Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar, jika dikemudian hari ditemukan
kesamaan dengan karya ilmiah milik orang lain saya bersedia menerima sanksi
akademik
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya ilmiah akhir dengan judul : “Analisa Keperarawatan Berbasis Bukti Pemberian
Akupresur Pada Titik GB-21 Terhadap Kecukupan ASI Bidan Katmi Tambun
Selatan”
“telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Bekasi
Tanggal : Rabu, 05 Oktober 2022
(Ns. Ashar Prima, S.Kep., M. Kep) (Ns. Meria Woro L, M.Kep., Sp., Kep. Kom)
Np : NP :
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:
materai 10000
iv
Delia Anggani Putri
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Karya Ilmiah Akhir, 2022
DELIA ANGGANI PUTRI
ABSTRAK
Latar belakang: ASI merupakan adalah salah satu makan alami pertama untuk bayi lahir ,
dan diberikan selama 6 bulan , ASI merupakan salah satu berperan penting bagi kesehatan
ibu dan bayinya , tanpa adanya makanan ataupun jenis minuman lainnya yang ikut di berikan
pada bayi sehingga menyatakan ASI sebagai pelindung dari penyakit menular, dan ASI
sesuai kebutuhan untuk bayi. Dimana fungsi kekebalan usus yang belum matang, bayi
yang baru lahir rentan terhadap infeksi usus dan sistemik. Tujuan: untuk mengetahui
pengaruh akupresur GB-21. Metode: Desain penelitian quasi experiment. Penelitian ini
dilakukan pada 30 September- 04 Oktober 2022.Akupresur titik GB-21 dilakukan selama 10
menit. Populasi penelitian menggunakan seluruh pasien menyusui Responden penelitian
melibatkan 5 responden. 5 responden tersebut dilakukan intervensi. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner, Hasil: nilai kecukupan ASI sesudah di intevensi akupresur GB-21
sebesar 26 (kecukupan ASI sedang). Sedangkan nilai kecukupan ASI sebelum di intervensi
akupresur GB-21 sebesar 13 (kecukupan ASI kurang). Dapat disimpulkan bahwa pemberian
akupresur titik GB-21 dapat mempelacarkan ASI dan menrilexsasikan. Saran: peneliti
selanjutnya dapat menambah waktu intervensi akupresur titik GB-21 dalam dan responden
penelitian.
ABSTRACT
Background: Breast milk is one of the first natural foods for babies to be born, and is given
for 6 months, breastfeeding is one of the important roles for the health of mothers and babies,
without any food or other types of drinks that are also given to babies so that they declare
breast milk as protection from infectious diseases, and breast milk as needed for infants.
Where gut immune function is immature, newborns are susceptible to both intestinal and
systemic infections. Purpose: to determine the effect of GB-21 acupressure. Method: quasi-
experimental research design. This study was conducted on September 30-October 04, 2022.
Acupressure of the GB-21 point was carried out for 10 minutes. The study population used all
breastfeeding patients. Research respondents involved 5 respondents. The 5 respondents
intervened. The instrument of this study used a questionnaire. Results: the value of breast
milk adequacy after the GB-21 acupressure intervention was 26 (moderate breast milk
adequacy). While the value of breast milk adequacy before the GB-21 acupressure
intervention was 13 (lack of breast milk adequacy). It can be concluded that giving GB-21
point acupressure can promote breast milk and relax it. Suggestion: further researchers can
increase the time of the GB-21 point acupressure intervention in and research respondents.
v
DAFTAR TABEL
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah Subhanahu Wata’ala karena atas
berkat dan karunia-Nya, sehingga penilis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir ini
dengan Judul : “Analisa Keperarawatan Berbasis Bukti Pemberian Akupresur Pada
Titik GB-21 Terhadap Kecukupan ASI”
Karya Tulis Ilmiah Akhir ini disusun untuk mendapatkan gelar profesi Ners di
STIKES BANI SALEH Bekasi. Penulis berharap hasil Analisis praktik berbasis bukti yang
terangkum dalam Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dapat memberikan kemajuan dalam
pelayanan, penelitian dan pendidikan keperawatan khususnya profesi
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, Karya Tulis
Ilmiah Akhir penyusunan ini terasa sangat sulit, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr.Ns.Desrinah Harahap, M. Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku dosen pembimbing Karya
Tulis Ilmiah yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan dan membimbing saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
2. Ns.Hani Fauziah,M.kep selaku dosen penguji pertama yang menyediakan waktu serta
masukan dan saran perbaikannya.
3. Ns.Fauziah H.Wada,M.Kep selaku dosen penguji kedua yang menyediakan waktu
serta masukan dan saran perbaikannya.
4. Ns. Ashar Prima, S.Kep., M. Kep selaku Ketua STIKes Bani Saleh Bekasi
5. Ns. Meria Woro L, M.Kep., Sp., Kep. Kom selaku Ka. Prodi Keperawatan
Ka. Prodi Keperawatan
6. Ns. Agus Setiawan, S.Kep Selaku kepala Ruangan Arimbi yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan saya pada saat dilahan praktik
7. Perawat ruangan yang telah membimbing dan mengarahkan saya pada saat dilahan
praktik
8. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral.
9. Sahabat yang telah banyak memberikan motivasi dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan.
Bekasi, 05 Oktober 2022
DAFTAR ISI
vi
2.1.10. Tanda-tanda Kecukupan ASI................................................................................................23
2.2 Konsep Teori AKUPRESUR.....................................................................................................24
2.2.1. Definisi akupresur...................................................................................................................24
2.2.2. Komponen Dasar Akupresur..................................................................................................24
2.2.3. Kelebihan dan Manfaat Akupresur.........................................................................................25
2.2.4. Kondisi Yang perlu Diperhatikan Saat Memberikan Akupresur............................................25
2.2.5 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Tindakan Akupresur.....................................................25
2.2.6 Mekanisme Akupresur Untuk Memperlancar ASI..................................................................26
2.2.7 Konsep Teori Efetivitas Akupresur terhadap Produksi ASI....................................................27
2.3. Akupresur GB-21.......................................................................................................................29
2.3.1 Cara melakukan akupresur GB-21............................................................................................29
BAB 3 PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI.........................................................32
3.1 Ringkasan Jurnal Rujukan Utama...............................................................................................32
3.2 Ringkasan Kritisi Jurnal..............................................................................................................32
3.2.1. Validitas..................................................................................................................................32
3.2.2. Reliabitas.................................................................................................................................33
3.2.3. Aplikabilitas............................................................................................................................33
3.3 Rencana pelaksanaan praktik berbasis bukti...............................................................................34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................35
4.1. Hasil.............................................................................................................................................35
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti............................................................35
4.2 Karakteristik Responden.............................................................................................................35
4.2.1 Kriteria Responden...................................................................................................................35
4.2.2 Resume Responden..................................................................................................................36
4.2.3 Hasil Pelaksanaan Berbasis Bukti............................................................................................49
4.3 Pembahasan tentang akupresur titik Gb-21.................................................................................50
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................52
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................................52
5.2. Saran...........................................................................................................................................52
5.2.1. Bagi Mahasiswa..................................................................................................................52
5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan....................................................................................................52
5.2.3. Bagi Bidan Katmi...............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................53
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara nasional cakupan bayi di Indonesia pada tahun 2019 mendapat ASI eksklusif
yaitu sebesar 67,74%, angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2019 yaitu
50% persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa
Tenggara Barat (86,26%), Jawa Barat (78,81%) sedangkan persentase terendah terdapat di
Provinsi Papu Barat (41,12%) terdapat empat provinsi yang belum mencapai target
Renstra tahun 2019, yaitu Gorontalo, Maluku, Papua, dan Papua Barat (Kemenkes, 2019) .
