Anda di halaman 1dari 88

EFEKTIVITAS MENGONSUMSI JUS DAUN SELEDRI

DALAM PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI


PADA LANSIA DI PUSKESMAS REJOSARI
KOTA PEKANBARU TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

NOFA KHAIRIYYAH
19515250022

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


PEKANBARU
TAHUN
2022
EFEKTIVITAS MENGONSUMSI JUS DAUN SELEDRI
DALAM PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS REJOSARI
KOTA PEKANBARU TAHUN 2022

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Pendidikan Diploma III Kebidanan
di Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru

OLEH :

NOFA KHAIRIYYAH
19515250022

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


PEKANBARU
TAHUN
2022
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (diploma, sarjana, megister, dan/atau dokter),
baik di Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru maupun di perguruan tinggi
lain.
2. KTI ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim
penelaah/tim penguji.
3. Dalam KTI ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dan
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. KTI ini boleh untuk dipublikasikan dan dipergunakan oleh pihak lain demi
kepentingan keilmuan.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.

Pekanbaru, Desember 2022

Yang membuat pernyataan,

Nofa Khairiyyah

Nim: 1915250022
HALAMAN PERSETUJUAN JUDUL KARYA TULIS ILMIAH

Judul Karya Tulis Ilmiah :Efektivitas Mengonsumsi Jus Daun Seledri


Dalam Penurunan Tekanan Darah Tinggi
Pada Lansia Di Puskesmas Rejosari Kota
Pekanbaru Tahun 2022
Nama Mahasiswa : Nofa Khairiyyah
Nomor Induk Mahasiswa : 1915250022

Menyetujui

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Rizka Angrainy, AMd.Keb., S.K.M., M.Kes Rika Istawati,


S.S.T., M.Kes

Direktur Akademi Kebidanan Helvetian Pekanbaru

Bd. Afritayeni, S.S.T., M.Kes

i
Tanggal Sidang KTI : 02 Desember 2022
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIVITAS MENGONSUMSI JUS DAUN


SELEDRI DALAM PENURUNAN TEKANAN
DARAH TINGGI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS REJOSARI
KOTA PEKANBARU TAHUN 2022

Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji, diperiksa dan dipertahankan


pada
Tanggal 02 November 2022 dan dinyatakan telah diterima sebagai
salah satu
syarat untuk memeroleh gelar pendidikan diploma III kebidanan
di Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru

Ketua Penguji Anggota Penguji

Penti Dora Yanti, S.S.T., Bd. Afritayeni, S.S.T.,


M.Kes
M.Kes

Direktur

Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru

ii
Bd. Afritayeni, S.S.T., M.Kes

iii
ABSTRAK

EFEKTIVITAS MENGONSUMSI JUS DAUN SELEDRI


DALAM PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS REJOSARI
KOTA PEKANBARU TAHUN 2022

OLEH

NOFA KHAIRIYYAH
1915250022

Seledri yaitu tanaman tahunan yang berbentuk semak atau rumput. Di


kehidupan sehari-hari seledri biasanya digunakan sebagai pelengkap dalam
makanan. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari
total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016. Salah satu tindakan non
farmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita tekanan darah tinggi adalah jus daun seledri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan
tekanan darah tinggi pada lansia di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru. Jenis
penelitian quasi-eksperiment dengan desain one group pretest posstest. Populasi
3.546 orang yang terkena tekanan darah tinggi di Puskesmas Rejosari Kota
Pekanbaru tahun 2021 dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan jumlah 12 sampel. Instrumen yang digunakan adalah
lembar observasi. Analisis data secara univariat dan bivariat, pengolahan data
menggunakan uji t dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya
efektivitas mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan tekanan darah tinggi
pada lansia, nilai uji t dependen p value 0.039 sehingga p value 0.05 maka H0
ditolak, yang berarti ada efektivitasnya mengonsumsi jus daun seledri sebagai
terapi non farmakologi dalam penurunan tekanan darah tinggi pada
lansia.Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat mengonsumsi jus
daun seledri secara teratur dan menjaga pola makan untuk membantu penurunan
atau mengontrol tekanan darah.

Kata Kunci : Efektivitas, Daun Seledri, Lansia, Tekanan Darah Tinggi


Daftar Pustaka : 18 (2017-2022)

iv
ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF CONSUMING CELERY LEAF JUICE IN


REDUCEING HIGH BLOOD PRESSURE IN THE ELDERLY
AT PUSKESMAS REJOSARI PEKANBARU CITY IN 2022

BY

NOFA KHAIRIYYAH
1915250022

Celery is an annual plant in the form of a bush or grass. In everyday life


celery is usually used as a complement to food. Hypertension is also a cause of
death with a figure of 23.7% of the total 1.7 million deaths in Indonesia in 2016.
One of the non-pharmacological measures that can be taken to lower blood
pressure in people with high blood pressure is celery leaf juice. This study aims to
determine the effectiveness of consuming celery leaf juice in reducing high blood
pressure in the elderly at the Rejosari Health Center, Pekanbaru City. This type
of research is quasi-experimental with a one group pretest posttest design. The
population of 3,546 people affected by high blood pressure at the Rejosari Health
Center in Pekanbaru City in 2021 with a sampling technique using purposive
sampling with a total of 12 samples. The instrument used is the observation sheet.
Univariate and bivariate data analysis, data processing using the dependent t
test. The results showed that there was an effectiveness of consuming celery leaf
juice in reducing high blood pressure in the elderly, the dependent t test value
was p value 0.039 so that the p value was 0.05 then H0 was rejected, which
means there was effectiveness in consuming celery leaf juice as a non-
pharmacological therapy in reducing high blood pressure in the elderly. Based on
the results of this study it is expected to be able to consume celery leaf juice
regularly and maintain a diet to help reduce or control blood pressure.

Keywords : Effectiveness, Celery Leaves, Elderly, High Blood Pressure


Bibliography : 18 (2017-2022)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Nofa Khairiyyah


Tempat/Tanggal Lahir : Batam, 14 November 2001
Agama : Islam
Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Anggur Raya Blok A BLP Pkl.Kerinci
Nama Ayah : Mustafa
Nama Ibu : Waginah

B. Riwayat Pendidikan

Tempat
No Jenis Pendidikan Tahun Lulus
Pendidikan
1 SDN 013 Segati Segati 2013
2 SMPN 1 Pangkalan Kerinci 2016
3 SMAN 1 Pangkalan Kerinci Pangkalan Kerinci 2019
Akademi Kebidanan Helvetia
4 Pekanbaru 2022
Pekanbaru

vi
KATA PENGANTAR

Menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Puji

dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segalanya Rahmat-Nya dan Hidayah-Nya sehigga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) berjudul “Efektivitas Mengonsumsi Jus

Daun Seledri Dalam Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di

Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru Tahun 2022”.

Penyusunan KTI ini, peneliti banyak mendapatkan arahan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan kesungguhan

hati dan rasa ikhlas peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Bd. Afritayeni, S.S.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

Helvetia Pekanbaru dan selaku anggota penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu, pikiran serta arahan sehingga KTI terselesaikan.

2. Ibu Rizka Angrainy, AMd.Keb., S.K.M., M.Kes selaku pembimbing I yang

telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, serta arahan sehingga terselesainya

KTI ini.

3. Ibu Rika Istawati, S.S.T., M. Kes selaku pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, pikiran serta arahan sehingga KTI terselesaikan.

4. Ibu Penti Dora Yanti, S.S.T., M.Kes selaku ketua penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu, pikiran serta arahan sehingga KTI terselesaikan.

5. Ibu Mira Susmitha, S.K.M selaku kepala puskesmas Rejosari kota pekanbaru

dan staf yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan KTI.

vii
6. Seluruh staf Dosen Akademi Kebidanan Pekanbaru yang telah memberikan

ilmu selama peneliti mengikuti pendidikan.

7. Kedua orang tuaku, ayahku Mustafa dan ibuku tersayang yang telah

membesarkanku, mendidik dan tidak pernah lelah dalam memberikan

dukungan dan materi, dan yang mengajariku arti sebuah kesabaran, kejujuran

dalam hidup. Karya ini saya persembahkan untuk kalian. Terima kasih pada

ayah dan ibu, dan kelak cita-cita saya ini akan menjadi persembahan yang

paling mulia untuk kalian, dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan

rahmat-Nya kepada ayah dan ibu.

8. Kepada abang kandungku, Muhammad Dzulfa Wahiddin, S.IP. dan adik ku

Nisya Sabila yang selalu memberi dukungan do’a dan perhatian. Terima kasih

untuk terus menyayangi dan menjaga adikmu ini.

