Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK ECOPRINT

DISUSUN OLEH :

NAMA : Muhammad Arvy Affandi

NIM : 2001035

KELAS : TPK-B

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan resmi praktikum pengujian Eco Print kulit kelinci dapat
diselesaikan secara lancar dan tepat waktu tanpa ada halangan apapun. Atas terselesaikannya
laporan praktikum resmi ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Entin Damyanti. selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik Eco Print
2. Semua asisten dosen pembimbing mata kuliah Teknik Eco Print
Dalam laporan resmi berisi tentang proses metode eco print pada kulit dari mulai alat
dan bahan, cara pengujian, hasil pengujian, kesesuaian hasil pengujian terhadap kualitas kulit
finish. Dalam laporan ini dimungkinkan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan resmi ini bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan tentunya bagi para pembacannya pada umumnya.

Yogyakarta, 30 Agustus 2021

Penulis

1
DAFAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ 1


DAFAR ISI .............................................................................................................................................. 2
BAB I ..................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
B. Tujuan ....................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
DASAR TEORI ........................................................................................................................................ 5
BAB III ................................................................................................................................................... 7
MATERI DAN METODE .......................................................................................................................... 7
A. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 7
B. Cara Kerja .................................................................................................................................. 8
BAB IV ................................................................................................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................................... 10
A. Hasil ........................................................................................................................................ 10
B. Pembahasan............................................................................................................................ 11
BAB V .................................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yogyakarta sebagai suatu kawasan persebaran tumbuhnya industri kreatif


khususnya pada peran strategisnya dalam mengendalikan pertumbuhan industri
kerajinan. Potensi bisnis industri kreatif di Yogyakarta luar biasa pesat dan sangat
terbukaluas bagi pelaku usaha khususnya pelaku usaha industri kerajinan melalui
kegiatan usaha yang fokus pada kreasi dan inovasi (Susanto, Setiawati, & Hartanto,
2018). Untuk menuju industri kreatif berdaya saing tinggi perlu adanya kerja sama
dan sinergi dengan semua pemangku kepentingan, peningkatan mutu SDM, dan
kesadaran pentingnya mengeksplorasi gagasan-gagasan kreatif serta giat melakukan
langkah inovasi secara berkesinambungan berkaitan dengan hal tersebut (Susanto,
Rusnoto, Rahayu Retnaningsih, Kusuma Candra Kirana, 2020).
Inovasi yang dilakukan para pelakunindustri kreatif tak lepas dari
perkembangan teknologi digital yang terus bergulir mencari berbagai bentuk
pencapaian terkini. Layaknya perkembangan teknologi simulasi digital yang secara
laten dan progresif dikembangkan oleh kekuatan modal sosiokultural dan modal
kapital dalam mengambil alih dominasi teknologi komunikasi serta dominasi jejaring
pasar global. Dalam realitas konteks lain,dimensi sosiokultural dan tipikal masyarakat
Indonesia kontemporer yang secara progresif mengubah cita rasa estetik. Mengingat
Indonesia sangat tinggi modal sosial dan modal kulturalnya dalam mengambil peran
perkembangan industri reatif yang berbasis teknologi sederhana (craftmanship)
maupun teknologi digital dalam pengayaan desain inovatif, the power of capital in
taking over the dominance of global communication technology. In other realities, a
sociocultural background and typical contemporary Indonesian society. (Susanto,
Rusnoto. Moh, Rahayu Retnaningsih, Insanul Qisti Barriyah, M. Dwi Marianto, Sri
Wastiwi Setiawati, 2019).
Teknologi pewarnaan dikembangkan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan pewarnaan ecoprint atau eco printing yang menggunakan bahan alam. Teknik
ecoprint ini dikembangkan oleh India (Ingrid Diana) Flint, sebagai tesisnya pada
tahun 2001. Ia menggunakan daun kayu putih (eucalyptus) untuk pewarnaan pada
kain sutra dan wol. Pengujian dilakukan dengan cara membungkus daun eucaliptus
menggunakan kain sutra dan wol, lalu diikat dalam gulungan dengan kuat, kemudian

