan mempengaruhi cara
mereka bertindak. Sumber pertama budaya organisasi biasanya adalah visi para pendiri
organisasi karena pendiri tidak harus terikat pada kebiasaan yang sudah ada sehingga dapat
menjadi sumber pertama budaya organisasi. Kebiasaan yang akan ditegakkan juga harus ideal
bagi penerusnya. Setelah suatu budaya organisasi tercipta maka selanjutnya akan dijalankan
praktik – praktik tertentu untuk memperthankan budaya organisasi tersebut. Salah satu
praktiknya yakni dengan melakukan seleksi karyawan.
Terakhir, para karyawan harus mampu melakukan adaptasi terhadap budaya
organisasi melalui sosialisasi – sosialisasi sehingga karyawan paham cara menjalankan
berbagai pekerjaan. Para karyawan “belajar” tentang budaya organisasi melalui berbagai cara.
Cara – cara yang paling umum adalah cerita, acara – acara simbolik (ritual), simbol – simbol
kebedaan, serta bahasa. Keputusan manajer sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi
dimana ia bekerja. Budaya sebuah organisasi, terutama budaya yang kuat akan memberikan
pengaruh dan batasan – batasan pada para manajer menjalankan fungsi perencanaan,
penataan, kepemimpinan, dan pengendalian.
Budaya Organisasi dibagi menjadi tujuh dimensi diantaranya yaitu perhatian pada
detail, orientasi hasil, orientasi mendatang, orientasi tim, agresivitas, stabilitas, serta inovasi
dan pengambilan resiko.
1. Perhatian Pada Detail artinya ketelitiaan, analisis, dan perhatian pada detail yang
dituntut oleh organisasi dari para karyawannya.
2. Orientasi Hasil artinya menekankan pada pencapaian sasaran (hasil) ketimbang
pada cara mencapai proses.
3. Orientasi Mendatang artinya seberapa jauh bersedia mempertimbangkan faktor
manusia (karyawan) didalam pengambilan keputusan manajemen.
4. Orientasi Tim artinya seberapa besar pada kerja kelompok (tim) ketimbang kerja
individu dalam menyelesaikan tugas – tugas.
5. Agresivitas artinya mendorong para karyawannya untuk saling bersaing
ketimbang saling bekerja sama.
6. Stabilitas artinya menekankan pada pemeliharaan status di dalam pengambilan
berbagai keputusan dan tindakan.
7. Inovasi dan Pengambilan Resiko artinya seberapa besar organisasi mendorong
para karyawannya untuk bersikap inovatif dan berani dalam mengambil resiko.
Perbedaan dari Budaya Kuat dengan Budaya Lemah yaitu :
 Nilai – nilai yang diterima oleh budaya kuat sangat luas sedangkan budaya lemah
memiliki nilai – nilai yang dianut oleh segolongan orang saja di dalam organisasi
biasanya kalangan manajemen puncak.
 Budaya kuat memberikan pesan yang konsisten kepada para karyawan mengenai
apa yang di pandang berharga dan penting sedangkan budaya lemah memberikan
pesan yang saling bertolak belakang mengenai apa yang dipandang berharga dan
penting.
 Pada budaya kuat para karyawan sangat mengidentikkan jati diri mereka dengan
budaya organisasi sedangkan pada budaya lemah para karyawan tidak begitu
peduli dengan identitas budaya organisasi mereka.
 Terdapat kaitan yang erat pada budaya kuat di antara penerimaan nilai – nilai dan
perilaku para anggota organisasi sedangkan pada budaya lemah tidak ada kaitan
di antara nilai – nilai dan perilaku para anggota organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah organisasi, budaya kuat sangat penting
untuk dimiliki karena karyawan pada organisasi budaya kuat memiliki kesetiaan yang lebih
tinggi dibandingkan karyawan pada organisasi budaya lemah.

Sumber link :
https://blog.ub.ac.id/domenicanana/2012/10/22/budaya-dan-lingkungan-organisasi/

Anda mungkin juga menyukai