Sampai saat ini, pemberian ASI di Indonesia masih sangat rendah. Data Profil
Kesehatan Indonesia (2018) menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan ASI ekslusif
sampai 6 bulan sebanyak 35,73% (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan berdasarkan hasil
Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun 2017 bayi yang mendapatkan ASI
ekslusif di Yogyakarta sebanyak 74,90% dan bayi yang mendapat ASI ekslusif di
Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 82,62% (DIY, 2017).
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2016 yang mengacu pada
target renstra pada tahun 2016 yang sebesar 42% maka secara nasional cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54,0% telah mencapai target
(Kemenkes RI, 2016).
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan pendamping utama bagi bayi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pada bayi berusia 0-6 bulan sehingga asi juga dapat di lanjutkan selama
berusia 2 tahun (Rahayu, 2015). ASI dapat mengandung berbagai zat seperti protein , gizi,
1
2
vitamin, dan lain-lain yang sangat dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
untuk mengurangi angka kematian bayi terutama pada pemberian ASI satu jam pertama
setelah kelahiran, mengurangi insidensi maloklusi gigi, meningkatkan kecerdasan,
memberikan kekebalan dan meningkatkan ikatan antara ibu dan anak (Renityas, 2020).
Makanan yang paling baik untuk bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan
minimal pada 6 bulan pertama kehidupan. Dalam pemberian ASI masalah
ketidakcukupan ASI menjadi alasan utama seorang ibu untuk berhenti memberikan ASI
secara dini, kemudian ibu merasa tidak dapat memenuhi kebutuhan ASI karena
produksi ASI yang kurang dan mendukung kenaikan berat badan bayi yang adekuat,
sehingga menyusui menjadi hal yang dapat membuat stress pada ibu postpartum (S, 2013).
ASI merupakan nutrisi terbaik yang bisa meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Dalam periode awal kehidupan pemberian ASI pada bayi sangat penting, sehingga 6 bulan
pertama kehidupan bayi cukup diberi ASI eksklusif dengan tidak menambahkan atau
mengganti dengan makanan dan minuman lain. Pada masa nifas proses menyusui
dapat membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah pada ibu.
Pemerintah menetapkan kebijakan nasional tentang program pemberian ASI eksklusif
yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 33 Tahun
2012 (Republik Indonesia, 2012)
Pemberian ASI dilakukan selama enam bulan (pemberian ASI Eksklusif) yaitu
pemberian ASI saja tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes RI, 2015). Setelah enam
bulan, bayi mulai mendapat makan tambahan (Makanan Pendamping ASI/MP-ASI) dan
ASI tetap diberikan sampai bayi berusia dua tahun.Perjalanan panjang proses menyusui
ini akan menjadi rutinitas yang melelahkan bagi seorang ibu. Selain menyusui, ibu
juga mempunyai tugas dalam tumah tangga yang lain, seperti memasak, membersihkan
rumah, dan sebaginya. Tugas multi fungsi ini akan menyebabkan ibu merasa lelah dan
stress. Kelelahan dan stres yang dialami ibu akan mempengaruhi produksi ASI (Kemenkes
RI, 2018).
Komposisi yang terkandung dalam ASI sangat mengandung banyak manfaat, yaitu
sebagai nutrisi, hormon, kekebalan tubuh, faktor pertumbuhan, anti alergi dalam tubuh,
anti bodi serta anti inflamasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi. Manfaat
ASI sangat bagus untuk bagi bayi maupun untuk keuntungan bagi para ibu menyusui agar
3
Manfaat pemberian ASI ini bagi ibu menyusui adalah untuk membantu
mempercepatnya Rahim ke seperti semula dan mengurangi terjadinya adanya pendarahan
bagi rahim, mengurahi pengularan untuk membelikan ASI formula akan tetapi sangat
lebih bagus menggunakan Asi ekslusif dan mengurangi pembayaran perawatan bayi di
rumah sakit, sehingga tidak akan terjadinya infeksi saat bayi yang menyusui, dan maanfaat
ASI bagi bayi adalah mengandung protein sehingga tidak adanya terjadinya alergi pada
bayi, dan ASI juga bebas dari kuman sehingga bayi dapat di minum secara langsung, ASI
juga dapat di cerna secara langsung melalui usus pada bayi, dan ASI mengandung banyak
kalium dan selium bagi melindungin gigi dari kerusakan (Gultom, 2018).
Faktor pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab
bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Selain itu masalah nyeri yang dialami ibu saat
menyusui, kelelahan saat menysui, serta kekhawatiran ibu mengenai bentuk payudara
setelah menyusui. Faktor sosial budaya, kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan
dalam proses menyusui juga sangat berpengaruh terhadap proses pemberian ASI.
Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai produksi ASI dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu postpartum yang dapat menyebabkan kurangnya volume ASI
(Jeongsug C, Young A H , Sukhee A , Soo L M, Hur, 2012). Kecukupan produksi ASI
dipengaruhi oleh sekresi hormon prolaktin dan oksitosin. Sekresi kedua hormon ini
dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu. Ketika ibu mengalami ketegangan psikologis
(stress) maka akan menekan fungsi kerja hypothalamus, sehingga akan
menghambat sekresi hormon prolaktin dan oksitosin oleh kelenjar pituitary (Arumsari D
R, 2018). Dan ada pun tanda-tanda bayi cukup ASI.
Tanda-tanda bayi cukup ASI (Ambarwati & Wulandari, 2009: 29-30) antara lain:
jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali, warna seni biasanya tidak
berwarna kuning pucat, bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji, bayi kelihatan
puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup, bayi paling sedikit
menyusu 10 kali dalam 24 jam, payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui,
ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui, ibu dapat
mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI, dan bayi bertambah berat
badannya (Sajidah & Ramie, 2021).
4
6
7
dan bayinya , tanpa adanya makanan ataupun jenis minuman lainnya yang ikut di berikan
pada bayi sehingga menyatakan ASI sebagai pelindung dari penyakit menular, dan ASI
sesuai kebutuhan untuk bayi. Dimana fungsi kekebalan usus yang belum matang, bayi
yang baru lahir rentan terhadap infeksi usus dan sistemik.
2.1.2. Komposisi ASI
Susu transisi berlangsung selama kurang lebih dua minggu setelah keluarnya
kolostrum.
3. ASI Matur
Susu matur adalah susu akhir yang diproduksi. 90% adalah air, yang diperlukan
untuk menjaga bayi tetap terhidrasi.10% lainnya terdiri dari karbohidrat, protein,
dan lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi. Ada dua jenis
susu matang: (1) Fore milk: Susu jenis ini ditemukan selama awal menyusui
dan mengandung air, vitamin, dan protein. (2) Hind milk: Susu jenis ini
terjadi setelah pelepasan susu awal. Ini mengandung tingkat lemak yang
lebih tinggi dan diperlukan untuk penambahan berat badan. Kedua susu ini
penting untuk memastikan bahwa bayi menerima nutrisi yang cukup untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik.
