Anda di halaman 1dari 6

Ilhamsyah Putra Sinaga, Evi Kurniawati | Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan, dan Diagnosis Banding Depresi Pasca Stroke

Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan dan Diagnosis Banding


Depresi Pasca Stroke
Ilhamsyah Putra Sinaga1, Evi Kurniawati2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2 Bagian Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Post-Stroke Depression (PSD) adalah gejala psikiatri yang umum ditemukan pasca stroke. PSD adalah kondisi dimana pasien
stroke mengalami peristiwa traumatis yang merusak fisik dan integritas mental, otonomi dan harga diri serta nilai sosial
mereka. Kurangnya mekanisme koping psikologis, serta kepribadian premorbid, menjadi faktor penentu PSD. Pasien PSD
kebanyakan hadir dengan fluktuasi mood, retardasi, iritabilitas, atau apatis. PSD merupakan faktor utama yang dapat
menghambat penyembuhan fungsi neurologi dan aktivitas harian pada pasien stroke, dan berhubungan dengan
peningkatan mortalitas. Sebuah meta-analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa prevalensi Post-Stroke Depression (PSD)
adalah 29%. PSD terkait dengan gangguan sirkuit monoamina baik secara langsung atau tidak langsung. Pada teori sitokin,
inflamasi PSD mungkin berhubungan dengan produksi sitokin “depresogenik” oleh respon inflamasi terhadap iskemi. Hal ini
mungkin berkaitan mengingat sitokin inflamasi, seperti IL-1, IL-6, IL-18, dan tumor necrosis factor (TNF)-alpha meningkat
secara signifikan pasca stroke. Kondisi biologis dan psikologis menyebabkan PSD baik akibat lesi, biogenik amina, sitokin
inflamatosi, atapun polimorfisme genetik. PSD harus dapat dibedakan dari apati pasca-stroke, kecemasan pasca-stroke
(PSA), kelelahan pasca stroke (PSF), dan gangguan psikotik pasca stroke (PSPD). Tujuan pengobatan PSD adalah untuk
mencapai remisi lengkap dari gejala episode depresi, yang mungkin berdampak menguntungkan pada pemulihan defisit
neurologis. Tatalaksana dapat dilakukan dengan intervensi farmakologi dan non farmakologi berupa neuromodulasi dan
psikososial. Tujuan dari artikel ini untuk memberikan informasi terkait Post-Stroke Depression (PSD).

Kata kunci: Depresi paska stroke, diagnosis, pencegahan, tatalaksana

Diagnosis, Management, Prevention, and Differential Diagnostic of


Post Stroke Depression (PSD)
Abstract
Post-Stroke Depression (PSD) is a common psychiatric symptom after stroke. PSD is a condition in which stroke patients
experience traumatic events that damage their physical and mental integrity, autonomy and self-esteem and social values.
Lack of psychological coping mechanisms, as well as premorbid personality, are determinants of PSD. PSD patients mostly
present with fluctuation in mood, retardation, irritability, or apathy. PSD is a major factor that can inhibit the recovery of
neurological function and daily activities in stroke patients, and is associated with increased mortality. A recent meta-
analysis showed that the prevalence of Post-Stroke Depression (PSD) was 29%. PSD deals with the disruption of monoamine
circuits either directly or indirectly. In cytokine theory, inflammation of PSD may be related to the production of
“depressogenic” cytokines by the inflammatory response to ischemia. This may be related given that inflammatory
cytokines, such as IL-1, IL-6, IL-18, and tumor necrosis factor (TNF) -alpha increase significantly after stroke. Biological and
psychological conditions cause PSD either due to lesions, biogenic amines, inflammatory cytokines, or genetic
polymorphisms. PSD must be distinguishable from post-stroke apathy, post-stroke anxiety (PSA), post-stroke fatigue (PSF),
and post-stroke psychotic disorder (PSPD). The goal of PSD treatment is to achieve complete remission of the symptoms of
a depressive episode, which may have a beneficial impact on the recovery of neurological deficits. Management can be
done with pharmacological and non-pharmacological interventions in the form of neuromodulation and psychosocial. The
purpose of this article is to provide information regarding the Post-Stroke Depression (PSD).

