Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah citizen, Volume 5, No.

1, April 2020

STUDI TENTANG PERUBAHAN UPACARA TRADISIONAL


MASA HAMIL DI KOTA KAYUAGUNG
(STUDI KASUS MASYARAKAT ADAT EKS MARGA KAYUAGUNG)

Ideham Syahzili

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


FKIP UNISKI Kayuagung, Sumatera Selatan
Email: ideham_uniski@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang


terdapat dalam upacara tradisional masa hamil di Kota Kayuagung (studi kasus
masyarakat adat eks Marga Kayuagung). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data-data menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari pengumpulan data dan analisis maka
peneliti menarik kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan pada upacara tradisional
masa hamil, itu terlihatdengan adanya tahapan dari proses upacara yang sudah tidak
digunakan lagi karena mengikuti perkembangan zaman.Tahapan-tahapan proses upacara
tersebut ada tiga tahap yaitu, belangir, sedokah berunus, sedokah tahlui siwe. Dari
ketiga tahapan itu, belangir berubah pada prosesnya serta kelengkapan upacara,
sedangkan dari tahapan sedokah berunus dan sedokah tahlui siwe tidak lagi digunakan
dikarenakan kebanyakan masyarakat tidak mempercayai lagi akan hal ini setelah
majunya ilmu kedokteran

Kata Kunci: perubahan, upacara tradisional, dan masa hamil.

PENDAHULUAN baik yang dihasilkan masyarakat akan

Adat merupakan bagian integral terus dijadikan adat istiadat.

dari kebudayaan. Kebudayaan adalah Kebudayaan dari masa ke masa

segala hasil cipta, rasa, karsa dan karya biasanya mengalami perubahan.

manusia. Karya dalam masyarakat Herimanto dan Wirnarno (2010, h. 33)

menghasilkan adat istiadat yang hidup, menjelaskan bahwa ketika terjadi

berkembang dan diikuti serta dipelihara ketidakcocokan antara unsur-unsur

oleh masyarakat. (Soekanto, 2012, budaya yang saling berbeda dan

h.151). Dengan kata lain, sesuatu yang menyebabkan terjadinya ketidakserasian

  32
Studi tentang Perubahan Upacara Tradisional Masa Hamil di Kota Kayuagung
(Studi Kasus Masyarakat Adat Eks Marga Kayuagung)

dalam kehidupan, maka perubahan dikenal dengan sebuatan Marga

kebudayaan akan terjadi. Perubahan Kayuagung Morge Siwe. Marga ini

budaya mencakup perkembangan termasuk kedalam lingkungan

kebudayaan, pembangunan dan Kecamatan Kota Kayuagung. Morge

modernisasi. Selanjutnya, A. Havilan Siwe bukan berarti marga sembilan atau

(1993, h. 253) menjelaskan bahwa sembilan marga, akan tetapi merupakan

perubahan kebudayaan adalah ciri khas jumlah dusun dalam marga Kayuagung.

suatu kebudayaan dengan tingkat dan Menurut Yuslizal (2005, h.42),

arah perubahannya berbeda-beda pengertian Morge Siwe merupakan

berdasarkan kebudayaan dan waktunya. suatu istilah bahwa dalam marga

Selain it, menurut Soeyono (1985, h. Kayuagung pada masa itu hanya ada

321), perubahan kebudayaan terjadi sembilan dusun yaitu Kayuagung asli,

dikarenakan pergeseran, pengurangan, Perigi, Kotanegara (Kutaraya), Kedaton,

penambahan unsur kebudayaan. Ha ini Sukadana, Paku, Mangunjaya,

terjadi sebab adanya interaksi dengan Sidakersa, dan Jua-jua. Kota

warga pendukung kebudayaan lain, Kayuagung ini menjunjung tinggi nilai-

sehingga dapat menghasilkan sesuat nilai adat yang hingga saat ini diikuti

yang baru melalui penyesuaian serta dipelihara oleh masyarakat, salah

terhadap unsur-unsur kebudayaan. satu dari adat tersebut adalah upacara

Di setiap daerah tentunya tradisional masa hamil.