1. Laktosa ( Karbohidrat)
Laktosa merupakan jenis karbohidrat utam dalam ASI yang berperan penting
sebagai sumber energi. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat
yang terdapat dalam ASI murni. Sebagai sumber penghasilan energy, sebagai
karbohidrat utama, meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang
tubuhnya,laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
atau gangguan kesehatan. Selain itu laktosa juga akan di olah menjadi glukosa
dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem saraf. Zat gizi ini
membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi.
Komposisi dalam ASI : Laktosa- 7 gr/100ml.
2. Lemak :
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi
utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi.berfungsi sebagai
penghasilan kalori/energi utama, menurunkan risiko penyakit jantung di usia
muda. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam
9
linoleat dan asam alda linolenat akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan
DHA.
1. Archidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA) adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal.
2. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbahan dan kecerdasan anak.
3. Disamping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat di bentuk/ disintesa dari
substansi pembentukan (precursor) yaitu masing-masing dari omega 3 (asam
linolenat) dan omega 6 ( asam linoleat).
4. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
5. AA dan DHA merupakan zat yang didapat dari perubahan omega3 dan
omega-6 .yang berfungsi untuk perkembangan otak janin dan bayi.
Lemak : 50% tinggi pada ASI prematur, asam lemak essensial. Komposisi
dalam ASI: Lemak- 3,7,-4,gr/100ml. Ciri-ciri khas ‘Lemak dalam ASI’ secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
7. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan
PASI yaitu : 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat
dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf
otak bayi.
3. Protein :
Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi. Komponen dasar
dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk strukur otak.
Protein dalam susu adalah whey dan casein/kasein.
1. ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi.
2. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi.
3. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35
4. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
5. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah
20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
6. Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein (yang perupakan
protein utama susu sapi).
Beberapa jenis asam aminon tertentu, yaitu sistin, taurin, triptofan, dan fenilalanin
merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingetan. Sistin dan taurin
merupakan dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi.
1. Sistin : diperlukan untuk pertumbuhan somatic.
2. Taurin : Neotransmitter yang baik untuk perkembangan otak anak
a. Taurin adalah sejenis asam aminon kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk
proses maturasi sel otak.
b. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Komposisi dalam ASI : Protein- 0,8-1,0gr/100ml.
Ciri-ciri khas ‘ Protein dala ASI’ secara rinci dapat di jelaskan sebagai
berikut :
11
5. Vitamin :
Masa Antenatal
Kurang/salah Informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih
baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI
kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada
saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi.
Terjadi pada sekitar 10% wanita hamil. Putting yang kurang menguntungkan
seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih
dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal hasilnya kurang bisa
maksimal, misalnya dengan manipulasi Hoffman, menarik-menarik putting, atau
penggunaan breast shield dan breast shell. Hal yang paling efisien untuk
memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat dan adanya
keyakinan bahwa ibu dapat menyusui bayi dengan sukses seperti pada ibu yang
memiliki putting menonjol (Cadwell, 2011).
Saat menyusui, putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk
celah.biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan
13
insiden sekitar 23% ibu primpara dan 31% ibu multipara. Masalah ini dapat hilang
dengan sendirinya jika ibu merawat payudara dengan baik dan teratur.
Pda keadaan ini, seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya
sakit. Penyebab putting susu lecet antara lain adalah sebagai berikut.
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah putting susu lecet atau nyeri dapat
dilakukan dengan cara sebagi berikut.
1. Olesi putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah menyusui. Hal ini
untuk mempercepat sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa perih
2. Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
3. Jangan membersihkan daerah areola dan putting susu dengan subuh, alkhol, dan
obat-obatan yang dapat merangsang kulit atau putting susu.
4. Cek bagaimana pelekatan ibu-bayi
5. Posisi menyusui hendaknya bervariasi untuk menghindari trauma yang terus-
menerus pada tempat yang sama.
6. Apakah terdapat infeksi candida (mulut bayi perlu dilihat), kulit merah,berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (fiaky).
7. Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara yang bener, yaitu
dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking ibu ke sudut mulut
bayi dan menekannya sampai lepas dari payudara.
1. Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyusui dengan
memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu.
2. Biasakan untuk mengoleskan ASI sebelumnya menyusui untuk menghindari
putih pecah.
3. Hentikan sementara untuk menyusui pada payudara yang sakit dan menyusui
pada payudara yang tidak sakit.
4. Maka sesuai dengan pola makan yang sehat, konsumsi vitamin, C, dan tinggi
protein untuk membantu proses penyembuhan.
5. Lakukan proses menyusui dengantenang dan bernapas dalam-dalam sampai ASI
mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
6. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat putting susu yang sakit
dapat diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan dengan itu ASI dapat
dikeluarkan secara manual dan diberikan ke bayi dengan sendok.
7. Berikan analgesic jika perlu.
Payudara Bengkak
Harus dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI demham payudara
bengkak. Pada payudara penuh ada rasa berat pada payudara, panas dank eras. Bila
diperiksa, ASI keluar dan tidak ada demam. Sementara, pada payudara bengkak
atau payudara edema, ada rada sakit, putting kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, dan bila diperiksa atau diisap, ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah
24 jam. Hal ini terjadi antara lain karena produksi ASI meningkat, terlambat
menyusukan dini, pelekatan kurang baik, mungkin sering ASI dikeluarkan, dan
mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah agar payudara
tidak bengkak maka diperlukan:
1. Menyusui dini
2. Pelekatan yang baik
3. Menyusi on demand. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang
atau bayi tidak dapat menyusu, sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu.
Payudara yang bengkak dapat terjadi akibat hambatan aliran darah vena atau
saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini
timbul karena :
15
1. Produksi ASI yang berlebihan sementara kebutuhan bayi pada hari-hari pertama
setelah lahir masih sedikit.
2. Bayi menyusui secara terjadwal.
3. Bayi tidak menyusu dengan kuat
4. Posisi menyusui yang salah
5. Putting susu datar atau terbenam.
Cara mengatasi payudara bengkak adalah sebagai berikut.
1. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama lima
menit, lalu masase kea rah putting hingga payudara teraba lebih lemas dan ASI
keluar mulai putting.
2. Menyusui bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong.
3. Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak ke atas dan lepaskan tiba-
tiba.
4. Keluar ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi lunak dan putting susu
menonjol keluar. Hal ini akan mempermudah bayi mengisap.
5. Menyusui bayi lebih sering. Demikian juga pada malam hari, meskipun bayi harus
dibangunkan.
Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum
menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak.
Masitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak dan
kadang kala diikuti rasa nyeri, panas, serta suhu tubuh meningkat. Dalam payudara
terasa ada masa padat (lump) dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini
terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan karena:
16
1. Berat badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan.
2. Berat badan lahir dalam waktu dua minggu belum kembali.
3. Mengompol rata-rata kurang dari enam kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau,
dan berwarna kuning.
