Anda di halaman 1dari 98

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI

PEMBERIAN AKUPRESUR PADA TITIK


GB-21 TERHADAP KECUKUPAN ASI

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners

DELIA ANGGANI PUTRI


0432950921045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BEKASI, 2022
ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI
PEMBERIAN AKUPRESUR PADA TITIK
GB-21 TERHADAP KECUKUPAN ASI

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners

DELIA ANGGANI PUTRI


0432950921045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BEKASI, 2022
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar, jika dikemudian hari ditemukan
kesamaan dengan karya ilmiah milik orang lain saya bersedia menerima sanksi
akademik

Nama : Delia Anggani Putri


NIM : 0432950921045
Tanda tangan :

Tanggal : Rabu, 05 Oktober 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya ilmiah akhir dengan judul : “Analisa Keperarawatan Berbasis Bukti Pemberian
Akupresur Pada Titik GB-21 Terhadap Kecukupan ASI Bidan Katmi Tambun
Selatan”
“telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji

Bekasi, 30 Oktober 2022

Pembimbing

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan oleh


NAMA : Delia Anggani Putri
NIM : (0432950921045)
Program Studi : Profesi Ners
Judul Karya Ilmiah : “Analisa Keperarawatan Berbasis Bukti Pemberian
Akupresur Pada Titik GB-21 Terhadap Kecukupan ASI”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh.

Susunan Dewan Penguji

Ketua Penguji/Pembimbing Dr.Ns.Desrinah Harahap, M. (……......................…)


: Kep.,Sp.Kep.Mat

Penguji I : Ns.Hani Fauziah,M.kep (……......................…)

Penguji II : Ns. Fauziah H. Wada, M.Kep (……......................…)

Ditetapkan di : Bekasi
Tanggal : Rabu, 05 Oktober 2022

Ketua Jurusan Keperawatan Ka. Prodi Keperawatan

(Ns. Ashar Prima, S.Kep., M. Kep) (Ns. Meria Woro L, M.Kep., Sp., Kep. Kom)
Np : NP :

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Delia Anggani Putri


NIM : 0432950921045
Program : Profesi Keperawatan Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah AKhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKES Bani Saleh Bekasi Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: : “Analisa
Keperarawatan Berbasis Bukti Pemberian Akupresur Pada Titik GB-21
Terhadap Kecukupan ASI”beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan
hak bebas royalti noneksklusif ini STIKES Bani Saleh berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam Asuhan Keperawatan, merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demi pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Bekasi Pada Tanggal: 30 Oktober 2022


Yang Menyatakan

materai 10000

(Delia Anggani Putri)

iv
Delia Anggani Putri
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh
Jurusan Keperawatan Program Studi Profesi Ners
Karya Ilmiah Akhir, 2022
DELIA ANGGANI PUTRI

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI PEMBERIAN


AKUPRESUR PADA TITIK GB-21 TERHADAP KECUKUPAN ASI DI KLINIK
BIDAN KATMI TAMBUN SELATAN

Xv + 5 BAB + 71 Halaman + 8 Lampiran

ABSTRAK

Latar belakang: ASI merupakan adalah salah satu makan alami pertama untuk bayi lahir ,
dan diberikan selama 6 bulan , ASI merupakan salah satu berperan penting bagi kesehatan
ibu dan bayinya , tanpa adanya makanan ataupun jenis minuman lainnya yang ikut di berikan
pada bayi sehingga menyatakan ASI sebagai pelindung dari penyakit menular, dan ASI
sesuai kebutuhan untuk bayi. Dimana fungsi kekebalan usus yang belum matang, bayi
yang baru lahir rentan terhadap infeksi usus dan sistemik. Tujuan: untuk mengetahui
pengaruh akupresur GB-21. Metode: Desain penelitian quasi experiment. Penelitian ini
dilakukan pada 30 September- 04 Oktober 2022.Akupresur titik GB-21 dilakukan selama 10
menit. Populasi penelitian menggunakan seluruh pasien menyusui Responden penelitian
melibatkan 5 responden. 5 responden tersebut dilakukan intervensi. Instrumen penelitian ini
menggunakan kuesioner, Hasil: nilai kecukupan ASI sesudah di intevensi akupresur GB-21
sebesar 26 (kecukupan ASI sedang). Sedangkan nilai kecukupan ASI sebelum di intervensi
akupresur GB-21 sebesar 13 (kecukupan ASI kurang). Dapat disimpulkan bahwa pemberian
akupresur titik GB-21 dapat mempelacarkan ASI dan menrilexsasikan. Saran: peneliti
selanjutnya dapat menambah waktu intervensi akupresur titik GB-21 dalam dan responden
penelitian.

Kata kunci : Akupresur titik GB-21 , Kecukupan ASI


Delia Anggani Putri

Bani Saleh College of Health Sciences

Nursing Department Nursing Professional Study Program

Final Scientific Work, 2022

DELIA AGGANI PRINCESS

ANALYSIS OF EVIDENCE-BASED NURSING PRACTICE ADMINISTRATION OF


ACUPRESSUR AT POINT GB-21 TOWARDS ADEQUACY OF BREAST MIDDLE
AT TAMBUN SELATAN KATMI CLINIC

Xv + 5 CHAPTER + 71 Pages + 8 Attachments

ABSTRACT

Background: Breast milk is one of the first natural foods for babies to be born, and is given
for 6 months, breastfeeding is one of the important roles for the health of mothers and babies,
without any food or other types of drinks that are also given to babies so that they declare
breast milk as protection from infectious diseases, and breast milk as needed for infants.
Where gut immune function is immature, newborns are susceptible to both intestinal and
systemic infections. Purpose: to determine the effect of GB-21 acupressure. Method: quasi-
experimental research design. This study was conducted on September 30-October 04, 2022.
Acupressure of the GB-21 point was carried out for 10 minutes. The study population used all
breastfeeding patients. Research respondents involved 5 respondents. The 5 respondents
intervened. The instrument of this study used a questionnaire. Results: the value of breast
milk adequacy after the GB-21 acupressure intervention was 26 (moderate breast milk
adequacy). While the value of breast milk adequacy before the GB-21 acupressure
intervention was 13 (lack of breast milk adequacy). It can be concluded that giving GB-21
point acupressure can promote breast milk and relax it. Suggestion: further researchers can
increase the time of the GB-21 point acupressure intervention in and research respondents.

Keywords: GB-21 point acupressure, breast milk sufficiency

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Respon Responden..................................................................................................36


Tabel 4. 2 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 1...........................................38
Tabel 4. 3 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 2...........................................40
Tabel 4. 4 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 3...........................................42
Tabel 4. 5 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 4...........................................44
Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 5...........................................46
Tabel 4. 7 Lembar observasi dan intervensi harian tekanan di titik akupresur GB-21............48
Tabel 4. 8 Review Jurnal..........................................................................................................51
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar persetujuan


Lampiran 2 : Kuesioner penelitian kecukupan ASI pada bayi
Lampiran 3 : Lembar observasi dan intervensi harian tekanan di titik akupresur GB-21
Lampiran 4 : Lembar SOP massage teknik GB-21
Lampiran 5 : Lembar konsul KIA
Lampiran 6 : Surat penelitian
Lampiran 7 : Pencarian artikel pertama dan kritis jurnal
Lampiran 8 : Dokumentasi penelitian
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah Subhanahu Wata’ala karena atas
berkat dan karunia-Nya, sehingga penilis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir ini
dengan Judul : “Analisa Keperarawatan Berbasis Bukti Pemberian Akupresur Pada
Titik GB-21 Terhadap Kecukupan ASI”
Karya Tulis Ilmiah Akhir ini disusun untuk mendapatkan gelar profesi Ners di
STIKES BANI SALEH Bekasi. Penulis berharap hasil Analisis praktik berbasis bukti yang
terangkum dalam Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dapat memberikan kemajuan dalam
pelayanan, penelitian dan pendidikan keperawatan khususnya profesi
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, Karya Tulis
Ilmiah Akhir penyusunan ini terasa sangat sulit, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr.Ns.Desrinah Harahap, M. Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku dosen pembimbing Karya
Tulis Ilmiah yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan dan membimbing saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
2. Ns.Hani Fauziah,M.kep selaku dosen penguji pertama yang menyediakan waktu serta
masukan dan saran perbaikannya.
3. Ns.Fauziah H.Wada,M.Kep selaku dosen penguji kedua yang menyediakan waktu
serta masukan dan saran perbaikannya.
4. Ns. Ashar Prima, S.Kep., M. Kep selaku Ketua STIKes Bani Saleh Bekasi
5. Ns. Meria Woro L, M.Kep., Sp., Kep. Kom selaku Ka. Prodi Keperawatan
Ka. Prodi Keperawatan
6. Ns. Agus Setiawan, S.Kep Selaku kepala Ruangan Arimbi yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan saya pada saat dilahan praktik
7. Perawat ruangan yang telah membimbing dan mengarahkan saya pada saat dilahan
praktik
8. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral.
9. Sahabat yang telah banyak memberikan motivasi dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan.
Bekasi, 05 Oktober 2022
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................................................................iv
ABSTRAK.........................................................................................................................................v
ABSTRACT.........................................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2. Rumus Masalah............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................................................5
1.4.1 Manfaat teoritis.....................................................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktisi....................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................6
2.1. Konsep Air Susu Ibu (ASI)..........................................................................................................6
2.1.1. Pengertian ASI..........................................................................................................................6
2.1.2. Komposisi ASI..........................................................................................................................7
2.1.3. Jenis Air Susu Ibu Berdasarkan Waktu Produksi......................................................................7
2.1.4. Kandungan ASI.........................................................................................................................8
2.1.5. Masalah-masalah pada ibu menyusui.....................................................................................12
2.1.6. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dalam pemberian ASI eksklusif................19
2.1.7. Manfaat ASI............................................................................................................................19
2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI....................................................................21
2.1.9. Pengertian Kecukupan ASI.....................................................................................................23

vi
2.1.10. Tanda-tanda Kecukupan ASI................................................................................................23
2.2 Konsep Teori AKUPRESUR.....................................................................................................24
2.2.1. Definisi akupresur...................................................................................................................24
2.2.2. Komponen Dasar Akupresur..................................................................................................24
2.2.3. Kelebihan dan Manfaat Akupresur.........................................................................................25
2.2.4. Kondisi Yang perlu Diperhatikan Saat Memberikan Akupresur............................................25
2.2.5 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Tindakan Akupresur.....................................................25
2.2.6 Mekanisme Akupresur Untuk Memperlancar ASI..................................................................26
2.2.7 Konsep Teori Efetivitas Akupresur terhadap Produksi ASI....................................................27
2.3. Akupresur GB-21.......................................................................................................................29
2.3.1 Cara melakukan akupresur GB-21............................................................................................29
BAB 3 PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI.........................................................32
3.1 Ringkasan Jurnal Rujukan Utama...............................................................................................32
3.2 Ringkasan Kritisi Jurnal..............................................................................................................32
3.2.1. Validitas..................................................................................................................................32
3.2.2. Reliabitas.................................................................................................................................33
3.2.3. Aplikabilitas............................................................................................................................33
3.3 Rencana pelaksanaan praktik berbasis bukti...............................................................................34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................35
4.1. Hasil.............................................................................................................................................35
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti............................................................35
4.2 Karakteristik Responden.............................................................................................................35
4.2.1 Kriteria Responden...................................................................................................................35
4.2.2 Resume Responden..................................................................................................................36
4.2.3 Hasil Pelaksanaan Berbasis Bukti............................................................................................49
4.3 Pembahasan tentang akupresur titik Gb-21.................................................................................50
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................52
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................................52
5.2. Saran...........................................................................................................................................52
5.2.1. Bagi Mahasiswa..................................................................................................................52
5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan....................................................................................................52
5.2.3. Bagi Bidan Katmi...............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................53

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Healt Statistics (2016) dari data dunia terdapat jumlah 35,5% bayi
yang berusia 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. WHO menetap kan target pada
tahun 2025 sekurang-kurangnya 50% dari jumlah pemberian asi pada bayi dibawah usia
dari 6 bulan diberikan ASI eksklusif (World Health Organization, 2016). Sebagai
perbandingan dalam pemberian ASI eksklusif di India sudah mencapai target dari 50%
sebanyak 46%, sedangkan di Filipina dengan sebanyak 34% dari 50%, di negara Vietnam
sebanyak 27% dan di Myanmar sebanyak 24%, makah data menurut WHO di negara
Vietnam dan Myanmar masih kurang dari target 50% untuk pemberian ASI eksklusif
(World Health Organization, 2016).

Secara nasional cakupan bayi di Indonesia pada tahun 2019 mendapat ASI eksklusif
yaitu sebesar 67,74%, angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2019 yaitu
50% persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa
Tenggara Barat (86,26%), Jawa Barat (78,81%) sedangkan persentase terendah terdapat di
Provinsi Papu Barat (41,12%) terdapat empat provinsi yang belum mencapai target
Renstra tahun 2019, yaitu Gorontalo, Maluku, Papua, dan Papua Barat (Kemenkes, 2019) .

Sampai saat ini, pemberian ASI di Indonesia masih sangat rendah. Data Profil
Kesehatan Indonesia (2018) menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan ASI ekslusif
sampai 6 bulan sebanyak 35,73% (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan berdasarkan hasil
Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun 2017 bayi yang mendapatkan ASI
ekslusif di Yogyakarta sebanyak 74,90% dan bayi yang mendapat ASI ekslusif di
Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 82,62% (DIY, 2017).

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2016 yang mengacu pada
target renstra pada tahun 2016 yang sebesar 42% maka secara nasional cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54,0% telah mencapai target
(Kemenkes RI, 2016).

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan pendamping utama bagi bayi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pada bayi berusia 0-6 bulan sehingga asi juga dapat di lanjutkan selama
berusia 2 tahun (Rahayu, 2015). ASI dapat mengandung berbagai zat seperti protein , gizi,

1
2

vitamin, dan lain-lain yang sangat dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
untuk mengurangi angka kematian bayi terutama pada pemberian ASI satu jam pertama
setelah kelahiran, mengurangi insidensi maloklusi gigi, meningkatkan kecerdasan,
memberikan kekebalan dan meningkatkan ikatan antara ibu dan anak (Renityas, 2020).

Makanan yang paling baik untuk bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan
minimal pada 6 bulan pertama kehidupan. Dalam pemberian ASI masalah
ketidakcukupan ASI menjadi alasan utama seorang ibu untuk berhenti memberikan ASI
secara dini, kemudian ibu merasa tidak dapat memenuhi kebutuhan ASI karena
produksi ASI yang kurang dan mendukung kenaikan berat badan bayi yang adekuat,
sehingga menyusui menjadi hal yang dapat membuat stress pada ibu postpartum (S, 2013).