mempunyai adat istiadat, khususnya di Permasalahan kehamilan sangat

Kabupaten OKI, Kecamatan Kota erat kaitannya dengan permasalahan

Kayuagung merupakan salah satu kota manusia. Kehamilan adalah suatu hal

yang memiliki adat istiadat, Kayuagung yang alamiah dan fisiologis, efek sosial

  33
Ideham Syazili
dan budaya sangat nampak saat ibu Kecamatan Kayuagung, Bapak H. A.

hamil dan keluarga yang menyambut Kosim Keri, mengatakan bahwa

masa-masa kehamilan. Upacara adat upacara tradisional masa hamil ini

istiadat dilakukan sejak kehamilan, sudah jarang dilaksanakan di zaman

waktu melahirkan dan waktu nifas sekarang walaupun ada sebagian yang

sangat bervariasi sesuai dengan adat masih mempercayai dan melakukan

istiadat masing-masing tempat. upacara ini. Upacara tradisional masa

(Mandriwati, 2008, h.3). Sedangkan hamil ini memang sudah mulai berubah,

menurut Koentjaraningrat (1980, h. perubahan tersebut mempunyai banyak

140), upacara merupakan serangkaian faktor, salah satu faktor utamanya

kegiatan yang sistemati yang disusun adalah kita sekarang sudah hidup di

oleh adat atau hukum yang berlaku zaman modern yang semakin canggih

dalam masyarakat yang berkaitan sehingga banyak sekali pengaruh dari

dengan peristiwa yang yang terjadi di budaya-budaya luar, dan upacara

masyarakat. Ahmad (2002, h.8) tradisional ini seolah hanya bisa

menyebutkan bahwa upacara tradisional dilakukan di zaman dahulu saja yang

masa hamil ialah ”upacara adat masih kental dengan tradisi ini. Padahal

tradisional yang berlaku di Morge Siwe sesungguhnya upacara tradisional masa

pada waktu lampau atau waktu hamil ini memiliki banyak nilai-nilai

sebelum adanya ilmu kesehatan yang yang terkandung didalam setiap

modern”. berlangsungnya proses upacara tersebut.

Dari hasil observasi awal melalui Berdasarkan penjelasan diatas,

wawancara dengan salah satu tokoh maka peneliti ingin meneliti tentang

adat, Ketua Lingkungan VI Sidakersadi upacara tradisional masa hamil, peneliti

  34
Studi tentang Perubahan Upacara Tradisional Masa Hamil di Kota Kayuagung
(Studi Kasus Masyarakat Adat Eks Marga Kayuagung)
memberi judul penelitian yaitu studi siwe tidak lagi digunakan oleh

tentang perubahan upacara tradisional masyarakat dikarenakan kebanyakan

masa hamil di Kota Kayuagung (studi masyarakat tidak mempercayai lagi

kasus masyarakat adat eks Marga akan hal ini serta, ilmu kedokteran dan

Kayuagung). bidan sudah sangat mendukung untuk

menangani proses kehamilan.

PEMBAHASAN Upacara tradisional masa hamil

Berdasarkan hasil penelitian sebenarnya pada zaman dahulu upacara

secara keseluruhan mengenai perubahan tradisional masa hamil ini selalu

upacara tradisional masa hamil (studi dilakukan setiap tahapannya, yang mana

kasus masyarakat adat Eks Marga dari tahapan tersebut tidak ada

Kayuagung) maka diketahui bahwa pengurangan. Tetapi dilihat dari

perubahan upacara tradisional masa temuan di lapangan bahwa yang

hamil itu berubah mengikuti berubah pada tahapan:

