Anda di halaman 1dari 17

MODUL INTI-4

NOTIFIKASI PASANGAN (PARTNER NOTIFIKASI)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pasangan dari pasien dengan HIV adalah orang yang rentan untuk mendapat
penularan. Namun masih banyak terjadi, seseorang tidak tahu tentang status
HIV pasangannya. Seorang
dengan HIV positif kadang kala tidakmemberitahukan statusnya kepada
pasangannya karena tidak punya keberanian atau tidak tahu bagaimana cara
melakukannya.

Sudah menjadi tugas dan tanggungjawab tenaga kesehatan yang memberikan


layanan HIV AIDS untuk membantu pasien
dalam melakukan notifikasi pasangan dan cara-caranya.

Modul ini akan membahas tentang: Pengertian, tujuan dan prinsip notifikasi
pasangan, Bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan, Target dan Prosedur
notifikasi pasangan dan Edukasi pasien untuk notifikasi pasangan

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi peserta mampu melakukan edukasi pasien untuk
notifikasi pasangan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan notifikasi pasangan
2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan yang
sesuai
3. Menjelaskan target dan prosedur notifikasi pasangan
4. Melakukan edukasi pasien untuk notifikasi pasangan

III. POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN


1
1. Pengertian, tujuan dan prinsip notifikasi pasangan
2. Bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan
3. Target dan Prosedur notifikasi pasangan
4. Edukasi pasien untuk notifikasi pasangan

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN. Waktu 6 Jpl= 270 menit


Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila ini
merupakan pertemuan pertama di kelas ini, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja/pengalaman bekerja terkait dengan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan keterkaitan materi ini dengan modul/materi sebelumnya
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
dibahas, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang, lakukan penegasan
dan jangan hanya membacakan saja.

Langkah 2. Pembahasan pokok bahasan 1 ( 45 menit)


1. Fasilitator melakukan curah pendapat, bagaimanakah pemahaman peserta
tentang notifikasi pasangan? Mengapa diperlukan notifikasi pasangan?
Perlukah notifikasi pasangan pada kasus penyakit lain? Apakah mempunyai
pengalaman melakukan di fasyankes masing-masing? Tuliskan poin-poin
penting penyampaian peserta pada kertas flipchart
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Pengertian, Tujuan dan
Prinsip notifikasi pasangan, menggunakan bahan tayang. Lakukan secara
interaktif dengan melibatkan peserta. Kaitkan dengan poin-poin
penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator
memberi kesempatan peserta untuk tanya jawab. Beri juga kesempatan
untuk menjawab pertanyaan peserta lain terlebih dahulu sebelum fasilitator
menjawabnya.
4. Menyampaikan rangkuman singkat dari pokok bahasan 1.

Langkah 3. Pembahasan Pokok bahasan 2 ( 90 menit)


1. Fasilitator menyampaikan bahwa akan beralih pada pembahasan tentang
Bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan. Lakukan curah pendapat,
bagaimanakah pemahaman peserta tentang pendekatan notifikasi kepada
pasangan? Adakah yang memiliki pengalaman? Apakah peserta tahu
bagaimana pasiennya di fasyankes melakukan notifikasi pasangan? Tuliskan
poin-poin penting penyampaian peserta pada kertas flipchart
2
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Bentuk-bentuk pendekatan
notifikasi pasangan, menggunakan bahan tayang. Sampaikan juga beberapa
hasil penelitian, bagaimana bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan
yang dilakukan saat ini. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta.
Kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator
memberi kesempatan peserta untuk tanya jawab. Beri juga kesempatan untuk
menjawab pertanyaan peserta lain terlebih dahulu sebelum fasilitator
menjawabnya.
4. Fasilitator menyampaikan bahwa peserta akan mengerjakan penugasan
Latihan Mengidentifikasi bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan yang
sesuai/tepat dengan situasi kondisi setempat. Sampaikan penjelasan sesuai
dengan petunjuk latihan yang ada pada fasilitator.
5. Selama peserta mengerjakan latihan, fasilitator melakukan pengamatan, dan
memberikan bantuan yang diperlukan.
6. Setelah selesai mengerjakan Latihan, fasilitator memandu presentasi hasil
latihan. Mintalah pendapat dan amsukan dari peserta lainnya, agar bisa saling
melengkapi.
7. Fasilitator menyampaikan rangkuman singkat dari pokok bahasan 2.