3
dikukus (Flint, 2001). Teknik ecoprint menggunakan bahan alam untuk mentransfer
warna dan bentuk secara langsung pada kain. “Disebutkan oleh Flint (2008), teknik
ecoprint diartikan sebagai proses mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui
kontak langsung” (Husna, 2016). Pewarnaan ecoprint seperti yang dijelaskan diatas,
yaitu mentransfer warna dan bentuk/motif, maka dalam proses pelaksanaannya, bahan
alam seperti daun ditempel pada kain.
Teknik eco print mengalami peningkatan pesat pada saat ini karena dianggap
memiliki nilai ekonomi dan mudah dalam pembuatannya. Selain itu, kain yang
dihasilkan dari teknik ecoprint memiliki tampilan yang lebih menarik dan bernilai
tinggi karena proses dalam pembuatannya dengan tangan atau handmade (Irmayanti et
al., 2020). Teknik ecoprint memiliki keunikan tersendiri yaitu terletak pada hasil akhir
motif yang tidak sama satu dengan lainnya meskipun menggunakan bahan, teknik dan
material yang sama. Sehingga teknik eco print tergolong unik dan ekslusif (Wahyuni
& Mutmainah, 2020).

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengerti bagaimana cara mengaplikasikan teknik ecoprint ke


media kulit dan kain.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis pewarna alam apa yang bisa digunakan dalam
pengaplikasian teknik ecoprint.

4
`

BAB II

DASAR TEORI

Teknik ecoprint diartikan sebagai proses menstrasfer warna , bentuk dan


motif ke media tertentu melalui kontak langsung dengan menempel pada media
tersebut (Husna, 2016). Penempelan bahan alami, contohnya: daun, bunga, ranting,
batang dan biji secara langsung pada media (kain, kulit tersamak) akan menyebabkan
wujud permukaan media sesuai dengan bentuk dan tekstur asli bahan alami yang
ditempelkan. Bahan alami yang digunakan tersebut haruslah yang mempunyai pigmen
warna dan sensitive terhadap panas, sehingga ketika terkena panas, secara otomatis
pigmen warna dari bahan alami akan berpindah pada media tersebut dalam bentuk
sesuai dengan motif flora yang ditempelkan. Memanfaatkan bahan alami yang
biasanya adalah bagian dari tumbuhan (flora), dengan Teknik ecoprint mampu
menghias permukaan media ( kulit tersamak, kain) berbentuk motif, walaupun
motif/gambar yang diciptakannya sama, terkadang warna yang dihasilkan tidak sama
dengan warna tumbuhan aslinya, hal tersebut tergantung pigmen warna yang ada
pada tumbuhan aslinya.
Dedaunan yang digunakan sebagai bahan print/pencetak motif pada
produk misalnya, daun jati, daun jarak, daun lanang, daun ekor kucing, dan daun
ketapang kebo. daun yang digunakan Hastin mulai dari daun jati, daun jarak, daun
ketepeng, daun ekor kucing, daun lanang. Daun-daun tersebut biasanya digunakan
untuk bahan sutra dan selain bahan sutra (macam-macam kain). menggunakan daun
kesumba, kulit bawang bombai dan buah mangsi (berfungsi untuk memberi efek titik-
titik) yang digunakan untuk bahan sutra. Daun yang bermacam-macam biasanya
digunakan untuk bahan sutra, hal tersebut dikarenakan hasil warna yang tercetak pada
bahan kain sutera terkadang lebih pekat daripada bahan kain lain.
Dyeing merupakan proses pencelupan atau pewarnaan yang dapat dilakukan
pada berbagai bentuk bahan/media tertentu, baik itu serat, benang, kain maupun kulit
tersamak. Masing-masing warna akan menentukan apa saja zat warna atau chemical
yang akan digunakan serta komposisinya masing-masing. Selain itu proses dyeing
juga ikut pada SPC (Standart Process Condition) yang meliputi besaran temperature,
waktu serat parameter lainnya. Metode dyeing dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dari jenis zat warna dan serat yang akan diwarnai.

5
6
BAB III

MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

➢ Teknik Ecoprint metode ecosteam


Alat dan bahan :
- Panci.
- Kompor portable.
- Cuka.
- Thermometer.
- Plastik.
- Benang / Tali.
- Ember.
- Gunting.
- Kulit kelinci tersamak
- Paralon (Pipa logam).
- Daun atau bunga yang memiliki pigmen warna.
➢ Teknik Jumputan
Alat dan bahan :
- Karet.
- Ember.
- Batu kerikil.
- Kulit kelinci tersamak.
- 50 gram kunyit yang sudah halus.
- FA.
- Amonia.
➢ Teknik Ecosteam metode ecodyeing
Alat dan bahan :
- Panci.
- Thermometer.
- Benang / tali.
- Paralon (pipa logam).
- Gunting.
- Kompor portable.

7
- Tawas.
- Bahan pewarna dari tanaman penghasil warna seperti daun atau bunga,
ranting.