perkembangan zaman, hal inilah yang a. Belangir, yaitu banyak orang yang

membuat masyarakat mensederhanakan melakukan belangir ini pada bulan

dari ketiga tahapan upacara tradisional mendekati penghujung saja, seperti

tersebut, adapun ketiga tahapan tersebut bulan ke 7 walaupun masing ada

yaitu, belangir, sedokah berunus, yang melaksanakan semua tahapan

sedokah tahlui siwe. Dari ketiga yang terdapat pada belangir, serta

tahapan tersebut belangir berubah pada untuk bahan-bahan seperti

prosesnya serta kelengkapan upacara kembangpun jumlahnya sekarang

tersebut, sedangkan dari tahapan tidak ditentukan, karena tergantung

sedokah berunus dan sedokah tahlui dukun atau orang yang paham akan

  35
Ideham Syazili
hal ini, contohnya saja seperti membuat orang tidak mau

ketika kita ingin melakukan melakukannya pada saat ini karena

belangir pada zaman sekarang zaman sekarang adalah masa yang

bahan dari belangir seperti jeruk memang sudah canggih dan selalu

nipis, itu tergantung dengan praktis, faktor ekonomi juga yang

kehendak dukun, ada yang di belah menyebabkan sedokah berunus ini

urung serta belahan jeruk tersebut tidak digunakan lagi, banyak yang

sesuai dengan jumlah usia tidak mau repot, untuk melakukan

kandungan si ibu, tetapi ada juga hal yang demikian, padahal kalau

yang tidak harus menyesuaikan usia kita lihat dari makna dan setiap

kandungan, lalu setelah di belah kegiatan yang ada pada upacara

urung jeruk tersebut di jampi oleh sedokah berunus ini bisa menjaga

dukun atau orang yang mengerti tali silahturahmi antar keluarga dan

akan hal ini. Dari tahapan belangir masyarakat sekitar untuk

sekarang sebenarnya sudah jarang melaksanakan sedokah tersebut.

orang melakukan, karena Akan tetapi perubahan ini menurut

tergantung dengan pribadi masing- pendapat masyarakat, sesuai

masing. dengan zaman, karena pada zaman

b. Sedokah berunus ini tidak ada dahulu ilmu kedokteran dan bidan

perubahan, akan tetapi pada saat ini belum ada, kebanyakan dukun

tidak lagi digunakan, dikarenakan beranak, beda kalau dibandingkan

kebanyakan orang tidak percaya dengan zaman sekarang yang serba

lagi, serta perlengkapannya yang ada, ilmu kedokteran dan bidan pun

terlalu banyak dan rumit sehingga semakin canggih.

  36
Studi tentang Perubahan Upacara Tradisional Masa Hamil di Kota Kayuagung
(Studi Kasus Masyarakat Adat Eks Marga Kayuagung)
c. sedokah tahlui siwe juga tidak ada marhabah. karena manusia harus

perubahan, akan tetapi pada saat ini senantiasa berikhtiar untuk

tidak lagi digunakan, maka dari itu memperbaiki hidupnya sesuai

banyak orang yang biasanya dengan perkembangan zaman.

melakukan sedekah seperti Manusia memang berkeinginan

membuat nasi uduk, yang diberi 1 untuk berubah menjadi lebih baik

butir telur ayam yang sudah direbus lagi, perubahan inilah yang

ditaruh di atas nasi tersebut dan mengikuti perkembangan zaman,

dikelilingi sambal tempe di karena pada zaman sekarang sudah

sampingnya, setelah itu dibagikan modern, banyak orang yang tidak

kepada keluarga terdekat, lalu ada mempercayai lagi. Tetapi akankah

juga yang melaksanakan sedekah lebih baik jika perubahan ini di

setelah anaknya lahir seperti kondisikan dengan keinginan

marhabah, pada zaman sekarang masyarakat itu sendiri.