Keywords: Diagnosis, post-stroke depression, prevention, management

Korespondensi: Ilhamsyah Putra Sinaga, Alamat Jl. Bumi Manti III Perum Kampus Hijau Resident Blok G28, HP
082272162777, e-mail ilhamsyahputrasinaga777@gmail.com

Pendahuluan dengan gejala kejiwaan tersebut sebagai


Stroke merupakan penyebab utama suasana hati depresi, kecemasan, dan apatis.
kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Namun komplikasi kejiwaan stroke tidak
Namun demikian, selama beberapa dekade pernah menerima perhatian yang khusus
terakhir telah terjadi penurunan mortalitas komplikasi lainnya seperti gangguan motorik,
stroke secara global. Stroke sering dikaitkan gangguan berbahasa, atau defisit kognitif.1

Medula | Volume 11| Nomor 1| April 2021| 48


Ilhamsyah Putra Sinaga, Evi Kurniawati | Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan, dan Diagnosis Banding Depresi Pasca Stroke

Post-Stroke Depression (PSD) adalah serebrovaskular. Disabilitas fisik, tingkat


gejala psikiatri yang umum ditemukan pasca keparahan stroke, dan gangguan kognitif lebih
stroke. Prevalensi depresi mayor pada pasien berpengaruh terhadap PSD. Belakangan
pasca stroke telah dilaporkan sebesar 17,7%.2 diketahui pasien yang memiliki PSD sesaat
PSD mirip dengan gangguan depresi setelah terkena stroke memiliki faktor risiko
mayor (Mayor Depressive Disorder/MDD), yang berbeda dari mereka yang terkena
tetapi berbeda dalam frekuensi gejala tertentu. kemudian. Dengan demikian, PSD sesaat
Sebagai contoh, pasien PSD kebanyakan hadir setelah stroke terkait erat dengan mekanisme
dengan fluktuasi mood, retardasi, iritabilitas, biologis, sedangkan PSD yang terjadi enam
atau apatis, sementara anhedonia, pesimisme, bulan pasca stroke berhubungan dengan
ide bunuh diri, atau defisit perhatian lebih mekanisme psikososial.1 Jenis depresi awal dan
sering terjadi pada MDD.3 Prevalensi tertinggi akhir dapat timbul dari mekanisme yang
episode PSD yaitu pada satu bulan pasca berbeda.7
stroke.4 Terdapat empat teori penyebab biologis
PSD merupakan faktor utama yang dapat PSD, meliputi teori lokasi lesi, biogenik amina,
menghambat penyembuhan fungsi neurologi sitokin inflamatosi, dan polimorfisme genetik.
dan aktivitas harian pada pasien stroke, dan Teori lokasi lesi dimaksudkan PSD mungkin
berhubungan dengan peningkatan mortalitas.5 terkait dengan lokasi lesi yang mengganggu
area spesifik otak (lobus frontal, korteks
Isi prefrontal hemsifer kiri2 dan lesi grey matter
Prevalensi PSD diantara pasien rawat periventrikel).4 Teori amina biogenik dimana