ASI merupakan nutrisi terbaik yang bisa meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Dalam periode awal kehidupan pemberian ASI pada bayi sangat penting, sehingga 6 bulan
pertama kehidupan bayi cukup diberi ASI eksklusif dengan tidak menambahkan atau
mengganti dengan makanan dan minuman lain. Pada masa nifas proses menyusui
dapat membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah pada ibu.
Pemerintah menetapkan kebijakan nasional tentang program pemberian ASI eksklusif
yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 33 Tahun
2012 (Republik Indonesia, 2012)

Pemberian ASI dilakukan selama enam bulan (pemberian ASI Eksklusif) yaitu
pemberian ASI saja tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes RI, 2015). Setelah enam
bulan, bayi mulai mendapat makan tambahan (Makanan Pendamping ASI/MP-ASI) dan
ASI tetap diberikan sampai bayi berusia dua tahun.Perjalanan panjang proses menyusui
ini akan menjadi rutinitas yang melelahkan bagi seorang ibu. Selain menyusui, ibu
juga mempunyai tugas dalam tumah tangga yang lain, seperti memasak, membersihkan
rumah, dan sebaginya. Tugas multi fungsi ini akan menyebabkan ibu merasa lelah dan
stress. Kelelahan dan stres yang dialami ibu akan mempengaruhi produksi ASI (Kemenkes
RI, 2018).

Komposisi yang terkandung dalam ASI sangat mengandung banyak manfaat, yaitu
sebagai nutrisi, hormon, kekebalan tubuh, faktor pertumbuhan, anti alergi dalam tubuh,
anti bodi serta anti inflamasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi. Manfaat
ASI sangat bagus untuk bagi bayi maupun untuk keuntungan bagi para ibu menyusui agar
3

dapat terhindar adanya pembengkaan di bagian payudara tidak dapat menimbulkan


terjadinya kanker payudarah (Lailatul Khabibah, 2019).

Manfaat pemberian ASI ini bagi ibu menyusui adalah untuk membantu
mempercepatnya Rahim ke seperti semula dan mengurangi terjadinya adanya pendarahan
bagi rahim, mengurahi pengularan untuk membelikan ASI formula akan tetapi sangat
lebih bagus menggunakan Asi ekslusif dan mengurangi pembayaran perawatan bayi di
rumah sakit, sehingga tidak akan terjadinya infeksi saat bayi yang menyusui, dan maanfaat
ASI bagi bayi adalah mengandung protein sehingga tidak adanya terjadinya alergi pada
bayi, dan ASI juga bebas dari kuman sehingga bayi dapat di minum secara langsung, ASI
juga dapat di cerna secara langsung melalui usus pada bayi, dan ASI mengandung banyak
kalium dan selium bagi melindungin gigi dari kerusakan (Gultom, 2018).

Faktor pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab
bayi tidak mendapatkan ASI dengan baik. Selain itu masalah nyeri yang dialami ibu saat
menyusui, kelelahan saat menysui, serta kekhawatiran ibu mengenai bentuk payudara
setelah menyusui. Faktor sosial budaya, kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan
dalam proses menyusui juga sangat berpengaruh terhadap proses pemberian ASI.
Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai produksi ASI dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu postpartum yang dapat menyebabkan kurangnya volume ASI
(Jeongsug C, Young A H , Sukhee A , Soo L M, Hur, 2012). Kecukupan produksi ASI
dipengaruhi oleh sekresi hormon prolaktin dan oksitosin. Sekresi kedua hormon ini
dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu. Ketika ibu mengalami ketegangan psikologis
(stress) maka akan menekan fungsi kerja hypothalamus, sehingga akan
menghambat sekresi hormon prolaktin dan oksitosin oleh kelenjar pituitary (Arumsari D
R, 2018). Dan ada pun tanda-tanda bayi cukup ASI.

Tanda-tanda bayi cukup ASI (Ambarwati & Wulandari, 2009: 29-30) antara lain:
jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali, warna seni biasanya tidak
berwarna kuning pucat, bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji, bayi kelihatan
puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup, bayi paling sedikit
menyusu 10 kali dalam 24 jam, payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui,
ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui, ibu dapat
mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI, dan bayi bertambah berat
badannya (Sajidah & Ramie, 2021).
4

Untuk mengatasi masalah pengeluaran ASI yang disebabkan oleh menurunnya


stimulasi hormon oksitosin yaitu dengan menyusui dini dijamjam pertama karena semakin
puting sering dihisap oleh mulut bayi, hormon yang dihasilkan semakin banyak, sehingga
susu yang keluarpun banyak. Selain itu bisa juga dilakukan pijat oksitosin. Tindakan
tersebut dapat membantu memaksimalkan produksi oksitosin, reseptor prolaktin dan
meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh bayi (Isnaini, 2015).

Akupresur adalah teknik pengobatan nonfarmakologi yang berkaitan erat dengan


akupunktur, dengan melakukan tekanan pada titik-titik tertentu dalam tubuh. Akupresur
dapat menghasilkan efek melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Akupresur diyakini
untuk melepaskan rasa sakit dan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi dan pelepasan
endorfin. Akupresur merupakan tindakan non invasif, mudah dilakukan, memiliki efek
samping yang minimal, dan mendekatkan hubungan terapeutik antara klien , bahwa
akupresur merupakan metode efektif dalam meningkatkan volume air susu ibu menyusui
(Nur Djanah, 2017). Selain teknin akupresur ada pun dengan cara (Rahayu R, 2015).
Acupressure points for lactationterutama pada bagian Gb-21 jian jing, titik ini terletak di
antara garis leher dan bahu juga bisa meningkatkan perasaan tenang pada ibu postpartum.
Acupressure points for lactationdapat membantu mengurangi rasa ketidaknyamanan
(Rahayu R, 2015).

1.2. Rumus Masalah


Berdasarkan uraian penulis dalam latar belakang tersebut maka rumusan masalah
dalam karya ilmiah akhir ini adalah pada pasien ibu yang sedang menyusui setalah
dilakukan akupresur titik GB-21 memiliki efek meningkatkan volume air susu ibu dan
pada mencukupkan pemberian ASI pada bayi sampai 6 bulan , ASI dapat mengandung
zat gizi dan malvitamin serta menambahkan vitamin-vitamin agar dapet terlindungi dari
penyakit manapun sehingga dapat banyak komposisi manfaat untuk ASI pada bayi dan
banyak tanda-tanda kecukupan ASI bagi bayi

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk pengaruh akupresur pada titik GB-21
terhadap kecukupan ASI pada ibu.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui karakteristik responden
5

2. Untuk mengindetifikasi akupresur titik GB-21


3. Untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien ibu menyusui
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penulisan karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagian perkembangan ilmu
pengetahuan keperawatan maternitas berdasarkan berbasis bukti mengenai pemberian
akupresur pada titik Gb-21 terhadap kecukupan ASI pada bayi.
1.4.2 Manfaat Praktisi
1.4.2.1 Bagi Perawat
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi perawat maternitas
dalam melakukan pijat oksitosin pada ibu postpartum saat ibu yang sedang bekerja.
1.4.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan pemberian informasi mengenai pemberian akupresur pada
titik Gb-21 terhadap kecukupan ASI pada bayi , sehingga dapat dijadikan salah satu
intervensi dalam membantu meningkatkan produksi ASI.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi terkait dengan pengaruh
pemberian oksitosin terhadap berhubungan dengan ibu bekerja dan menggunakan terapi
akupresur bagi Institusi pendidikan sebagai sumber referensi perpustakaan STIKES Bani
Saleh, Khususnya bagi mahasiswa yang sedang mengikuti mata ajar keperawatan maternitas.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1. Pengertian ASI
ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi baru lahir yang memberikan
energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi (Chowdhury et al., 2015), yang paling ideal untuk
kesehatan tubuh dan otak bayi (Anderson, L. 2019). Selain itu, ASI sebagai standar
emas untuk menyediakan nutrisi pelindung bagi bayi yang baru lahir. Walker (2010)
menyatakan ASI sebagai pelindung dari penyakit menular, dan ASI sesuai kebutuhan untuk
bayi. Dimana fungsi kekebalan usus yang belum matang, bayi yang baru lahir rentan
terhadap infeksi usus dan sistemik.
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi, baik melalui
payudara secara langsung ataupun menggunakan alat bantu, yang diberikan selama 6
bulan penuh, tanpa adanya makanan ataupun jenis minuman lainnya yang ikut
diberikan pada bayi, kecuali pemberian vitamin atau obat-obatan atas indikasi
pengobatan (Hunegnaw et al., 2017).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif berperan penting
bagi kesehatan ibu dan bayinya, dimana bayi yang disusui secara eksklusif, lebih kecil
kemungkinannya mengalami infeksi daripada bayi yang diberi susu formula (Maharlouei et
al., 2018). Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi dari payudara ibu.
WHO dan UNICEF merekomendasikan inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif diberikan
selama 6 bulan pertama kelahiran dan menyusui terus sampai usia 24 bulan (Sankar et al.,
2015).
Air Susu Ibu (ASI) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan mengandung semua
zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya. Air
Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan
tanpa menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes RI,
2019).
ASI merupakan adalah salah satu makan alami pertama untuk bayi lahir , dan
diberikan selama 6 bulan , ASI merupakan salah satu berperan penting bagi kesehatan ibu

6
7

dan bayinya , tanpa adanya makanan ataupun jenis minuman lainnya yang ikut di berikan
pada bayi sehingga menyatakan ASI sebagai pelindung dari penyakit menular, dan ASI
sesuai kebutuhan untuk bayi. Dimana fungsi kekebalan usus yang belum matang, bayi
yang baru lahir rentan terhadap infeksi usus dan sistemik.
2.1.2. Komposisi ASI

ASI merupakan larutan kompleks yang mengandung karbohidrat, lemak, dan


protein. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus laktosa akan
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi enzim laktase pada usus
halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya laktase terdapat dalam ASI.
Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi oleh flora
usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini akan menciptakan keadaan asam
dalam usus yang akan menekan pertumbuhan kuman patogen (kuman yang menyebabkan
penyakit) pada usus dan meningkatkan absorpsi (penyerapan) kalsium dan fosfor (IDAI,
2013).
2.1.3. Jenis Air Susu Ibu Berdasarkan Waktu Produksi
ASI diproduksi secara alami oleh wanita dan memberikan nutrisi dasar untuk
bayi selama beberapa bulan pertama kehidupan. ASI memiliki tiga jenis dengan
tahap yang berbeda yaitu kolostrum, ASI peralihan, dan ASI matur (american pregnancy
association, 2019).
1. Kolostrum
Kolostrum adalah jenis ASI tahap pertama.Ini terjadi selama kehamilan
dan berlangsung selama beberapa hari setelah kelahiran bayi.Warnanya
kekuningan atau berwarna krem. Ini juga jauh lebih kental daripada air susu
yang diproduksi selanjutnya. Kolostrum kaya akan protein, vitamin yang
larut dalam lemak, mineral, dan imunoglobulin. Imunoglobulinmerupakan
antibodi dari ibu ke bayi yang akan memberikan kekebalan pasif bagi
bayi yang dapat melindungi dari berbagai macam penyakit bakteri dan
virus. Dua sampai empat harisetelah kelahiran, kolostrum akan digantikan
oleh ASI transisi.
2. ASI Transisi
Kandungan kalori Susu transisi lebih banyak daripada kolostrum. Dalam susu
transisi termasuk lemak, laktosa, dan vitamin yang larut dalam air tingkat tinggi.
8

Susu transisi berlangsung selama kurang lebih dua minggu setelah keluarnya
kolostrum.

3. ASI Matur
Susu matur adalah susu akhir yang diproduksi. 90% adalah air, yang diperlukan
untuk menjaga bayi tetap terhidrasi.10% lainnya terdiri dari karbohidrat, protein,
dan lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan dan energi. Ada dua jenis
susu matang: (1) Fore milk: Susu jenis ini ditemukan selama awal menyusui
dan mengandung air, vitamin, dan protein. (2) Hind milk: Susu jenis ini
terjadi setelah pelepasan susu awal. Ini mengandung tingkat lemak yang
lebih tinggi dan diperlukan untuk penambahan berat badan. Kedua susu ini
penting untuk memastikan bahwa bayi menerima nutrisi yang cukup untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik.

2.1.4. Kandungan ASI


kandungan ASI menurut (Anik Maryunani, 2012)

1. Laktosa ( Karbohidrat)
Laktosa merupakan jenis karbohidrat utam dalam ASI yang berperan penting
sebagai sumber energi. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat
yang terdapat dalam ASI murni. Sebagai sumber penghasilan energy, sebagai
karbohidrat utama, meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang
tubuhnya,laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
atau gangguan kesehatan. Selain itu laktosa juga akan di olah menjadi glukosa
dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem saraf. Zat gizi ini
membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi.
Komposisi dalam ASI : Laktosa- 7 gr/100ml.
2. Lemak :
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi
utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi.berfungsi sebagai
penghasilan kalori/energi utama, menurunkan risiko penyakit jantung di usia
muda. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam
9

linoleat dan asam alda linolenat akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan
DHA.
1. Archidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA) adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal.
2. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbahan dan kecerdasan anak.
3. Disamping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat di bentuk/ disintesa dari
substansi pembentukan (precursor) yaitu masing-masing dari omega 3 (asam
linolenat) dan omega 6 ( asam linoleat).
4. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
5. AA dan DHA merupakan zat yang didapat dari perubahan omega3 dan
omega-6 .yang berfungsi untuk perkembangan otak janin dan bayi.

Lemak : 50% tinggi pada ASI prematur, asam lemak essensial. Komposisi
dalam ASI: Lemak- 3,7,-4,gr/100ml. Ciri-ciri khas ‘Lemak dalam ASI’ secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat


jumlahnya.
2. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini
terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan
akan berbeda dengan 10 menit kemudian.
3. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus
berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energy yang
diperlukan.
4. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena
mengandung enzim lipase.
5. Lemak dalam bentuk omega 3, omega 6, dan DHA yng sangat diperlukan
untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
6. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak
bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap
lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah kena diare.
10

7. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan
PASI yaitu : 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat
dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf
otak bayi.

3. Protein :
Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi. Komponen dasar
dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk strukur otak.
Protein dalam susu adalah whey dan casein/kasein.
1. ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi.
2. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi.
3. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35
4. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
5. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah
20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
6. Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein (yang perupakan
protein utama susu sapi).
Beberapa jenis asam aminon tertentu, yaitu sistin, taurin, triptofan, dan fenilalanin
merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingetan. Sistin dan taurin
merupakan dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi.
1. Sistin : diperlukan untuk pertumbuhan somatic.
2. Taurin : Neotransmitter yang baik untuk perkembangan otak anak
a. Taurin adalah sejenis asam aminon kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk
proses maturasi sel otak.
b. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Komposisi dalam ASI : Protein- 0,8-1,0gr/100ml.
Ciri-ciri khas ‘ Protein dala ASI’ secara rinci dapat di jelaskan sebagai
berikut :
11

1. Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI.


2. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein
didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu
protein unsur whey.
3. Perbandingan protein unsur whey dan casein adalam ASI adalah 80:40,
sedangkan dalam PASI 20:80.
4. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat
diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua, kali lebih
banyak protein yang sukar diabsorpsi
5. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan
defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya
makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.