sering kita lihat banyak masyarakat

yang memilih untuk melaksanakan

marhabah bagi keluarga yang

mampu, bahkan mereka lebih

memilih untuk melaksankan

  37
Ideham Syazili

Tabel 1
Perubahan Upacara Tradisional Masa Hamil di Kota Kayuagung

Sebelum terjadinya perubahan Sesudah terjadinya perubahan

a. Belangir a. Belangir
Wanita merasakan adanya kelainan pada Pada tahapanbelangir banyak orang yang
tubuhnya, maka orang tua mendatangi dukun melakukan belangir pada bulan mendekati
beranak untuk memastikan apakah ini pertanda, penghujung saja, seperti bulan ke 7 walaupun
kehamilan. Dukun lalu menyuruhnya melakukan masing ada yang melaksanakan semua tahapan
langir (keramas). Masa hamil akan diketahui yang terdapat pada belangir, serta untuk bahan-
setelah 3 (tiga) bulan kandungan. Belangir ini di bahan seperti kembangpun jumlahnya sekarang
lakukan jika kandungan berumur 3 (tiga), 5 tidak ditentukan, karena tergantung dukun atau
(lima), 7 (tujuh), dan 9 (sembilan) bulan. Jadi, ada orang yang paham akan hal ini, contohnya saja
4 (empat) kali dan ada juga yang melakukannya seperti ketika kita ingin melakukan belangir pada
tiap waktu tersebut sampai dua kali. Pertama zaman sekarang bahan dari belangir seperti jeruk
adalah menjampikan jeruk (jumlahnya di nipis, itu tergantung dengan kehendak dukun, ada
sesuaikan dengan umur kandungan), kepada yang di belah urung serta belahan jeruk tersebut
dukun atau kiyai atau siapa saja yang dianggap sesuai dengan jumlah usia kandungan si ibu,
penting. Oleh si pejampi sebelumnya si tetapi ada juga yang tidak harus menyesuaikan
pejampinya jeruk itu dipotong ujung pangkalnya, usia kandungan, lalu setelah di belah urung jeruk
lalu dibelah empat urungan, baru dijampi. Jeruk tersebut di jampi oleh dukun atau orang yang
tersebut diletakkan dalam mangkok putih yang mengerti akan hal ini. Dari tahapan belangir
berisi air, lalu jeruknya dipijit-pijit hingga keluar sekarang sebenarnya sudah jarang orang
airnya dan bercampur dengan air yang berada melakukan, karena tergantung dengan pribadi
dalam mangkok tersebut. masing-masing.

b. Sedokah berunus b. Sedokah berunus


Siapkan akomodasi, setelah semua akomodasinya Sedokah berunus ini pada saat sekarang, tidak
lengkap dan siap, maka didatangilah dukun untuk lagi digunakan oleh masyarakat karena
menyampaikan sedekah di atas, dengan membawa masyarakat banyak yang tidak mau repot, untuk
3 (tiga) canting beras dan satu butir telur ayam. melakukan hal yang demikian, padahal kalau kita
Sedokah berunus lalu diteruskan di rumah si lihat dari makna dan setiap kegiatan yang ada
wanita hamil dengan mengundang tetangga dan pada upacara sedokah berunus ini bisa menjaga
kiyai. Acaranya membaca do’a selamat dan tali silahturahmi antar keluarga dan masyarakat
menyantap sajian yang terdiri dari berunus merah, sekitar untuk melaksanakan sedokah tersebut.
berunus keputihan, sekubal, lemang, danmangan Akan tetapi perubahan ini menurut pendapat
(sirih berikut ramuannya yang siap untuk masyarakat, sesuai dengan perkembangan zaman,
digunakan yang jumlahnya sama dengan usia karena pada zaman dahulu ilmu kedokteran dan
kandungan). Setelah itu, ahli rumah memasangkan bidan belum ada, kebanyakan dukun beranak itu
tangkal-tangkal yaitu menanam ban-ban tubuh ada pada saat zaman dahulu, beda kalau
pada empat sudut rumah dekat tiang, dibandingkan dengan zaman sekarang yang serba
menggantungkan daun kobang pada empat sudut canggih, dimana ilmu kedokteran dan bidan pun
rumah pada ijung kitau dan dilis dengan kapur sudah banyak.
sirih gambar orang-oranganatau menggantung
daun nanas pada sudut empat luar rumah dan
ditengah bagian bawah lantai rumah juga
digantungi daun nenas dan landak.

c. Sedokah Tahlui Siwe c. Sedokah Tahlui Siwe


Sedokah tahlui siwe (sembilan telur ayam) ini di Pada tahapan sedokah tahlui siwe ini tidak lagi