inap pada fase akut sekitar 22% untuk depresi PSD mungkin terkait dengan gangguan sirkuit
mayor dan 17% untuk depresi minor. Pada monoamina baik secara langsung atau tidak
sampel rawat jalan (dari 3 bulan sampai 10 langsung. Pada teori sitokin inflamasi PSD
tahun pasca stroke), sekitar 23% untuk depresi mungkin berhubungan dengan produksi sitokin
mayor dan 35% untuk depresi minor, “depresogenik” oleh respon inflamasi terhadap
sementara sampel masyarakat menunjukkan iskemi. Sitokin inflamasi, seperti IL-1, IL-6, IL-
tingkat prevalensi rata-rata masing-masing 18, dan tumor necrosis factor (TNF)-alpha telah
sebesar 13% dan 10%. Sebuah meta-analisis ditemukan meningkat secara signifikan pasca
baru-baru ini menunjukkan bahwa prevalensi stroke.3 Sedangkan pada teori polimorfisme
depresi setiap saat setelah stroke adalah 29%.1 genetik PSD mungkin terkait dengan
Menurut Ghoge dkk. angka prevalensi predisposisi genetik, terutama dalam sistem
depresi pasca-stroke adalah 10-25% untuk serotoninergik.1
perempuan dan 5-12% untuk laki-laki. Pada Penyebab psikologis PSD adalah kondisi
perempuan, adanya riwayat kelainan psikiatris dimana pasien dengan stroke pernah
dan kelainan kognitif sebelum terjadinya stroke mengalami peristiwa traumatis yang merusak
menyebabkan gejala depresi, sedangkan pada fisik dan integritas mental, otonomi dan harga
laki-laki depresi pasca-stroke berhubungan diri serta nilai sosial mereka. Mekanisme
dengan gangguan aktivitas hidup sehari-hari koping psikologis, serta kepribadian premorbid,
serta fungsi sosial.6 bertanggung jawab pada terjadinya PSD.1
Sebuah studi di Fortaleza, yang Selain itu, dukungan sosial yang tinggi
menyelidiki kualitas hidup (quality of life/QoL) memberikan pengaruh protektif terhadap
individu dua hingga enam tahun pasca stroke, gejala depresi pasca stroke.2
didapatkan prevalensi 40% gejala depresi Studi individu telah menunjukkan bahwa
(terutama ringan sampai sedang). Adanya PSD berhubungan tingkat penggunaan
gejala depresi merupakan faktor yang paling perawatan kesehatan pasca stroke yang lebih
penting dalam mengurangi kualitas hidup.1 tinggi, termasuk penggunaan layanan
Banyak faktor yang berhubungan dengan kesehatan rawat inap dan total penggunaan
PSD, seperti riwayat gangguan kejiwaan layanan kesehatan. Dalam kohort Veteran
sebelumnya, jenis kelamin perempuan, riwayat Health Administration di Amerika Serikat,
depresi pada keluarga, dan faktor risiko pasien dengan PSD membutuhkan waktu rawat