B. Cara Kerja

➢ Cara kerja teknik ecoprint metode ecosteam :


1. Menyiapkan media kulit kelinci tersamak dan bahan bagian tanaman serta
peralatan yang digunakan.
2. Dilakukan proses mordanting bertujuan untuk menghilangkan kanji dan
kotoran yang berada pada bahan kulit tersamak.
3. Meletakkan daun dan bunga yang sudah disiapkan di atas kulit samak
sebagai bahan pewarna ketika di proses.
4. Tanaman yang sudah ditata pola dan coraknya selanjutnya dilakukan
penggulungan dengan pipa plastik dan dialasi plastik/tidak, selanjutnya
diikat dengan tali rayon hingga rapat.
5. Setelah dilakukan penggulungan dengan pipa plastik dan diikat dengan
benang, siap dilakukan pengukusan dengan arah mendatar cara
peletakannya.
6. Kemudian dikukus di atas panci yang sudah diberi air kurang lebih 2 jam
dengan suhu 60∘C.
7. Selanjutnya di hanging kemudian di staking, toggle, finishing dan plating
➢ Cara kerja teknik jumputan :
1. Menyiapkan media kulit kelinci dan bahan ekstraksi zat warna kunyit.
2. Kulit dimotif terlebih dahulu.
3. Kulit yang sudah dimotif kemudian di wetting back air + sunlight.
4. Timbang 50 gram kunyit yang sudah halus dan tambahkan air 250 ml.
5. Selanjutnya di drain wash drain sampe busanya menghilang, kemudian
tambahkan air dan amonia di remas sekitar 15 menit.
6. Tambahkan ekstraksi kunyit kemudian diremas hingga 1 jam
7. Selanjutnya fiksasi memakai FA 5 tetes.
8. Selanjutnya cuci dengan air mengalir dan buka motif yang sudah dikaretin
dan dilakukan pengeringan.
9. Selanjutnya di hanging kemudian di staking, toggle, finishing dan plating.
➢ Cara kerja teknik ecosteam metode ecodyeing :

8
1. Menyiapkan media kulit kelinci tersamak dan bahan bagian tanaman
bunga, daun.
2. Dilakukan proses mordanting bertujuan untuk menghilangkan kanji dan
kotoran yang berada pada bahan kulit tersamak.
3. Tanaman yang sudah ditata pola dan coraknya selanjutnya dilakukan
penggulungan dengan pipa plastik dan dialasi plastik/tidak, selanjutnya
diikat dengan tali rayon hingga rapat.
4. Setelah melakukan penggulungan dengan pipa plastik dan diikat dengan
benang, siap dilakukan pengukusan dengan arah mendatar cara
peletakannya.
5. Kemudian dikukus atau disteam kurang lebih 2 jam dengan suhu 60∘C.
6. Selanjutnya tambahkan secang sebagai ecodyeing dan direbus selama
kurang lebih 1 jam dengan suhu 60∘C.
7. Selanjutnya di hanging kemudian di staking, toggle, finishing dan plating.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

10
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum dengan skala laboratorium, kami mengeatahui ada


beberpa metode yang bisa digunakan untuk pewarnaan alami (ecoprint). Antara
ecosteam (kukus), ecosteam dilanjut ecodyeing, dan metode yang terakhir ada metode
jumputan.. pada dasarnya praktikum ini berfokus pada pengenalan metode pewarnaan
alami pada kulit. Karna penggunaan pewarna aditif sangat dibatasi oleh peraturan
karena mengandung gugus aze benzilin atau perwana azo dyes adalah pewarna yang
dapat melepaskan ammonia yang bisa menyebabkan kanker. Uni eropa telah melarang
penggunan pewarna tersebut karna bisa berkontak langsung dengan kulit manusia.

Untuk metode yang pertama kali dicoba ialah metode ecosteam (kukus) dimana
kulit crust di wetting back terlebih dahulu lalu taruh sampel diatas meja kerja. Posisi
garain diatas. Pemilihan penggunan bahan baku utama pewarna juga penting dlanjut
dengan menyusun pola atau memposisikan tempat bunga/daun yang telah dipilih
sebelumya. Siapkan paralon serta plastic untuk menggulung sampel yang sudah
disiapkan. Gulung kulit dengan posisi plastic yang sudah ditata diatas sampel kulit,
penggulungan dimulai dari ujung ke ujung. Apabila sudah digulung pastikan
daun/bunga tidak ada yang keluar dari penggulungan. Setelah itu ikat penggulungan
dengan menggunakan tali kenur. Posisi ikat melingkari gulungan agar tidak ada yang
terlepas.