Kemudian kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu. Dalam kesempatan ini penulis mengharapkan kritik ataupun saran yang

bermanfaat dan semoga ALLAH SWT memberikan memberikan rahmat dan

karunianya untuk kita semua serta medapatkan kebahagian dan keridoannya.

Amin Ya Robbal’alamin

Pekanbaru, 2 Desember 2022

Peneliti

Nofa Khairiyyah

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
ABSTRAK.................................................................................................. iii
ABSTRACT................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7


2.1 Konsep Tekanan Darah............................................................... 7
2.1.1 Definisi Tekanan Darah...................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi......................................................... 8
2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah............................................... 10
2.1.4 Penyebab Hipertensi........................................................... 11
2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi..................................................... 13
2.1.6 Tanda dan Gejala Hipertensi.............................................. 16
2.1.7 Dampak Hipertensi............................................................. 17
2.1.8 Pencegahan Hipertensi....................................................... 18
2.1.9 Pentalaksanaan Hipertensi.................................................. 18
2.2 Konsep Lansia............................................................................. 20
2.2.1 Pengertian Lansia............................................................... 20
2.2.2 Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Lansia.............. 21
2.2.3 Masalah Kesehatan yang Biasa dialami Lansia.................. 23
2.3 Seledri.......................................................................................... 25
2.3.1 Pengertian Seledri............................................................... 25
2.3.2 Marfologi dan Jenis............................................................ 26
2.3.3 Kandungan Daun Seledri.................................................... 27
2.3.4 Kandungan Seledri yang Bias menurunkan Tekanan
Darah Tinggi....................................................................... 28
2.3.5 Pengolahan Seledri............................................................. 29
2.4 Kerangka Teori............................................................................ 31
2.5 Kerangka Konsep......................................................................... 32
2.6 Hipotesis...................................................................................... 32

ix
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 33
3.1 Jenis dan Desain penelitian......................................................... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 33
3.2.1 Lokasi Penelitian................................................................ 33
3.2.2 Waktu Penelitian................................................................ 33
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................... 34
3.3.1 Populasi.............................................................................. 34
3.3.2 Sampel................................................................................ 34
3.4 Definisi Operasional.................................................................... 35
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data...................... 36
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data................................................. 36
3.5.2 Teknik Pengolahan Data..................................................... 36
3.6 Analisa Data................................................................................ 37
3.6.1 Analisis Univariat............................................................... 38
3.6.2 Aanlisis Bivariat................................................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 39


4.1 Gambaran Lokasi Penelitian........................................................ 39
4.2 Hasil Penelitian............................................................................ 39
4.2.1 Analisis Univariat............................................................... 39
4.2.2 Analisis Biavariat............................................................... 41
4.2 Pembahasan................................................................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 44


5.1 Kesimpulan.................................................................................. 44
5.2 Saran............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 46
LAMPIRAN................................................................................................ 48

x
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Tekanan Darah........................................................ 9

2.2 Kandungan Kimia dalam Daun Seledri..................................... 27

3.1 Desain Penelitian....................................................................... 33

3.2 Definisi Operasional ................................................................. 36

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan karakteristik


Lansia pada Pretest dan Posttest di Puskesmas Rejosari Kota
Pekanbaru tahun 2022................................................................ 40

4.2 Distribusi Responden berdasarkan Intensitas Mengonsumsi


Jus Daun Seledri pada Lansia Sebelum dan Sesudah
dilakukan intervensi di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
tahun 2022................................................................................. 40

4.3 Perbedaan Pretest dan Posttest Penatalaksanaan Jus Daun


Seledri pada Lansia dngan Tekanan Darah Tinggi di
Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru tahun 2022..................... 41

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 31

2.2 Kerangka Konsep...................................................................... 31

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Lembar Permohonan Menjadi Responden................................ 48

2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................................. 49

3 Master Tabel.............................................................................. 52

4 Hasil Output SPSS.................................................................... 53

5 Surat Permohonan Pengambilan Data Pendahuluan................. 55

6 Surat Keterangan Penelitian dari KESBANGPOL ................ 56

7 Surat Permohonan pengambilan Data Awal di Dinkes............. 57

8 Surat Permohonan Izin Penelitian (Riset)................................. 58

9 Surat Pelaksanaan Kegiatan Riset............................................. 59

10 Surat Keterangan Penelitian dari KESBANGPOL Riset.......... 10

11 Surat Riset dari Dinkes.............................................................. 61

12 Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian................................ 62

13 Lembar Bimbingan Tugas Akhir.............................................. 63

14 Lembar Konsultasi Perbaikan KTI............................................ 65

15 Dokumentasi Penelitian............................................................ 69

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu tahap terakhir dalam proses kehidupan

seorang individu atau masa dimana terakhir dalam proses kehidupan seorang

individu atau masa dimana individu secara alami mengalami berbagai macam

perubahan keseimbangan baik dari segi fisik, mental, sosial serta spiritual

dengan usia di atas 60 tahun (Indra, 2022).

Perubahan-perubahan dalam proses “aging” atau penuaan merupakan

masa ketika seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan

bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup. Bukan berarti hal ini

dikatakan sebagai “perubahan drastis” atau “kemunduran”. Bertambahnya usia

manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada

perubahan-perubahan pada tubuh manusia tersebut, tidak hanya mengalami

perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, seksual, bahkan mengalami perubahan

penurunan pada berbagai fungsi organ tubuh manusia (Hana, 2017).

Proses penuaan pada manusia ditandai dengan tahapan menurunnya

berbagai fungsi organ dalam tubuh yang ditandai dengan rentannya tubuh

terhadap berbagai serangan penyakit. Salah satu penyakit yang sering dialami

lansia adalah penyakit hipertensi (Akbar et al., 2020). Hipertensi secara umum

dapat didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolic lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya

1
2

bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan darah tersebut membuat sistem

sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak)

menjadi tegang (Manuntung,2019).

World Health Organization (WHO) jumlah lanjut usia dengan berumur

(60 tahun keatas) di segala dunia pada tahun 2025 diperkirakannya menggapai

1,2 milyar dengan definisi WHO terdiri dari umur pertengahan yang meliputi

(middle age) 45- 59 tahun, umur lanjut (elderly) umur 60- 74 tahun,usia tua

(Old) 75-90 tahun dan umur sangat lanjut (very old) diatas 90 tahun

(Kemenkes RI, 2013). Penyakit masih jadi permasalahan salah satunya di

Indonesia, merupakan hipertensi.

Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di

atas normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Sumartini, Zulkifli, & Adhitya,

2019). Hingga saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang

cukup besar untuk tetap diatasi. WHO (World Health Organization)

menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk dunia, dan

mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi

penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di

Indonesia tahun 2016 (Anitasari, 2019).

Pada negara berkembang, berdasarkan data Riskesdas 2018 Indonesia

dengan prevalensi kejadian hipertensi pada usia >18 berdasarkan pengukuran

secara nasional sebesar 34,1%, dengan angka tertinggi di Kalimantan Selatan


3

(44,1%), diikuti Jawa Barat (39,6%), Kalimantan Timur (39,3%),

Jawa Tengah (37,5%), Kalimantan Barat (36,9%), Jawa Timur (36,3%),

Sulawesi Barat 34,7%, sedangkan di Riau (29,1%) (Riskesdas, 2019).

Menurut data yang diambil dari Provinsi Riau 2019 angka prevalensi

pada kasus hipertensi tertinggi yaitu Bengkalis (85%), dan Siak (70%), Rokan

Hilir dan Meranti (34%), Pekan baru (32%), Kuantan Singingi (21%),

Indragiri Hulu sebesar (13%). Dan Indragiru Hulu merupakan kasus

hipertensi tertinggi nomor 6 di Riau (Profil Kesehatan Provinsi Riau 2019)

Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat dilakukan untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi adalah jus

daun seledri. Hal ini sesuai dengan penelitian Pratiwi, et al (2019) dimana

berdasarkan hasil penelitian, bagian dari daun seledri mengandung senyawa

aktif yaitu “apigenin”. Zat tersebut mampu menurunkan tekanan darah yang

mekanisme kerjanya mirip dengan angiotensin dan mannitol yang berfungsi

sebagai zat anti diuretik. Bagian batang dan daun seledri juga memiliki

kandungan nitrat yang merupakan senyawa anti hipertensi.

Pada penelitian Pratiwi, et al (2019), peneliti memilih seledri (Apium

graveolens L) digunakan sebagai alternatif tanaman obat untuk pencegahan

terhadap hipertensi. Seledri digunakan karena tanaman ini cukup popular,

mudah ditemukan, dan harganya murah. Di Indonesia, masyarakat

biasanya menggunakan seledri sebagai penyedap alami pada masakan di

Indonesia. Beberapa Negara maju diantaranya Jepang, Cina, Korea telah


4

menggunakan bagian tangkai daun sebagai salah satu bahan makanan.