Medula | Volume 11| Nomor 1| April 2021| 49


Ilhamsyah Putra Sinaga, Evi Kurniawati | Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan, dan Diagnosis Banding Depresi Pasca Stroke

lebih lama dan rawat jalan yang lebih tinggi bahwa individu dengan demoralisasi merespon
pada 12 bulanpasca stroke.8 positif terhadap rangsangan positif dan bebas
Penilaian harus dilakukan secara rutin dari stressor, sementara pasien dengan depresi
setidaknya tiga kali yaitu satu bulan setelah tidak dapat menyingkirkan status mood
stroke atau sebelum pasien dipulangkanl, tiga negatifnya, terlepas dari perubahan
bulan setelah stroke, biasanya pasca lingkungan.1
dipulangkan untuk menilai awal-awal masalah Skala yang paling sering digunakan untuk
dan munculnya masalah baru, enam bulan mengevaluasi depresi pada pasien stroke
pasca stroke ketika banyak pemulihan fisik dan adalah Hamilton Depression Rating Scale
sosial telah stabil, dan penilaian tiap enam (HDRS); dalam literatur, General Health
bulan atau tahunan untuk identifikasi masalah Questionnaire (GHQ), Hospital Anxiety
jangka panjang.9 Depression Scale (HAD)10, Aphasic Depression
Kriteria DSM-V untuk diagnosis PSD Rating Scale (ADRS), atau beberapa skala yang
sama dengan Gangguan Depresi dengan dimodifikasi seperti Lausanne Emotion in Acute
Kondisi Medis. Stroke salah satu penyakit Stroke Study (LEASS) juga digunakan dalam
penyebab langsung pada depresi berdasarkan beberapa literatur. Dalam evaluasi defisit
DSM-IV dan DSM-V.1 Berdasarkan kriteria neurologis dan status fungsional, Nasional
depresi menurut DSM IV TR, disebut depresi Institute of Health Stroke Scale (NIHSS), Skala
mayor jika terdapat lebih atau sama dengan Rankin, dan Barthel Index paling sering
lima gejala dan depresi minor jika terdapat dua digunakan, sedangkan Mini Mental Status
gejala berikut yang menetap selama lebih dari Examination (MMSE) dan Montreal Cognitif
2 minggu, dan menimbulkan distres yang Assessment (MoCA) paling banyak digunakan
signifikan atau gangguan sosial, pekerjaan, dan untuk evaluasi fungsi kognitif.11
area fungsional lainnya serta tidak disebabkan HAD memiliki 14 item dengan format
oleh efek fisiologi langsung, seperti substansi pilihan ganda dan rentang nilai 0-42. Jika skor
(penyalahgunaan obat) atau kondisi medis ≥8 sudah digolongkan memiliki PSD minor.
umum (seperti hipotiroid).5 Lama pengerjaan yang dibutuhkan 2-6 menit
PSD harus terdiri dari gejala depresi dan tidak memerlukan pelatihan. Berbeda
pasca stroke (PSDS) dan gangguan depresi dengan HAD, ADRS memiliki 9 item dengan
pasca-stroke (PSDD). PSDS berkembang secara format interview dan observasi skala penilaian
paralel atau bersamaan dengan stroke karena tiap item, total skor 0-32. Dinilai PSD bila skor ≥
cedera otak langsung atau respons psikososial 9 dan pengerjaannya memerlukan pelatihan.12
akut terhadap stroke, sementara PSDD adalah Barthel Index adalah checklist ADL dasar
depresi endogen yang disebabkan oleh stroke yang umum digunakan dengan rentang nilai
atau stroke sekuele, biasanya terjadi enam mulai dari 0 (sepenuhnya tergantung) hingga
bulan pasca stroke. PSDS memiliki durasi yang 20 (benar-benar independen). Seorang
relatif singkat (kira-kira 12 minggu), sementara handicap atau orang dengan disabilitas fisik
PSDD berlangsung rata-rata 39 minggu. Lebih dan mental diberi nilai dengan modified Rankin
dari 50% pasien PSD onset baru selama enam Scale dengan rentang nilai mulai dari 0 (tidak
bulan pertama pasca stroke dapat pulih dalam ada gejala) hingga 5 (cacat berat). Kedua
tiga hingga enam bulan, tetapi sebagian besar pengukuran fungsional ini dilakukan pada hari
pasien akan kambuh dalam satu tahun pasca yang sama dengan pemeriksaan
stroke.3 neuropsikologi.13
PSD harus dibedakan dari demoralisasi PSD harus dapat dibedakan dari apati
pasca-stroke, yang dapat dipahami sebagai pasca-stroke, kecemasan pasca-stroke (PSA),
jenis gangguan penyesuaian. Secara kelelahan pasca stroke (PSF), dan gangguan
keseluruhan, demoralisasi terkait perasaan psikotik pasca stroke (PSPD).3
ketidakmampuan dan kehilangan kontrol diri Apati terkait dengan disinhibisi,
setelah kegagalan yang berulang, sedangkan penurunan fungsi kognitif, dan perilaku
depresi ditandai dengan anhedonia dan motorik menyimpang, sementara depresi
motivasi yang menurun. Shader mengamati dikaitkan dengan kecemasan, agitasi, dan