4. Garam dan Mineral :

Asi mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative rendah,


tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi samapi berumur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap
dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh ibu diet ibu.

1. Zat besi : zat yang membantu pembentukan darah untuk menghindarkan


bayi dari penyakit kurang darah atau anemia.
2. Ferum : Fe rendah tapi mudah diserap.

Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagai besar


tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta
menganggu kesimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan
bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak
normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan
metabolism.

5. Vitamin :

ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. ASI mengandung


vitamin yang lengkap yang mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali
vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
Vitamin-vitamin tersebut, adalah Vitamin: ADEK antara lain:
12

1. Vitamin A : Vitamin yang sangat berguna bagi perkemabangan pelihatan


bayi.
2. Vitamin D
3. Vitamin E: terdapat terutama dalam kolostrum.
4. Vitamin K: berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah
terdapat ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Karena bayi
baru lahr ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Maka setelah lahir,
biasanya bayi diberikan tambahan vitamin K.

2.1.5. Masalah-masalah pada ibu menyusui


Masalah-masalah pada ibu menyusui menurut (Rena Yuli Astutik, 2014)

Masa Antenatal

Kurang/salah Informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih
baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI
kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada
saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi.

Putting susu datar atau terbenam (inversi putting)

Terjadi pada sekitar 10% wanita hamil. Putting yang kurang menguntungkan
seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih
dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal hasilnya kurang bisa
maksimal, misalnya dengan manipulasi Hoffman, menarik-menarik putting, atau
penggunaan breast shield dan breast shell. Hal yang paling efisien untuk
memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat dan adanya
keyakinan bahwa ibu dapat menyusui bayi dengan sukses seperti pada ibu yang
memiliki putting menonjol (Cadwell, 2011).

Masa Pascapersalinan Dini

Puting susu Lecet/Pecah-pecah

Saat menyusui, putting susu dapat mengalami lecet-lecet, retak, atau terbentuk
celah.biasanya keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lahir dengan
13

insiden sekitar 23% ibu primpara dan 31% ibu multipara. Masalah ini dapat hilang
dengan sendirinya jika ibu merawat payudara dengan baik dan teratur.

Pda keadaan ini, seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya
sakit. Penyebab putting susu lecet antara lain adalah sebagai berikut.

1. Posisi dan kelekatan bayi yang buruk pada payudara


2. Adanya pembengkakan sehingga pelekatan terganggu.
3. Penyebab fisiologis, missal bayi dengan lidah pendek atau ankiloglosia
(adanya malformasi yang membatasi pergerakan lidah), palatum tinggi, atau
ketidaksesuaian antara ukuran ukuran putting ibu dengan mulut bayi.
4. Menarik bayi dari payudara tanpa melonggarkan kuncian mulut bsyi pada
payudara ibu
5. Penggunaan zat yang dapat memicu reaksi kulit misalnya sabun,produk mandi
yang diberi pengharum, spray antiseptic.
6. Infeksi sariawan.
7. Memompa terlalu dengan pompa payudara.

Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah putting susu lecet atau nyeri dapat
dilakukan dengan cara sebagi berikut.
1. Olesi putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah menyusui. Hal ini
untuk mempercepat sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa perih
2. Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
3. Jangan membersihkan daerah areola dan putting susu dengan subuh, alkhol, dan
obat-obatan yang dapat merangsang kulit atau putting susu.
4. Cek bagaimana pelekatan ibu-bayi
5. Posisi menyusui hendaknya bervariasi untuk menghindari trauma yang terus-
menerus pada tempat yang sama.
6. Apakah terdapat infeksi candida (mulut bayi perlu dilihat), kulit merah,berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (fiaky).
7. Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara yang bener, yaitu
dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking ibu ke sudut mulut
bayi dan menekannya sampai lepas dari payudara.

Cara mengatasi putting lecet adalah sebagi berikut.


14

1. Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyusui dengan
memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu.
2. Biasakan untuk mengoleskan ASI sebelumnya menyusui untuk menghindari
putih pecah.
3. Hentikan sementara untuk menyusui pada payudara yang sakit dan menyusui
pada payudara yang tidak sakit.
4. Maka sesuai dengan pola makan yang sehat, konsumsi vitamin, C, dan tinggi
protein untuk membantu proses penyembuhan.
5. Lakukan proses menyusui dengantenang dan bernapas dalam-dalam sampai ASI
mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
6. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat putting susu yang sakit
dapat diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan dengan itu ASI dapat
dikeluarkan secara manual dan diberikan ke bayi dengan sendok.
7. Berikan analgesic jika perlu.

Payudara Bengkak

Harus dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI demham payudara
bengkak. Pada payudara penuh ada rasa berat pada payudara, panas dank eras. Bila
diperiksa, ASI keluar dan tidak ada demam. Sementara, pada payudara bengkak
atau payudara edema, ada rada sakit, putting kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, dan bila diperiksa atau diisap, ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah
24 jam. Hal ini terjadi antara lain karena produksi ASI meningkat, terlambat
menyusukan dini, pelekatan kurang baik, mungkin sering ASI dikeluarkan, dan
mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah agar payudara
tidak bengkak maka diperlukan:

1. Menyusui dini
2. Pelekatan yang baik
3. Menyusi on demand. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang
atau bayi tidak dapat menyusu, sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu.

Payudara yang bengkak dapat terjadi akibat hambatan aliran darah vena atau
saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini
timbul karena :
15

1. Produksi ASI yang berlebihan sementara kebutuhan bayi pada hari-hari pertama
setelah lahir masih sedikit.
2. Bayi menyusui secara terjadwal.
3. Bayi tidak menyusu dengan kuat
4. Posisi menyusui yang salah
5. Putting susu datar atau terbenam.
Cara mengatasi payudara bengkak adalah sebagai berikut.

1. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama lima
menit, lalu masase kea rah putting hingga payudara teraba lebih lemas dan ASI
keluar mulai putting.
2. Menyusui bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong.
3. Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak ke atas dan lepaskan tiba-
tiba.
4. Keluar ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi lunak dan putting susu
menonjol keluar. Hal ini akan mempermudah bayi mengisap.
5. Menyusui bayi lebih sering. Demikian juga pada malam hari, meskipun bayi harus
dibangunkan.

Saluran Susu Tersumbat

Kadaan ini dapat timbul akibat :

1. Tekanan jari pada waktu menyusui


2. Pemakaian penyokong payudara yang terlalu ketat
3. Adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi.

Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum
menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak.

Masitis atau Abses Payudara

Masitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak dan
kadang kala diikuti rasa nyeri, panas, serta suhu tubuh meningkat. Dalam payudara
terasa ada masa padat (lump) dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini
terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan karena:
16

1. Kurangnya ASI diisap/ dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif.


2. Kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.
3. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutamaa pada
bagian bawah payudara yang menggantung.
4. Adanya lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi
bakteri.

Masa Pasca persalinan Lanjut

Sindrom ASI Kurang

Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain sebagai berikut

1. Berat badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan.
2. Berat badan lahir dalam waktu dua minggu belum kembali.
3. Mengompol rata-rata kurang dari enam kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau,
dan berwarna kuning.

Ibu Yang Bekerja

Keadaan ini sudah dibahas pada bab sebelumnya.

Keadaan Khusus

1. Ibu melahirkan dengan bedah sesar pada beberapa persalinan kadang-kadang perlu
tindakan bedah sesar, misalnya panggul sempit, plasenta previa, dan lain-lain.
Persalinan dengan cara ini dapat menimbulkan masalah menyusul, baik terhadap
ibu maupun anak.
2. Ibu sakit
Pada umumnya, ibu sakit bukan alasan untuk menghentikan menyusui karena bayi
telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu.
Selain itu, ASI justru akan melindungi bayi dari penyakit. Ibu memerlukan bantuan
orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah tangga karena membutuhkan
istirahat yang cukup.
3. Ibu dengan HIV
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama menyusui WHO menyarankan
agar ibu hamil yang terinfeksi HIV harus mempertimbangkan pilihan pemberian
susu formula untuk bayinya. Demikian juga Depatement of Health
17

merekomendasikan bahwa wanita yang terinfeksi HIV tidak boleh menyusui bayi
(Cadwell, 2011).
4. Ibu yang memerlukan pengobatan
Seringkali ibu menghentikan penyusuan bila meminum obat-obatan karena takut
obat tersebut dapat mengganggu bayi. Kadar obat dalam ASI tergantung dari masa
paruh obat dan rasio obat dalam plasma dan ASI. Padahal kebanyakan obat hanya
sebagaian kecil yang dapat melalui ASI dan jarang berakibat kepada si bayi,
sehingga kita tidak dapat mengobati bayi dengan menyuruh ibu meminum obat
tersebut. Memang ada beberapa obat yang sebaiknya jangan diberikan kepada ibu
yang menyusui. Sebaiknya bila ibu memerlukan obat, pilihlah obat yang
mempunyai masa paruh obat pendek dan yang mempunyai rasio ASI-Plasma kecil
atau dicari obat alternative yang tidak berakibat kepada si bayi.
5. Ibu hamil
Kadang kala ibu sudah hamil lagi padahal bayinya masih menyusui. Dalam hal ini,
tidak ada bahaya baik untuk ibu maupun janinnya bila ibu meneruskan menyusi
bayinya, tetapi ibu harus makan lebih banyak lagi.

Pada Bayi

1. Bayi sering menangis


Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang sekitarnya.
Oleh karena itu, bila bayi sering menangis, perlu dicari sebabnya. Sebab bayi
menangis tidak selalu karena kurang ASI. Hal ini bisa disebabkan karena bayi
merasa tidak aman, sakit, basah.
2. Bayi bingung puting
Bingung putting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu.
Pertiwa ini terjadi karena mekanisme menyusu pada putting ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol.
3. Bayi premature dan bayi kecil (berat badan lahir rendah)
Bayi kecil, premature, atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai
masalah menyusui karena reflex mengisapnya masih relative lemah.
4. Bayi kuning (ikterik)
Kuning dini terjadi pada bayi usia antara 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering terjadi
dan lebih berat kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI cukup. Warna
18

kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia)


yang dapat terlihat pada kulit dan sclera (putih mata).
5. Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit dengan indikasi khusus tidak di
perbolehkan mendapatkan makanan per oral. Namun, apabila sudah diperbolehkan,
maka ASI harus terus diberikan bahkan pada penyakit-penyakit tertentu justru
harus diperbanyak yaitu minimal 12 kali dalam 24 jam, misalnya pada diare,
pneumonia, TBC, dan lain-lain. Bila bayi sudah dapat mengisap, maka ASI peras
dapat diberikan dengan cangkir dengan pipis nasogastric.
6. Bayi sumbing (celah palatum/langit-langit)
Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar.bila
sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) atau termasuk pallatum durum
( langit-langit keras), bayi dengan posisi tertentu masih dapat menyusui tanpa
kesulitan.
7. Bayi kembar
Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua makhluk
menyusui termasuk manusia sesuai kebutuhan pola pertumbuhan masing-masing.
Oleh karena itu, semua ibu tanpa kecuali sebenarnya sanggup menyusui bayi
kembar.

8. Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)


Keadaan seperti ini jarang terjadi, ayitu bayi mempunyai Lingual frenulum
(jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku
tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bunyi tidak dapat menjulurkan
lidahnya untuk “mengurut” putting dengan optimal.
9. Bayi yang memerlukan perawatan
19

Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu,
maka sebaiknya ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan jika
ada fasilitasnya. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, maka ibu dianjurkan
memerah ASI setiap tiga jam dan disimapan di dalam lemari es untuk kemudian
sehari sekali diantara ke rumah sakit di dalam termos es. Perlu diberikan tanda
pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar yang lebih dahulu
diperah dapat diberikan terlebih dahulu.

2.1.6. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dalam pemberian ASI
eksklusif
Menurut (Nasrabadi et al., 2019)
a. Melatih ibu hamil tentang pentingnya menyusui dan metode praktisnya.
b. Melatih para ayah tentang pentingnya menyusui dan kerugian pemberian susu
formula dan mendukung ibu selama kehamilan dan menyusui.
c. Membedakan antara keyakinan yang salah dan benar tentang menyusui
di setiap lingkungan dan berfokus pada pemberdayaan keyakinan yang benar
dan menghilangkan yang salah.
d. Mengenali orang-orang yang berpengaruh di lingkungan atau keluarga
seperti nenek atau teman dan melatih mereka menggunakan instruksi
yang tepat untuk mendukung ibu menyusui.
e. Melatih semua petugas kesehatan dengan keterampilan teoritis dan praktis
dalam menyusui.
f. .Menciptakan fasilitas untuk ibu yang berkerja terkait pemberian ASI
yang mudah (membuat ruang khusus untuk ibu di kantor, mewajibkan
perusahaan untuk bekerja sama dengan ibu untuk menggunakan jam libur
mereka dengan sempurna, dan mendapat cuti hamil setidaknya enam bulan).
g. Membangun tempat yang aman untuk menyusui di tempat umum
terutama di pusat perbelanjaan, stasiun, dan bandara.
h. Mempromosikan menyusui melalui media, iklan, dan media local

2.1.7. Manfaat ASI


ASI mengandung suplemen yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak, mudah
diolah dan berkhasiat, mencegah berbagai penyakit tak tertahankan, mengatur
keluarga teknik amenore laktasi), memantulkan ibu dan anak, dan sebagainya
(Muslihatun.W.N, 2010). Menyusui selama setengah tahun menurut beberapa bukti
20

logis memiliki manfaat besar bagi bayi, keluarga, dan negara. Berikut adalah
keuntungan menyusui :
1. Untuk Bayi

Pemberian ASI dapat membantu perkembangan anak dangan baik. Air Susu
Ibu (ASI) telah memberikan nutrisi total kepada anak, baik protein spesifik,
mineral, air, lemak, dan laktosa (Proverawati, A., & Rahmawati, 2010). ASI
memberikan setiap suplemen dan energy dari kelahiran primer yang biasanya
disebut kolostrum atau ASI keluar yang mengandung antibody
(Immunoglobin, lisozim, suplemen C3 dan C4, Antistaphyloccocus,
lactobacillus, vbifidus, loctoferrin) di mana antibodi mengisi sebagai
penangkal penyakit dan membuat anak lebih membumi jika disusui selama
setengah tahun (Sulistyawati.A., 2015). Selain itu, ASI juga dapat
meningkatkan pengetahuan anak karena mengandung omega 3 yang membuat
pikiran anak berkembang dan terbebas dari hasutan sehingga membuat anak
lebih cerdas dan terhindar dari bahaya sinapsis(Walyani, 2015). Beberapa
infeksi akan jarang muncul jika anak disusui termasuk kolik, SIDS, dermatitis,
dll. Saat memberikan ASI, stroke dan memeluk anak dengan sepenuh hati, ini
dapat diandalkan sebagai cara untuk mendidik anak dan memiliki pilihan
untuk memberikan keyakinan bahwa semuanya baik-baik saja sehingga
perasaan dan keduniawaian anak muda sangat terkontrol (Walyani, E. S.. &
Purwastuti, 2014). Air susu ibu dapat membantu menghisap, menelan, dan
bernafas, mencegah penyakit panas, dan memberikan kekebalan tubuh
(Wulandari, S. R., Handayani, 2011).