Berdasarkan penelitian Pratiwi,et al (2019), bagian dari daun seledri

mengandung senyawa aktif yaitu “apigenin” dimana zat ini mampu

menurunkan tekanan darah yang mekanisme kerjanya mirip dengan calcium

antagonist dan “mannitol” yang berfungsi sebagai zat yang bersifat diuretik.

Bagian batang dan daun seledri juga memiliki kandungan nitrat yang

merupakan senyawa antihipertensi. Menurut penelitian, terbukti nitrat yang

masuk ke dalam tubuh manusia akan berubah menjadi Nitric Oxide (NO)

dapat berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Pada endotel pembuluh darah, Nitric Oxide Synthase (NOS) nantinya akan

memberikan efek vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang dapat

berfungsi sebagai penurun tekanan darah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru (2021), hipertensi masuk ke dalam lima besar kasus penyakit

terbanyak di Kota Pekanbaru. Kasus hipertensi terbanyak terdapat dalam

beberapa Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru yaitu Puskesmas Rejosari

sebanyak 3.546 kasus hipertensi, Puskesmas Simpang Tiga sebanyak 3.479

kasus hipertensi, Puskesmas Payung Sekaki sebanyak 1.718 kasus hipertensi.

Berdasarkan survey awal yang saya lakukan di Puskesmas Rejosari

Kota Pekanbaru dengan 5 orang lansia yang mengalami tekanan darah tinggi,

terdapat 3 orang lansia yang mengalami tekanan darah tinggi mengonsumsi

daun seledri dan 2 orang diantaranya tidak mengonsumsi daun seledri dalam
5

penurunan tekanan darah tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan

penelitian tentang “Efektivitas Mengonsumsi Jus Daun Seledri Dalam

Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di Puskesmas Rejosari Kota

Pekanbaru Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Efektvitas Mengkonsumsi Jus Daun Seledri dalam Mengurangi Tekanan

Darah Tinggi pada Lansia di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru

Tahun 2022?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas mengonsumsi jus daun seledri dalam

mengurangi tekanan darah tinggi pada lansia.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini,

1. Mengetahui tekanan darah sebelum mengonsumsi jus daun seledri pada

lansia.

2. Mengetahui tekanan darah setelah mengonsumsi jus daun seledri pada

lansia.

3. Mengetahui efektivitas mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan

tekanan darah tinggi pada lansia.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lansia dan

masyarakat sekitar mengenai kegunaan dan evektifitas daun seledri

pada penderita hipertensi.

2. Bagi Akademi Pendidikan

Sebagai referensi pendidikan DIII Kebidanan Akbid Helvetia

Pekanbaru dan menjadikan wawasan agar seluruh mahasiswa

terinspirasi untuk melanjutkan penelitian tersebut.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam melakukan

penelitian khususnya tentang lansia yang mengalami hipertensi dan cara

mengatasinya. Serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan di

Akbid Helvetia Pekanbaru.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai sumber

pengetahuan dan informasi untuk penelitian yang sejenis dan penelitian

lanjutan tentang bagaimana efektivitas jus daun seledri pada lansia yang

hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tekanan Darah

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding

pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri

ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan

bervariasi tergantung pada pembukuh darah dan denyut jantung. Tekanan

darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontaksi (tekanan sistolik) dan

paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada keadaan

hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah

dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan

tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.

Penderita hipertensi mengalami penigkatan tekanan darah melebihi batas

normal, dimana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah

dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan

volume atau isi darah bersirkulasi. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi

seperti penyakit jantung coroner, left ventricle hypertrophy, dan stroke yang

merupakan pembawa kematian tinggi.

Hipertensi merupukan menyakit yang timbul akibat adanya interaksi

sebagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi

7
8

dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat

keluarga, jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti

gaya hidup meliputi obesitas, aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol,

kebiasaan tidur, dan lain sebagainya. Hipertensi yang tidak terkontrol akan

meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke beberapa

organ vital seperti jantung (infark miokard, jantung coroner, gagal jantung

kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal kronis),

mata (retinopati hipertensif).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab kematian di dunia.

Hipertensi sangat dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang yang

sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui

jika dirinya mengidap hipertensi. Penderita dating berobat setelah timbul

kelainan organ akibat hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai

heterogeneous group of disease karena dapat menyerang setiap orang dari

berbagai kelompok umur, social dan ekonomi (WHO, 2015).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua golongan

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri

akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatic normal, dapat juga

disebut hipertensi idopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95%


9

kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiostensin, defek

dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor

yang menigkatkan risiko seperti obesitas dan merokok.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya diketahui

dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua

hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi hormone dan

fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain:

1) Penggunaan estrogen

2) Penyakit ginjal

3) Hipertensi vascular renal

4) Hiperaldesteronisme primer

5) Sindroma cushing

6) Feokromositoma

7) Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Tekanan Tekanan darah Tekanan darah


Darah sistolik diastolik
Optimal <120 mmHg <80 mmHg
Normal 120-129 mmHg 80-84 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 160-179 mmHg 100-110 mmHg
Hipertansi derajat 3 ≥180 mmHg ≥110 mmHg
Sumber : (Santoso,A, 2021)
10

2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah


Adapun alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sebagai

berikut :

1. Sphygmomanometer

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygmomanometer. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa,

pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur

tekanan darah dalam unit yang disebut millimeter air raksa (mmHg).

Manset ditaruh mengelilingi lengan atas dan dipompa dengan sebuah

pompa udara sampai dengan tekanan yang menghalangi aliran darah di

arteri utama (brachial artery) yang berjalan melalui lengan. Lengan

kemudian ditaruh di samping badan pada ketinggian dari jantung, dan

tekanan dari manset pada lengan dilepaskan secara berangsur-angsur.

Ketika tekanan di dalam manset berkurang, seorang dokter mendengar

dengan stetoskop melalui arteri pada bagian depan dari sikut. Tekanan

pada mana dokter pertama kali mendengar denyutan dari arteri adalah

tekanan sistolik (angka yang di atas).

Ketika tekanan manset berkurang lebih jauh, tekanan pada mana

denyutan akhirnya berhenti adalah tekanan diastolik (angka yang di

bawah). Angka yang di atas, tekanan darah sistolik berhubungan dengan

tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah

maju ke dalam arteri-arteri. Angka yang di bawah, tekanan diastolik

mewakili tekanan di dalam arteri-arteri ketika jantung istirahat (relax)


11

setelah kontraksi. Tekanan diastolic mencerminkan tekanan paling

rendah yang dihadapkan pada arteri- arteri. Suatu peningkatan dari

tekanan darag sistolik dan/atau diastolik meningkatkan risiko komplikasi

hipertensi.

2. Stetoskop

Stetoskop adalah alat medis yang fungsinya tidak hanya untuk

mendengar suara detak jantung saja, tetapi juga untuk mendengarkan

suara organ lain yang berada di dalam tubuh. Beberapa organ yang

dibisa didengarkan oleh alat ini di antaranya adalah suara organ

pencernaan, paru- paru, bahkan sampai suara janin yang masih di dalam

kandungan pun bisa didengar detak jantungnya. Selain untuk mendengar

suara-suara di dalam tubuh, dokter juga akan menggunakan stetoskop

untuk mendengar apakah terdapat sesuatu yang tidak normal dari suara

di dalam tubuh. Dengan begitu, diagnosis suara di dalam tubuh lewat

alat ini bisa membantu dokter memilih tindakan dan pengobatan yang

tepat untuk pasien. Stetoskop juga digunakan untuk mendengar

gangguan intensine, pemeriksaan prenatal dan aliran darah dalam arteri

vena.

2.1.4 Penyebab Hipertensi

Menurut Musakkar & Djafar, (2021) ada 2 macam hipertensi yaitu :

1. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit

tekanan darah tinggi ini.


12

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.

Sekitar 10% orang yang menderita hipertensi jenis ini.

Menurut Musakkar & Djafar, ( 2021) beberapa penyebab hipertensi :

1. Keturunan

Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap hipertensi

maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.

2. Usia

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang

maka tekanan darah pun akan meningkat.

3. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa

orang.

4. Kolesterol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga

mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun akan

meningkat.

5. Obesitas/kegemukan

Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko lebih

tinggi mengidap hipertensi.

6. Stress

Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana

hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf


13

simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu) (Anggriani et al., 2014).

7. Rokok

Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika merokok

dalam keadaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu penyakit

yang berkaitan dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda dapat

meningkatkan tekanan darah.