Medula | Volume 11| Nomor 1| April 2021| 50


Ilhamsyah Putra Sinaga, Evi Kurniawati | Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan, dan Diagnosis Banding Depresi Pasca Stroke

iritabilitas. Pasien apatis bersifat acuh tak acuh, efek samping yang membahayakan populasi
memiliki suasana hati yang netral, dan dengan penyakit kardiovaskular.1
biasanya tanpa ide bunuh diri, tetapi pasien Tatalaksana antidepresan harus dimulai
yang depresi menunjukkan mood yang jelas segera setelah pasien didiagnosis dengan PSDS,
negatif. PSA biasanya terlihat pada stroke fase termasuk tatalaksana farmakologi, terapi fisik,
kronis, sementara kebanyakan PSD terjadi di terapi psikologis, dsb. Masih belum jelas kapan
tahap akut. Pasien PSD kebanyakan harus memulai antidepresan pengobatan dan
menunjukkan mood terus-menerus tertekan berapa lama harus dilanjutkan. Studi tindak
dan kehilangan minat, diikuti kecemasan lanjut (follow up) longitudinal oleh Fruehwald
somatik atau mental seperti khawatir, tegang, et al menemukan bahwa tiga bulan
dan palpitasi, yang semuanya disebabkan penggunaan fluoxetine pada pasien PSD dapat
mood depresif. Sedangkan pasien PSA meningkatkan pemulihan emosional dan
menimbulkan takut, tegang, khawatir, iritabel, fungsional 18 bulan pasca stroke, meski tidak
atau gelisah.3 ada efek yang signifikan pada tahap awal
PSF adalah perasaan kelelahan fisik atau pemberian obat.3 Dosis 20mg/hari dapat
mental dan kurangnya energi terlepas dari digunakan sebagai tatalaksana PSD.5
aktivitas sebelumnya yang bersifat subjektif, Psikoterapi suportif dan terapi perilaku
dengan karakteristik abnormal, transisi, dan kognitif (CBT) efektif dalam pengobatan PSD.
kronis yang menyebabkan pasien kesulitan CBT bertujuan untuk mengubah aktivitas
mempertahankan rutinitas kegiatan.3 kognitif pasien, mengetahui cara berpikir yang
PSPD mengacu pada banyak jenis tidak pantas dan ide-ide kontraproduktif
sindrom psikiatris di tahap akut, rehabilitasi, mereka, menginspirasi pasien untuk
dan sequel. Meliputi gejala yang kompleks mengadopsi pemikiran yang masuk akal dan
termasuk halusinasi, delusi, dan delirium yang meninggalkan ide dan emosi yang merusak
mengganggu kualitas hidup.3 diri.3
Pasien dengan PSD memiliki disabilitas Terapi elektrokonvulsif diketahui efektif
yang lebih besar dalam kegiatan sehari-harinya dalam menatalaksana PSD. Teknik lain yang
berdasarkan ADL (Activity Daily Livings) diketahui juga dapat digunakan sebagai pilihan
daripada pasien eutim yang disertai dengan tatalaksana PSD adalah menggunakan stimulasi
gangguan neurologis. PSD memiliki dampak otak non invasif, berupa repetitive transcranial
negatif terhadap perkembangkan kemajuan magnetic stimulation (rTMS) dan transcranial
program rehabilitasi.1 direct current stimulation (tDCS). TMS
Tujuan pengobatan PSD adalah untuk mendepolarisasi neuron menggunakan medan
mencapai remisi lengkap dari gejala episode elektromagnetik yang kuat dan fokus
depresi, yang mungkin berdampak dihasilkan oleh kumparan di atas kepala
menguntungkan pada pemulihan defisit pasien. Depolarisasi listrik akan menginduksi
neurologis.7 Belum ada panduan dan intervensi potensi aksi. Ketika diterapkan berulang-ulang
tatalaksana PSD yang efektif. Antidepresean dan selama beberapa hari, rTMS dapat
dapat digunakan walaupun memiliki efek yang menginduksi efek klinis pada beberapa
kecil. Penggunaan antidepresan diindikasikan gangguan psikiatri dan sudah digunakan
untuk ganggaun depresi minor maupun mayor. sebagai pengobatan klinis (non-eksperimental)
Obat yang sering digunakan adalah di beberapa negara, termasuk Brasil.
antidepresan trisiklik seperti nortriptilin dan Sedangkan tDCS, pada gilirannya, didasarkan
SSRI terutama fluoxetin, setralin, dan pada aplikasi lemah (0,5-2mA), arus listrik
citalopram. Beberapa penulis merekomendasi langsung di otak menggunakan elektroda yang
nortriptilin sebagai obat lini pertama. ditempatkan di atas kepala. Terjadi perbaikan
Nortriptyline (100 mg/hari) menunjukkan klinis setelah diterapkan setiap hari selama
peningkatan yang signifikan dibandingkan beberapa hari.1 Namun metode ini memiliki
dengan fluoxetine (40 mg / hari) dan plasebo.9 komplikasi tertentu, seperti sakit kepala, reaksi
Meski demikian, nortriptilin dapat memiliki gastrointestinal, mulut kering, tinnitus, dan
bahkan kejang.3