Keadaan Khusus
1. Ibu melahirkan dengan bedah sesar pada beberapa persalinan kadang-kadang perlu
tindakan bedah sesar, misalnya panggul sempit, plasenta previa, dan lain-lain.
Persalinan dengan cara ini dapat menimbulkan masalah menyusul, baik terhadap
ibu maupun anak.
2. Ibu sakit
Pada umumnya, ibu sakit bukan alasan untuk menghentikan menyusui karena bayi
telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu.
Selain itu, ASI justru akan melindungi bayi dari penyakit. Ibu memerlukan bantuan
orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah tangga karena membutuhkan
istirahat yang cukup.
3. Ibu dengan HIV
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama menyusui WHO menyarankan
agar ibu hamil yang terinfeksi HIV harus mempertimbangkan pilihan pemberian
susu formula untuk bayinya. Demikian juga Depatement of Health
17
merekomendasikan bahwa wanita yang terinfeksi HIV tidak boleh menyusui bayi
(Cadwell, 2011).
4. Ibu yang memerlukan pengobatan
Seringkali ibu menghentikan penyusuan bila meminum obat-obatan karena takut
obat tersebut dapat mengganggu bayi. Kadar obat dalam ASI tergantung dari masa
paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan ASI. Padahal kebanyakan obat hanya
sebagaian kecil yang dapat melalui ASI dan jarang berakibat kepada si bayi,
sehingga kita tidak dapat mengobati bayi dengan menyuruh ibu meminum obat
tersebut. Memang ada beberapa obat yang sebaiknya jangan diberikan kepada ibu
yang menyusui. Sebaiknya bila ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang
mempunyai masa paruh obat pendek dan yang mempunyai rasio ASI-Plasma kecil
atau dicari obat alternative yang tidak berakibat kepada si bayi.
5. Ibu hamil
Kadang kala ibu sudah hamil lagi padahal bayinya masih menyusui. Dalam hal ini,
tidak ada bahaya baik untuk ibu maupun janinnya bila ibu meneruskan menyusi
bayinya, tetapi ibu harus makan lebih banyak lagi.
Pada Bayi
Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu,
maka sebaiknya ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan jika
ada fasilitasnya. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, maka ibu dianjurkan
memerah ASI setiap tiga jam dan disimapan di dalam lemari es untuk kemudian
sehari sekali diantara ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu diberikan tanda
pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar yang lebih dahulu
diperah dapat diberikan terlebih dahulu.
2.1.6. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dalam pemberian ASI
eksklusif
Menurut (Nasrabadi et al., 2019)
a. Melatih ibu hamil tentang pentingnya menyusui dan metode praktisnya.
b. Melatih para ayah tentang pentingnya menyusui dan kerugian pemberian susu
formula dan mendukung ibu selama kehamilan dan menyusui.
c. Membedakan antara keyakinan yang salah dan benar tentang menyusui
di setiap lingkungan dan berfokus pada pemberdayaan keyakinan yang benar
dan menghilangkan yang salah.
d. Mengenali orang-orang yang berpengaruh di lingkungan atau keluarga
seperti nenek atau teman dan melatih mereka menggunakan instruksi
yang tepat untuk mendukung ibu menyusui.
e. Melatih semua petugas kesehatan dengan keterampilan teoritis dan praktis
dalam menyusui.
f. .Menciptakan fasilitas untuk ibu yang berkerja terkait pemberian ASI
yang mudah (membuat ruang khusus untuk ibu di kantor, mewajibkan
perusahaan untuk bekerja sama dengan ibu untuk menggunakan jam libur
mereka dengan sempurna, dan mendapat cuti hamil setidaknya enam bulan).
g. Membangun tempat yang aman untuk menyusui di tempat umum
terutama di pusat perbelanjaan, stasiun, dan bandara.
h. Mempromosikan menyusui melalui media, iklan, dan media local
logis memiliki manfaat besar bagi bayi, keluarga, dan negara. Berikut adalah
keuntungan menyusui :
1. Untuk Bayi
Pemberian ASI dapat membantu perkembangan anak dangan baik. Air Susu
Ibu (ASI) telah memberikan nutrisi total kepada anak, baik protein spesifik,
mineral, air, lemak, dan laktosa (Proverawati, A., & Rahmawati, 2010). ASI
memberikan setiap suplemen dan energy dari kelahiran primer yang biasanya
disebut kolostrum atau ASI keluar yang mengandung antibody
(Immunoglobin, lisozim, suplemen C3 dan C4, Antistaphyloccocus,
lactobacillus, vbifidus, loctoferrin) di mana antibodi mengisi sebagai
penangkal penyakit dan membuat anak lebih membumi jika disusui selama
setengah tahun (Sulistyawati.A., 2015). Selain itu, ASI juga dapat
meningkatkan pengetahuan anak karena mengandung omega 3 yang membuat
pikiran anak berkembang dan terbebas dari hasutan sehingga membuat anak
lebih cerdas dan terhindar dari bahaya sinapsis(Walyani, 2015). Beberapa
infeksi akan jarang muncul jika anak disusui termasuk kolik, SIDS, dermatitis,
dll. Saat memberikan ASI, stroke dan memeluk anak dengan sepenuh hati, ini
dapat diandalkan sebagai cara untuk mendidik anak dan memiliki pilihan
untuk memberikan keyakinan bahwa semuanya baik-baik saja sehingga
perasaan dan keduniawaian anak muda sangat terkontrol (Walyani, E. S.. &
Purwastuti, 2014). Air susu ibu dapat membantu menghisap, menelan, dan
bernafas, mencegah penyakit panas, dan memberikan kekebalan tubuh
(Wulandari, S. R., Handayani, 2011).
2. Untuk Ibu
Bagi ibu menyusui, pemberian ASI primer dapat dipercaya untuk mengenali
dirinya dari siklus kerja di mana melalui menyusui Rahim berkontraksi dengan
cepat dan memudahkan kematian kembali (menarik areola menciptakan
oksitosin kimia biasa yang akan membantu penarikan rahim) (Sulistyawati.A.,
2015). Terlebih lagi, pemberian ASI dapat menjadi metode kontrasepsi elektif
konservatif dimana ibu menyusui bayinya selama setengah tahun dapat
mengembalikan kematangan setelah persalinan dan interaksi yang kaya
sehingga dapat menunda penundaan berikutnya (Marmi, 2015). Ibu menyusui
21
akan lebih cepat menipis dimana lemak paha yang tadinya menumpuk akan
berpindah ke dalam ASI, bahkan menurut beberapa pemerikasaan, ibu
menyusi memiliki risiki lebih tinggi terkena penyakit rahim dan keganasan
serviks (Walyani, 2015).
3. Untuk Keluarga
Bagi keluarga, menyusui lebih murah, lebih sederhana, dan lebih tidak
berbahaya bagi ekosistem (Proverawati, A., & Rahmawati, 2010). ASI dalam
segala hal sempurna dan terbebas dari serangga yang dapat menyebabkan
penyakit padat pada anak dengan kandungan ASI berarti membuat keluarga
hemat dalam perawatan edis dan terbebas dari anak sakit. Susu dada juga tidak
perlu repot dengan kesiapan yang luar biasa dan mudah saat bepergian, tidak
ada alasan kuat untuk membawa susu, air bersuhu tinggi, dan sebagainya,
sehingga diangap wajar (Walyani, 2015).