9. Alkohol

Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

10. Kurang olahraga

Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan darah, jika

menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat.

2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi

Ada beberapa faktor risiko hipertensi yaitu :

1. Faktor yang tidak dapat diubah

1) Umur

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada

laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita

meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.


14

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung

lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal

tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa pria memiliki gaya

hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita. Akan

tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami peningkatan

setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh

adanya perubahan hormonal yang dialami wanita yang telah

menopause.

3) Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak

kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih

berisiko untuk terkena hipertensi.

2. Faktor yang dapat diubah

1) Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam

tubuh. Obesitas dapat diketahui dengan menghitung Indeks Masa

Tubuh (IMT). IMT adalah perbandingan antara berat badan dalam

kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Biasanya

pengukuran IMT dilakukan pada orang dewasa usia 18 tahun ke

atas. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika perhitungan IMT

berasa di atas 25 kg/m2. Obesitas dapat memicu terjadinya


15

hipertensi akibat terganggunya aliran darah. Dalam hal ini, orang

dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak

dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan

penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis).Penyempitan terjadi

akibat penumpukan plak ateromosa yang berasal dari lemak.

Penyempitan tersebut memicu jantung untuk bekerja memompa

darah lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat lain yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal inilah yang

menyebabkan tekanan darah meningkat.

2) Alkohol

Konsumsi alkohol berlebihan.konsumsi teratur tiga kali alkohol atau

lebih dalam sehari meningkatkan risiko hipertensi.penurunan atau

penghentian konsumsi alkohol menurunkan tekan darah,khususnya

pengukuran sistolik. Faktor gaya hidup yang terkait dengan asupan

alkohol berlebihan (kegemukan dan kurang latihan fisik) juga dapat

menjadi penyebab hipertensi.

3) Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang

kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

4) Aktifitas fisik

Kurang akitivitas fisik dan olahraga dapat mengakibatkan


16

meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih

keras untuk memompa darah. Hal ini juga dapat mengakibatkan

peningkatan berat badan yang merupakan salah satu factor

hipertensi.

5) Konsumsi makanan asin

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk

memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan

tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,

Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.

Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan

tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

6) Stres

Stres fisik dan emosional menyebabkan kenaikan sementara tekanan

darah,tetapi peran stres pada hipertensi primer kurang jelas.

Tekanan darah normalnya berfluktuasi selama siang hari,yang naik

pada aktivitas, ketidaknyamanan,atau respons emosional seperti

marah.stres yang sering atau terus-menerus dapat menyebabkan

hipertrofi otot polos vaskular atau memengaruhi jalur integratif

sentral otak.

2.1.6 Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut (Salma, 2020) ada 6 tanda dan gejala hipertensi yaitu :

1. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)


17

Salah satu ciri dari penyakit hipertensi yaitu sakit kepala. Hal ini karena

aliran darah yang dihasilkan oleh jantung ke seluruh tubuh semakin

meningkat sehingga membuat sakit pada daerah kepala.

2. Bising (bunyi “nging”) di telinga

3. Jantung berdebar-debar

Ketika denyut jantung semakin cepat, jantung terasa berdebar-debar. Hal

ini terjadi karena faktor emosi sehingga masih merupakan salah satu ciri

dari penyakit darah tinggi (hipertensi).

4. Pengelihatan kabur

5. Mimisan

Mimisan adalah salah satu ciri dari hipertensi. Hal ini karena akan

menyebabkan pecahnya pembuluh darah dibagian belakang (epistaksis

posteor) sehingga menyebabkan terjadinya mimisan.

6. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

2.1.7 Dampak Hipertensi

Menurut (Septi Fandinata, 2020) ada 4 hipertensi yang tidak teratasi

dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya yaitu:

1. Payah Jantung

Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada otot jantung

atau sistem listrik jantung.

2. Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh darah


18

yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah otak

makan akan terjadi pendarahan pada otak dan mengakibatkan kematian.

Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan dari gumpalan darah di pembuluh

darah yang menyempit.

3. Kerusakan ginjal

Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat hipertensi

dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan menjadi lebih

sedikit sehingga membuang kotoran kembali ke darah.

4. Kerusakan Penglihatan

Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena hipertensi

dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, selain itu kerusakan

yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan pada

pandangan yang menjadi kabur.

2.1.8 Pencegahan hipertensi

Menurut Ernawati, (2020) pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan

yaitu :

1. Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)

2. Makan lebih banyak buah dan sayuran

3. Aktifitas fisik secara teratur

4. Menghindari penggunaan rokok

5. Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh

6. Menghilangkan / mengurangi lemak dalam makanan.


19

2.1.9 Peanatalaksanaan Hipertensi

Menurut Nuraini, (2015) penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu :

1. Non farmakologis

Penalataksanaan Hipertensi dengan non farmakologis diantaranya yaitu :

1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: peningkatan berat

badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.

Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi

dan kontrol hipertensi.

2) Meningkatkan aktifitas fisik: orang yang aktivitasnya rendah berisiko

terkena Hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu,

aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai

pencegahan primer dari Hipertensi.

3) Mengurangi asupan natrium - Menurunkan konsumsi kafein dan

alkohol: kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara

konsumsi alkohol lebih dari 2 – 3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko

Hipertensi.

4) Terapi komplementer dan komplementer herbal: menggunakan

komplementer dan komplementer herbal dalam pengobatan Hipertensi

dapat mengurangi penggunaan obat dan menghemat biaya.

2. Farmakologis

Farmakologi atau penggunaan obat, diantaranya :


20

1) Beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol),

2) Penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril,

enalapril),

3) Antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan),

4) Calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin) dan

5) Alpha‐blocker (misalnya doksasozin) (Nuraini, 2015).

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Pengertian Lansia

Perubahan-perubahan dalam proses “aging” atau penuaan merupakan

masa ketika seorang individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan

bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup. Bukan berarti hal ini

dikatakan sebagai sebuah “perubahan drastis” atau “kemunduran”. Secara

definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun

disebut lansia. Akan tetapi pelabelan ini dirasa kurang tepat. Hal ini

cenderung pada asumsi bahwa lansia itu lemah, penuh ketergantungan,

minim penghasilan, penyakitan, tidak produktif, dan masih banyak lagi.

Klasifikasi lanjut usia menurut (Festi, 2018).

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.


21

2.2.2 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Lansia

Proses penuaan berawal dari selesainya pertumbuhannya pada usia 25

tahun. Beberapa orang menyadari bahwa proses penuaan (di luar rambut yang

menjadi putih). dan proses ini pada awalnya tidak menimbulkan

permasalahan. Selanjutnya, proses penuaan terjadi semakin cepat dan

perubahan fsiologis semakin jelas.

Proses penuaan ini ditandai dengan perubahan fisiologis yang terlihat

dan tidak terlihat. Perubahan fisik yang ini, seperti kulit yang mulai keriput

dan mengendur, rambut yang beruban, gigi yang ompong serta adanya

penumpukan lemak di pinggang dan perut. Perubahan fisik yang tidak terlihat

ini misalnya perubahan fungsi organ, seperti penglihatan, pendengaran, dan

kepadatan tulang.

Kerapuhan akibat perubahan fisiologis tidak selalu mudah dibedakan

dari penurunan jasmani yang menyertai malnutrisi. Perubahan degenerative

dalam proses penuaan mencakup hal-hal berikut :

1. Penurunan kemampuan mencium bau dan mengecap.

2. Penurunan daya pendengar.

3. Penurunan daya penglihatan.

4. Osteoarthritis.

5. Osteoporosis.

6. Penyakit pembuluh arteri.

7. Penurunan toleransi glukosa.

8. Penurunan ukuran dan kekuatan otot.


22

Terdapat beberapa teori terkait dengan penuaan yang menjelaskan

bagaimana dan mengapa penuaan terjadi serta dampak pada aspek fisiologis

dan psikologis.

1. Teori Imunitas

Seiring dengan, berjalannya proses penuaan, teori sistem imun

menjelaskan adanya penurunan imunitas terkait dengan pertahanan

terhadap agen pathogen atau organsime asing. Penyakit yang dapat

muncul di antaranya adalah penyakit infeksi dan kanker.

2. Teori Neuroendokrin

Terkait dengan sistem saraf dan pengaturan hipofisis, dalam proses

penuaan terjadi gangguan pada area neurologi, yaitu waktu reaksi yang

diperlukan untuk menerima, memproses, dan merespons terhadap

perintah ( perlambatan tingkah laku ). Hal ini kadang diintepretasikan

sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan, dan

seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh.