Medula | Volume 11| Nomor 1| April 2021| 51


Ilhamsyah Putra Sinaga, Evi Kurniawati | Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan, dan Diagnosis Banding Depresi Pasca Stroke

Tatalaksana psikologis diketahui tidak Diagnosis dan tatalaksana PSD sangat penting.
lagi efektif. Pendekatan psikoterapeutik diikuti Namun, etiologi dan patogenesisnya PSD tidak
dengan penggunaan antidepresan bersifat jelas. Penatalaksanaan PSD berupa
lebih efektif. Pada meta-analisis dari Hackett et nonfarmakologi seperti electroconvulsive
al., terdapat pengaruh yang kecil tetapi therapy (ECT), transcranial magnetic
signifikan dalam penggunaan psikoterapi untuk stimulation (TMS), cognitive behavioral therapy
pencegahan PSD.1 (CBT), dan farmakologi seperti antidepresan,
PSD menyebabkan morbiditas dan yaitu selective serotonin reuptake inhibitor
mortalitas yang tinggi. Karena itu diperlukan (SSRI) dan tricyclic antidepresant (TCA).
pencegahan terhadap PSD. Ada tiga tingkat Tatalaksana antidepresan diperlukan segera
intervensi yaitu secara global (untuk seluruh setelah pasien didiagnosis dengan PSD. Pilihan
populasi stroke), selektif (untuk pasien stroke tatalaksana tergantung pada karakteristik
dengan risiko tinggi), dan ditargetkan (untuk pasien dan kondisi keseluruhan, tingkat
pasien stroke dengan tanda-tanda atau gejala keparahan gejala, dan efek samping.
awal penyakit). Intervensi meliputi pendekatan
psikologis atau farmakologis. Intervensi Simpulan
psikologis dilakukan bertahap. Langkah Dokter harus sadar terhadap PSD dan
pertama adalah mengetahui gejala yang dapat mengenali penyakit secara tepat waktu
muncul dalam 6-8 minggu. Ketika pasien terus untuk membantu pasien keluar dari mood
berlanjut memiliki gejala depresi, mereka depresif mereka secepat mungkin.
diajarkan pendekatan dalam membantu diri
sendiri. Langkah ketiga adalah intervensi Daftar Pustaka
psikologis jangka pendek sebagai terapi 1. Pedroso VSP, de Souza LC, Brunoni AR,
perilaku kognitif atau terapi pemecahan Teixeira AL. Post stroke depression: clinics,
masalah. Sedangkan pada pendekatan etiopathogenesis, and therapeutics. Arch
farmakologis, masih terdapat kontroversi Clin Psychiatry. 2015; 42(1):18-24.
terkait efek antidepresan dalam pencegahan 2. Quattropani MC, Geraci A, Lenzo V, Chiaie
PSD. Zhang, dkk. Menunjukkan bahwa RD, Filastro A. Post stroke anxiety and
duloxetine dapat mengurangi depresi mayor depression: relationships to cognitive
dan minor sebesar 16% tetapi mereka rehabiltitation outcome. Clinical
menindaklanjuti pasien hanya selama 12 Neuropsychiatry. 2018; 15(1):12-8.
minggu. Sedangkan ulasan Cochrane oleh 3. Zhao F, Yue Y, Lei L, Lang S, Wang M, Du X,
Fullerton, dkk. Ditemukan bahwa antidepresan et al. Clinical practice guidelines for post-
tidak menunjukkan bukti apa pun untuk stroke depression in China. Brazilian
mencegah depresi pasca stroke.14 Journal of Psychiatry. 2018; 00(00): 1-9.
Prognosis PSD baik, perbaikan terjadi 4. Ilut S, Vacaras V, Fodoreanu L. Incidence
setelah 1 tahun. Peningkatan angka kematian and predictive factors for poststroke
pada penderita depresi pasca-stroke depression. International Journal of the
berhubungan dengan ketidakpatuhan Bioflux Society. 2017; 9(3): 98-101.
pengobatan strokenya dan adanya penyakit 5. Susilawati A, N R, Putera K. Depresi pasca-
penyerta.5 Mortalitas PSD lebih tinggi. Morris stroke: diagnosis dan tatalaksana. Cermin
et Al. mengikuti 91 pasien stroke selama 10 Dunia Kedokteran. 2014; 41(12):901-5.
tahun dan menemukan bahwa pasien dengan 6. Suwantara JR. Depresi pasca-stroke:
depresi kecil atau besar 3,4 kali lebih mungkin epidemiologi, rehabilitasi dan psikoterapi.
meninggal dibandingkan subyek non-depresi J Kedokter Trisakti. 2004; 23(4):150-6.
pada dua minggu pasca stroke.15 7. Hsieh L, Kao H. Depressive symptoms
following ischemic stroke: astudy of 207
Ringkasan patients. Acta Neorol taiwan. 2005;
PSD merupakan fenomena yang sering 14:187-90.
terjadi pada survivor stroke dan sangat 8. Towfighi A, Ovbiagele B, Husseini NE,
memengaruhi kondisi fisik dan kognitif. Hackett ML, Jorge RE, Kissela BM, et al.