Selain bayi, ibu dan keluarga, menyusui juga bermanfaat bagi masyarakat dan
negara, dengan ibu menyusui anaknya selama setengah tahun anak akan sehat
dan membuat bangsa menjadi lebih baik dan juga akan berdampak pada
penyelamatan wilayah kesejahteraan. Melalui menyusui, suatu bangsa akan
menyelamatkan simpanan perdagangan asing karena tidak harus menerima
resep susu dan kesiapan peralatan lain yang diidentikkan dengan menyusui
lebih cerdas untuk diberikan (Walyani, 2015). Selain itu, ASI juga dapat
meningkatkan kontaminasi hidup dengan mengurangi kematian bayi karena
terjaminnya nutrisi yang tepat, dalam ASI saat ini memberikan nutrisi yang
baik yang dapat melindungi anak dari penyakit. Sifat negara yang terdepan
dimana anak-anak yang disusui dapat terus berkembang secara ideal (Marmi,
2015).
9. Dukungan suami dan keluarga lain Dukungan suami dan keluarga akan
membuat perasaan ibu menjadi bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih
menyayangi bayinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran
ASI lebih banyak (Haryono R, 2014).
10. Perawatan payudara Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan
masuk 7-8 bulan. Payudara yang terawat baik akan mempengaruhi produksi
ASI lebih banyak sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Perawatan payudara yang baik juga akan membuat puting tidak mudah lecet
ketika diisap bayi (Haryono R, 2014).
11. Jenis persalinan Ibu Dengan persalinan normal dapat segera menyusui bayinya
setelah melahirkan.Pada hari pertama persalinan normal ASI sudah
keluar.Sedangkan pada persalinan sectio caesaria(sesar) seringkali ibu merasa
kesulitan menyusui segera setelah lahir, terutama pada ibu yang diberikan
anestesi (bius) umum. Ibu tidak bisa menyusui bayinya pada satu jam
pertama setelah melahirkan. Kondisi luka operasi juga dapat menghambat
proses menyusui (Haryono R, 2014).
12. Rawat gabung Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan
meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI lebih sering
sehingga timbul refleks oksitosin yang akan merangsang refleks prolaktin
untuk memproduksi ASI kembali. Selain itu refleks oksitosin juga akan
membantu proses fisiologis involusi rahim yaitu proses pengembalian
ukuran rahim seperti sebelum hamil (Haryono R, 2014).
a. Kebutuhan eliminasi :
1) Bayi menghabiskan minimal 6 popok tiap harinya
2) Bayi buang air besar secara rutin.
3) Warna urin bayi berwarna putih kekuningan.
24
Titik tekan pijat uleni selesai di meridian tempat-tempat tubuh yang membutuhkan
papan, penada titik tekanan pijat yang tepat menggosok para eksekutif adalah awal dari
kelezatan. Prosedur pijat titik tekanan itu sendiri terbantung pada panjang organisasi dan
jumlah faktor tekanan dipisahkan menjadi 2 untuk lebih spesifik:
Sesuai penelitian Dwi Rahayu, dkk, pada tahun 2015 yang mengarahkan
penelitian eksplorasi pada ibu pasca hamil primipara dimana selama periode panjang
utama mengandung anak ibu dipaksa oleh pembuatan ASI. Sehingga dia tidak
memberikan ASI kepada ibu, anak. Ketika seorang ibu menjalani interaksi menyusui, ia
membutuhkan wawasan dari orang lain dan tenaga kesehatan sebagai pemasok data.
Dimana para ibu yang sangat terbantu saat menyusui. Dalam pemeriksaan ini juga
dijelaskan bahwa ibu yang diberi perawatan pijat titik tekan dengan fokus meridian
bekerja dengan produksi ASI sangat mempengaruhi ibu menyusui, ibu menyusui yang
diberi perawatan pijat titik tekan dengan fokus meridian bekerja dengan produksi ASI
sangat mempengaruhi ibu menyusui, ibu menyusui yang diberi perawatan pijat titik
tekan merasa lebih longgar, nyaman, dan dibuat nyaman, dan dibuat nyaman. Kepastian
bahwa ibu dapat mengatasi kelainan. Pembuatan ASI (Rahayu R, 2015).
Menurut Enggal Hadi Kurniyawan, pada tahun 2016 penelitian ini menjelaskan
bahwa prosedur perawatan pijat titik tekan sangat efektif dan memiliki banyak manfaat
untuk kesehatan tubuh. Pijat titik tekanan pijat punggung akan menyesuaikan
perkembangan qi tubuh di mana ia dapat memperbaiki penyakit pelanggan.
Pekembangan energy qi tubuh akan disesuaikan dan dapat meningkatkan daya tahan
dan kesehatan tubuh sehingga terhindar dari berbagai penyakit (Kurniyawan, 2016).
Terlepas dari pemeriksaan tersebut, Rifatun Nisa, dkk, memimpin pemeriksaan
pada tahun 2020. Dijelaskan bahwa ketika melakukan perawatan pijat titik tekanan,
terutama penekanan pada tujuan meridian dalam bekerja dengan ASI, ia memiliki opsi
untuk mengalahkan produksi ASI. Setelah aktivitas pemijatan titik tekan selesai, juga
memberikan efek yang berbeda, misalnya menumbuhkan keinginan ibu untuk memiliki
pilihan memberikan ASI kepada anaknya dan menunjukkan bahwa ibu perlu melatih
perawatan titik tekan secara mandiri (Nisa et al., 2020). Kegiatan pijat titik penekan ini
akan menjadi jawaban untuk membantu para ibu dengan meningkatkan reseptor
prolactin dan oksitosin. Selain dapat meningkatkan produksi ASI, pijat titik tekan juga
dapat membatasi gejala penundaan menyusui, seperti payudara yang membesar
(Dahlan, 2015).
2.3. Akupresur GB-21
Akupresur adalah salah satu jenis terapi tradisional dari Tiongkok yang didasarkan
pada tekanan pada spesifik titik akupuntur dalam tubuh yang mengarah pada keseimbangan
energi dalam tubuh, tetapi mekanismenya dalam menyusui tidak diketahui (Bolman et
30
al., 2013). Kupresur umumnya digunakan di dalam ilmu kandungan atau kebidanan.
Akupresur ini menggunakan tangan untuk menekan beberapa titik akupunktur pada
tubuh. Akupresur mungkin dapat memulihkan dan menyeimbangkan energi tubuh untuk
meningkatkan fungsi tubuh. Berdasarkan perspektif medis, akupresur mampu merangsang
pelepasan endorphin, memblokir reseptor rasa sakit dan menstimulasi pelepasan
oksitosin (Mollart & Leiser, 2013). Itu juga dapat mempengaruhi produksi prolaktin menjadi
meningkatkan produksi ASI (Raras et al., 2016).