3. Teori Kepribadian

Dalam teori ini, dijelaskan bahwa penuaan yang sehat tidak tergantung

pada jumlah aktivitas social seseorang. Akan tetapi, pada bagaimana

kepuasa orang tersebut dengan aktivitas social yang dilakukannya.

4. Teori Aktivitas

Dalam teori ini dijelaskan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia

secara negatif memengaruhi kepuasan hidup.

5. Teori Kontinuitas
23

Teori ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang seiring dengan

proses penuaan cenderung tidak berubah dan lebih jelas pada saat orang

tersebut bertambah tua. Seseorang yang senang dan memiliki kehidupan

social yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya sampai usia

lanjut. Sementara itu, orang yang menyukai kesendirian dan memiliki

jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasaan

dalam melanjutkan gaya hidupnya. Proses komunikasi yang menjadi

point penting dalam menjelaskan peran keluarga akan sangat

menentukan bagaimana orientasi nilai lansia, fungsi afektif, serta fungsi

sosialisasi mereka.

2.2.3 Masalah Kesehatan yang Biasa Dialami Lansia

Penyakit-penyakit yang dapat dialami oleh seorang lansia cukup

kompleks seiring dengan perubahan-perubahan yang dialami secara biologis

ataupun psikososial. Penyakit dapat berupa gangguan pada aspek

biologis, emosional, spiritual, dan sosial. Beberapa kondisi masalah

kesehatan yang umumnya muncul yaitu :

1. Tekanan Darah Tinggi

Pada masalah kesehatan biasanya tekanan darah akan naik. Hal ini ada

yang sifat normal da nada yang bersifat patologis (penyakit). Penyebab

naiknya tekanan darah pada usia di atas lima puluh tahun bermacam-

macam, baik kerna faktor eksternal (lingkungan luar) atau karena faktor

internal (diri sendiri). Penyebab yang paling sering adalah karena penyakit

(misalnya, gangguan ginjal) dan pola makan yang kurang baik (banyak
24

mengonsumsi makanan yang mengandung garam dam pengawet).

2. Kolesterol

Kolesterol sering meninggi karena pola makan yang kurang baik.

Keparahnnya ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas olahraga dan pola

hidup sehat. Akibatnya, kolesterol yang ada dalam tubuh sulit untuk

dikeluarkan. Terkadang pola makan yang buruk saat muda baru bisa

dirasakan ketika umur sudah di atas 50 tahun.

3. Jantung

Senada dengan tekanan darah tinggi dan kolesterol. Penyakit jantung

terjadi karena buruknya gaya hidup. Gaya hidup yang buruk membuat

organ vital ini bekerja lebih keras untuk mengompensasi kondisi tubuh.

Seseorang dengan usia di atas 50 tahun biasanya akan merasakan

adanya masalah dalam jantungnya ketika mereka tidak membiasakan diri

dengan gaya hidup sehat di awal masa mudanya.

4. Stroke

Penyakit yang berisiko melumpuhkan ini biasanya menyerang mereka

yang sudah berumur. Meskipun sekarang dijumpai beberapa orang

terserang stroke di usia muda. Hal ini tidak lain karena pola makan dan

pola hidup yang kurang baik. Stroke merupakan bentk serangan penyakit

yang perlahan namun pasti, jadi bagi seseorang berusia di atas 50 tahun

sebaiknya berhati-hati dengan serangan stroke.

5. Prostat

Biasanya masalah prostat sering terjadi di saat usia sudah senja. Masalah
25

prostat sangat beragam. Salah satu di antaranya adalah kanker prostat.

6. Artiritis

Artritis atau radang sendi adalah penyakit yang menyerang persendian.

Gangguan berupa peradangan pada bagian sendi. Peradangan ini bisa

terjadi karena banyak faktor. Salah satunya karena makanan yang

dimakan.

7. Diabetes

Diabetes atau tingginya kadar gula darah karena gangguan insulin adalah

penyakit tidak menular yang sering menimpa seseorang berusia di atas 50

tahun. Diabetes disebabkan oleh beberapa faktor. Ada yang karena genetic

atau keturunan, ada pula yang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang

baik.

2.3 Seledri

2.3.1 Pengertian Seledri

Seledri yaitu tanaman tahunan yang berbentuk semak atau rumput. Di

kehidupan sehari-hari seledri biasanya digunakan sebagai pelengkap dalam

makanan dikarenakan memiliki rasa yang khas dan renyah. Susunan tubuh

tanaman seledri terdiri dari daun, tangkai daun, batang dan akar. Daun seledri

bersifat majemuk, menyirip ganjil dengan anak daun antara 3 sampai 7 helai.

Tepi daun umumnya beringgit dan berujung runcing. Tulang-tulang daun

menyirip dengan ukuran panjang 2 sampai 7,5 cm dan memiliki lebar 2

sampai 5 cm. tangkai daun tumbuh tegak ke atas atau ke pinggir batang

dengan panjang sekitar 5 cm dan berwarna hijau atau hijau keputih-putihan


26

(Widiastuti,2012).

Seledri merupakan salah satu bahan makanan yang biasanya digunakan

sebagai campuran dalam sayur sop atau di olah sebagai jus. Seledri (Apium

graveolens L) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa digunakan

sebagai bumbu masakan.

Dalam ilmu botani, daun seledri dikatakan memiliki kandungan

Apigenin yang apat mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides

yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah.

Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh

darah membesar dan mengurangi tekanan darah. Pada pemberian jus seledri

dengan cara peras maupun refluks menunjukkan penurunan tekanan darah.

2.3.2 Morfologi dan Jenis

Seledri merupakan tanaman yang singkat masa hidupnya, hanya antara

setahun sampai dua tahun. Daun seledri bersifat majemuk, menyirip ganjil

dengan anak daun 3-7 helai. Tepi daun umumnya beringgit dengn pangkal

maupun ujung runcing. Tulang-tulang daun menyirip dengan ukuran panjang

2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm. tangkai daun tumbuh tegak ke atas atau ke pinggir

batang, panjang sekitar 5 cm, berwarna hijau atau hijau keputih-putihan.

Batang seledri amat pendek sehingga seolah-olah tidak kelihatan. Sistem

perakaran menyebar ke semua arah pada kedalaman 30-40 cm.

Berdasarkan habitus pohonnya, seledri dapat dibagi menjadi 3

golongan, yaitu :

1. Seledri Daun (Apium graveolens L. Var. Secalinum. Alef)


27

Ciri khas seledri ini terletak pada tata cara panennya, yaitu dicabut

batangnya atau dipetik tangkai daunnya.

2. Seledri potong (A. Graveolens L. Var. Sylvestre Alef)

Jenis seledri ini biasa dipanen dengan cara dipotong pada pangkal

batangnya.

3. Seledri berumbi (A. Graveolens L. Var Rapaceum Alef)

Seledri ini biasa di panen daunnya saja. Ciri khas seledri berumbi terletak

pada bagian pangkal batangnya yang membengkak, yang merupakan

umbi.

2.3.3 Kandungan Dalam Seledri

Seledri (Apium graveolens L.) adalah tumbuhan serba guna. Hampir

semua bagian tanaman ini (daun, tangkai, umbi dan biji) semua biasa

dimanfaatkan. Kandungan kimia yang telah diketahui sekitar 156 komponen.

Golongan utamanya adalah menoterprn, alcohol alifatik, komponen karbonil,

fenol, epoksida aromatok, dan turunan phthalide. Senyawa utama yeng

terdapat pada seledri adalah limonene (214 mg per kg). seluruh bagian

tanaman seledri mengandung pro-vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan

vitamin K.

Seledri mrengandung flavonoid, saponin, tannin 1%, minyak asiri

0,033%, flavo-glukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides,

asparagine, zah pahit, vitamin (A, B, dan C), apiin, minyak menguap,

apigenin dan alkaloid. Apigenin berkhasiat hipotesif, 15 kandungan kimia

daun seledri secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:
28

Tabel 2.2 Kandungan Kimia dalam Daun Seledri

Komponen Jumlah
Air 93 ml
Lemak 0,1 gr
Karbohidrat 4 gr
Protein 0.9 gr
Serat 0.9 gr
Kalsium 50 mg
Besi 1 mg
Yodium 150 mg
Kalium 400 mg
Magnesium 85 mg
Vitamin A 130 IU
Vitamin K 15 mg
Vitamin C 15 mg
Riboflavin 0.05
Tlamin 0.03
Nikotinamid 0,4 mg
Sumber: (Ulya, N, Jannah 2021)

Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang

dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontaksi

jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah

menjadi berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretic yaitu membantugunjal

mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga

berkurangnya cairan dalam daerah akan menurunkan tekanan darah.

Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vaso relaksator atau

vasolidator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme pemnghambat

kontaksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium (mekanime kerja seperti

kalsium antagonis). Antagonis kalsium berkeja dengan menurunkan tekanan

darah dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium

memasuki sel otot, maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi


29

otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar

sehingga darah akan mengalir dengan lancar dan tekanan darah akan

menurun.

2.3.4 Kandungan Seledri yang Bisa Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Kandungan seledri yang bisa menurunkan tekanan darah antara lain :

1. Flavanoid

Salah satu flavanoid yang berkhasiat adalah quercetin. Senyawa ini

beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan atau

menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi agar

menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi

oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah

mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding

pembuluh darah.

2. Apigenin

Apigenin yang terdapat pada seledri sangat bermanfaat untuk

mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.

3. Vitamin C

Vitamin C dapat memperkuat otot jantung, vitamin C berperan

penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam

proses metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkatkan laju

kolesterol yang dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur

metabolism kolesterol.
30

4. Fitosterol

Fitosterol adalah sterol yang terdapat dalam tanaman dan

mempunyai struktur mirip kolesterol. Fitosterol dapat membantu

menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan

kolesterol di usus sehingga membantu menurunkan jumlah

kolesterol yang memasuki aliran darah. Sehingga fitosterol dapat

membantu untuk menurunkan tekanan darah.

5. Vitamin K berfungsi membantu proses pembekuan darah.

2.3.5 Pengolahan Seledri

Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan

obat- obatan. Sebagai sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai

campuran sup. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran antihipertensi. Fungsi

lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), antireumatik serta pembangkit

nafsu makan (karminativa). Banyak sekali manfaat dari seledri, selain dapat

menurunkan tekanan darah, seledri juga dapat mengurangi kolesterol tubuh,

menyehatkan sendi, mencegah kanker, menyuburkan rambut, mengobati

bronchitis, mengatasi alergi dan banyak mengandung vitamin C (Apriliano,

2012).

Cara membuat jus seledri adalah sebagai berikut :

1. Bahan : 40 gr seledri, air 100 ml

2. Alat : gelas ukur, blender, pisau, saringan

3. Cara pembuatan

1) Mencuci 40 gr seledri sampai bersih


31

2) Seledri dipotong-potong kasar

3) Kemudian seledri dimasukkan kedalam blender

4) Tambahkan 1 gelas air bersih 100 ml lalu blender kemudian haluskan.

5) Angkat dan tuang kedalam gelas,jus seledri siap disajikan diminum.

4. Cara pemakaian: jus seledri diminum 1 kali sehari (pada pagi hari).
32

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu kerangka untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Istilah “teori” penyusun kerangka dapat berupa teori yang ada,

definisi konsep atau dapat dari logika (Fahruddin, 2018). Kerangka teori

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :

Hipertensi

Farmakologi Non-Farmakologi

Jus daun seledri


Deureti, beta
bloker, Meningkatkan aktifitas fisik
antagonis
kalsium, dan Menurunkan berat badan bila
penghambat status gizi berlebih
konfrensi enzim
Mengurangi asupan natrium -
Menurunkan konsumsi kafein
dan alkohol

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Nuraini, 2015)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan tau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin

diteliti. (Notoatmojo, 2018). Kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :


33

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Jus Daun Seledri Menurunkan Tekanan Darah


Tinggi (Hipertensi)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Dari hipotesis ini peneliti akan menarik kesimpulan sementara yang

harus dibuktikan kebenarannya, dan kondisi ini akan menjadi tolak ukur serta

arah dari penelitian yang akan dilakukan (Susila dan Susanto, 2014).

Ha : Ada hubungan penurunan tekanan darah pada lansia dengan

mengonsumsi jus daun seledri

Ho : Tidak ada hubungan penurunan tekanan darah pada lansia dengan

mengonsumsi jus daun seledri.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini

menggunakan penelitian pra-eksperimen dengan desain “one group pretest

posstets” quasi eksperimen dengan pendekatan kelompok intervensi untuk

menghubungkan jus daun seledri dalam penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia sebelum dan sesudah mengonsumsi jus daun seledri.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Protest Perlakuan Post test

01 X 02

Keterangan :

01 : Observasi pertama / pengukuran pertama

02 : Pengukuran kedua

X : Intervensi (perlakuan mengonsumsi jus daun seledri)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus tahun 2022.

34
35

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini seluruh lansia yang memiliki tekanan

darah tinggi di Puskesmas Rejosari pada bulan September-Oktober berjumlah

160 orang lansia.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Ariani, A, 2014). Sampel yang dikehendaki dalam penelitian

ini adalah bagian dari populasi terjangkau. Dalam teknik pengambilan sampel

yang digunakan. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik metode purposive sampling yang teknik

pengambilan berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki oleh

peneliti.

Pada penelitian ini terdapat kriteria, yaitu kriteria Inklusi dan Kriteria

Ekslusi. Inklusi adalah sampel yang memenuhi syarat sedangkan eksklusi

adalah sampel yang tidak memenuhi syarat.

1. Kriteria Inklusi

1) Lansia yang beralamat diwilayah Puskesmas Rejosari

2) Lansia yang bersedia mengonsumsi jus daun seledri

3) Lansia yang bersedia dilakukan pengecekan tekanan darah

2. Kriteria Ekslusi

1) Lansia yang tidak bersedia untuk diteliti

2) Lansia yang tidak bersedia mengonsumsi jus daun seledri


36

Menurut Sugiono (2019), memberikan saran-saran tentang ukuran

sampel dalam penelitian. Untuk penelitian Eksperimen yang sederhana,

dengan pengendalian yang ketat maka ukuran sampel bisa antara 10-20

elemen. Sampel pada penelitian ini sebanyak 12 orang di Puskesmas Rejosari

Pekanbaru berdasarkan kriteria inklusi.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang berguna untuk membatasi

ruang lingkup atau pengertian variable-variabel yang diamati atau diteliti dan

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument

(Notoatmodjo, 2018).

Definisi operasional adalah suatu atribut sifat atau nilai dari objek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Definisi variable-variabel

penilitian harus dirimuskan untuk menghindari kesesatan dalam

mengumpulkan data, variable adalah atribut atau obyek yang memili variasi

antara satu sama lainnya. Identitas variable dalam penelitian ini digunakan

untuk membantu dalam menentukan alat pengumpulan data dan teknis

(Sugiyono, 2014), variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2

berikut:
37

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur
ukur
1 Konsumsi jus Jus daun seledri Blender, Ordinal Konsumsi Jus
daun seledri yang diberikan pada gelas ukur, daun seledri
lansia dengan timbangan
takaran 100 gram per makanan,
1 gelas dalam sehari daun seledri
selama 5 hari, dan air
pengecekan tekanan
darah dilakukan
setelah pemberian
jus daun seledri
2 Penurunan Hasil pemeriksaan Alat Numerik 1. Hipertensi
tekanan darah tekanan darah sebelum Sphygmo derajat 1
dan sesudah pemberian manometer, (140-159
jus daun seledri stetoskop mmHg)
dan lembar 2. Hipertensi
observasi. derajat 2
(160-179
mmHg)
3. Hipertensi
derajat 3
(>180 mmHg)

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan metode observasi

dimana peneliti mengamati atau mengukur dan mencatat kejadian hasil yang

sedang diteliti dalam sebuah lembar kuisioner yang berisi variable yang akan

diteliti.

3.5.2 Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah secara komputerisasi.Setelah data terkumpul

kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut (Aryani, 2014).


38

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

2. Coding

Lembar atau kartu kode adalah instrument yang berupa kolom-kolom

untuk merekan dua secara manual. Lembar atau kode berisi nomor

responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Processing

Memasukan data-data hasil penelitian kedalam komputer untuk proses

analisis.

4. Tabulating

Yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang

di inginkan oleh peneliti.

5. Entri data

Yang mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan

jawaban masing-masing pertanyaan.

3.6 Analisis Data

Analisis data dapat dibedakan berdasarkan jumlah variable, yaitu

analisis univariat, bivariat. Maupun dilakukan dengan cara Uji T-dependen

dan penyajian hasil menggunakan distribusi frekuensi. Sebaiknya penelitian

analisis data ditulis berdasarkan jumlah variabelnya.


