NIM : 2112027
manipulasi.
jawabkan sesuai peraturan yang berlaku dan dicabut gelar atau sebutan
Husada Blitar.
Blitar,
Yang Menyatakan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 2112027
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2112027
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
Waluyo Wlingi.
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga usulan
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini, penulis tujukan kepada :
1. Basar Purwoto, S.Sos., M.Si sebagai Ketua STIKes Patria Husada Blitar
2. dr. Endah Woro Utami, MMRS sebagai Direktur RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi
3. Yeni Kartika Sari, M.Kep Ketua Program Studi Pendidikan Ners STIKes
Waluyo Wlingi
v
6. Sandi Alfa Wiga Arsa, M.Kep. sebagai Pembimbing II serta Dosen
8. Semua teman – teman Program Alih Jenjang RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
Akhir kata, penulis berharap semoga usulan penelitian ini berguna bagi para
Penulis,
vi
v
BAB 1
PENDAHULUAN
balita pada tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian balita, angka ini
kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 34,5% dan asfiksia
quarter prone lebih baik daripada posisi supinasi. Hal ini terjadi karena
pengaruh gravitasi terbaik terjadi pada posisi ini. Posisi quarter prone
1
2
distribusi ventilasi yang lebih baik daripada anterior, oleh karena itu
napas lebih rendah pada bayi prematur dengan CPAP pada bayi dengan
stabil).
penggunaan CPAP pada bayi saat ini banyak. Jumlah bayi yang
Januari 2022 sampai dengan Oktober 2022 berjumlah 164 bayi dengan
secara bertahap meningkat menjadi 96,46 pada 1 jam pertama dan 97,25
Waluyo Wlingi
Waluyo Wlingi.
Waluyo Wlingi.Wlingi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
posisi supine merupakan posisi terlentang posisi ini hanya sering digunakan pada
bayi normaI sehingga posisi pronasi Iebih di rekomendasikan untuk bayi BBLR
rendah kadar O, di bawah 80% dan 90%, lebih tinggi di sup poinseition, dan
waktu yang dihabiskan di SpO2 di atas 94% lebih tinggi pada posisi tengkurap.
Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan dalam waktu yang dihabiskan di
Sp2O 90-94% sebelum dan sesudah perubahan posisi. Timetipnetnhe SpO yang
berbeda 2 rentang sebelum dan setelah perubahan posisi adalah shonw Fnigiure.
oksigenasi pasien yang mengalami masalah pernafasan berat adalah pada status
berat meliputi adanya tekanan pleura yang tidak homogen, inflasi alveolar dan
8
atelektasis dan meningkatkan bersihan jalan nafas (Pelosi, Brazzi & Gattinoni,
densitas paru dari ventral ke arah dorsal pada pengembalian posisi dari PS ke PP.
ventral lebih minimal untuk menjadi kolap karena tekanan hidrostatik (Pelosi,
ARDS. Hal ini dikarenakan lokasi kedua paru berada dibawah jantung sehingga
akan memberikan tekanan pada fraksi paru. Pada PP hanya terdapat sebagian kecil
fraksi paru yang terpengaruh adanya tekanan jantung (Pelosi, Brazzi & Gattinoni,
2002). Sebagian besar fraksi paru berada pada bagian kiri dimana merupakan
langsung dari jantung dan hanya sebagian kecil area ventral paru yang
mengenai sternum sehingga tidak akan menekan paru-paru (Albert & Hubmayr,
2000). PP memberikan kesempatan bagian posterior dinding dada lebih bebas dan
terdistribusi lebih banyak ke area nondependent paru. Saat yang sama dengan
adanya gradien tekanan hidrostatik maka darah akan lebih banyak mengalir ke
area anterior pada area dependen sehingga terjadi peningkatan oksigenasi (Baron,
et al. 2007).