Medula | Volume 11| Nomor 1| April 2021| 52


Ilhamsyah Putra Sinaga, Evi Kurniawati | Diagnosis, Tatalaksana, Pencegahan, dan Diagnosis Banding Depresi Pasca Stroke

Poststroke depression a scientific for


healthcare professionals from the
American Heart Association/American
Stroke Association. Stroke. 2017; 48:e30-
e43.
9. Gillham S, Clark L. Psychological care after
stroke: Improving stroke services for
people with cognitive and mood disorders.
United Kingdom: NHS Improvement.
10. Salter K, et al. Post stroke depression:
screening and assessment. Canada:
Canadiam Best Practice Recommendations
for Stroke Care; 2013.
11. Zavoreo I, Basic-Kes V, Puretic-Bosnar M,
Demarin V. Post-stroke depression. Acta
Clin Croat. 2009; 48: 329-33.
12. Teaasell R, Hussein N. Post-stroke
depression and community reitegration.
Canada: Canadian Stroke Network; 2016.
Hal 1-27.
13. Nys GMS, van Zandvoor MJE, van der
Worp HB, de Haan EHF, de Kort PLM,
Kappelle LJ. Early depressive symptoms
after stroke: neuropsychological
correlates and lesion characteristics.
Journal of the Neurological Sciences.
2004; 228(2005):27-33.
14. Dar SK, Venigalla H, Khan AM, Ahmed R,
Mekala HM, Zain H, et al. Post stroke
depression frequently overlooked,
undiagnosed, untreated. Neuropsychiatry.
2017; 7(6):906-19.
15. Vataja R. Depression and executive
dysfunction after stroke [disertasi].
Helsinski: Helsinski University Central
Hospital; 2005.

Medula | Volume 11| Nomor 1| April 2021| 53

Anda mungkin juga menyukai