Langkah 4. Pembahasan pokok bahasan 3 dan 4 (120 menit).


1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman dan atau pengalaman peserta
terkait dengan target dan prosedur notifikasi pasangan. Lanjutkan dengan
curah pendapat tentang edukasi pasien untuk notifikasi pasangan. Mintalah
peserta berbagi pengalaman. Bagaimana mereka melakukan edukasi pasien
untuk notifikasi pasangan? Kendala apa saja yang dihadapi? Tuliskan poin-
poin penyampaian peserta pada kertas flipchart.
2. Fasilitator menyampaikan materi Target dan Prosedur notifikasi pasangan,
menggunakan bahan tayang, secara interaktif. Kaitkan dengan poin-poin
penyampaian peserta.
3. Lanjutkan dengan presentasi materi Edukasi pasien untuk notifikasi pasangan,
menggunakan bahan tayang, secara interaktif, dan kaitkan dengan poin-poin
penyampaian peserta, agar merasa dihargai pendapatnya. Pada proses ini
fasilitator juga mengklarifikasi persepsi atau pemahaman yang masih belum
tepat, agar tidak terulang lagi.
4. Selama presentasi atau setelah selesai presentasi, fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab.
5. Sampaikan bahwa selanjutnya peserta akan melakukan bermain peran
tentang edukasi pasien untuk notifikasi pasangan, sesuai dengan petunjuk

3
dan skenario bermain peran yang ada pada fasilitator. Kepada pengamat
diminta untuk menggunakan daftar tilik/cek lis pelaksanaan edukasi pasien
untuk notifikasi pasangan yang ada pada modul. Peran pasien, petugas dan
pengamat dapat bergantian.
6. Setelah selesai bermain peran fasilitator meminta penyampaian hasil
pengamatan. Kemudian minta juga pemeran peserta dan pasien untuk
menyampaikan perasaannya. Pada akhir sesi fasilitator menyampaikan ulasan
mengenai bermain peran.
7. Fasilitator menyampaikan rangkuman singkat pokok bahasan 3 dan 4.

Langkah 5. Rangkuman dan Penutup (10 menit)


1. Fasilitator mengajak peserta merangkum apa yang telah dipelajari peserta
dalam sesi ini.
2. Sampaikan bahwa dengan mempelajari materi ini, diharapkan memberikan
bekal pengalaman belajar kepada peserta dalam memahami pentingnya
notifikasi pasangan, keterampilan untuk menentukan bentuk notifikasi
pasangan yang sesuai/tepat, serta mengedukasi pasien untk melakukan
notifikasi pasangan. Peserta diharapkan dapat menerapkannya di fasyankes/
tempat tugas masing-masing.
3. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan salam

4
V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1. PENGERTIAN, TUJUAN DAN PRINSIP NOTIFIKASI PASANGAN

Penelusuran kontak (contact tracing) merupakan suatu metoda yang mempunyai peran
penting dalam pengendalian penyakit infeksi. Tuberkulosis dan Infeksi menular seksual
merupakan salah satu contoh penyakit dan program kesehatan yang menerapkan
penelusuran kontak untuk penemuan kasus dan upaya pemberian obat sedini mungkin
dalam upaya memutuskan rantai penularan.

Notifikasi pasangan merupakan suatu isitlah yang digunakan dalam program HIV yang
mempunyai tujuan yang sama dengan penelusuran kontak pada penyakit lain, yaitu
untuk mendorong pasien memberitahu status HIV mereka dan bisa mengajak pasangan
melakukan tes HIV dan mendapatkan pengobatan jika hasil tes HIV positif. Positivity rate
dari notifikasi pasangan berdasarkan studi adalah: 20-80%. Dengan demikian, upaya
untuk melakukan notifikasi pada pasangan ODHA akan mempercepat upaya
menemukan kasus HIV.

Kemajuan dalam pengobatan HIV, penelitian mengenai pencegahan dengan


menggunakan ARV menjadikan notifikasi pasangan menjadi suatu kegiatan yang penting
untuk dilakukan oleh tenaga kesehatan. Notifikasi pasangan adalah proses sukarela
dimana tenaga kesehatan terlatih menanyakan mengenai pasangan seksual pasien dan
dengan persetujuan pasien HIV positif, tenaga kesehatan menawarkan pasangan ini tes
HIV.