9
dependent (atau basal) parenkim paru. Oleh karena itu ketika pada posisi pronasi
diafragma, dan distribusi ulang aliran darah ke sebagian kecil area paru-paru
(menghasilkan peningkatan resiko atelektasis tetapi tidak cedera pada unit paru).
yang unik dan akan memberikan tantangan pada saat resusitasi karena pada
kondisi ini pasien mempunyai status hemodinamik yang terbatas dan tidak dapat
pada pengaruh posisi badan tertentu terhadap fungsi paru pada kondisi normal
atau yang menggunakan ventilasi mekanik (Zhao, et al. 2004). Berbagai kondisi
pada PP. Penelitian dilakukan pada bayi prematur (Bhat, et al. 2006 & Rao, et al.
2009), kegagalan pernafasan akut (Kornecki, et al. 2001), ARDS (Baron, et al.
2007; Langer, et al 1988; Relvas, et al. 2003 & Well, Gillies & Fitzgerald, 2008),
pneumonia (Zhao, et al. 2004), gagal nafas (Haefner, et al. 2003) dan kajian yang
Figuls, 2008), tindakan ECMO (Haefner, et al. 2003). Sebuah kajian tentang
10
Escribano & Figuls, 2008) merupakan kajian dari 11 penelitian (206 bayi) tentang
adalah untuk melihat dampak berbagai posisi pada neonatus dan bayi yang
pronasi dengan supinasi, lateral kanan dengan supinasi, lateral kiri dengan
supinasi, lateral kanan dengan lateral kiri, dan good lung dependent dengan good
lung uppermost terhadap kadar PO2 arteri, saturasi oksigen hemoglobin dan
bahwa tidak ada bukti tentang posisi badan tertentu selama pemberian ventilasi
pernafasan akut di ruang PICU. Penelitian ini menggunakan desain prospektif dan
Index=OI), urine output, sistem respirasi statik seperti complain dan resisten,
dan tidak ada hubungan yang bermakna antara komplians dan resisten paru
terhadap PP atau PS. Berdasarkan penelitian ini pula diketahui bahwa urin output
children (Review) (Wells, Gillies & Fitzgerald, 2005) dilakukan dengan tujuan
untuk membandingkan dampak dari berbagai posisi tubuh bayi dan anak yang
perbandingan posisi antara PP, SP, lateral, elevasi, dan posisi flat didapatkan hasil
Hal ini dilihat berdasarkan indeks oksigen, saturasi oksigen, PaO2, partial
2. Tutup tempat tidur dengan linen kering, pastikan tidak ada kerutan
4. Letakkan bantal bayi di ata bantal U yang sudah ditutup dengan linen kering
12
5. Posisikan bayi tengkurap (meringkuk), pastikan tidak ada kabel yang menekan
kulit bayi. Posisikan kedua kaki bayi menekuk ke arah perut, kedua tangan bayi
berada di samping kepala bayi, kepala bayi menghadap ke kiri atau ke kanan,
7. Kembalikan bayi ke posisi telentang atau miring kanan atau miring kiri setelah
lebih dari dua jam, atau ketika bayi merasa tidak nyaman
pada bayi yang mengalami ARDS atau indikasi lain. Waktu pelaksanaan PP
keputusan untuk tetap pada PP atau kembali ke SP harus melihat kondisi pasien
sesuai dengan protokol pada algoritma diatas bahwa PP diberikan jika terjadi
peningkatan pertukaran gas dan kembali pada posisi supinasi jika terdapat tanda-
tanda yang penurunan oksigenasi dan komplikasi (Relvas, Silver & Sagy, 2003).
Hal ini sesuai dengan penelitian tentang Prone Positioning of Pediatric Patients
Daily (Relvas, Silver & Sagy, 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
indeks oksigen (OI) pada pasien anak ARDS selama 24 jam pertama dilakukan PP
dan untuk menentukan apakah PP yang dilakukan dalam jangka waktu lama (lebih
retrospektif pada pasien yang sudah dilakukan PP di PICU dan berumur lebih dari
3 tahun. Ukuran yang digunakan dalam status oksigenasi adalah PaO2, rasio
fraction of inspired oxygen (P/F) dan mean airway pressure (MAP). Hasil
atau lebih dan OI menurun dari pre-PP 24,8 ± 13 menjadi 16,7 ± 13,7.