2. Untuk Ibu

Bagi ibu menyusui, pemberian ASI primer dapat dipercaya untuk mengenali
dirinya dari siklus kerja di mana melalui menyusui Rahim berkontraksi dengan
cepat dan memudahkan kematian kembali (menarik areola menciptakan
oksitosin kimia biasa yang akan membantu penarikan rahim) (Sulistyawati.A.,
2015). Terlebih lagi, pemberian ASI dapat menjadi metode kontrasepsi elektif
konservatif dimana ibu menyusui bayinya selama setengah tahun dapat
mengembalikan kematangan setelah persalinan dan interaksi yang kaya
sehingga dapat menunda penundaan berikutnya (Marmi, 2015). Ibu menyusui
21

akan lebih cepat menipis dimana lemak paha yang tadinya menumpuk akan
berpindah ke dalam ASI, bahkan menurut beberapa pemerikasaan, ibu
menyusi memiliki risiki lebih tinggi terkena penyakit rahim dan keganasan
serviks (Walyani, 2015).

3. Untuk Keluarga

Bagi keluarga, menyusui lebih murah, lebih sederhana, dan lebih tidak
berbahaya bagi ekosistem (Proverawati, A., & Rahmawati, 2010). ASI dalam
segala hal sempurna dan terbebas dari serangga yang dapat menyebabkan
penyakit padat pada anak dengan kandungan ASI berarti membuat keluarga
hemat dalam perawatan edis dan terbebas dari anak sakit. Susu dada juga tidak
perlu repot dengan kesiapan yang luar biasa dan mudah saat bepergian, tidak
ada alasan kuat untuk membawa susu, air bersuhu tinggi, dan sebagainya,
sehingga diangap wajar (Walyani, 2015).

4. Untuk Masyarakat dan Negara

Selain bayi, ibu dan keluarga, menyusui juga bermanfaat bagi masyarakat dan
negara, dengan ibu menyusui anaknya selama setengah tahun anak akan sehat
dan membuat bangsa menjadi lebih baik dan juga akan berdampak pada
penyelamatan wilayah kesejahteraan. Melalui menyusui, suatu bangsa akan
menyelamatkan simpanan perdagangan asing karena tidak harus menerima
resep susu dan kesiapan peralatan lain yang diidentikkan dengan menyusui
lebih cerdas untuk diberikan (Walyani, 2015). Selain itu, ASI juga dapat
meningkatkan kontaminasi hidup dengan mengurangi kematian bayi karena
terjaminnya nutrisi yang tepat, dalam ASI saat ini memberikan nutrisi yang
baik yang dapat melindungi anak dari penyakit. Sifat negara yang terdepan
dimana anak-anak yang disusui dapat terus berkembang secara ideal (Marmi,
2015).

2.1.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI


Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi pada kelenjar
payudara (Haryono R, 2014). Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi
ASI antara lain
1. Frekuensi penyusuanPenyusuan direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari
pada periode awal setelah melahirkan.Frekuensi penyusuan ini berkaitan
22

dengan kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara (Nugroho,


2011).
2. Berat lahir Berat lahir bayi berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap,
frekuensi dan lamanya penyusuan yang kemudian akan mempengaruhi
stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI
(Nugroho, 2011).
3. Umur kehamilan saat melahirkan Bayi lahir prematursangat lemah dan
tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir tidak prematur. Kemampuan mengisap yang
lemah pada bayi prematur disebabkan berat badan yang rendah dan
belum sempurnanya fungsi organ (Nugroho, 2011).
4. Stress dan penyakit akut Pengeluaran ASI akan berlangsung baik apabila ibu
merasa rileks dan nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stres akan
mengganggu proses laktasi karena produksi ASI terhambat. Penyakit
infeksi kronik dan akut dapat mempengaruhi produksi ASI (Nugroho,
2011).
5. Konsumsi alkohol Minuman alkohol dengan dosis rendah dapat membuat ibu
rileks sehingga membantu pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin (Nugroho, 2011).
6. Konsumsi rokok Konsumsi Rokok dapat menstimulus pelepasan
adrenalin sehingga menghambat pelepasan oksitosin. Dengan demikian
volume ASI akan berkurang karena kerja hormon prolaktin dan hormon
oksitosin terganggu (Nugroho, 2011).
7. Pil kontrasepsi Pil kontrasepsi dengan kandungan kombinasi estrogen dan
progestin apabila dikonsumsi oleh ibu menyusui akan menurunkan volume
dan durasi ASI, namun apabila pil kontrasepsi hanya mengandung
progestin saja makan tidak akan mengganggu volume ASI (Nugroho, 2011).
8. Makanan ibu Pada masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang dikonsumsi
dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuh yang
digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energidalam
proses menyusui. Sehingga apabila kekurangan gizi pada ibu hamil akan
berakibat kurangnya jumlah ASI dan produksi ASI berhenti. (Haryono R,
2014).
23

9. Dukungan suami dan keluarga lain Dukungan suami dan keluarga akan
membuat perasaan ibu menjadi bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih
menyayangi bayinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran
ASI lebih banyak (Haryono R, 2014).
10. Perawatan payudara Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan
masuk 7-8 bulan. Payudara yang terawat baik akan mempengaruhi produksi
ASI lebih banyak sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Perawatan payudara yang baik juga akan membuat puting tidak mudah lecet
ketika diisap bayi (Haryono R, 2014).
11. Jenis persalinan Ibu Dengan persalinan normal dapat segera menyusui bayinya
setelah melahirkan.Pada hari pertama persalinan normal ASI sudah
keluar.Sedangkan pada persalinan sectio caesaria(sesar) seringkali ibu merasa
kesulitan menyusui segera setelah lahir, terutama pada ibu yang diberikan
anestesi (bius) umum. Ibu tidak bisa menyusui bayinya pada satu jam
pertama setelah melahirkan. Kondisi luka operasi juga dapat menghambat
proses menyusui (Haryono R, 2014).
12. Rawat gabung Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan
meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI lebih sering
sehingga timbul refleks oksitosin yang akan merangsang refleks prolaktin
untuk memproduksi ASI kembali. Selain itu refleks oksitosin juga akan
membantu proses fisiologis involusi rahim yaitu proses pengembalian
ukuran rahim seperti sebelum hamil (Haryono R, 2014).

2.1.9. Pengertian Kecukupan ASI


Kecukupan ASI adalah pemberian ASI pada bayi secara optimal untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi, sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup dan berperan dalam meningkatkan pertumbahan dan perkembangan bayi
(Setyowati, 2018).

2.1.10. Tanda-tanda Kecukupan ASI


Tanda-tanda kecukupan ASI antara lain (Setyowati, 2018):

a. Kebutuhan eliminasi :
1) Bayi menghabiskan minimal 6 popok tiap harinya
2) Bayi buang air besar secara rutin.
3) Warna urin bayi berwarna putih kekuningan.
24

4) Feses bayi lembek.


b. Kebutuhan aktivitas dan istirahat
Bayi tidur nyenyak dan terlihat ngantuk sepanjang waktu
c. Patologi
Bayi tidak menderita penyakit kuning kulit dan matanya berwarna kuning.
d. Ekspresi bayi
1) Bayi tidak rewel setelah disusui
2) Bayi terlihat tertarik untuk menyusui.
3) Bayi terlihat rileks dan puas setelah menyusu.
4) Bayi terlihat sehat dan aktif.
e. Reflek bayi
1) Bayi melepas sendiri mulutnya dari payudara ibu setelah menyusu
2) Bayi sering minta menyusu (setiap 2-3 jam sekali) sedikitnya 8 kali
sehari
3) Ibu mendengar bayi menelan ketika menyusu
2.2 Konsep Teori AKUPRESUR
2.2.1. Definisi akupresur
Pijat titik tekanan adalah ilmu memperbaiki dai Cina yang telah dikenal cukup
lama. Pengerjaan dan ilmu ini disesuaikan dan bersumber dari pelajaran Taoisme
(Zakiyah, 2015). Pijat titik tekanan umumnya sebagai berikut pijat titik tekanan berasal
dari bahasa Yunani acus pentingnya jarum dan faktor penekanan berarti tekanan.
Dalam bahas Inggris, ubah pijat titik tenanan r menjadi tekanan. Meskipun dalam pijat
titik tekanan Cina memiliki tiga kata awal, khususnya zhen menyiratkan jarum, yab
menyiratkan aksentuasi dan fa menyiratkan stategi. Setelah itu kata-kata tersebut
disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi pressure point massage atau tusukan
jari (Ikhsan, 2019).

2.2.2. Komponen Dasar Akupresur


Pijat titik tekanan memiliki tiga bagian penting di mana sistem pijat titik tekanan
bekerja, segmen dasar dikenal sebagian :
1. Ci sie (energy penting dan darah)
Berikut adalah materi kehidupan yang dibingkai oleh orang-orang kita (turun
temurun) dan dipengaruhi oleh kondisi ekologis (indrawati & Dewi, 2016a).
2. Meridian
Meridian adalah saluran dan orgnisasi jalur energy penting yang menghubungkan
tubuh yang tertinggal satu sama lain seperti organ dan jaringan tubuh satu sama
lain sehingga menjadi kerangka penyebaran energy yang disatukan dalam tubuh
(indrawati & Dewi, 2016).
25

3. Titik gosok punggung


Dalam kerangka meridian, ada titik tekanan pijat yang berfokus di sepanjang
saluran. Titik gosok punggung ini mengumpulkan energy penting, melalui titik
gosok punggung akan terjadi perbaikan. Titik gosok punggung ini dipisahkan
menjadi tiga, yaitu focus pijat titik tekanan luas yang terdapat di sepanjang saluran
meridian, focus pijat titik tekanan luar biasa yang dipertanyakan fokusnya I
sepanjang atau di luar jalur titik meridian, yang terkhir adalah titik masalah adalah
titik yang berada di ruang menghadapi indikasi atau keluhan(indrawati & Dewi,
2016; Sukantan, 2010).

2.2.3. Kelebihan dan Manfaat Akupresur


Terapi akupresur memiliki kelebihan yang sangat bervariasi dimulai dari fungsi
titiik pijat yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memberi rangsangan
penyembuhan. Selain hal tersebut kelebihan lain akupresur adalah terapi yang efektif
yang semua orang dapat melakukan sendiri dirumah, dapat dilakukan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan diri (indrawati, L., Sari, W., & Dewi, 2016).
Selalin kelebihan akupresur, akupresur juga memiliki manfaat yaitu dapat bermanfaat
untuk pencegahan penyakit, penyembuhan, rehabilitasi (pemulihan), serta meningkatkan
daya tahan tubuh (Setyowati, n.d.2018). Dalam beberapa kasus akupresur juga sering
digunakan sebagai pertolongan pertama sebelum dokter datang dan pasien dikirim
kerumah sakit (indrawati & Dewi, 2016).

2.2.4. Kondisi Yang perlu Diperhatikan Saat Memberikan Akupresur


Kondisi tertentu ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai sebelum melakukan
akupresur dan diharapkan pasien berkonsultasi terlebih dahulu. Kondisi yang perlu di
perhatikan saat melakukan akupresur meliputi (Dahlan, 2015; KEMENKES RI, 2015;
Nies & Mcewen, 2018) :
1. Adanya gangguan pembekuan darah atau kasus gawat darurat atau sedang
menggunakan obat pengencer darah
2. Kasus yang memerlukan operasi seperti tumar ganas
3. Kehamilan dibawah usia kehamilan 3 bulan, terutama pada bagian abdomen
bawah sangat rentan. Setelah lebih dari 3 bulan, bagian yang rentan adalah
abdomen atas, daerah lumbosacral (daerah pinggang), daerah atau titik yag dapat
menyebabkan rangsangan, dan usia kehamilan 3 bulan akhir.
4. Terlalu dapat atau terlalu kenyang
26

5. Emosi yang labil


6. Tubuh sangat lemah

2.2.5 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Tindakan Akupresur


Pelaksanaan perawatan pijat titik tekan ada beberapa hal yang harus dipikirkan,
misalnya.
1. Kondisi ruangan dengan suhu yang tidak terlalu panas atau dingin, aliran udara
yang lancar dan alami, serta kantor atau rangka yang bersih dan pencahayaan yang
cukup terang
2. Keadaan pelanggan sendiri dapat berdiri atau duduk sesuai indikasi pelipur lara
pelanggaan pasien harus longgar dan posisi bebas dan harus setuju untuk
melakukan gosok
3. Selama menggosok punggung harus ada korespondensi dengan pelanggan,
korespondensi adalah perhatian dan simpatik. Sikap menggosok punggung harus
secara konsisten menjaga batasan keadilan dan perilaku tidak etis
4. Daya gosok punggung yang digunakan tidak boleh berlebihan, dimulai dengan
rumit jika pelanggan perlu menambah tenaga baru, menambah staf gosok (Ikhsan,
2019; KEMENKES RI, 2015).