39

3.6.1 Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan setiap variable dalam

penelitian meliputi usia, penelitian ini menggunakan intervensi yaitu

pemberian daun seledri dengan cara dijus. Pemberian intervensi dilakukan 1

kali pada waktu pagi dengan memberikan jus daun seledri sebanyak 100 gram

selama 5 hari. Analisa data dilakukan analisa univariat dengan interpretasikan

dengan skala berikut bersikap kualitatif sebagai berikut :

1. Hipertensi derajat 1: Apabila hasil pengukuran tekanan darah dengan hasil

140-159 mmHg

2. Hipertensi derajat 2: Apabila hasil pengukuran tekanan darah dengan hasil

160-179 mmHg

3. Hipertensi derajat 3: Apabila hasil pengukuran tekanan darah dengan hasil

>180 mmHg

3.6.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji mengonsumsi jus daun seledri

dengan penurunan tekanan darah. Dengan menganalisis data dengan uji

statistic t-dependent yaitu uji statistic paired sampel t-test untuk mengukur

tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan konsumsi jus daun seledri pada

kelompok intervensi, dan diperoleh mean perbedaan sebelum dan sesudah

pada kelompok intervensi taraf signifikan (α=0.05), pedoman dalam

menerima hipotesis :

1. Jika probabilitas (p)<0,05 maka Ho ditolak

2. Jika nilai (p)>0,05 maka Ho gagal ditolak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Rejosari merupakan salah satu puskesmas di Kota

Pekanbaru. Puskesmas Rejosari ini berada di jalan Utama Rejosari,

Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Puskesmas ini melayani berbagai

program puskesmas seperti periksa kesehatan (check up), pembuatan surat

keterangan sehat, rawat jalan, lepas jahitan, ganti balutan, jahit luka, cabut

gigi, pemeriksaan tensi, tes hamil, periksa anak, tes golongan darah, asam

urat, kolestrol dan lainnya.

Luas wiayah Kelurahan Rejosari adalah 556 Km 2. Secara Geografis

Kelurahan Rejosari terletak di wilayah timur Kecamatan Tenayan Raya Kota

Pekanbaru. Letak Kelurahan Rejosari sebagai berikut :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan disebelah Kelurahan Kulim

2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kelurahan Tengkerang Timur

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sail.

4. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lima Puluh.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat ini mendeskripsikan karakteritik masing-masing

variable yang diteliti yakni data demografi lansia meliputi umur, jenis

kelamin, analisis univariat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:

40
41

1. Data Demografi Lansia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik


Lansia pada Pretest dan Posttest di Puskesmas Rejosari Kota
Pekanbaru Tahun 2022.
Jumlah
No Karakteristik Responden
F %
1. Usia
45-59 8 66.7
>60 4 33.3
Total 12 100.0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 5 41.7
Perempuan 7 58.3
Total 12 100.0
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil dari 12 orang lansia

yang mengalami tekanan darah tinggi sebagian besar responden berada pada

rentang usia 45-59 tahun sebanyak 8 responden (66.7%), sebagian responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 responden (58.3%).

2. Data Khusus

Data khusus dai hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Mengonsumsi


Jus Daun Seledri pada Lansia Sebelum dan Sesudah
dilakukan Intervensi di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
Tahun 2022.
Perlakuan
Karakteristik Responden Pretest Posttest
F % F %
Hipertensi derajat 1 (140-159 mmHg) 3 25.0 3 25.0
Hipertensi derajat 2 (160-179 mmHg) 6 50.0 9 75.0
Hipertensi derajat 3 (>180 mmHg) 3 25.0 0 0
Total 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2022
42

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa lansia yang mengalami

hipertensi sebelum dilakukan penatalaksanaan jus seledri mayoritas

mengalami hipertensi derajat 2 sebanyak 6 responden (50,0%), setelah

dilakukan intervensi mayoritas lansia mengalami hipertensi derajat 2

sebanyak 9 responden (75.0%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Dalam menganalisis data secara bivariate, pengujian data dilakukan

dengan uji stastik menggunakan uji t test dengan uji t-dependen paired t-test

yaitu mengukur hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan penatalaksanaan

jus daun seledri. Hasil penelitian pada analisi bivariate dapat dilihat pada

tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Perbedaan Pretest dan Posttest Penatalaksanaan Jus Daun


Seledri Pada Lansia dengan Tekanan Darah Tinggi di
Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru Tahun 2022
Variabel Mean SD SE P Value N
Pre-test 2.00 0.739 0.213 12
0.039
Post-test 1.67 0.492 0.142 12
Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata sebelum dilakukan

penatalaksanaan mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan tekanan

darah tinggi pada lansia pada pengukuran pertama adalah 2.00 dengan standar

devisiasi 0.739 dan setelah dilakukan penatalaksanaan kedua didapatkan rata-

rata 1.67 dengan standar devisiasi 0.142. Terlihat nilai mean perbedaan antara

pengukuran pertama dan kedua adalah 0.33 dengan standar deviasi 0.497.

Hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0.039 maka dapat disimpulkan

ada perbedaan yang signifikan antara penurunan tekanan darah tinggi sebelum
43

dan sesudah mengonsumsi jus daun seledri.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis univariat responden dapat dilihat bahwa

hasil dari 12 orang lansia yang mengalami tekanan darah tinggi sebagian

besar responden berada pada rentang usia 45-59 tahun sebanyak 8 responden

(66.7%), sebagian responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 7

responden (58.3%). Hasil analisis bivariate yang telah dilakkan dalam

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sebelum dilakukan penatalaksanaan

mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia pada pengukuran pertama adalah 2.00 dengan standar devisiasi 0.739

dan setelah dilakukan penatalaksanaan kedua didapatkan rata-rata 1.67

dengan standar devisiasi 0.142. Terlihat nilai mean perbedaan antara

pengukuran pertama dan kedua adalah 0.33 dengan standar deviasi 0.497.

Hasil penelitian menggunakan uji T menunjukan adanya efektivitas

mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru dengan nilai p value=0.039

< 0.05.

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding

pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri

ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan

bervariasi tergantung pada pembukuh darah dan denyut jantung. Tekanan

darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontaksi (tekanan sistolik) dan

paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan ariable). Pada keadaan


44

hipertensi, tekanan darah meningkat ditimbulkan karena darah dipompakan

melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih (Hasnawati, 2021).

Berdasarkan penelitian Handayani Irma dan Wahyuni Sri pada tahun

2021 penelitian ini efektif menurunkan tekanan darah karena seledri

digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai agen anti hipertensi,

mengandung senyawa kimia seperti apilin, apigenin, isoquercitrin dan

sesquiterpene. Kandungan apigenin yang berperan sebagai antagonis kalsium

meiliki efek vasodilatasi, selain itu seledri mengandung n-butylphthalide

(NBP) sebagai salah satu kandungan utama, yaitu senyawa berminyak dan

tidak berwarna pada seledri. Kandungan minyak pada seledri memainkan

peran penting dalam efek antihipertensi dari ramuan ini dengan hasil uuji

ariable nilai P-value = 0.015.

Menurut asumsi peneliti, didalam daun seledri banyak mengandung

magnesium, ptalides, apingenin, kalium dan asparagine yang akan mengontrol

pembuluh darah untuk berkontraksi dan relaksasi sehingga tidak terjadi

penyempitan pada pembuluh darah serta membantu proses diuretic dan

mengandung senyawa penenang berupa ptslides yang akan mengotrol

aktivitas pembuluh darah. Penatalaksanaan mengonsumsi jus seledri dapat

mempengaruhi tekanan darah tinggi. Hal ini dapat dilihat setelah dilakukan

penatalaksanaan mengonsumsi jus daun seledri 5 hari sebelum ke sesudah

intervensi. Penatalaksanaan mengonsumsi jus daun seledri efektif

menurunkan tekanan darah tinggi karena membantu merileksasikan tubuh.

Jika penatalaksanaan mengonsumsi jus daun seledri dilakukan secara benar


45

maka dapat memberikan manfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi pada

lansia secara non farmakologi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas

Rejosari Kota pekanbaru tahun 2022 dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tekanan darah sebelum mengonsumsi jus daun seledri pada lansia

mengalami hipertensi derajat 2 sebanyak 6 responden (50,0%)

2. Tekanan Darah setelah mengonsumsi jus daun seledri pada lansia

mengalami hipertensi derajat 2 sebanyak 9 responden (75.0%).

3. Ada penurunan yang signifikan antara penurunan tekanan darah tinggi

sebelum dan sesudah mengonsumsi jus seledri dengan nilai p value =

0.039 < 0.05.

5.2 Saran

1. Bagi Peneliti

Dapat menjadi proses belajar dan menambah pengetahuan tentang

efektifitas mengonsumsi jus daun seledri dalam penurunan tekanan darah

tinggi pada lansia, sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar

pendidikan diploma III Kebidanan di lingkungan Helvetia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi melakukan

penelitian selanjutnya agar dapat dimanfaatkan oleh mahasiswi Akademi

Kebidanan Helvetia Pekanbaru.