yang dilakukan dalam jangka waktu lama (18 sampai 24 jam) pada anak ARDS
mekanik
2.1.4 Kontraindikasi
penutupan jalan nafas jika tidak dilakukan sesuai prosedur dan protokol yang
benar dan tanpa monitor. Bayi dapat dengan mudah berubah posisi sehingga
fungsi paru pada bayi prematur tidak dapat menjelaskan mengapa resiko SIDS
lebih tinggi pada penerapan PP daripada PS (Rao, et al. 2009). Sebuah panduan
yang berdasarkan bukti ilmiah masih sangat diperlukan tentang posisi tidur bayi
dilakukan oleh Haefner, et al. (2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
administrasi agen vasoaktif, injuri spinal cord yang tidak stabil, pembedahan
PP (seperti pada fraktur pelvis, fraktur tulang panjang yang tidak stabil).
observasi pada area tubuh yang tertekan pada saat PP, misalnya pada mata, pipi,
dada, spina iliaka anterior dan kulit untuk mengantisipasi adanya masalah atau
permasalahan ini. Perhatian yang lain adalah adanya selang makanan, adanya
refluk atau aspirasi dan tranduser arteri pulmunal. (Messerole, et al. 2002).
ekstrauterin disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi maka bayi
keseimbangan antara maturitas dan status gizi. Neonatus cukup bulan dikatakan
15
memadai untuk homeostasis dan neonatus kurang bulan dikatakan belum mampu
bulan mempunyai kondisi dimana matriks otak belum sempurna sehingga mudah
dan hiperbilirubinemia tinggi pada neonatus kurang bulan ini. Neonatus yang
lewat waktu atau lebih bulan seringkali mempunyai hambatan pertumbuhan janin
berkaitan dengan jalan nafas dan paru-paru seperti kesulitan untuk menyingkirkan
cairan atau benda asing seperti mekonium dari alveolus, sehingga akan
jantung melemah akibat hipoksia dan iskemia. Hal ini akan menghambat
adakalanya juga gagal untuk berelaksasi meskipun paru-paru sudah terisi dengan
konstriksi pada organ lain seperti usus, ginjal, otot dan kulit akan menyempit,
namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap terjamin. Penyesuaian
16
Walaupun demikian jika kekurangan oksigen akan berlangsung terus akan terjadi
mengakibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari
jaringan otak, kerusakan organ tubuh lain atau kematian. Keadaan bayi yang
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak, tekanan darah rendah karena
kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah, atau kekurangan aliran
darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan, depresi
pernafasan karena kekurangan oksigen pada otak, dan tonus otot buruk karena
kekurangan oksigen pada otak dan otot. Gejala-gejala ini juga dapat terjadi pada
keadaan lain seperti infeksi, hipoglikemia atau bila terdapat gangguan pernafasan
akan menghasilkan respon yang berbeda terhadap intervensi terapeutik yang akan
diberikan dan akan memerlukan strategi khusus untuk mencapai resolusi yang
diharapkan. Lima masalah pernafasan yang umum terjadi pada neonatus dan
yang terjadi pada neonatal bukan merupakan satu jenis penyakit tetapi dapat
kegagalan nafas harus dilakukan sangat spesifik tergantung pada pasien dan
pernafasan pada neonatus. Berbagai jenis terapi oksigen dan ventilasi mekanik
menghilangkan atelektasis segmen paru menurut Harris dan Wood (1996, dalam
Haws, 2008).
Hockenberry dan Wilson (2007) adalah Apnea of Infancy (AOI). Kondisi ini
umumnya terjadi pada umur gestasi lebih dari 37 minggu. Gejala klinik yang
muncul pada bayi digambarkan sebagai kombinasi dari adanya (1) apnea (tidak
adanya pernafasan selama 20 detik atau lebih); (2) warna kulit yang sianosis atau
pucat; (3) perubahan tonus otot; dan (4) tercekik atau adanya sumbatan pada
saluran nafas. AOI dapat ditimbulkan dari masalah kesehatan lain seperti sepsis,
18
yang mengancam jiwa pada bayi sering terjadi pada bayi yang mempunyai
masalah pada paru-paru seperti kurangnya cairan surfaktan (Silvestri & Weese-
Mayer, 1996, dalam Hockenberry & Wilson, 2007) dan respon penanganan
2004, dalam Hockenberry & Wilson, 2007). Diagnosis AOI diberikan jika tidak
konservatif dan ada juga intitusi yang lebih agresif dalam strategi pengelolaan
paling invasif yaitu extracorporal membrane oxygenatin (ECMO) (Donn & Sinha,
2003).