2.2.6 Mekanisme Akupresur Untuk Memperlancar ASI


Memijat titik tekan, penting untuk memiliki metode gosok punggung agar
pelanggan terlihat nyaman dan tidak tersiksa. Berbagai spekulasi yang berbeda
mendasari sistem pijat titik tekanan di mana dibuat oleh pijat titik tekanan
menggabungkan dua hipotesis, khususnya hipotesis endorfin, khususnya kedatangan zat
yang dapat meredakan rasa sakit dan yang kedua adalah hipotesis kekebalan. Dimana
hipotesis kebal ini dapat membangun perlindungan tubuh dari infeksi (Kemenkes RI,
2014).
Ada beberapa cara untuk melakukan gosok yang berhubungan dengan penekanan
titik pijat, yaitu dengan meremasnya dengan lembut, lembut, dan keras. Pendekatan lain
untuk melakukan pijat titik tekan gosok punggung dapat menggunakan tangan, ketan,
bahan kasar, moksa api yang dibakar dan dibawa di dekat daerah sensitive. Teknik ini
dapat diulang beberapa kali. Mengoleskan minyak pada tubuh sebelum digosok
merupakan salah satu upaya untuk memberikan ketenangan pada pasien agar tidak
timbul kerutan pada kulit (Setyowati, 2018; Sukantan, 2010).
27

Titik tekan pijat uleni selesai di meridian tempat-tempat tubuh yang membutuhkan
papan, penada titik tekanan pijat yang tepat menggosok para eksekutif adalah awal dari
kelezatan. Prosedur pijat titik tekanan itu sendiri terbantung pada panjang organisasi dan
jumlah faktor tekanan dipisahkan menjadi 2 untuk lebih spesifik:

1. Prosedur energizer utama adalah membangun secara umum disinggung sebagai :


“Bahwa”, prosedur “Yang” dilakukan dengan 30 gosokan punggung di setiap titik
meridian. Metode “Yang” harus dimungkinkan dengan memutar aja pun kecuali
searah jarum jam dan dapay diatur, suksesi dimulai dari arah sumber bahan bakar
sepanjang (nomor titik meridian kecil) di titik meridian.
2. Metode energizer pelemah berikut ini disebut “Yin”.
Metode “Yin” biasanya dilakukan dengan menguleni lebih dari beberapa kali, sering
kali sekitar 50 gosokan punggung di setiap titik meridian. Jika gosok punggung
diputar, prosedur ini akan berbalik melawan arah jarum, jika selesai dengan strategi
gosok punggung melawan laju energy (dari tanda tengah angka terbesar ke kuantitas
titik meridian kecil) (Nies & Mcewen, 2018; Sukantan, 2010).
Penentuan fokus meridian sangat penting, di mana penekanan diatur untuk mengatasi
keluhan, terutama pada ibu pasca kehamilan untuk bekerja dengan susu. Pemijatan
titik tekan sering menggunakan jari namun ada juga yang menggunakan alat dengan
benda tumpul seperti kayu, logam, plastik, tanduk, dll (Kemenkes RI, 2014).
Pelaksanaan gosok pijat titik tekanan adalah sebagai berikut :
1. Lepas dalam interaksi ini diakhiri dengan menggosok tengkuk, bahu, lengan bahu
tangan, perut, paha, kaki dengan jari dan telapak tangan beberapa kali.
2. Putuskan sorot meridian akan dipijat
3. Aksentuasi atau gosok punggung, setiap titik meridian diremas atau tekanan
sebanyak 20 sampai beberapa kali faktor pengepresan. Setiap aksentuasi atau
gosokan punggung menggunakan kekuatan faktor penekanan yang memadai dan
nantinya dapat diubah sesuai keinginan pelanggan. Gosok punggung ini sebaiknya
dilakukan 1-2 kali setiap hari (Kemenkes RI, 2014; KEMENKES RI, 2015).
Alesan pemijatan titik tekanan adalah untuk menghaluskan meridian qi dalam tubuh
manusia. Produksi ASI pada ibu pasca kehamilan dapat dihaluskan dengan
menentukan area titik fokus pijatan. Lakukan pemijatan titik tekanan uleni dengan
gosokan punggung ringan ke arah memutar dada ke luar dengan fokus meridian ST
28

15, ST, 16, ST 18 CV 17, ST 36 SI 1, dan pada titik meridian SP 18 faktor


penekanan meridian diperkuat.

2.2.7 Konsep Teori Efetivitas Akupresur terhadap Produksi ASI


Air Susu Ibu (ASI) atau ASI adalah makanan normal yang luar biasa untuk bayi.
ASI mengandung kebutuhan energy, zat resisten, dan suplemen yang akan dibutuhkan
bayi selama setengah tahun pertama (Marmi, 2015). Selama masa laktasi ibu, ada
banyak pencegahan positif yang akan dapat dilakukan oleh buruk, rangsangan areola
yang kurang, penggunan obat-obatan farmakologis agar menyusui lancar, dan beberapa
lebih (Susanto, 2018).
Selama siklus laktasi, sebenarnya banyak hal yang dapat memicu terjadinya interaksi
pengeluaran ASI, misalnya rangsangan kulit anak dan strategi pelapasan yang
dilakukan oleh ibu. Aksentuasi pada meridian pijat payudara dan titik tekan yang
berfokus pada pembuatan susu dapat dimanfaatkan tanpa batas. Kehadiran dorongan
yang mempengaruhi bahan kimia prolactin dan oksitosin akan meningkatkan produksi
susu. Ketika ada rangsangan melalui penekanan titik fokus meridian pijat, maka akan
membangun interaksi pengaturan susu dimana progesterone kimia akan menjiwai
proyeksi dan alveolus. Selain zat kimia tersebut, zat kimia estrogen akan berperan
dalam membuka saluran pada organ payudara untuk memperbesar dan menggerakkan
hipofisis utama untuk mengeluarkan ASI (Carrey, 2016). Dengan adanya insentif dari
titik pijat titik tekanan, siklus kimia oksitosin akan masuk ke pembuluh darah di organ
payudara dan menyebabkan penarikan di sel mioepitel dan susu akan dikirim dari
alveoli ke saluran alveolar dan dihisap oleh anak (Fairus, 2011).
Berdasarkan eksplorasi Chandra Sulistyorini, dkk dalam penelitiannya pada tahun 2020
menyatakan bahwa ibu yang berada tahap pasca kehamilan akan mengalami
kelemahan, perubahan pekerjaan, perubahan temperamen seperti kepahitan dan
ketegangan. Pada masa ini ibu akan mengalami tekanan dan ketegangan, sistem
sensorik yang bekerja adalah sistem sensorik yang bijaksana, sedangkan saat ibu
merasa kendor, saraf yang bekerja adalah sistem sensorik parasimpatis. Dalam
pemeriksaan ini dinyatakan bahwa tanda-tanda pijat titik tekan dapat menyampaikan
pesan yang nantinya dapat mengatur sistem sensorik atau penyampaian senyawa
sintetik, misalnya endorfin sehingga dapat menurunkan ketegangan dan stress pada ibu
pasca kehamilan (Sulistyorini Chandra , Desy Ayu Wardani, 2020).
29

Sesuai penelitian Dwi Rahayu, dkk, pada tahun 2015 yang mengarahkan
penelitian eksplorasi pada ibu pasca hamil primipara dimana selama periode panjang
utama mengandung anak ibu dipaksa oleh pembuatan ASI. Sehingga dia tidak
memberikan ASI kepada ibu, anak. Ketika seorang ibu menjalani interaksi menyusui, ia
membutuhkan wawasan dari orang lain dan tenaga kesehatan sebagai pemasok data.
Dimana para ibu yang sangat terbantu saat menyusui. Dalam pemeriksaan ini juga
dijelaskan bahwa ibu yang diberi perawatan pijat titik tekan dengan fokus meridian
bekerja dengan produksi ASI sangat mempengaruhi ibu menyusui, ibu menyusui yang
diberi perawatan pijat titik tekan dengan fokus meridian bekerja dengan produksi ASI
sangat mempengaruhi ibu menyusui, ibu menyusui yang diberi perawatan pijat titik
tekan merasa lebih longgar, nyaman, dan dibuat nyaman, dan dibuat nyaman. Kepastian
bahwa ibu dapat mengatasi kelainan. Pembuatan ASI (Rahayu R, 2015).
Menurut Enggal Hadi Kurniyawan, pada tahun 2016 penelitian ini menjelaskan
bahwa prosedur perawatan pijat titik tekan sangat efektif dan memiliki banyak manfaat
untuk kesehatan tubuh. Pijat titik tekanan pijat punggung akan menyesuaikan
perkembangan qi tubuh di mana ia dapat memperbaiki penyakit pelanggan.
Pekembangan energy qi tubuh akan disesuaikan dan dapat meningkatkan daya tahan
dan kesehatan tubuh sehingga terhindar dari berbagai penyakit (Kurniyawan, 2016).
Terlepas dari pemeriksaan tersebut, Rifatun Nisa, dkk, memimpin pemeriksaan
pada tahun 2020. Dijelaskan bahwa ketika melakukan perawatan pijat titik tekanan,
terutama penekanan pada tujuan meridian dalam bekerja dengan ASI, ia memiliki opsi
untuk mengalahkan produksi ASI. Setelah aktivitas pemijatan titik tekan selesai, juga
memberikan efek yang berbeda, misalnya menumbuhkan keinginan ibu untuk memiliki
pilihan memberikan ASI kepada anaknya dan menunjukkan bahwa ibu perlu melatih
perawatan titik tekan secara mandiri (Nisa et al., 2020). Kegiatan pijat titik penekan ini
akan menjadi jawaban untuk membantu para ibu dengan meningkatkan reseptor
prolactin dan oksitosin. Selain dapat meningkatkan produksi ASI, pijat titik tekan juga
dapat membatasi gejala penundaan menyusui, seperti payudara yang membesar
(Dahlan, 2015).
2.3. Akupresur GB-21
Akupresur adalah salah satu jenis terapi tradisional dari Tiongkok yang didasarkan
pada tekanan pada spesifik titik akupuntur dalam tubuh yang mengarah pada keseimbangan
energi dalam tubuh, tetapi mekanismenya dalam menyusui tidak diketahui (Bolman et
30

al., 2013). Kupresur umumnya digunakan di dalam ilmu kandungan atau kebidanan.
Akupresur ini menggunakan tangan untuk menekan beberapa titik akupunktur pada
tubuh. Akupresur mungkin dapat memulihkan dan menyeimbangkan energi tubuh untuk
meningkatkan fungsi tubuh. Berdasarkan perspektif medis, akupresur mampu merangsang
pelepasan endorphin, memblokir reseptor rasa sakit dan menstimulasi pelepasan
oksitosin (Mollart & Leiser, 2013). Itu juga dapat mempengaruhi produksi prolaktin menjadi
meningkatkan produksi ASI (Raras et al., 2016).
2.3.1 Cara melakukan akupresur GB-21
Cara lain untuk merangsang sekresi hormon lactogen selain pijatan adalah
untuk memberi tekanan (stimulasi) pada titik akupresur JianjingGB-21(Kantung
Empedu 21).Hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok responden yang diberikan
intervensi tekanan di Jianjing GB-21titik akupresur (Empedu 21) ada peningkatan tingkat
oksitosin rata –rata 0,165 pada hari kesembilan (pada hari pertama tingkat hormon
oksitosin rata-rata adalah 1,53). Titik akupresur jianjingGB-21bisa jadi digunakan
untuk meningkatkan refleks let down.

Tekanan pada akupresur Jianjing GB-21titik adalah salah satu bagian dari teknik
titik akupresur untuk laktasi dengan pendekatan pengobatan tradisional Tiongkok.Titik
akupresur untuk teknik laktasi adalah satu solusi untuk mengatasi ketidakefisienan
produksi ASI (Anamed, 2012 di Rahayu, 2015).Teknik ini bisa membantu
memaksimalkan reseptor prolaktin dan oksitosin dan meminimalkan efek samping dari
keterlambatan menyusui oleh bayi (Evariny, 2008 di Rahayu, 2015).

Didukung oleh teori kontrol gerbang yang menjelaskan stimulasi pada titik
akupresur pada jalur meridian dan diteruskan oleh saraf A-Beta berdiameter besar ke
saraf tulang belakang yang kemudian di sumsum tulang belakang ada zat gelatinosa
bertindak sebagai kontrol gerbang sebelum diteruskan oleh saraf aferen menuju sel
transmisi, yang kemudian disalurkan ke sistem saraf pusat dengan mengurangi rasa tidak
nyaman (Hakam, Krisna & Tutik, 2009 dalam Rahayuet al., 2015). Tekanan dilakukan di
titik akupresur bisa membuat rileks dan dapat menyebabkan relaksasi otot tubuh (Gach,
1990; Hongzhu, 2002 di Rahayuet al., 2015).Kondisi akan menyebabkan rasa nyaman
yang akan berdampak positif pada perasaan sehingga menjadi tenang, nyaman, santai
dan mengurangi stres.Gach, 1990 di Rahayu et al,2015 menjelaskan tekanan akupresur
akan merangsang peningkatan morfin alami tubuh, yaitu endorphin.
31

Penurunan CRF akan diikuti oleh penurunan ACTH dan medula adrenal akan
merespons dengan menurun sekresi katekolamin, kemudian perifer resistensidan curah
jantung akan menurun(Putra, 2005 di Jakarta) Rahayu, et al 2015). Kondisi relaksasi
dialami oleh ibu akan meningkatkan kenyamanan sehingga memicu refleks let down dan
meningkatkan kadar prolaktin dan hormon oksitosin (Rahayu, et al, 2015).

Morhenn,et al.,2012 menjelaskanpijatan dapat mengurangi 6% hormone stres, yaitu,


Adrenocorticotrophin hormone (ACTH). Titik akupresur untuk laktasi adalah tindakan
yang dapat merangsang produksi hormone prolactin dari otak (Rahayuet
al.,2015).Titik yang merupakan laktasi acupointtermasuk ST 17 (Ruzhong), ST 18
(Rugen), dan Jianjing GB-21.Melakukan tekanan di acupointtersebut bertujuan untuk
meningkatkan produksi hormone prolactin dan hormon oksitosin.
BAB 3
PRAKTIK KEPERAWATAN BERBASIS BUKTI

3.1 Ringkasan Jurnal Rujukan Utama


Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Putri Permata Sari (2020) yang berjudul
“Pijat Oketani dan Tekanan di Titik Akupresur GB-21 terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Sectio Caesarea” yang diterbitkan oleh Jurnal Keperawatan Simpari volume 4, Nomor 1 ,
halaman 1-12 pada bulan Desember 2020, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan rancangan penelitian quasi eksperimental one group pre-posttest design, yang mana
terdiri dari 2 dengan pembagian satu kelompok yang menggunakan tekanan titik akupresur
GB-21, masing-masing kelompok n pre-test menggunakan lembar observasi produksi ASI
kemudian dilakukan intervensi pijat oketani pada kelompok A dan intervensi tekanan pada
titik akupresure GB-21 pada kelompok B pada hari ke 2,3 dan ke 4 dengan total 8 kali
pertemuan setelah itu pada hari ke 5 dilakukan post test menggunakan lembar observasi
produksi ASI (Samsudin, 2020).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pijat oketani dan tekanan
akupresur GB-21 terhadap produksi ASI pada ibu post sectio caesarea. Populasi dalam
penelitian di ambil Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post sectio caesarea Di Badan
Rumah Sakit .
Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Besar sampel dihitung dengan
rumus feederer. Sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang ibu post sectio caesarea di
Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2 Ringkasan Kritisi Jurnal
3.2.1. Validitas
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental dengan two-group pre-posttest
design. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post sectio caesarea Di Badan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Besar sampel dihitung dengan
rumus feederer. Sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang ibu post sectio caesarea di
Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Peneliti
menerapkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu ibu post
sectio caesarea, ibu dengan produksi ASI kurang atau produksi ASI belum keluar, bersedia
mengikuti penelitian, bayi tidak diberikan susu formula selama pengembilan data, bayi

32
33

sehat dengan nilai APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima, ibu tidak
mengalami komplikasi post operasi, reflex hisap baik, rawat gabung, kondisi putting ibu
normal, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah selama dalam masa
intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi mengalami asfiksia,
BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi diberikan susu formula salama
masa intervensi.
Pengambilan data dimulai pada bulan 11 Mei 2020. Penelitian ini dilakukan selama 1
bulan dimulai dari tanggal 11 Mei sampai 17 Juni 2020.