Tujuan atau manfaat dari notifikasi pasangan, meliputi dua aspek, yaitu:
• Aspek individual klinis
– Mencegah penularan pada pasangan jika belum tertular
– Menemukan dan mengobati pasangan ODHA sedini mungkin.
– Dukungan dalam pengobatan ARV
• Aspek Kesehatan masyarakat
– Pengendalian penyakit
– Mendukung upaya pemerintah dalam mencapai getting 3 zero

5
Beberapa definisi terkait dengan notifikasi pasangan adalah
Klien Indeks ( index client) : Seseorang yang baru terdiagnosis HIV atau seseorang yang
sudah terdiagnosis akan tetapi baru masuk dalam layanan perawatan dan pengobatan
Testing indeks (index testing): Suatu proses sukarela dimana petugas kesehatan atau
konselor menanyakan dan meminta klien indeks untuk membuat daftar (list) pasangan
seks tetap mereka atau pasangan penggunan jarum suntik dan anak-anak mereka.

Prinsip dalam menjalankan notifikasi pasangan adalah sebagai berikut


 Sukarela dan tidak menghakimi
 Terpusat pada klien
 Konfidensial
 Disesuaikan dengan kondisi budaya setempat
 Terintegrasi dengan layanan testing, perawatan dan pengobatan

6
POKOK BAHASAN 2. BENTUK-BENTUK PENDEKATAN NOTIFIKASI PASANGAN
Notifikasi pasangan diberikan dengan pendekatan pasif atau dibantu oleh tenaga
kesehatan. Layanan notifikasi pasangan yang dibantu tenaga kesehatan meningkatkan
cakupan tes HIV pada pasangan pasangan HIV positif dan sebagan besar pasangan ini
didiagnosis HIV positif.
Pendekatan pasif, adalah pada pendekatan ini pasien HIV positif didorong oleh tenaga
kesehatan untuk membuka status pada pasangan seks atau teman-teman menyuntik
dan mendorong pasangan/teman-teman tersebut melakukan tes HIV, mengingat risiko
terinfeksi HIV.
Pendekatan dengan bantuan tenaga kesehatan, adalah ketika pasien menyetujui untuk
dibantu oleh tenaga kesehatan membuka status atau secara anonim memberitahu
pasangan seks atau teman berbagi suntikan. Kemudian tenaga kesehatan akan
menawarkan tes HIV kepada pasangan atau teman berbagi suntikan. Pendekatan ini
dilakukan menggunakan:
1. Rujukan dengan kontrak. Pasien dengan HIV positif menandatangani kontrak dengan
tenaga kesehatan dan setuju untuk membuka status kepada pasangan oleh mereka
sendiri dan merujuk pasangan untuk tes HIV dalam waktu 1 bulan. Jika pasangan dari
pasien tidak mengakses layanan HIV atau tidak menghubungi tenaga kesehatan dalam
jangka waktu tersebut maka tenaga kesehatan akan menghubungi pasangan dan
menawarkan tes HIV
2. Rujukan tenaga kesehatan. Dengan persetujuan pasien HIV positif tenaga kesehatan
secara konfidensial menghubungi pasangan secara langsung dan menawarkan tes HIV
3. Rujukan ganda (Dual referral). Tenaga kesehatan menemani dan memberikan
dukungan pada pasien HIV positif ketika mereka membuka statusnya. Tenaga kesehatan
juga menawarkan tes HIV kepada pasangan.

Berikut adalah pelaksana, keuntungan dan kerugian dari setiap bentuk notifikasi
pasangan

7
Bentuk notifikasi Pelaksana Keuntungan Kerugian
pasangan
Tenaga kesehatan Informasi yang Risiko kerusakan
Rujukan tenaga diberikan benar, dalam relasi pasien
kesehatan akurat, murah, dengan pasangan,
lebih diterima risiko mendapat
untuk kelompok kekerasan, sulit di
pasien tertentu terima oleh
pasangan
Rujukan dengan Diawali oleh pasien Kemungkinan besar Penundaan notifikasi
Kontrak untuk jangka waktu petugas yang akan yang mempunyai
yang disepakati jika memberitahu risiko kehilangan
gagal akan pasangan pasien kesempatan
dilakukan oleh
petugas
Rujukan ganda Pasien yang Pasien Membutuhkan
(Dual refferal) memberitahu mendapatkan keberanian pasien
dengan didampingi dukungan, untuk
oleh petugas informasi yang mengungkapkan
diterima oleh status HIV mereka
partner pasien lebih
jelas dan detail,
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
kekerasan
Tabel 1. Bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan

Dampak sosial setelah notifikasi pasangan.