2.3.1 Pengertian
terbesar yang kita temui sehari-hari. Respiratory distress tampak sebagai takipneu
atau nafas cepat pada bayi baru lahir. Gajala ini dapat berlangsung dari beberapa
jam sampai beberapa hari. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat penting
suatu alat untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonatus
19
selama pernafasan spontan. CPAP merupakan suatu alat yang sederhana dan
kapasitas residual paru, mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan
mecegah kollaps paru, mengurangi apneu, bradikardia, dan episode sianotik, serta
fisiologis dari CPAP antara lain : 1. Mencegah kolapsnya alveoli paru dan
Mempertahankan diafragma.
Frekuansi nafas > 60 kali permenit 2. Merintih (Grunting) dalam derajat sedang
Kebutuhan oksigen > 60% 6. Sering mengalamiapneu Semua bayi cukup bulan
atau kurang bulan, yang menunjukkan salah satu kriteria tersebut diatas, harus
positif dipertahankan selama siklus respirasi, hal ini yang disebut disebut dengan
continuous positive airway pressure. Pada mode ventilasi ini, pasien tidak perlu
20
menghasilkan tekanan negatif untuk menerima gas yang diinhalasi. Hal ini
dimungkinkan oleh katup inhalasi khusus yang membuka bila tekanan udara di
atas tekanan atmosfer. Keistimewaan CPAP adalah dapat digunakan pada pasien-
pasien yang tidak terintubasi. Beberapa gangguan nafas atau respiratory distress
yang dapat diatasi dengan mempergunakan CPAP antara lain: 1. Bayi kurang
the Newborn (TTN) 3. Bayi dengan sindroma aspirasi mekoneum 4. Bayi yang
sering mengalami apneu dan bradikardia karena kelahiran kurang bulan 5. Bayi
yang sedang dalam proses dilepaskan dari ventilator mekanis 6. Bayi dengan
penyakit jalan nafas seperti trakeo malasia, dan bronkitis 7. Bayi pasca operasi
chest drain 9. Trauma pada nasal, yang kemungkinan dapat memburuk dengan
pemasangan nasal prong 10. Instabilitas cardiovaskuler, yang akan lebih baik
apabila memdapatkan support ventilator 11.Bayi yang lahir besar, yang biasanya
1. Cedera pada hidung, misalnya erosi pada septal nasi, dan nasal
CPAP.
sesuai.
Dalam prosedur ini, nasal prong merupakan metode yang paling banyak
digunakan.
berikut :
dengan mudah
6. Aman dan efektif dari segi biaya. Sirkuit CPAP lengkap harus
paru yang baik. Mencuci tangan yang benar sebelum menyantuh prong atau pipa
CPAP, adalah suatu keharusan. Ujung selalng yang lain yang tidak digunakan
juga harus bersih., dan harus dijauhkan dari lantai atau tempat yang tidak bersih
kerut yang masuk ke bayi. Pastikan probe suhu tetap diluar inkubator
2. Hisap lendir dari mulut, hidung, dan faring. Pastikan bayi tidak
5. Masukkan pipa Orogastrik (OGT) dan lakukan aspirasi isi perut, kita
distensi lambung
( distensi abdomen, visible loops dan bising usus). Hisap lendir harus selalu
dilakukan dari rongga hidung, mulut, faring dan perut setiap 2-4 jam, sesuai
apneu atau bradikardi, dapat disebabkan karena adanya lendir berlebih. Untuk
CPAP kita harus selalu memantau apakah alat selalu berfungsi dengan baik, dan
tidak terjadi perburukan pada kondisi bayi yang mengharuskan kita menghentikan
penggunaan CPAP.
1. FiO2 > 60 %
ventilasi mekanik.