3.2.2. Reliabitas
Hasil penelitian menyebutkan tekanan di titik akupresur GB-21 terbukti efektif
berdasarkan indikator Ibu dan bayi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan
produksi ASI sebelum dan setelah diberikan tekanan di titik akupresur Gb-12 (p value =
0,000). Simpulan, pijat oketani lebih efektif untuk meningkat produksi ASI pada
kelompok A ibu post sectio caesarea dibandingkan kelompok B tekanan di titik akupresure
Gb-21 dari indikator bayi.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa nilai rata-rata produksi ASI pada ibu post sectio
caesarea berdasarkan indikator ibu dan bayi sebelum diberikan intervensi tekanan di titik
akupresure Gb-21 berada pada produksi ASI kurang dan setelah diberikan intervensi nilai
rata-rata responden berada pada produksi ASI cukup. Hasil uji dependent t test
menunjukkan bahwa ada perbedaan produksi ASI sebelum dan setelah diberikan tekanan
di titik akupresure Gb-12 (p value = 0,000).
3.2.3. Aplikabilitas
Pasien yang digunakan pada jurnal rujukan utama terdapat kriteria penelitian
kriteria inklusi:
Kriteria inklusi :
1) Ibu Post Sectio Caesarea
2) Ibu dengan produksi ASI kurang atau produksi ASI belum keluar
3) Bersedia mengikuti penelitian
4) Bayi tidak diberikan susu formula selama pengembilan data
5) Bayi sehat dengan nilai APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima
6) Ibu tidak mengalami komplikasi postoperasi
7) Reflex hisap bayi baik
8) Rawat gabung
34

9) Kondisi putting ibu normal


Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Selama dalam masa intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian
intervensi
2) Bayi mengalami asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya
3) Rawat terpisah
4) Bayi diberikan susu formula salama masa intervensi
3.3 Rencana pelaksanaan praktik berbasis bukti
Rencana pelaksanaan praktik keperawtan berbasis bukti pada karya ilmiah ini
menggunakan intervensi akupresur GB-21. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu ibu post
sectio caesarea, ibu dengan produksi ASI kurang atau produksi ASI belum keluar, bersedia
mengikuti penelitian, bayi tidak diberikan susu formula selama pengembilan data, bayi sehat
dengan nilai APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima, ibu tidak mengalami
komplikasi post operasi, reflex hisap baik, rawat gabung, kondisi putting ibu normal,
sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah selama dalam masa intervensi klien
tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi mengalami asfiksia, BBLR atau
penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi diberikan susu formula salama masa
intervensi.
BAB 4
HASIL & PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pelaksanaan Praktik Berbasis Bukti
Penerapan terapi akupresur GB-21 ini dilaksanakan di Bidan Katmi Tambun
Selatan pada tanggal 30 September 2022 sampai tanggal 4 Oktober 2022. Partisipan
yang akan diambil sebanyak 5 klien dengan intervensi. Penulis menggunakan ruang .
kegiatan akupresur GB-21 dimana 1 ruang terdapat Kamar tidur disetiap kamar berisi
1 bed, kamar mandi 1 di luar, ruang bidan, ruang staf dan ruang penunggu, ruang
penunggu terdiri ada 8 bangku dan ruang pendaftaran , ruang pendaftaran terdiri ada 1
bangku,meja, timbangan , dan timbangan bayi ,terdapat ventilasi dan penerangan yang
cukup bersih,rapih, tenang, nyaman bagi klien yang dalam dilakukan akupresur GB-
21

4.2 Karakteristik Responden


4.2.1 Kriteria Responden
Responden yang terlibat dalam praktik pelaksanaan berbasis bukti ini sebanyak 5
orang dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
1) Kriteria Partisipan
a) Ibu dengan produksi ASI tercukupi
b) Bersedia mengikuti penelitian
c) Bayi tidak diberikan susu formula selama pengembilan data
d) Reflex hisap bayi baik
e) Kondisi putting ibu norma
2) Kriteria ekslusi
a) Bayi tidak diberikan susu formula
b) Klien tidak bersedia
c) Selama dalam masa intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian
intervensi.

35
36

4.2.2 Resume Responden


Tabel 4. 1 Respon Responden

Data Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 Pasien 4 Pasien 5


Insial pasien Ny. N Ny.E Ny.W Ny. N Ny.E
Usia 25 tahun 29 Tahun 32 tahun 23 31 tahun
Diagnosa G0P1A0 G0P2A0 G0P2A0 G0P1A0 G0P1A0
Medis
Tanggal 1 Oktober2022 30 September2022 2 Oktober 2022 3 Oktober 2022 4 Oktober 2022
pengkajian
Tempat BPM Bidan Katmi BPM Bidan Katmi Rumah sakit BPM Bidan Katmi BPM Bidan Katmi
Bersalin
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Utama
Fokus Hasil pengkajian : Hasil pengkajian : Hasil pengkajian : Hasil pengkajian : Hasil pengkajian :
pengkajian Menyusui tercukup Menyusui tercukupi Menyusui tercukup Menyusui tercukup
Masalah Menyusui Efektif Menyusui efektif Menyusui Efektif Menyusui efektif Menyusui Efektif
Keperawatan
Rencana 1) Periksa tanda-tanda 1) Periksa tanda-tanda 6) Periksa tanda- 6) Periksa tanda- 11) Periksa tanda-
Keperawatan bayi cukup ASI (mis. bayi cukup ASI (mis. tanda bayi cukup tanda bayi cukup tanda bayi cukup
(dituliskan berat badan meningkat, berat badan ASI (mis. berat ASI (mis. berat ASI (mis. berat
sesuai BAK lebih dari 10 meningkat, BAK badan badan meningkat, badan meningkat,
dengan kali/hari, warna urine lebih dari 10 meningkat, BAK BAK lebih dari BAK lebih dari 10
kondisi pada tidak pekat kali/hari, warna urine lebih dari 10 10 kali/hari, kali/hari, warna
pasien, 2) Periksa pentingnya kali/hari, warna urine tidak pekat
tidak pekat warna urine tidak
bukan bahasa menyusui di malam urine tidak pekat 12) Periksa pentingnya
2) Periksa pentingnya pekat
buku) hari untuk 7) Periksa menyusui di
mempertahankan dan menyusui di malam pentingnya 7) Periksa malam hari untuk
meningkatkan produksi hari untuk menyusui di pentingnya mempertahankan
ASI mempertahankan dan malam hari menyusui di dan meningkatkan
37

3) Anjurkan ibu menyusui meningkatkan untuk malam hari produksi ASI


sesegara mungkin produksi ASI mempertahankan untuk 13) Anjurkan ibu
setelah melahirkan 3) Anjurkan ibu dan mempertahankan menyusui sesegara
4) Anjurkan ibu menyusui sesegara meningkatkan dan mungkin setelah
memberikan nutrisi mungkin setelah produksi ASI meningkatkan melahirkan
kepada bayi hanya melahirkan 8) Anjurkan ibu produksi ASI 14) Anjurkan ibu
dengan ASI menyusui memberikan
4) Anjurkan ibu 8) Anjurkan ibu
5) Anjurkan ibu menyusui sesegara nutrisi kepada bayi
memberikan nutrisi menyusui
sesering mungkin mungkin setelah hanya dengan ASI
setelah melahir sesuai kepada bayi hanya melahirkan sesegara 15) Anjurkan ibu
kebutuhan ASI dengan ASI. 9) Anjurkan ibu mungkin setelah menyusui sesering
5) Anjurkan ibu memberikan melahirkan mungkin setelah
menyusui sesering nutrisi kepada 9) Anjurkan ibu melahir sesuai
mungkin setelah bayi hanya memberikan kebutuhan ASI
melahir sesuai dengan ASI nutrisi kepada
kebutuhan ASI 10) Anjurkan ibu bayi hanya
menyusui dengan ASI.
sesering 10) Anjurkan ibu
mungkin setelah menyusui
melahir sesuai sesering
kebutuhan ASI
mungkin setelah
melahir sesuai
kebutuhan ASI
38

Tabel 4. 2 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 1

Pasien 1

Hari ke-1 tanggal 1 Oktober Hari ke-2 tanggal 2 Oktober Hari ke-3 tanggal 3 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 4
2022 2022 Oktober 2022
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Menyusui 08.00 1) Melakukan 10.00 1) Mengucapkan 11.00 1) Mengucapkan 13.00 1) Mengucapkan


Efektif perkenalan diri, salam salam terapeutik, salam
menjelaskan tujuan terapeutik, melakukan evaluasi terapeutik,
dan kontrak waktu melakukan dan validasi. melakukan
dengan responden evaluasi dan evaluasi dan
validasi. validasi.
08.10 2) Menjelaskan 10.10 2) Mengajarkan 11.10 2) Mengajarkan dan 13.10 2) Mengajarkan
pengertian , manfaat dan Melakukan Melakukan akupresur dan Melakukan
dan tujuan akupresur titik titik GB-21 akupresur titik
akupresur titik GB- GB-21 GB-21
21

08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memeriksa
39

tanda vital tanda-tanda vital tanda vital (tekanan tanda-tanda vital


(tekanan darah, (tekanan darah, darah, frekuensi nadi, (tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi nadi, suhu dan frekuensi frekuensi nadi,
suhu dan frekuensi suhu dan pernapasan). suhu dan
pernapasan). frekuensi frekuensi
pernapasan). pernapasan).
08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan
lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan suhu tenang, pencahayaan dan tenang,
yang nyaman. pencahayaan dan suhu yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.
40

Tabel 4. 3 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 2

Pasien 2
Hari ke-1 tanggal 30 September Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Menyusu 08.00 1) Melakukan 10.00 1) Mengucapkan 11.00 1) Mengucapkan 13.00 1)


i Efektif perkenalan diri, salam terapeutik, salam terapeutik, Mengucapkan
menjelaskan tujuan melakukan melakukan evaluasi salam
dan kontrak waktu evaluasi dan dan validasi. terapeutik,
dengan responden validasi. melakukan
evaluasi dan
validasi.
08.10 2) Menjelaskan 10.10 2) Menjelaskan 11.10 2) Mengajarkan dan 13.10 2) Mengajarkan
pengertian , manfaat pengertian , Melakukan akupresur dan Melakukan
dan tujuan akupresur manfaat dan titik GB-21 akupresur titik
titik GB-21 tujuan akupresur GB-21
titik GB-21
41

08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memeriksa
tanda vital (tekanan tanda-tanda vital tanda vital (tekanan tanda-tanda
darah, frekuensi nadi, (tekanan darah, darah, frekuensi nadi, vital (tekanan
suhu dan frekuensi frekuensi nadi, suhu dan frekuensi darah, frekuensi
pernapasan). suhu dan pernapasan). nadi, suhu dan
frekuensi frekuensi
pernapasan). pernapasan).
08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan
lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan suhu tenang, pencahayaan dan tenang,
yang nyaman. pencahayaan dan suhu yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.

Tabel 4. 4 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 3

Pasien 3
42

Hari ke-1 tanggal 30 September Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Menyusui 08.00 1) Melakukan 10.00 1) Mengucapkan 11.00 1) Mengucapkan 13.00 1) Mengucapkan


Efektif perkenalan diri, salam terapeutik, salam terapeutik, salam
menjelaskan tujuan melakukan melakukan evaluasi terapeutik,
dan kontrak waktu evaluasi dan dan validasi. melakukan
dengan responden validasi. evaluasi dan
validasi.
08.10 2) Menjelaskan 10.10 2) Mengajarkan 11.10 2) Mengajarkan dan 13.10 2) Mengajarkan
pengertian , manfaat dan Melakukan Melakukan akupresur dan Melakukan
dan tujuan akupresur titik titik GB-21 akupresur titik
akupresur titik GB- GB-21 GB-21
21
08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memeriksa
tanda vital (tekanan tanda-tanda vital tanda vital (tekanan tanda-tanda vital
darah, frekuensi nadi, (tekanan darah, darah, frekuensi nadi, (tekanan darah,
suhu dan frekuensi frekuensi nadi, suhu dan frekuensi frekuensi nadi,
pernapasan). suhu dan pernapasan). suhu dan
frekuensi frekuensi
pernapasan). pernapasan).
43

08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan


lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan suhu tenang, pencahayaan dan suhu tenang,
yang nyaman. pencahayaan dan yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.

Tabel 4. 5 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 4


44

Pasien 4

Hari ke-1 tanggal 30 Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
September 2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Menyusu 08.00 1) Melakukan 10.00 1) Mengucapkan 11.00 1) Mengucapkan 13.00 1)


i Efektif perkenalan diri, salam salam terapeutik, Mengucapkan
menjelaskan terapeutik, melakukan evaluasi salam
tujuan dan kontrak melakukan dan validasi. terapeutik,
waktu dengan evaluasi dan melakukan
responden validasi. evaluasi dan
validasi.
08.10 2) Menjelaskan 10.10 2) Mengajarkan 11.10 2) Mengajarkan dan 13.10 2) Mengajarkan
pengertian , dan Melakukan Melakukan akupresur dan Melakukan
manfaat dan tujuan akupresur titik titik GB-21 akupresur titik
akupresur titik GB- GB-21 GB-21
21
08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memberikan
tanda vital tanda-tanda vital tanda vital (tekanan lingkungan
(tekanan darah, (tekanan darah, darah, frekuensi nadi, tenang,
frekuensi nadi, frekuensi nadi, suhu dan frekuensi pencahayaan
suhu dan suhu dan dan suhu yang
45

frekuensi frekuensi pernapasan). nyaman.


pernapasan). pernapasan).
08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan
lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan tenang, pencahayaan dan tenang,
suhu yang nyaman. pencahayaan dan suhu yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.