Sampel sudah siap dimasukkan kedalam wajan untuk dikukus. Proses kukus
dilakukan selama kurang lebih 1 jam dengan suhu stabil 50-60℃. Pemilihan daun
yang digunakan kali ini ialah daun kenikir. Harapannya dengan dilakukan pengukusan
dengan kurun waktu tertentu akan menghasilkan warna print alami yang sempurna.
Namun hasil yang didapat berbeda, warna kurang terpenetrasi sempurna sehingga
kami menambahkan komponen lain supaya dapat menghasilkan warna yang
sempurna. Untuk penambahan komponen daun dan bunga penmabah hasil kulit
menjadi sedikit kerut dan tidak mulur ketika saat diawal. Ini dikarenakan derajat atau
temperature kukus kurang stabil. Pengakalan dengan di platting tetap tidak mengubah
bentuk kerut kulit.

11
Selanjutnya untuk metode jumputan kelompok kami menggunakn bahan dasar
kunyit untuk pewarnaan dasarnya. Langkah pertama yaitu meletakkan kulit diatas
meja kerja dengan menyiapkan alat seperti (karet & batu). Batu digumpalkan kedalam
kulit lalu diikat. Buat beberapa gumpalan disetiap permukaan kulit. Warna yang
dihasilkan pada metode jumputan memang kurang maskimal karena waktu yang
masih kurang. Factor peremasan pada kulit juga kurang dan ikatan pada jumputan
kurang kencang mengakibatkan hasil yang sedikit buruk.

Ecosteam dilanjut ecodyeing yaitu proses pencelupan atau pewarnaan yang


dilakukan dengan berbagai bentuk bahan/media seperti serat, benang, kain maupun
kulit tersamak. Masing-masing warna akan menentukan apa saja zat warna atau
chemical yang akan digunakan serta komposisinya. Pada proses dyeing juga ikut pada
SPC (standart proses condition) yang meliputi temperature, waktu serat parameter
lainnya. Metode dyeing dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis zat
warna dan serat yang akan diwarnai.

12
BAB V

KESIMPULAN

Pada praktikum teknik ecoprint ini dilakukan 3 metode meliputi teknik ecoprint
metode ecosteam, teknik jumputan, teknik ecosteam metode ecodyeing. Dan hasil praktikum
ini untuk kelompok kami kurang bagus saat menyusun bunga, daun dan juga saat peremasan
teknik jumputan warnanya kurang rata, kemudian saat dikukus media daun dan bunga
tersebut kurang meresap ke kulit.

13
DAFTAR PUSTAKA

BBKKP. (2014). Proses Penyamakan Kulit Ikan. Retrieved September 30, 2019, from
https://www.academia.edu/28246111/PROSES PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI

Chasanah, A. M. (2017). Batik Ecoprint, yang Sederhana Jadi Barang Mahal. Retrieved Februari 23,
2018, from http://wargajogja.net/bisnis/batik-eco-print-yang-sederhana-jadi-barang-
mahal.html

Leather, E. (2019). Retrieved September 30, 2019, from Jaket Kulit Sapi dan Domba Daftar Perbedaan
Kulit Sapi dan Domba: http://enjoyleather.id/jaket-ku

Lestari, R. (2017). Ecoprint, Teknik Pewarnaan Alami yang Unik. Retrieved Februari 23, 2018, from
http://www.wanita.me/culture/ecoprint/

Maharani, A. (2018). Motif dan Pewarnaan Tekstil di Home Industry Kain Art Fabric Ecoprint Natural
Dye. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta.

Murizar fazruza, M. N. (2018). Eksplorasi Daun Jati Sebagai Zat Pewarna Alam pada Produk Phasmina
Berbahan Katun dengan Teknik Ecoprint. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga , 3 (3).

Pressinawangi, N. (2014). Eksplorasi Teknik Ecoprint dengan Menggunakan Limbah Besi dan Pewarna
Alam untuk Produk Fashion. Craft , 3 (1).

Saraswati, S. (2018). Perbedaan Hasil Rok Pias Ecoprint Daun Jati (Tectona Grandis) Menggunakan
Jenis dan Massa Mordan Tawas dan Cuka. Jurnal Tata Busana , 7 (2).

Sedjati, D. P. (2019). Mix Teknik Ecoprint dan Teknik Batik Berbahan Warna Tumbuhan dalam
Penciptaan Karya Seni Tekstil. Corak Jurnal Seni Kriya , 8 (1).

14

Anda mungkin juga menyukai