2.3.1 Cara melakukan akupresur GB-21
Cara lain untuk merangsang sekresi hormon lactogen selain pijatan adalah
untuk memberi tekanan (stimulasi) pada titik akupresur JianjingGB-21(Kantung
Empedu 21).Hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok responden yang diberikan
intervensi tekanan di Jianjing GB-21titik akupresur (Empedu 21) ada peningkatan tingkat
oksitosin rata –rata 0,165 pada hari kesembilan (pada hari pertama tingkat hormon
oksitosin rata-rata adalah 1,53). Titik akupresur jianjingGB-21bisa jadi digunakan
untuk meningkatkan refleks let down.
Tekanan pada akupresur Jianjing GB-21titik adalah salah satu bagian dari teknik
titik akupresur untuk laktasi dengan pendekatan pengobatan tradisional Tiongkok.Titik
akupresur untuk teknik laktasi adalah satu solusi untuk mengatasi ketidakefisienan
produksi ASI (Anamed, 2012 di Rahayu, 2015).Teknik ini bisa membantu
memaksimalkan reseptor prolaktin dan oksitosin dan meminimalkan efek samping dari
keterlambatan menyusui oleh bayi (Evariny, 2008 di Rahayu, 2015).
Didukung oleh teori kontrol gerbang yang menjelaskan stimulasi pada titik
akupresur pada jalur meridian dan diteruskan oleh saraf A-Beta berdiameter besar ke
saraf tulang belakang yang kemudian di sumsum tulang belakang ada zat gelatinosa
bertindak sebagai kontrol gerbang sebelum diteruskan oleh saraf aferen menuju sel
transmisi, yang kemudian disalurkan ke sistem saraf pusat dengan mengurangi rasa tidak
nyaman (Hakam, Krisna & Tutik, 2009 dalam Rahayuet al., 2015). Tekanan dilakukan di
titik akupresur bisa membuat rileks dan dapat menyebabkan relaksasi otot tubuh (Gach,
1990; Hongzhu, 2002 di Rahayuet al., 2015).Kondisi akan menyebabkan rasa nyaman
yang akan berdampak positif pada perasaan sehingga menjadi tenang, nyaman, santai
dan mengurangi stres.Gach, 1990 di Rahayu et al,2015 menjelaskan tekanan akupresur
akan merangsang peningkatan morfin alami tubuh, yaitu endorphin.
31
Penurunan CRF akan diikuti oleh penurunan ACTH dan medula adrenal akan
merespons dengan menurun sekresi katekolamin, kemudian perifer resistensidan curah
jantung akan menurun(Putra, 2005 di Jakarta) Rahayu, et al 2015). Kondisi relaksasi
dialami oleh ibu akan meningkatkan kenyamanan sehingga memicu refleks let down dan
meningkatkan kadar prolaktin dan hormon oksitosin (Rahayu, et al, 2015).
32
33
sehat dengan nilai APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima, ibu tidak
mengalami komplikasi post operasi, reflex hisap baik, rawat gabung, kondisi putting ibu
normal, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah selama dalam masa
intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi mengalami asfiksia,
BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi diberikan susu formula salama
masa intervensi.
Pengambilan data dimulai pada bulan 11 Mei 2020. Penelitian ini dilakukan selama 1
bulan dimulai dari tanggal 11 Mei sampai 17 Juni 2020.
3.2.2. Reliabitas
Hasil penelitian menyebutkan tekanan di titik akupresur GB-21 terbukti efektif
berdasarkan indikator Ibu dan bayi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan
produksi ASI sebelum dan setelah diberikan tekanan di titik akupresur Gb-12 (p value =
0,000). Simpulan, pijat oketani lebih efektif untuk meningkat produksi ASI pada
kelompok A ibu post sectio caesarea dibandingkan kelompok B tekanan di titik akupresure
Gb-21 dari indikator bayi.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa nilai rata-rata produksi ASI pada ibu post sectio
caesarea berdasarkan indikator ibu dan bayi sebelum diberikan intervensi tekanan di titik
akupresure Gb-21 berada pada produksi ASI kurang dan setelah diberikan intervensi nilai
rata-rata responden berada pada produksi ASI cukup. Hasil uji dependent t test
menunjukkan bahwa ada perbedaan produksi ASI sebelum dan setelah diberikan tekanan
di titik akupresure Gb-12 (p value = 0,000).
3.2.3. Aplikabilitas
Pasien yang digunakan pada jurnal rujukan utama terdapat kriteria penelitian
kriteria inklusi:
Kriteria inklusi :
1) Ibu Post Sectio Caesarea
2) Ibu dengan produksi ASI kurang atau produksi ASI belum keluar
3) Bersedia mengikuti penelitian
4) Bayi tidak diberikan susu formula selama pengembilan data
5) Bayi sehat dengan nilai APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima
6) Ibu tidak mengalami komplikasi postoperasi
7) Reflex hisap bayi baik
8) Rawat gabung
34
4.1. Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti
Penerapan terapi akupresur GB-21 ini dilaksanakan di Bidan Katmi Tambun
Selatan pada tanggal 30 September 2022 sampai tanggal 4 Oktober 2022. Partisipan
yang akan diambil sebanyak 5 klien dengan intervensi. Penulis menggunakan ruang .
kegiatan akupresur GB-21 dimana 1 ruang terdapat Kamar tidur disetiap kamar berisi
1 bed, kamar mandi 1 di luar, ruang bidan, ruang staf dan ruang penunggu, ruang
penunggu terdiri ada 8 bangku dan ruang pendaftaran , ruang pendaftaran terdiri ada 1
bangku,meja, timbangan , dan timbangan bayi ,terdapat ventilasi dan penerangan yang
cukup bersih,rapih, tenang, nyaman bagi klien yang dalam dilakukan akupresur GB-
21
35
36
Pasien 1
Hari ke-1 tanggal 1 Oktober Hari ke-2 tanggal 2 Oktober Hari ke-3 tanggal 3 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 4
2022 2022 Oktober 2022
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memeriksa
39
Pasien 2
Hari ke-1 tanggal 30 September Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memeriksa
tanda vital (tekanan tanda-tanda vital tanda vital (tekanan tanda-tanda
darah, frekuensi nadi, (tekanan darah, darah, frekuensi nadi, vital (tekanan
suhu dan frekuensi frekuensi nadi, suhu dan frekuensi darah, frekuensi
pernapasan). suhu dan pernapasan). nadi, suhu dan
frekuensi frekuensi
pernapasan). pernapasan).
08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan
lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan suhu tenang, pencahayaan dan tenang,
yang nyaman. pencahayaan dan suhu yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.
Pasien 3
42
Hari ke-1 tanggal 30 September Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
Pasien 4
Hari ke-1 tanggal 30 Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
September 2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
Pasien 5
Hari ke-1 tanggal 30 September Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
frekuensi frekuensi
pernapasan). pernapasan).
08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan
lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan suhu tenang, pencahayaan dan suhu tenang,
yang nyaman. pencahayaan dan yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.