Dari studi2 yang ada tidak ada kekerasan fisik atau kekerasan pada pasangan intim
akibat notifikasi pasangan, baik pendekatan pasif maupun yang dibantu tenaga
kesehatan. Beberapa studi mengkaji dampak sosial dari pembukaan status atau
notifikasi pasangan ternyata hasilnya sangat jarang terjadi dampak sosial.

Ada beberapa kejadian kekerasan yang dilaporkan (pada penelitian


terkontrol /randomize controle trial dari Malawy), tapi ternyata ini bukan diakibatkan
oleh notifikasi pasangan. Kekerasan itu sudah terjadi sebelum proses notifikasi
pasangan

8
Tenaga kesehatan harus sensitif terhadap dampak yang timbul akibat pembukaan status
HIV. Hal ini harus diseimbangkan dengan keuntungan mendiagnosis HIV positif pada
pasangan dan mengaitkan pasien pada layanan terapi. Dengan menyadari bahwa
kekerasan fisik dan emosional dapat terjadi pada pasangan di seluruh dunia, tenaga
kesehatan harus mendsikusikan kemungkinan/potensi risiko dengan pasien. Jika aman
bagi pasien maka tawarkan notifikasi pasangan untuk menjangkau pasangan, dan
setelah itu pasangan tersebut bisa mendapatkan manfaat dari tes HIV dan bahkan
mungkin ARV dan dapat menyelamatkan jiwanya.

Sampai disini peserta dapat mengerjakan penugasan 1. Mengidentifikasi


bentuk-bentuk pendekatan notifikasi pasangan yang tepat/sesuai di fasyankes.
Kerjakan sesuai dengan petunjuk penugasan yang ada pada fasilitator

9
POKOK BAHASAN 3. TARGET DAN PROSEDUR

Definisi pasangan dalam notifikasi pasangan adalah pasangan seks atau teman berbagi
jarum suntik meskipun hanya satu kali.

Sasaran di dalam notifikasi pasangan adalah semua ODHA.

Prosedur untuk melakukan notifikasi pasangan adalah


 Perkenalan
o Perkenalkan diri anda
o Informasi tujuan diskusi ini
o Jelaskan isu terkait dengan konfidensialitas
 Evaluasi pasangan dan rencana notifikasi pasangan
o Status HIV dan pengobatannya serta penyakit lain yang ada
o Evaluasi pernah ada riwayat mendapat kekerasan
o Rencana notifasi pasangan

Penerapan konfidensialitas pada notifikasi pasangan sama seperti penerapan untuk tes
lainnya. Untuk kepentingan pasien dalam bidang perawatan dan pengobatan dan isu
kesehatan lainnya akan dibuka pada pihak yang berwenang saja.

Contoh komunikasi

Selamat Pagi/Siang/Sore, nama saya adalah….. saya adalah petugas


kesehatan yang bisa membantu anda untuk memberitahu status HIV anda
kepada pasangan anda, jika diperlukan. Anda dapat menularkan infeksi ini
kepada pasangan anda sehingga pemberitahuan status HIV anda sangat
penting , jika pasangan anda sudah tertular, maka kita akan membantu
untuk tetap sehat dan kita akan memberikan akses pengobatan. Apakah
kita dapat berdiskusi untuk bagaimana kita bisa membantu memberitahu
pasangan anda? Kami tetapi menjamin kerahasiaan ini sesuai dengan
kesepakatan kita bersama

10
Selamat pagi/siang/sore, nama saya adalah…, saya adalah
petugas kesehatan dari klinik….. Saya mendapatkan informasi
dari sejawat saya jika anda membutuhkan bantuan untuk
pemberitahuan kepada pasangan anda ttg status HIV anda,
apakah kita bisa berdiskusi?

11
POKOK BAHASAN 4. EDUKASI PASIEN UNTUK NOTIFIKASI PASANGAN
Edukasi bisa dilakukan secara formal maupun non-formal. Edukasi formal, merupakan
kegiatan belajar mengajar antara murid dan guru di lingkungan sekolah yang diawasi
oleh pihak tertentu dan selanjutnya ditindaklanjuti sesuai dengan aturan yang berlaku.
Edukasi non-fromal biasanya ditemukan di lingkungan kehidupan sehari-hari, di tempat
kerja, di lingkungan rumah, di lingkungan sosial kemasyarakatan, dan lain-lain, kegiatan
ini tidak diawasi oleh pihak terkait.