Tabel 4. 6 Implementasi Keperawatan Klien Intervensi Pasien 5


46

Pasien 5
Hari ke-1 tanggal 30 September Hari ke-2 tanggal 1 Oktober Hari ke-3 tanggal 2 Oktober 2022 Hari ke-4 tanggal 3
2022 2022 Oktober 2022
Diagnose Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Menyusui 08.00 1) Melakukan 10.00 1) Mengucapkan 11.00 1) Mengucapkan 13.00 1) Mengucapkan


Efektif perkenalan diri, salam terapeutik, salam terapeutik, salam
menjelaskan tujuan melakukan melakukan evaluasi terapeutik,
dan kontrak waktu evaluasi dan dan validasi. melakukan
dengan responden validasi. evaluasi dan
validasi.
08.10 2) Menjelaskan 10.10 2) Menjelaskan 11.10 2). Menjelaskan 13.10 2) Menjelaskan
pengertian , manfaat pengertian , pengertian , manfaat pengertian ,
dan tujuan manfaat dan dan tujuan akupresur manfaat dan
akupresur titik GB- tujuan akupresur titik GB-21 tujuan akupresur
21 titik GB-21 titik GB-21
08.20 3) Memeriksa tanda- 10.20 3) Memeriksa 11.20 3.) Memeriksa tanda- 13.20 3) Memeriksa
tanda vital (tekanan tanda-tanda vital tanda vital (tekanan tanda-tanda vital
darah, frekuensi nadi, (tekanan darah, darah, frekuensi nadi, (tekanan darah,
suhu dan frekuensi frekuensi nadi, suhu dan frekuensi frekuensi nadi,
pernapasan). suhu dan pernapasan). suhu dan
47

frekuensi frekuensi
pernapasan). pernapasan).
08.30 4) Memberikan 10.30 4) Memberikan 11.30 4) Memberikan 13.30 4) Memberikan
lingkungan tenang, lingkungan lingkungan tenang, lingkungan
pencahayaan dan suhu tenang, pencahayaan dan suhu tenang,
yang nyaman. pencahayaan dan yang nyaman. pencahayaan
suhu yang dan suhu yang
nyaman. nyaman.
48

Tabel 4. 7 HARIAN TEKANAN DI TITIK AKUPRESUR GB-21

NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 1 Oktober 08.00 √
2022
Siang 1 Oktober 13.00 √
2022
2. Pagi 2 Oktober 08.00 √
2022
Siang 2 Oktober 13.00 √
2022
3. Pagi 3 Oktober 08.00 √
2022
Siang 3 Oktober 13.00 √
2022
4. Pagi 4 Oktober 08.00 √
2022
Siang 4 Oktober 13.00 √
2022

Pasien 1
49

Pasien 2
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 10.00 √
September
2022
Siang 30 14.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 10.00 √
2022
Siang 1 Oktober 14.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 10.00 √
2022
Siang 2 Oktober 14.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 10.00 √
2022
Siang 3 Oktober 14.00 √
2022
50

Pasien 3
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 09.00 √
September
2022
Siang 30 12.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 09.00 √
2022
Siang 1 Oktober 12.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 09.00 √
2022
Siang 2 Oktober 12.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 09.00 √
2022
Siang 3 Oktober 12.00 √
2022
51

Pasien 4
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 07.00 √
September
2022
Siang 30 11.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 07.00 √
2022
Siang 1 Oktober 11.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 07.00 √
2022
Siang 2 Oktober 11.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 07.00 √
2022
Siang 3 Oktober 11.00 √
2022
52

Pasien 5
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi 30 07.30 √
September
2022
Siang 30 15.00 √
September
2022
2. Pagi 1 Oktober 07.30 √
2022
Siang 1 Oktober 15.00 √
2022
3. Pagi 2 Oktober 07.30 √
2022
Siang 2 Oktober 15.00 √
2022
4. Pagi 3 Oktober 07.30 √
2022
Siang 3 Oktober 15.00 √
2022
53

4.2.3 Hasil Pelaksanaan Berbasis Bukti

30

26 26 26
25 24 24

20

15
13 13
11
10 9

1
0
Pasien 1 Ny.N Pasien 2 Ny. E Pasien 3 Ny. W Pasien 4 Ny.N Pasien 5 Ny. E

Sebelum Sesudah

berdasarkan data grafik diatas hasil dari nilai kecukupan ASI selama 4 hari pada responden
yang diberikan intervensi akupresur GB-21 di bidan katmi yaitu nilai kecukupan ASI
sebelum sebesar 13 (kecukupan ASI kurang), dan nilai kecukupan ASI sesudah di intevensi
akupresur GB-21 sebesar 26 (kecukupan ASI sedang).
4.2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat
Pelaksanaan praktik berbasis bukti ada dua faktor yaitu faktor pendukung dan
penghambat, salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan praktik berbasis bukti ini
penulis disediakan bidan katmi untuk pelaksanaan akupresur titik GB-21 pada pasien ibu
menyusui di lokasi bidan katmi. Faktor pendukung dalam pelaksanaan praktik ini diantaranya
adalah suasana tenang di ruang vip rawat inap. Suasana lingkungan yang tenang sangat
membantu responden untuk berkonsentrasi sehingga dapat mengikuti instruksi yang
diberikan dan menciptakan kenyamanan pada diri responden.
Faktor pendukung yang kedua adalah para bidan sangat membantu peneliti untuk
menentukan responden yang dapat mengikuti intervensi akupresur titik GB-21 lima,
responden dalam praktik keperawatan ini sangat kooperatif. Responden bersedia mengikuti
segala arahan peneliti dengan baik untuk mengikuti intervensi ini.
54

4.3 Pembahasan tentang akupresur titik Gb-21


Akupresur adalah salah satu jenis terapi tradisional dari Tiongkok yang
didasarkan pada tekanan pada spesifik titik akupuntur dalam tubuh yang mengarah pada
keseimbangan energi dalam tubuh, tetapi mekanismenya dalam menyusui tidak diketahui
(Bolman et al., 2013). Kupresur umumnya digunakan di dalam ilmu kandungan atau
kebidanan. Akupresur ini menggunakan tangan untuk menekan beberapa titik akupunktur
pada tubuh. Akupresur mungkin dapat memulihkan dan menyeimbangkan energi tubuh
untuk meningkatkan fungsi tubuh.
berdasarkan analisis peneliti bahwa pemberian inovasi tekanan dititik akupresur Gb21
efektif dalam melancarkan produksi ASI karena acupressure point for lactation dapat
diberikan melalui titik meridian sesuai organ yang akan dituju dan dapat juga membantu
mengurangi rasa ketidaknyamanan sehingga memicu refleks let down dan meningkatkan
kadar prolaktin dan hormon oksitosin. Selain itu akupresur juga mampu merangsang
pelepasan endorphin, memblokir reseptor rasa sakit, menstimulasi pelepasan hormon
oksitosin dan dapat mempengaruhi produksi prolaktin yang dapat meningkatkan produksi
ASI (Samsudin, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Khabibah & Mukhoirotin (2019) bahwa produksi ASI
pada ibu postpartum di RSUD Jombang dengan total sampel 24 ibu postpartum, setelah
diberikan intervensi terapi akupresur dan pijat oksitosin didapatkan nilai p=0.000 (p<0.05),
artinya ada pengaruh akupresur dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa ada
pengaruh akupresur terhadap produksi ASI ibu postpartum di Klinik Mujahidin Bantul
dengan indikator berat badan bayi. Akupresur dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan
produksi ASI pada ibu postpartum (Nur Djanah, 2017).
Dalam akupresur GB-21 pada klien ibu menyusui , adapun pendekatan analisis
menggunakan P-I-C-O-T merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan
kejadian (evidens). Berikut merupakan analisis berbasis P-I-C-O-T, yaitu :
55

Tabel 4. 8 Review Jurnal

NO POPULASI INTERVENSI COMPARATION OUTCO TIME/LAMA JURNAL


ME PENELITIAN
1. Populasi - kelompok akupresur klien - PENGARUH
penelitian ini dan dengan dengan AKUPRESUR
adalah ibu nifas kelompok kontrol diagnosa TERHADAP
menyusui hari menyusui PENGELUARAN AIR
kelima sampai efektif
SUSU IBU (ASI)
ketujuh
melahirkan anak PADA IBU NIFAS DI
pertama di Bidan BIDAN PRAKTIK
Praktik Mandiri MANDIRI BIDAN M
Bidan M DESA CIPINANG
Kabupaten KECAMATAN
Bandung. CIMAUNG
KABUPATEN
BANDUNG
2. ibu nifas ekstrak daun kelompok intervensi - selama penelitian PENGARUH
fisiologi hari ke- pepaya saja dan kelompok berlangsung, ibu EKSTRAK DAUN
1 hingga hari ke- selama kontrol. yang sedang PEPAYA TERHADAP
7 di Wilayah penelitian dalam masa cuti KECUKUPAN ASI
Kerja Puskesmas berlangsung, kerja atau hanya PADA IBU NIFAS DI
Gondang pada normal. beraktivitas rutin WILAYAH KERJA
bulan Maret sebagai ibu PUSKESMAS
2016. rumah tangga, GONDANG,
melahirkan KABUPATEN
dengan umur SRAGEN
kehamilan aterm
dan berat badan
lahir bayi normal.
3 34 orang ibu klien tidak pijat oketani lebih - dimulai pada PIJAT OKETANI
post sectio taat terhadap efektif untuk bulan Mei DAN TEKANAN DI
caesarea di proses meningkat produksi 2020. TITIK AKUPRESUR
Badan Rumah pemberian ASI pada kelompok Penelitian ini GB-21 TERHADAP
Sakit Daerah intervensi, A ibu post sectio dilakukan PRODUKSI ASI
Kabupaten bayi caesarea selama 1 bulan PADA IBU POST
Banggai Provinsi mengalami dibandingkan dimulai dari SECTIO CAESAREA
tanggal 11 Mei
Sulawesi Tengah asfiksia, BBLR kelompok B tekanan
sampai 17 Juni
atau penyakit di titik akupresure
2020
berbahaya Gb-21 dari indikator
lainnya, rawat bayi
terpisah, bayi
diberikan susu
formula
salama masa
intervensi.
56

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
berdasarkan data grafik diatas hasil dari nilai kecukupan ASI selama 4 hari pada responden
yang diberikan intervensi akupresur GB-21 di bidan katmi yaitu nilai kecukupan ASI
sebelum sebesar 13 (kecukupan ASI kurang), dan nilai kecukupan ASI sesudah di intevensi
akupresur GB-21 sebesar 26 (kecukupan ASI sedang).
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan para siswa dapat menggunakan akupresus GB-21untuk merilexsasikan bagi para
ibu menyusu serta dapat mempelancarkan kebutuhan ASI utnuk bayi
5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi pemberian intervensi bagi pasien
kecukupan ASI untuk melakukan akupresur GB-21 untuk mempelancar ASI, dan
menrileksasikan
5.2.3. Bagi Bidan Katmi
Diharapkan pihak bidan katmi untuk memasukan akupresur GB-21 ini dari catatan harian
untuk perkembangan pasien dengan kecukupsn ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L., Kynoch, K., Kildea, S., & Lee, N. (2019). Effectiveness of breast massage for
the treatment of women with breastfeeding problems.JBI Database of Systematic
Reviews and Implementation Reports. 8(1668–1694.), 17.
https://doi.org/:10.11124/jbisrir-2017-003932
Anik Maryunani. (2012). Insiasi Menyusui Dini, ASI EKSKLUSIF dan Manajemen Laktasi.
Arumsari D R. (2018). The Combination of Acupressure and Affirmation Relaxation as an
Alternative Method to Increase Breast Milk Production and Breastfeeding Self-efficacy.
Research Journal of Life Science, 5(2355–9926), 66–76.
https://doi.org/https://rjls.ub.ac.id/index.php/rjls
Bolman, M., Saju, L., Oganesyan, K., Kondrashova, T., & Witt, A. M. (2013). Recapturing
the art of therapeutic breast massage during breastfeeding. Journal of Human Lactation,
29(3), 328–331. https://doi.org/10.1177/0890334413475527
Cadwell, K. (2011). Buku Saku Manajemen Laktasi.
Carrey, W. &. (2016). Domperidone Untuk meningkatkan Produksi Air Susu Ibu (ASI).
Cermin Dunia Kedokteran, 43 (3)(225–228).
Chowdhury, R., Sinha, B., Sankar, M. J., Taneja, S., Bhandari, N., Rollins, N., Bahl, R., &
Martines, J. (2015). Breastfeeding and maternal health outcomes: A systematic review
and meta-analysis. Acta Paediatrica, International Journal of Paediatrics,
104(November), 96–113. https://doi.org/10.1111/apa.13102
Dahlan, A. Z. (2015). Buku Acupoitns & Dasar Acupunkture. Lembaga Kursus Dan
Pelatihan Ilalang.
DIY, D. K. (2017). Profil Kesehatan Provinsi di Yogyakarta.
Fairus, M. (2011). Fisiologi Kebidanan.
Gultom, L. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen Laktasi Dan
Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu (Pustu) Amplas Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist,
Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 12(1), 25–31.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v12i1.45
Haryono R, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Hunegnaw, M. T., Gezie, L. D., & Teferra, A. S. (2017). Exclusive breastfeeding and
associated factors among mothers in Gozamin district, northwest Ethiopia: A
community based cross-sectional study. International Breastfeeding Journal, 12(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s13006-017-0121-1
IDAI. (2013). ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi.
https://doi.org/https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-sebagai-pencegah-malnutrisi-
57
58

pada-bayi#:~:text=Setelah%20bulan%20pertama%20tanda%20kecukupan,seringkali
%20ASI%20menetes%20dengan%20spontan
Ikhsan, M. N. (2019). Dasar Ilmu Akupresur Dan Moksibasi. Bhimaristan Press.
indrawati & Dewi. (2016a). Care yourself stroke.
indrawati & Dewi. (2016b). Care yourself stroke and.
Isnaini. (2015). Hubungan Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah.
Jeongsug C, Young A H , Sukhee A , Soo L M, Hur, H. H. M. (2012). Effects of Oketani
Breast Massage on Breast Pain, the Breast Milk pH of Mothers, and the Sucking Speed
of Neonates. 18 No. 2. http://dx.doi.org/10.4069/kjwhn.2012.18.2.149
Kemenkes. (2019). Short Textbook of Preventive and Social Medicine.
https://doi.org/10.5005/jp/books/11257_5
Kemenkes RI. (2014). Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja Di Tempat Kerja.
KEMENKES RI.
Kemenkes RI. (2016). Health Statistics. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2018). Rencana Strategi Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.
Kemenkes RI. (2019). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33
TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP No. 33 ttg Pemberian ASI
Eksklusif.pdf
KEMENKES RI. (2015). Buku Saku 1 Petujuk Praktis Toga Dan Akupresur. KEMENKES RI.
Kurniyawan, E. H. (2016). Narrative Review: Terapi Komplementer Alternatif Akupresur
Dalam Menurukan Tekanan Nyeri. 11.
Lailatul Khabibah, M. M. (2019). PENGARUH TERAPI AKUPRESUR DAN PIJAT
OKSITOSIN TERHADAPPENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU
POSTPARTUMDI RSUDJOMBANG. 3(2549–8207).
Maharlouei, N., Pourhaghighi, MD; Amirhosein, P., ., Raeisi, H., Shahraki, & Zohoori4,
Dariush., MD; Kamran B, Lankarani, M. (2018). Factors Affecting Exclusive
Breastfeeding. International Journal Community Based Nurs Midwifery., 6(3), 260–271.
Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care.”
Mollart, L., & Leiser, B. (2013). Acupressure for the perinatal period. Women and Birth,
26(October), S43. https://doi.org/10.1016/j.wombi.2013.08.135
Muslihatun.W.N. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya.
Nasrabadi, M., Vahedian-Shahroodi, M., Esmaily, H., Tehrani, H., & Gholian-Aval, M.
(2019). Factors affecting Exclusive breastfeeding in the first six months of birth: An
59

Exploratory-Descriptive Study. Journal of Midwifery and Reproductive Health, 7(3),