48
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 1 Oktober 08.00 √
2022
Siang 1 Oktober 13.00 √
2022
2. Pagi 2 Oktober 08.00 √
2022
Siang 2 Oktober 13.00 √
2022
3. Pagi 3 Oktober 08.00 √
2022
Siang 3 Oktober 13.00 √
2022
4. Pagi 4 Oktober 08.00 √
2022
Siang 4 Oktober 13.00 √
2022
Pasien 1
49
Pasien 2
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 10.00 √
September
2022
Siang 30 14.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 10.00 √
2022
Siang 1 Oktober 14.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 10.00 √
2022
Siang 2 Oktober 14.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 10.00 √
2022
Siang 3 Oktober 14.00 √
2022
50
Pasien 3
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 09.00 √
September
2022
Siang 30 12.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 09.00 √
2022
Siang 1 Oktober 12.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 09.00 √
2022
Siang 2 Oktober 12.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 09.00 √
2022
Siang 3 Oktober 12.00 √
2022
51
Pasien 4
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 07.00 √
September
2022
Siang 30 11.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 07.00 √
2022
Siang 1 Oktober 11.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 07.00 √
2022
Siang 2 Oktober 11.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 07.00 √
2022
Siang 3 Oktober 11.00 √
2022
52
Pasien 5
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 07.30 √
September
2022
Siang 30 15.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 07.30 √
2022
Siang 1 Oktober 15.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 07.30 √
2022
Siang 2 Oktober 15.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 07.30 √
2022
Siang 3 Oktober 15.00 √
2022
53
30
26 26 26
25 24 24
20
15
13 13
11
10 9
1
0
Pasien 1 Ny.N Pasien 2 Ny. E Pasien 3 Ny. W Pasien 4 Ny.N Pasien 5 Ny. E
Sebelum Sesudah
berdasarkan data grafik diatas hasil dari nilai kecukupan ASI selama 4 hari pada responden
yang diberikan intervensi akupresur GB-21 di bidan katmi yaitu nilai kecukupan ASI
sebelum sebesar 13 (kecukupan ASI kurang), dan nilai kecukupan ASI sesudah di intevensi
akupresur GB-21 sebesar 26 (kecukupan ASI sedang).
4.2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan praktik berbasis bukti ada dua faktor yaitu faktor pendukung dan
penghambat, salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan praktik berbasis bukti ini
penulis disediakan bidan katmi untuk pelaksanaan akupresur titik GB-21 pada pasien ibu
menyusui di lokasi bidan katmi. Faktor pendukung dalam pelaksanaan praktik ini diantaranya
adalah suasana tenang di ruang vip rawat inap. Suasana lingkungan yang tenang sangat
membantu responden untuk berkonsentrasi sehingga dapat mengikuti instruksi yang
diberikan dan menciptakan kenyamanan pada diri responden.
Faktor pendukung yang kedua adalah para bidan sangat membantu peneliti untuk
menentukan responden yang dapat mengikuti intervensi akupresur titik GB-21 lima,
responden dalam praktik keperawatan ini sangat kooperatif. Responden bersedia mengikuti
segala arahan peneliti dengan baik untuk mengikuti intervensi ini.
54
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
berdasarkan data grafik diatas hasil dari nilai kecukupan ASI selama 4 hari pada responden
yang diberikan intervensi akupresur GB-21 di bidan katmi yaitu nilai kecukupan ASI
sebelum sebesar 13 (kecukupan ASI kurang), dan nilai kecukupan ASI sesudah di intevensi
akupresur GB-21 sebesar 26 (kecukupan ASI sedang).
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan para siswa dapat menggunakan akupresus GB-21untuk merilexsasikan bagi para
ibu menyusu serta dapat mempelancarkan kebutuhan ASI utnuk bayi
5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi pemberian intervensi bagi pasien
kecukupan ASI untuk melakukan akupresur GB-21 untuk mempelancar ASI, dan
menrileksasikan
5.2.3. Bagi Bidan Katmi
Diharapkan pihak bidan katmi untuk memasukan akupresur GB-21 ini dari catatan harian
untuk perkembangan pasien dengan kecukupsn ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L., Kynoch, K., Kildea, S., & Lee, N. (2019). Effectiveness of breast massage for
the treatment of women with breastfeeding problems.JBI Database of Systematic
Reviews and Implementation Reports. 8(1668–1694.), 17.
https://doi.org/:10.11124/jbisrir-2017-003932
Anik Maryunani. (2012). Insiasi Menyusui Dini, ASI EKSKLUSIF dan Manajemen Laktasi.
Arumsari D R. (2018). The Combination of Acupressure and Affirmation Relaxation as an
Alternative Method to Increase Breast Milk Production and Breastfeeding Self-efficacy.
Research Journal of Life Science, 5(2355–9926), 66–76.
https://doi.org/https://rjls.ub.ac.id/index.php/rjls
Bolman, M., Saju, L., Oganesyan, K., Kondrashova, T., & Witt, A. M. (2013). Recapturing
the art of therapeutic breast massage during breastfeeding. Journal of Human Lactation,
29(3), 328–331. https://doi.org/10.1177/0890334413475527
Cadwell, K. (2011). Buku Saku Manajemen Laktasi.
Carrey, W. &. (2016). Domperidone Untuk meningkatkan Produksi Air Susu Ibu (ASI).
Cermin Dunia Kedokteran, 43 (3)(225–228).
Chowdhury, R., Sinha, B., Sankar, M. J., Taneja, S., Bhandari, N., Rollins, N., Bahl, R., &
Martines, J. (2015). Breastfeeding and maternal health outcomes: A systematic review
and meta-analysis. Acta Paediatrica, International Journal of Paediatrics,
104(November), 96–113. https://doi.org/10.1111/apa.13102
Dahlan, A. Z. (2015). Buku Acupoitns & Dasar Acupunkture. Lembaga Kursus Dan
Pelatihan Ilalang.
DIY, D. K. (2017). Profil Kesehatan Provinsi di Yogyakarta.
Fairus, M. (2011). Fisiologi Kebidanan.
Gultom, L. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen Laktasi Dan
Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu (Pustu) Amplas Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist,
Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 12(1), 25–31.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v12i1.45
Haryono R, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Hunegnaw, M. T., Gezie, L. D., & Teferra, A. S. (2017). Exclusive breastfeeding and
associated factors among mothers in Gozamin district, northwest Ethiopia: A
community based cross-sectional study. International Breastfeeding Journal, 12(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s13006-017-0121-1
IDAI. (2013). ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi.
https://doi.org/https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-sebagai-pencegah-malnutrisi-
57
58
pada-bayi#:~:text=Setelah%20bulan%20pertama%20tanda%20kecukupan,seringkali
%20ASI%20menetes%20dengan%20spontan
Ikhsan, M. N. (2019). Dasar Ilmu Akupresur Dan Moksibasi. Bhimaristan Press.
indrawati & Dewi. (2016a). Care yourself stroke.
indrawati & Dewi. (2016b). Care yourself stroke and.
Isnaini. (2015). Hubungan Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah.
Jeongsug C, Young A H , Sukhee A , Soo L M, Hur, H. H. M. (2012). Effects of Oketani
Breast Massage on Breast Pain, the Breast Milk pH of Mothers, and the Sucking Speed
of Neonates. 18 No. 2. http://dx.doi.org/10.4069/kjwhn.2012.18.2.149
Kemenkes. (2019). Short Textbook of Preventive and Social Medicine.
https://doi.org/10.5005/jp/books/11257_5
Kemenkes RI. (2014). Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja Di Tempat Kerja.
KEMENKES RI.
Kemenkes RI. (2016). Health Statistics. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2018). Rencana Strategi Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.