  38
Studi tentang Perubahan Upacara Tradisional Masa Hamil di Kota Kayuagung
(Studi Kasus Masyarakat Adat Eks Marga Kayuagung)

lakukan, setelah bayi dalam kandungan berusia 9 digunakan, akan tetapi banyak orang yang
(sembilan) bulan dan bisa dilakukan dirumah yang biasanya melakukan sedekah seperti membuat
bersangkutan atau dimasjid. Jika dirumah, maka nasi uduk, yang diberi 1 butir telur ayam yang
yang di undang hanya sembilan orang yang dipilh sudah direbus ditaruh di atas nasi tersebut dan
kelurga mahir melaksanakan upacara tersebut. dikelilingi sambal tempe di sampingnya, setelah
Setelah tamu datang, maka membacakan do’a itu dibagikan kepada keluarga terdekat, tidak ada
sebanyak 9 (sembilan) kali, dimana do’a ini sanksi adat ketika kita tidak melakukan atau
mohon pertolongan pada wali-wali sembilan, agar melaksanakan upacara tradisional tersebut,
memberikan perlindungan semoga yang dikarenakan pada saat ini upacara ini hanya
bersangkutan selamat terhindar dari segala macam dilakukan oleh orang yang percaya saja, bahkan
gangguan. Di hadapan masing-masing sembilan di zaman sekarang banyak orang yang tidak
orang tersebut telah menghidang sembilan nasi percaya lagi akan hal ini, selain sedekah
gemuk atau uduk yang di atasnya sebuah telur membuat nasi uduk, ada juga yang
ayam rebus yang sudah di kupas kulitnya. Setalah melaksanakan sedekah setelah anaknya lahir
pembacaan do’a selesai, disantaplah makanan seperti marhabah, pada zaman sekarang sering
tersebut dan selesailah upacara tahlui siwe. kita lihat banyak masyarakat yang memilih
untuk melaksanakan marhabah tersebut, bahkan
mereka lebih memilih untuk melaksankan
marhabah. karena manusia harus senantiasa
berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya sesuai
dengan perkembangan zaman. Perubahan ini
memang mengikuti perkembangan zaman,
karena pada zaman sekarang sudah modern,
banyak orang yang tidak mempercayai lagi.
Tetapi akankah lebih baik jika perubahan ini di
kondisikan dengan keinginan manusia.

Setelah melihat tabel diatas dapat


yang belum tersentuh dengan teknologi
ditarik kesimpulan bahwa perubahan
yang canggih.
upacara tradisional masa hamil terletak
Peneliti menggunakan teknik
pada tahapan belangir¸ sedangkan pada
analisis data deskriftif kualitatif.
tahapan sedokah berunus dan tahlui
Berdasarkan hasil wawancara di atas,
siwe tidak digunakan lagi pada zaman
dari 16 pertanyaan yang di ajukan pada
sekarang dikarenakan mengikuti
beberapa informan, maka peneliti dapat
perkembangan zaman serta ilmu
menguraikan inti dari jawaban informan
kedokteran dan bidan sudah ada
atau resfonden, upacara tradisional
dibandingkan dengan zaman dahulu
masa hamil adalah rangkaian kegiatan

adat tradisional masa hamil yang

  39
Ideham Syazili

berlaku di masa-masa zaman dahulu yang lebih baik, serta berubah sesuai

atau masa sebelum adanya ilmu mengikuti perkembangan zaman,

kebidanan yang canggih pada saat ini, perubahan yang terjadi pada upacara

pelaksaan upacara tersebut terdiri dari 3 tradisional masa hamil ini berubah pada

rangkaian proses upacara tradisional tahapan belangir, sedangkan untuk

masa hamil yaitu belangir, sedokah sedokah berunus dan sedokah tahlui

berunus, sedokah tahlui siwe, yang siwe pada zaman sekarang sudah tidak

terlibat dalam proses upacara ini adalah digunakan lagi.