1749–1764. https://doi.org/10.22038/jmrh.2018.27330.1297
Nies & Mcewen. (2018). Community And Familly Health Nursing-----I.
Nisa, R., Puspasari, H., Nisa, I. C., Fa, H., & Xaverius, F. (2020). Pendidikan Kesehatan Asi
Ekslusif dan Akupresur untuk Meningkatkan Produksi Asi di RW 10 Kelurahan
Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
Nur Djanah, W. N. M. (2017). AKUPRESUR TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU
POST PARTUM Nur Djanah , Wafi Nur Muslihatun. 8(1), 73–77.
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI Dan Menyusui.
Rahayu, D. (2015). Produksi Asi Ibu dengan Intervensi Acupresure Point for Lactation dan
Pijat Oksitosin.
Rahayu R, S. B. (2015). The Difference In Breastmilk Production Between Acupresure Point
For Lactation And Oxytocin Massage. JurnalNers, 10 No.1, 9–19.
Raras, N. S., Suwondo, A., Wahyuni, S., & Laska, Y. (2016). Different Amount of Prolactin
Hormone Before and After Acupressure-aromatherapy Combination Technique in
Lactation: Epidemiological-clinic Study on Post Partum Mother in Surakarta District
Hospital. 4th Asian Academic Society International Conference, 332–338.
http://aasic.org/proc/aasic/article/view/194
Rena Yuli Astutik. (2014). Payudara Dan Laktasi.
Renityas, N. N. (2020). Pengaruh Acupresure terhadap Kecukupan ASI pada Ibu Post Partum
SC hari ke 7. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 7(2), 293–
300. https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.art.p293-300
S, H. (2013). BreastFeeding Promotion Interventions And BreastFeeding Practices: A
Systematic Review. BMC Public Health. 3, 13. http://www.biomedcentral.com/1471-
2458/13/S3/S20
Sajidah, A., & Ramie, A. (2021). LITERATURE REVIEW PENGARUH AKUPRESUR PADA
IBU MENYUSUI TERHADAP Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin , Indonesia Email : ainunsajidah@gmail.com. November, 101–108.
Samsudin, C. M. (2020). PIJAT OKETANI DAN TEKANAN DI TITIK AKUPRESUR GB-
21 TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA. Konstruksi
Pemberitaan Stigma Anti-China Pada Kasus Covid-19 Di Kompas.Com, 68(1), 1–12.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ndteint.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ndteint.2017.12.003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.matdes.2017.02.024
Sankar, M. J., Sinha, B., Chowdhury, R., Bhandari, N., Taneja, S., Martines, J., & Bahl, R.
(2015). Optimal breastfeeding practices and infant and child mortality: A systematic
review and meta-analysis. Acta Paediatrica, International Journal of Paediatrics, 104,
3–13. https://doi.org/10.1111/apa.13147
60

Setyowati, H. (2018). Akupresur untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil Penelitian,


Unimma Press.
Sukantan, P. O. (2010). Terapi Pijat Tangan.
Sulistyawati.A. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. CV.Andi Offset.
Sulistyorini Chandra , Desy Ayu Wardani, A. (2020). Jurnal Medika Karya Ilmiah
Kesehatan Vol 5, No.1. 2020 ISSN : 5(1).
Susanto, A. V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Dan menyusui Teori Dalam Praktik
Kebidanan Profesional.
Walyani, E. S.. & Purwastuti, E. (2014). Asuhan Kebinan Masa Nifas & Menyusui, Pustaka
Baru.
Walyani, E. S. (2015). Perawatan Kehamilan & Menyusui Anak Pertama Agar Bayi Lahir
Dan Tumbuh Sehat. Pustaka Baru Press.
World Health Organization, W. (2016). Pencatatan dan Pelaporan Cakupan ASI Eksklusif.
World Health Organization, Switzerland.
Wulandari, S. R., Handayani, S. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas Gosyen
Publishing.
Zakiyah, A. (2015). Nyeri: Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Prakik Keperawatan
Berbasisbukti. Salemba Medika.

Lampiran 1 lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


61

Judul penelitian : Pemberian Titik Akupresur Gb-21Terhadap Produksi ASI Pada


Ibu Post Sectio Caesarea ”.
Setelah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan oleh peneliti, saya
mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative pada diri saya dan keluarga, serta
segala informasi yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya.Saya mengetahui bahwa
informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan. Untuk
itu,keikutsertaan saya dalam penelitian ini saya lakukan secara sukarela dan tidak ada unsur
paksaan dari siapapun

Tanda tangan

(Responden)
62

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Kecukupan ASI pada Bayi

KUESIONER PENELITIAN KECUKUPAN ASI


PADA BAYI
Sebelum
Sesudah
Petunjuk pengisian
Tulislah jawaban anda pada tempat kosong yang sudah disediakan

.Nama (inisial) :
Umur : Tahun

Alamat :

Telepon/HP :

Pendidikan :

Agama :

Pekerjaan :

Suku :

Berilah tanda ceklist ( √ ) pada kolom, jika sesuai dengan jawaban, jika Ya skore = 2 dan jika
tidak skore= 1
63

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Bayi menghabiskan minimal 6 popok
tiap harinya ??
2. Bayi buang air besar secara rutin ??
3. Warna urin bayi berwarna putih
kekuningan ??
4. Feses bayi lembek ??
5. Bayi tidur nyenyak dan terlihat
mengantuk sepanjang waktu ??
6. Bayi tidak menderita penyakit
kuning, kulit dan matanya
berwarna kuning ??
7. Bayi tidak rewel setelah disusui ??
8. Bayi terlihat tertarik untuk
menyusu ??
9. Bayi terlihat rileks dan puas setelah
menyusu ??
10. Bayi terlihat sehat dan aktif ??
11. Bayi melepas sendiri mulutnya
dari payudara ibu setelah
menyusu ??
12. Bayi sering minta menyusu (setiap
2-3 jam sekali) sedikitnya 8 kali
sehari ??
13. Ibu mendengar bayi menelan ketika
menyusu ??
64

Lampiran 3 Lembar Observasi dan Intervensi harian tekanan di titik akupresur GB-21
LEMBAR OBSERVASI DAN INTERVENSI
HARIAN TEKANAN DI TITIK AKUPRESUR GB-21
NO Waktu
Tanggal Jam Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
1. Pagi

Siang

2. Pagi

Siang

3. Pagi

Siang

4. Pagi

Siang
65

Lampiran 4 Lembar SOP Massage Teknik GB-21

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MASSAGE TEKNIK GB-21

1 PENGERTIAN 1. Akupresur merupakan salah satu bentuk pengobatan


tradisional keterampilan dengan cara menekan titik-
titik akupuntur dengan penekanan menggunakan jari
atau benda tumpul di permukaan tubuh, dalam rangka
mendukung upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif.
2. Akupresur pada wanita setelah melahirkan dilakukan
untuk mengatasi gangguan seperti ASI sedikit dan
tidak lancar, kelelahan, dan pusing.
2 TUJUAN 1. Mengatasi rasa sakit
2. Kekakuan leher
3. Bahu tegang
4. Sakit kepala
5. Mempelacarkan ASI
66

3 INDIKASI nyeri kepala, vertigo, nyeri bahu, lengan tak dapat


diangkat, hipertensi
4 PERSIAPAN PASIEN 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan
4. Mengatur ventilasi dan sirkulasi udara dengan baik
5. Mengkaji kondisi fisik dan kulit klien
6. Mengatur posisi klien sehingga merasa aman dan
nyaman
7. Biarkan klien beristirahat selama 5 menit
8. Mengukur tekanan darah klien sebelum melakukan
massage titik GB-21 dan catat dalam lembar
observasi.
5 PERSIAPAN ALAT 1. Lotion / minyak zaitun
2. Handuk
3. Tisu
67

6 CARA BEKERJA

1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai


2. Cek alat-alat yang akan di gunakan
3. Dekatkan alat ke sisi tempat tidur klien
4. Posisikan pasien dengan posisi senyaman mungkin
5. Cuci tangan
6. Posisikan pasien dengan posisi duduk
7. Perawat dalam posisi senyaman mungkin. Tentukan lokasi titik GB 21yang
akan dilakukan akupresur. TitikGB 21:Terletak pada bahu lurus dibawah
telinga, dianatar dua otot atau pada pertengahan antara tonjolan tulang leher
(servikal 7) dan pangkal lengan atas.
8. Mengoleskan minyak zaitun pada titik-titik yang akan dilakukan pemijatan

9. Lakukan pemijatan pada titik akupresur dalam waktu 20-40 detik, 4-5
kali selama ± 5 menit.
10. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan keperawatan.
68

11. Mengevaluasi hasil tindakan (kenyamanan pasien dan produksi ASI)Setelah


mendapat tindakan Tekanan Di Titik Akupresur Gb 21,responden menjadi
lebih nyaman, rileks dan tenang

Lampiran 5 Lembar konsul KIA


LEMBAR KONSULTASI KIA

NAMA : Delia Anggani Putri

NIM :

DOSEN PEMBIMBING I :

JUDUL KIA : Analisis Praktik Keperwatan Berbasis bukti Akupresur

Titik GB-21 Kecukupan ASI

Hari/Tanggal Topik Hasil konsultasi Tanda Tangan


NO Mahasiswa Pembimbing
Bimbingan Konsultasi
69

1. Mengajukan Melanjutkan BAB 1


judul KIA

Delia Anggani
Putri
70

2. Konsultasi BAB Melanjutkan


1 konsultasi BAB 2,
BAB 3

Delia Anggani
Putri
71

3 22 Juli 2022 Konsultasi via ACC mengenai


whatsapp reponden
mengenai
reponden

Delia Anggani
Putri
72

4 22 Agustus 2022 Konsultasi via Acc mengenai


whatsapp pergantian metode
pergantian penelitian menjadi
metode penelitian litrev
dari EBN menjadi
litrev Delia Anggani
Putri
73

5 28 September Konsultasi via Mencari tau


2022 whatsapp terkait tentang apa yang
penelitian bisa diukur untuk
akupresur GB- usia 1-3 bulan
21 bayi 0-5
minggu namun
digantikan Delia Anggani
menjadi 1-3 Putri
bulan
74

6 30 September Konsultasi BAB Melanjutkan BAB


2022 1, BAB 2, BAB 4
3

Delia Anggani
Putri
75
76
77

Lampiran 6
Surat
Penelitian
78
79

Lampiran 7 Pencarian Artikel Rujukan Pertama & Kritis Jurnal

1. Sumber Pencarian : google scholar


2. Metode Pencarian : (P) AND (I) AND (C) AND (O) AND QUASI
EXPERIMENT
Kata kunci ( tulisan kata kunci yang digunakan)
P : Ibu menyusui hasil 60.200
I : Akupresur GB-21 hasil 20

C:-

O : Kecukupan ASI hasil 9

Kata Kunci P hasil temuan :

Kata Kunci P AND I hasil temuan :

Kata Kunci P AND I AND C hasil temuan : (bila diperlukan ada pembanding)

Kata Kunci P AND I AND C AND O hasil temuan :

Kata Kunci P AND I AND C AND O AND QUASI EXPERIMENT hasil temuan

3. Analisa PICOT

Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu PostSectio CaesareaDi Badan
Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah

Intervensi intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi
mengalami asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi
diberikan susu formula salama masa intervensi.

Comparasi -
80

Outcome Hasil penelitian menyebutkan tekanan di titik akupresur GB21 terbukti


efektif berdasarkan indikator Ibu dan bayi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
perbedaan produksi ASI sebelum dan setelah diberikan tekanan di titik akupresur Gb-
12 (p value = 0,000). Simpulan, pijat oketani lebih efektif untuk meningkat produksi
ASI pada kelompok A ibu post sectio caesarea dibandingkan kelompok B tekanan di
titik akupresure Gb-21 dari indikator bayi.

Time Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dimulai dari tanggal 11 Mei sampai 17 Juni
2020.
4. AnalisaVra
1. Validitas
a. Jelaskan metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ?? digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperimental
one group pre-posttest design.
b. Berapa besar populasi dalam penelitian ?? 34 orang ibu post sectio caesarea di
307 2020. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (1) 305-313 Badan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
c. Jelaskan kriteria pemilihan sampel baik inklusi dan ekslusi ?? inklusi dalam
penelitian ini yaitu ibu post sectio caesarea, ibu dengan produksi ASI kurang
atau produksi ASI belum keluar, bersedia mengikuti penelitian, bayi tidak
diberikan susu formula selama pengembilan data, bayi sehat dengan nilai
APGAR lebih dari 7 pada menit pertama dan kelima, ibu tidak mengalami
komplikasi post operasi, reflex hisap baik, rawat gabung, kondisi putting ibu
normal, sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah selama dalam
masa intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, bayi
mengalami asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, rawat terpisah, bayi
diberikan susu formula salama masa intervensi. Eksklusi Selama dalam masa
81

intervensi klien tidak taat terhadap proses pemberian intervensi, Bayi mengalami
asfiksia, BBLR atau penyakit berbahaya lainnya, Rawat terpisah, Bayi diberikan
susu formula salama masa intervensi.
d. Bagaimana kriteria sampel ditetapkan? –
e. Berapa besar jumlah sampel? sampel dihitung dengan rumus feederer. Sampel
dalam penelitian ini adalah 34 orang ibu post sectio caesarea Badan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling
f. Jika terdapat dua kelompok apakah jumlah kelompok sama besar? jelaskan? ada
responden kelompok A dan kelompok B sebelum diberikan inform consent
peneliti memberikan penjelasan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi
tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian dan peran responden, kemudian
peneliti memberikan kesempatan pada responden tersebut untuk menentukan
bersedia atau tidaknya menjadi responden pada penelitian ini. Responden
bersedia diminta untuk menandatangani pernyataan/inform consent dan lembar
edukasi tujuan penelitian. Lembar infromed consent diberikan kepada responden
untuk ditandatangani setelah diberikan penjelasan prosedur penelitian,
keuntungan dan kerugian bagi responden serta manfaat dari penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi produksi
ASI yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh penelitisebelumnya
2. Reliabilitas
a. Apa hasil penelitian? Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan produksi ASI
sebelum dan setelah diberikan tekanan di titik akupresur Gb-12 (p value = 0,000). Simpulan,
pijat oketani lebih efektif untuk meningkat produksi ASI pada kelompok A ibu post sectio
caesarea dibandingkan kelompok B tekanan di titik akupresure Gb-21 dari indikator bayi.
b. Apa intervensi yang dilakukan? Jelaskan? melakukan kegiatan selama 5 hari dengan
intervensi selama 3 hari, tatap muka setiap hari 2 kali pagi dan sore, hari pertama dilakukan
82

pre-test menggunakan lembar observasi produksi ASI kemudian dilakukan intervensi pijat
oketani pada kelompok A dan intervensi tekanan pada titik akupresure GB-21 pada kelompok B
pada hari ke 2,3 dan ke 4 dengan total 8 kali pertemuan setelah itu pada hari ke 5 dilakukan
post test menggunakan lembar observasi produksi ASI.
c. Apakah intervensi dapat berjalan sesuai dengan hasil yang diharapkan? –
d. Berapa besar efek dari intervensi yang diberikan? –
e. Apakah intervensi yang dilakukan dalam artikel akan memperoleh hasil yang sama jika
intervensi penelitian diterapkan pada tatanan praktik? –
3. Aplikabilitas

a. Apakah sampel yang digunakan dalam artikel penelitian memiliki kesamaan


dengan pasien di ruangan saya atau pasien saya? Ya
b. Apakah terdapat potensi bahaya dalam intervensi yang diberikan? Jelaskan? Tidak
ada,

Lampiran 8 Dukumentasi Penelitian


83
84

Anda mungkin juga menyukai