Edukasi adalah memberikan informasi yang benar sehingga seseorang memperoleh


pengetahuan mengenai sesuatu dan membuat keputusan.

Tujuan edukasi adalah membuat pasien mendapatkan informasi sehingga dia dapat
membuat pilihan yang tepat mengenai hal yang seharusnya dilakukan sehubungan
dengan penyakitnya.

Dalam kaitannya dengan notifikasi pasangan, edukasi adalah proses komunikasi oleh
petugas kesehatan,dalam rangka pemberian informasi kepada pasien tentang apa yang
harus dilakukannya kepada pasangan, setelah pasien tahu bahwa hasil tes HIV-nya
positif. Dengan edukasi ini diharapkan pasien dapat membuat keputusan yang tepat
yaitu dengan melakukan notifikasi pasangan. Selanjutnya petugas dapat memberikan
pilihan mengenai bentuk notifikasi pasangan yang sesuai bagi pasien tersebut.

Melalui proses edukasi ini juga, petugas kesehatan dapat membantu pasien agar dapat
mengatasi stres atau kekhawatiran yang disebabkan oleh diagnosis HIV-nya, serta
membuatnya merasa siap dan nyaman ketika harus melakukan notifikasi pasangan.

Tahap-tahap melakukan edukasi pasien untuk notifikasi pasangan:

1. Tahap 1. Membangun hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan pasien


Dalam proses edukasi tahap ini sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan
pasien sehingga pasien akan memberikan informasi yang benar dengan terus terang
kepada petugas, bagaimana perasaan dan sikapnya sehubungan dengan status HIV-
nya. Kemungkinan akan lebih mudah apabila petugas yang melakukan edukasi
adalah petugas yang sebelumnya memberikan informasi tentang hasil tes pasien,
jadi sudah dikenal oleh pasien. Apabila petugas yang baru pertama kali bertemu

12
dengan pasien, mulailah dengan mengucapkan salam dan saling memperkenalkan
diri. Petugas berusaha untuk:
• Meyakinkan kerahasiaan dan mendiskusikan batas kerahasiaan
• Menjelaskan lagi hal-hal terkait dengan HIV positif:
- pasien harus menjalani pengobatan dengan ARV seumur hidup.
- pasien perlu dukungan, terutama dari orang dekat/paling dekat dengan
pasien
- pasangan seksual pasien kemungkinan tertular/telah tertular.
• Memperjelas pengetahuan pasien tujuan dan pentingnya notifikasi pasangan
• Beri pasien kesempatan untuk memahami semua yang telah dijelaskan.

2. Tahap 2. edukasi untuk notifikasi pasangan


• Jelaskan pentingnya memastikan pasangan dites HIV:
- jika pasangan positif: dapat memulai pengobatan, dapat mencegah
penularan lebih lanjut pada pasangan yang lain (jika ada), atau
anak
- jika pasangan negatif: dapat melakukan pencegahan agar tetap
negatif (kondom, sirkumsisi)
• Jelaskan pada pasien indeks:
- Fasyankes memberikan layanan tes pada pasangan untuk membantu
pasien menghubungi pasangan, agar mereka tahu status HIVnya
- Layanan diberikan karena kita tahu membuka status itu tidak mudah
- Minta pasien untuk menyebutkan nama-nama pasangan seksual
(termasuk walaupun hanya sekali), dan atau nama-nama teman
menyuntik
- Minta pasien menyebutkan nama anak yang mungkin perlu tes HIV
• Jelaskan pada pasien indeks ada pilihan untuk melakukan notifikasi pasangan:
- Pasien dapat menghubungi pasangan sendiri dan
memberitahu kalau mereka perlu tes HIV
- Petugas fasyankes dapat menghubungi pasangan tanpa
memberi tahu nama pasien indeks
- Dalam jangka waktu 1 bulan, pasien dapat
menghubungi pasangan, jika lebih dari 1 bulan, petugas
akan membantu menghubungi pasangan (dengan persetujuan)
- Petugas dapat duduk bersama dengan pasien dan
pasangan ketika pasien memberitahu status HIVnya
• Jelaskan pada pasien indeks bahwa:
- semua informasi bersifat konfidensial. Artinya:
Pasangan tidak diberitahu nama dan status HIV pasien
Pasien indeks tidak akan diberitahu status pasangannya
atau apakah pasangan akhirnya tes HIV atau tidak