orang yang sedang hamil, dukun/orang Perubahan dalam setiap tahapan

yang paham akan hal ini, serta keluarga upacara tradisional masa hamil karena

terdekat, dalam tata cara upacara sesuai dengan kehendak dan

tradisional dahulu dengan sekarang kepercayaan masing-masing, perubahan

sangatlah berbeda, perbedaan inilah yang terjadi di dalam upacara

yang membuat perubahan dalam setiap tradisional masa hamil itu tidak

tahapan upacara tradisional masa hamil disepakati, akan tetapi berubah karena

karena sesuai dengan kehendak dan kehendak pribadi masing-masing,

kepercayaan masing-masing, perubahan mereka setuju dengan perubahan yang

yang terjadi di dalam upacara terjadi dalam upacara tradisional masa

tradisional masa hamil itu tidak hamil, karena perubahan itu kearah

disepakati, akan tetapi berubah karena yang lebih baik, serta berubah sesuai

kehendak pribadi masing-masing, mengikuti perkembangan zaman,

mereka setuju dengan perubahan yang perubahan yang terjadi pada upacara

terjadi dalam upacara tradisional masa tradisional masa hamil ini berubah pada

hamil, karena perubahan itu kearah tahapan belangir, sedangkan untuk

  40
Studi tentang Perubahan Upacara Tradisional Masa Hamil di Kota Kayuagung
(Studi Kasus Masyarakat Adat Eks Marga Kayuagung)

sedokah berunus dan sedokah tahlui akan hal ini serta, ilmu kedokteran dan

siwe pada zaman sekarang sudah tidak bidan sudah sangat mendukung untuk

digunakan lagi. membantu proses kehamilan.

Setelah melakukan reduksi data

dan penyajian data yang dilakukan oleh KESIMPULAN

peneliti adalah mengambil kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa,

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dalam perubahan upacara tradisional

kepada beberapa informan maka dapat masa hamil itu berubah mengikuti

ditarik kesimpulan, bahwa dalam perkembangan zaman, hal inilah yang

perubahan upacara tradisional masa membuat masyarakat mensederhanakan

hamil itu berubah mengikuti dari ketiga tahapan upacara tradisional

perkembangan zaman, hal inilah yang tersebut, adapun ketiga tahapan tersebut

membuat masyarakat mensederhanakan yaitu, belangir, sedokah berunus,

dari ketiga tahapan upacara tradisional sedokah tahlui siwe. Dari ketiga

tersebut, adapun ketiga tahapan tersebut tahapan tersebut belangir berubah pada

yaitu, belangir, sedokah berunus, prosesnya serta kelengkapan upacara

sedokah tahlui siwe. Dari ketiga tersebut, sedangkan dari tahapan

tahapan tersebut belangir berubah pada sedokah berunus dan sedokah tahlui

prosesnya serta kelengkapan upacara siwe tidak lagi digunakan oleh

tersebut, sedangkan dari tahapan masyarakat dikarenakan kebanyakan

sedokah berunus dan sedokah tahlui masyarakat tidak mempercayai lagi

siwe tidak lagi digunakan oleh akan hal ini serta, ilmu kedokteran dan

masyarakat dikarenakan kebanyakan bidan sudah sangat mendukung untuk

masyarakat tidak mempercayai lagi menangani proses kehamilan.

  41
Ideham Syazili

DAFTAR PUSTAKA Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar


Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.
A. Havilan, William (Alih Bahasa: Jakarta: EGC.
RG. Soekadijo). 1993. Antropologi
Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi
Suatu Pengantar Edisi Revisi.
Ahmad, Rahman. 2002. Himpunan Adat Jakarta.: Rajawali Pres.
dan Sistem Upacara Adat Morge
Siwe. Kayuagung: Dinas Soeyono, Ariyono. 1985. Kamus
Pariwisata OKI. Antropologi. CV. Jakarta:
Akademika Presindo.
Herimanto dan Wirnarno. 2010. Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar. Yuslizal. 2005. Melestarikan dan
mengenal Budaya Lokal sebagai
Jakarta: Bumi Aksara.
Aset Budaya Nasional.
Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Kayuagung: Dinas Pariwisata
Antropologi. Jakarta. Universitas OKI.
Indonesia.

  42

Anda mungkin juga menyukai