Kemenkes RI. (2019). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33
TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP No. 33 ttg Pemberian ASI
Eksklusif.pdf
KEMENKES RI. (2015). Buku Saku 1 Petujuk Praktis Toga Dan Akupresur. KEMENKES RI.
Kurniyawan, E. H. (2016). Narrative Review: Terapi Komplementer Alternatif Akupresur
Dalam Menurukan Tekanan Nyeri. 11.
Lailatul Khabibah, M. M. (2019). PENGARUH TERAPI AKUPRESUR DAN PIJAT
OKSITOSIN TERHADAPPENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU
POSTPARTUMDI RSUDJOMBANG. 3(2549–8207).
Maharlouei, N., Pourhaghighi, MD; Amirhosein, P., ., Raeisi, H., Shahraki, & Zohoori4,
Dariush., MD; Kamran B, Lankarani, M. (2018). Factors Affecting Exclusive
Breastfeeding. International Journal Community Based Nurs Midwifery., 6(3), 260–271.
Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care.”
Mollart, L., & Leiser, B. (2013). Acupressure for the perinatal period. Women and Birth,
26(October), S43. https://doi.org/10.1016/j.wombi.2013.08.135
Muslihatun.W.N. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya.
Nasrabadi, M., Vahedian-Shahroodi, M., Esmaily, H., Tehrani, H., & Gholian-Aval, M.
(2019). Factors affecting Exclusive breastfeeding in the first six months of birth: An
59
Tanda tangan
(Responden)
62
.Nama (inisial) :
Umur : Tahun
Alamat :
Telepon/HP :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Suku :
Berilah tanda ceklist ( √ ) pada kolom, jika sesuai dengan jawaban, jika Ya skore = 2 dan jika
tidak skore= 1
63
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Bayi menghabiskan minimal 6 popok
tiap harinya ??
2. Bayi buang air besar secara rutin ??
3. Warna urin bayi berwarna putih
kekuningan ??
4. Feses bayi lembek ??
5. Bayi tidur nyenyak dan terlihat
mengantuk sepanjang waktu ??
6. Bayi tidak menderita penyakit
kuning, kulit dan matanya
berwarna kuning ??
7. Bayi tidak rewel setelah disusui ??
8. Bayi terlihat tertarik untuk
menyusu ??
9. Bayi terlihat rileks dan puas setelah
menyusu ??
10. Bayi terlihat sehat dan aktif ??
11. Bayi melepas sendiri mulutnya
dari payudara ibu setelah
menyusu ??
12. Bayi sering minta menyusu (setiap
2-3 jam sekali) sedikitnya 8 kali
sehari ??
13. Ibu mendengar bayi menelan ketika
menyusu ??
64
Lampiran 3 Lembar Observasi dan Intervensi harian tekanan di titik akupresur GB-21
LEMBAR OBSERVASI DAN INTERVENSI
HARIAN TEKANAN DI TITIK AKUPRESUR GB-21
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi
Siang
2. Pagi
Siang
3. Pagi
Siang
4. Pagi
Siang
65
6 CARA BEKERJA
9. Lakukan pemijatan pada titik akupresur dalam waktu 20-40 detik, 4-5
kali selama ± 5 menit.
10. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan keperawatan.
68
NIM :
DOSEN PEMBIMBING I :
Delia Anggani
Putri
70
Delia Anggani
Putri
71
Delia Anggani
Putri
72
Delia Anggani
Putri
75
76
77
Lampiran 6
Surat
Penelitian
78
79
C:-
Kata Kunci P AND I AND C hasil temuan : (bila diperlukan ada pembanding)
Kata Kunci P AND I AND C AND O AND QUASI EXPERIMENT hasil temuan
3. Analisa PICOT
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu PostSectio CaesareaDi Badan
Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah
Intervensi intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi
mengalami asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi
diberikan susu formula salama masa intervensi.
Comparasi -
80
Time Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dimulai dari tanggal 11 Mei sampai 17 Juni
2020.
4. AnalisaVra
1. Validitas
a. Jelaskan metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ?? digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperimental
one group pre-posttest design.
b. Berapa besar populasi dalam penelitian ?? 34 orang ibu post sectio caesarea di
307 2020. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (1) 305-313 Badan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
c. Jelaskan kriteria pemilihan sampel baik inklusi dan ekslusi ?? inklusi dalam
penelitian ini yaitu ibu post sectio caesarea, ibu dengan produksi ASI kurang
atau produksi ASI belum keluar, bersedia mengikuti penelitian, bayi tidak
diberikan susu formula selama pengembilan data, bayi sehat dengan nilai
APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima, ibu tidak mengalami
komplikasi post operasi, reflex hisap baik, rawat gabung, kondisi putting ibu
normal, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah selama dalam
masa intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi
mengalami asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi
diberikan susu formula salama masa intervensi. Eksklusi Selama dalam masa
81
intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, Bayi mengalami
asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, Rawat terpisah, Bayi diberikan
susu formula salama masa intervensi.
d. Bagaimana kriteria sampel ditetapkan? –
e. Berapa besar jumlah sampel? sampel dihitung dengan rumus feederer. Sampel
dalam penelitian ini adalah 34 orang ibu post sectio caesarea Badan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling
f. Jika terdapat dua kelompok apakah jumlah kelompok sama besar? jelaskan? ada
responden kelompok A dan kelompok B sebelum diberikan inform consent
peneliti memberikan penjelasan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi
tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian dan peran responden, kemudian
peneliti memberikan kesempatan pada responden tersebut untuk menentukan
bersedia atau tidaknya menjadi responden pada penelitian ini. Responden
bersedia diminta untuk menandatangani pernyataan/inform consent dan lembar
edukasi tujuan penelitian. Lembar infromed consent diberikan kepada responden
untuk ditandatangani setelah diberikan penjelasan prosedur penelitian,
keuntungan dan kerugian bagi responden serta manfaat dari penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi produksi
ASI yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh penelitisebelumnya
2. Reliabilitas
a. Apa hasil penelitian? Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan produksi ASI
sebelum dan setelah diberikan tekanan di titik akupresur Gb-12 (p value = 0,000). Simpulan,
pijat oketani lebih efektif untuk meningkat produksi ASI pada kelompok A ibu post sectio
caesarea dibandingkan kelompok B tekanan di titik akupresure Gb-21 dari indikator bayi.
b. Apa intervensi yang dilakukan? Jelaskan? melakukan kegiatan selama 5 hari dengan
intervensi selama 3 hari, tatap muka setiap hari 2 kali pagi dan sore, hari pertama dilakukan
82
pre-test menggunakan lembar observasi produksi ASI kemudian dilakukan intervensi pijat
oketani pada kelompok A dan intervensi tekanan pada titik akupresure GB-21 pada kelompok B
pada hari ke 2,3 dan ke 4 dengan total 8 kali pertemuan setelah itu pada hari ke 5 dilakukan
post test menggunakan lembar observasi produksi ASI.
c. Apakah intervensi dapat berjalan sesuai dengan hasil yang diharapkan? –
d. Berapa besar efek dari intervensi yang diberikan? –
e. Apakah intervensi yang dilakukan dalam artikel akan memperoleh hasil yang sama jika
intervensi penelitian diterapkan pada tatanan praktik? –
3. Aplikabilitas