13
- Anda tidak akan menghubungi pasangan kecuali
mendapat persetujuan pasien
• Jawab pertanyaan dari pasien indeks, jika ada

Selamat siang, saya dr. Lina, dari Puskesmas Jatinegara, apakah saya bicara
dengan Mas Budi?”
(Jika iya): “Saya minta waktu untuk menyampaikan informasi penting untuk Mas
Budi. Apakah bisa”
(jika iya): “Sebelumnya saya perlu memastikan identitas dahulu” (tanyakan
tanggal lahir, atau alamat, atau identitas lain)
--jika tidak bisa memastikan identitas, minta pasangan datang ke fasyankes
Jika sudah memastikan identitas:
“Kami baru saja mengetahui bahwa Anda kemungkinan terpajan HIV. Penting
untuk datang ke PKM Jatinegara untuk tes HIV, agar Anda mengetahui status
HIV Anda. Jika HIV negatif, kami dapat memberi informasi agar tetap negatif.
Jika HIV positif, kami akan memberikan obat agar Anda dapat tetap sehat dan
mengurangi risiko menulari orang lain. Layanan PKM buka dari Senin-Jumat jam
9.00 – 16.00. Kapan kira-kira bisa datang?”
--Jika memungkinkan tawarkan untuk kunjungan rumah--

Pesan pertama:
“Selamat siang. Saya dr. Lina, dari Puskesmas Jatinegara. Saya ada informasi
penting mengenai kesahatan Anda. Mohon hubungi saya di nomor telepon ini
ya. Terimakasih”
Jika pasangan tidak merespon dalam 24 jam, kirimkan pesan kedua :
“Selamat siang. Ini dr. Lina (lagi), dari Puskesmas Jatinegara. Ini pesan kedua
saya untuk menghubungi Anda. Saya ada informasi penting dan perlu segera,
mengenai kesahatan Anda. Mohon hubungi saya di nomor telepon ini ya.
Terimakasih”

Jika tidak merespon juga, kirimkan pesan terakhir


“Selamat siang. Ini dr. Lina, dari Puskesmas Jatinegara. Ini pesan terakhir saya
untuk menghubungi Anda. Saya ada informasi penting dan perlu segera,
mengenai kesahatan Anda. Mohon hubungi saya di nomor telepon ini ya.
Terimakasih”

Jika pasangan membalas pesan menanyakan informasi lebih jauh


“Saya tidak bisa memberikan informasi kesehatan lewat SMS/WA. Ini penting,
dan Anda perlu segera datang ke Puskesmas., atau hubungi saya lewat telpon di
nomor ini. Terimakasih.”

14
Sampai disini peserta dapat mengerjakan penugasan 2. Bermain peran
Melakukan edukasi kepada pasien untuk notifikasi pasangan, sesuai
dengan petunjuk dan skenario yang ada pada fasilitator

15
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Consolidated guidelines on HIV testing services. Geneva: World Health


Organization; 2015 (http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/hiv-testing-servi
ces/en/).
2. Consolidated guidelines on HIV prevention, diagnosis, treatment and care for
key populations. Geneva: World Health Organization; 2014 (http:// www.
who.int/hiv/pub/ guidelines/keypopulations/en/).
3. Responding to intimate partner violence and sexual violence against women.
Geneva:World Health Organization; 2013 (http://www.who.int/ reproductive
health/publications/violence/9789241548595/en/).
4. Guidance on couples HIV testing and counselling–including antiretroviral
therapy for treatment and prevention in serodiscordant couples: recommend
dations for a public health approach. Geneva: World Health Organization; 2012
(http://www.who.int/hiv/ pub/guidelines/9789241501972/en/).
5. Recommendations for investigating contacts of persons with infectious
tuberculosis in low- and middle-income countries. Geneva: World Health
Organization; 2012 (http://apps.who.int/iris/bitstream/ 10665/77741/1/9789
241504492_eng.pdf).
6. HIV and adolescents: guidance for HIV testing and counselling and care for
adolescents living with HIV. Geneva: World Health Organization; 2013
(http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/adolescents/en/

16
17

Anda mungkin juga menyukai