26
Keterangan :
2.5 Hipotesis
27
pertanyaan penelitian dan perlu dilakukan pengujian oleh peneliti. Penelitian ini akan
hubungan antara dua variable atau lebih (Sugiyono, 2016). Hipotesis penelitian ini yaitu
ada hubungan posisi pronasi terhadap saturasi oksigen bayi yang menggunakan
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre
sesungguhnya karena tidak terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada variabel
Desain ini merupakan desain yang menggambarkan adanya satu kelompok yang
perlakuan. Desain ini akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan
dengan jenis pre eksperimental lainnya yaitu one shot case study (Sugiyono,
2019) dan nonequevalent control group posttest only design (Polit & Hungler,
perlakuan.
adalah untuk melihat perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan
oksigenasi bayi akan tampak dengan jelas jika dilakukan pada subyek yang sama
yaitu bayi yang menggunakan CPAP yang diobservasi sebelum dan sesudah PP.
29
01 Posisi pronasi 02
Keterangan :
3.3.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh bayi yang
menggunakan CPAP di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada Bulan Januari 2022.
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Soegiyono, 2018).
kelompok yang dilakukan posisi pronasi sebesar 99% dengan standar deviasi 7%.
kemaknaan 5%, kekuatan uji 90% dan uji hipotesis satu sisi (Ariawan, 1998)
yaitu:
Keterangan:
d = presisi/penduga (5%)
adalah 15 pasien. Untuk mencegah kejadian drop out maka perhitungan besar
dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana peneliti telah menentukan
kriteria inklusi dan ekslusi pada sampel berdasarkan hasil pertimbangan peneliti
terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi
Definisi operasional adalah batasan yang dibuat oleh peneliti pada ruang lingkup
variabel-variabel yang diteliti atau diamati agar variabel penelitian dapat diukur dengan
instrumen penelitian dan pengumpulan variabel dapat konsisten dengan sumber data dari
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal
dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain
(Nursalam, 2017). Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah posisi
pronasi (PP).
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas
Penelitian ini akan dilakukan setelah ada persetujuan pembimbing, lulus uji etik
penelitian dan mendapat izin dari Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Setelah
mendapat izin dari Direktur RS, maka peneliti juga akan memohon izin dan
menyampaikan tentang penelitian yang akan diteliti kepada Kepala Bidang Keperawatan.
HUSADA BLITAR.
2) Mendapatkan persetujuan dari RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, peneliti akan
dahulu mengenai etika atau ketentuan dalam penelitian, waktu, tujuan dan
3) Peneliti kemudian akan meminta ijin kepada orangtua/ wali bayi untuk
7) Dari hasil analisa tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan membuat
laporan penelitian
3.6 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi:
Seluruh bayi yang menggunakan CPAP di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada Bulan
Januari 2022.
Purposive sampling
Sampel: Bayi yang menggunakan CPAP di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada
sejumlah 15 di bulan Januari 2022
Tabulasi data
Kesimpulan
3.7 Instrumen Penelitian
terkumpul di mana data yang masih mentah (raw data) akan diolah
a. Editing
pada kuesioner yang telah diisi, apakah lengkap, jelas, jawaban relevan
tempat penelitian.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi bentuk
angka untuk mempermudah saat analisis data dan saat entry data. Dalam
variabel usia tidak dicoding karena hasil pengukuran dalam bentuk numerik.
c. Processing/Entry Data
d. Cleaning
menganalisa data. Tujuan analisa data antara lain: mendapat gambaran dari
penelitian yang telah dibuat, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari
dan bivariat
analisis bivariat dengan menggunakan uji Paired T Test dan Wilcoxon untuk
dasil uji statistik apakah antara dua variabel yang diuji terdapat hubungan
antara dua variabel yang berhubungan tersebut yang diketahui dari nilai Odd
Ratio (OR) (Notoatmodjo, 2012). Adapun analisis data yang akan dilakukan
dan dependen. Dan bila p value > α (0,05), maka H0 gagal ditolak atau H0
diterima, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dan
dari proposal hingga hasil penelitian dipublikasikan. Hal ini juga mengingat
2016):
risiko dan manfaat yang dapat timbul, jaminan kerahasiaan dari setiap
penelitian. Dalam hal ini subjek penelitian diwakili oleh orang tua atau wali
proses penelitian.