46
47

3. Bagi Responden

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat mengonsumsi jus

daun seledri secara teratur dan menjaga pola makan untuk membantu

penurunan atau mengontrol tekanan darah.

4. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

informasi serta menjadi pertimbangan untuk menerapkan dan

mensosialisasikan terapi komplementer dengan manfaat jus seledri kepada

penderita tekanan darah tinggi untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber atau

referensi untuk kedepannya dan juga mengembangkan hasil penelitian ini

dengan variable lain serta dapat mengkaji lebih lanjut mengenai manfaat

jus seledri.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., Nur, H., & Humaerah, U. I. (2020). Karakteristik Hipertensi pada
Lanjut Usia di Desa Buku. JWK. Diambil dari https://stikessantupaulus.e-
journal.id/JWK/article/view/88

Ariani, A, P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan


Reproduksi. Nuha Medika.

Hana, Y. T. (2017). Pengaruh Senam Falun Dafa Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lansia Sejahtera Rw Iv
Kelurahan Keputran Kecamatan Tegal Sari Surabaya. Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya.

Handayani, I., Sri. (2021). “Efektivitas Daun Seledri Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Pembantu
Berngam Kota Binjai Tahun 2021.” Jurnal Riset Hesti Medan Akper
Kesdam I/BB Medan 6(2): 112. Retrieved from
https://jurnal.kesdammedan.ac.id/index.php/jurhesti/article/view/241

Hartono. (2019). Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zafana Publishing.


Manuntung, A. 2019. Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi.
Malang: Penerbit Wineka Medika.

Hasnawati. ( 2021). Hipertensi. Jogjakarta: Penerbit KBM Indonesia.

Indra. (2022). Keperawatan Gerontik. Indramayu jawa barat: CV.Adanu


Abimata. Musakkar, Djafar, T. 2021. Promosi Kesehatan Penyebab
Terjadinya Hipertensi. Jawa Tengah: CV. Pena Persada.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan ke). PT


Rineka Cipta.

Nuraini, B. (2015). Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine, University


of Lampung, 4(5), 11.

Pratiwi, Desak Putu, I Wayan Gede Sutadarma, and I Wayan Surudarma.


(2019). “Hubungan Pola Konsumsi Seledri Terhadap Tekanan Darah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.”. Retrieved
from https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/50050/29795

Rahayu, S. (2017). Sehat Tanpa Obat Dengan Seledri. Yogyakarta: Andi


Offset. Santoso, A, Mumpuni, S, Tiksnadi, B, Ardiana, M, Damay,
V. 2021.

Bunga Rampai Hipertensi Pada Kasus Kardiovaskular. Yogyakarta: CV.


Andi Offset. Dental Hygiene) 1: 82–88.

48
49

Senja, A, Prasetyo, T. (2019). Perawatan Lansia Oleh Keluarga Dan Care


Giver. Jakarta: Bumi Medika.

Sugiono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D.


Alfabeta.

Sujarweni, V. (2022). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press. Suprayitna Marthilda, Hajri Zuhratul. (2022). “Faktor Resiko
Terjadinya Perubahan Pada Lansia.” Jurnal Ilmiah Pannmed
(Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment,

Ulya, N, Jannah, M. (2021). Seledri Pengobatan Hipertensi. Pekalongan: PT.


Nasya Expanding Manangement. Di ambil dari
https://books.google.co.id/books/about/SELEDRI.html?
id=qW4vEAAAQBAJ&redir_esc=y

Festi, P. (2018). Buku Ajar Lanjut Usia, Perspektif Dan Masalah. Surabaya:
UMSurabaya Publishing. Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/Lanjut_Usia_Perspektif_dan_Masa
lah/aPmvDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=buku+ajar+lanjut+usia+perspektif+dan+masalah&pg=
PP3&printsec=frontcover
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Nofa Khairiyyah

NIM : 1915250022

Sedang menjalani Program Pendidikan DIII Kebidanan di Akademi

Kebidanan Helvetia Pekanbaru, untuk memenuhi salah satu syarat pendidikan

program kebidanan yang sedang saya jalani, saya akan melakukan penelitian

dengan judul “Efektivitas Mengonsumsi Jus Daun Seledri Dalam

Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di Puskesmas Rejosari

Kota Pekanbaru Tahun 2022”. Saya mohon ibu bersedia menjadi responden

pada penelitian ini.

Penulisan tidak berakibat buruk bagi responden yang bersangkutan dan

ini hanya sebatas penelitian, apabila responden menyetujui maka saya mohon

responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Atas perhatian dan kebersediaan responden saya ucapkan terimakasih

Pekanbaru, 2022

Peneliti,

Nofa Khairiyyah

50
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendengar dan membaca penjelasan dari peneliti, saya

mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya

sebagai responden, saya mempunyai hak untuk ikut atau menolak

berpartisipasi dalam penelitian ini, jika saya merasa tidak nyaman.

Dengan menandatangani lembaran persetujuan ini berarti saya bersedia

berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas

Mengonsumsi Jus Daun Seledri Dalam Penurunan Tekanan Darah Tinggi

Pada Lansia di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru Tahun 2022” dengan

ikhlas tanpa ada paksaan dari siapa pun.

Pekanbaru, 2022
Responden

( )

51
Lampiran 3

MASTER TABEL
EFEKTIVITAS MENGONSUMSI JUS DAUN SELEDRI DALAM PENURUNAN TEKANAN DARAH TINGGI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS REJOSARI KOTA PEKANBARU TAHUN 2022

Umur Intervensi (Pemberian jus Daun Seledri)


Nama Jenis Kelamin
No Responden Pretest (TD Sebelum Pemberian Posttest (TD Sesudah Pemberian
Responden
(Tahun) Jus Daun Seledri) mmHg Jus Daun Seledri) mm
1 Tn. S 66 Laki-laki 150/80 140/80
2 Ny. M 55 Perempuan 180/90 170/90
3 Ny. A 56 Perempuan 170/90 165/80
4 Tn. T 63 Laki-laki 150/95 140/80
5 Ny. N 59 Perempuan 170/90 160/90
6 NY. A 59 Perempuan 160/90 150/90
7 Ny. N 60 Perempuan 170/90 160/90
8 Tn. N 58 Laki-laki 175/90 160/85
9 Ny. M 56 Perempuan 180/90 170/80
10 Tn. S 60 Laki-laki 170/80 165/80
11 Tn. J 59 Laki-laki 180/80 170/80
12 Ny. W 54 Perempuan 150/90 140/90
Nilai Minimal 150/80 140/80
Nilai Maksimal 180/90 170/90

52
Lampiran 4

HASIL OUTPUT SPSS

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 45-59 8 66.7 66.7 66.7
>60 4 33.3 33.3 100.0
Total 12 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 5 41.7 41.7 41.7
Perempuan 7 58.3 58.3 100.0
Total 12 100.0 100.0

Pre
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Hipertensi derajat 1
3 25.0 25.0 25.0
(140-159 mmHg)
Hipertensi derajat 2
6 50.0 50.0 75.0
(160-179 mmHg)
Hipertensi derajat 3
3 25.0 25.0 100.0
(>180 mmHg)
Total 12 100.0 100.0

53
54

post
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Hipertensi derajat
1 (140-159 3 25.0 25.0 25.0
mmHg)
Hipertensi derajat
2 (160-179 9 75.0 75.0 100.0
mmHg)
Total 12 100.0 100.0

Paired Samples Statistics

Std.
Mean N Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 2.00 12 .739 .213

Posttest 1.67 12 .492 .142

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pretest & Posttest 12 .750 .005

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence

Std. Std. Interval of the

Deviatio Error Difference Sig. (2-


Mean n Mean Lower Upper t df tailed)

Pair Pretest -
.333 .492 .142 .020 .646 2.345 11 .039
1 Posttest
55
Lampiran 5

56
Lampiran 6

57
Lampiran 7

58
Lampiran 8

59
Lampiran 9

60
Lampiran 10

61
Lampiran 11

62
Lampiran 12

63
Lampiran 13

64
65
Lampiran 14
67
68
69
Lampiran 15

DOKUMENTASI

Responden sedang meminum jus daun Responden sedang meminum jus daun
seledri seledri

Responden sedang meminum jus daun Responden sedang meminum jus daun
seledri seledri
71

Responden sedang meminum jus daun Responden sedang meminum jus daun
seledri seledri

Responden sedang diperiksa tekanan Responden sedang diperiksa tekanan


darah darah
72

Responden sedang meminum jus daun Responden sedang meminum jus daun
seledri seledri

Responden sedang meminum jus daun Responden sedang meminum jus daun
seledri seledri

Anda mungkin juga menyukai