Anda di halaman 1dari 6

FUNGSI LABORATORIUM KIMIA / IPA SEKOLAH

1. Pengertian Laboratorium

Laboratorium adalah unit penunjang


akademik pada lembaga pendidikan,
berupa ruangan tertutup atau terbuka,
bersifat permanen atau bergerak, dan
dikelola secara sistematis untuk
kegiatan pengujian, kalibrasi,
dan/atau produksi dalam skala
terbatas dengan menggunakan
peralatan dan bahan berdasarkan
metode keilmuan tertentu, dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau
pengabdian kepada masyarakat. Laboratorium berasal dari kata laboratori yang memiliki
pengertian yaitu: a) tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen
atau percobaan di dalam sains dan melakukan pengujian serta analisis, b) bangunan atau
ruangan yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian ilmiah ataupun
praktek pembelajaran, c) tempat memproduksi bahan kimia maupun penelitian kimia, d)
tempat kerja untuk melangsungkan penelitian, e) ruang kerja seorang ilmuan dan tempat
menjalankan eksperimen bidang studi sains (kimia,fisika,biologi) (Mastika, dkk, 2014:
2).
Laboratorium dibagi menjadi 4 tipe
 Laboratorium tipe 1
Laboratorium tipe 1 merupakan laboratorium ilmu dasar yang terdapat di sekolah
pada jenjang menengah dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I dan II.
Bahan yang terdapat pada laboratorium ini adalah bahan umum untuk melayani
kebutuhan pendidikan siswa
 Laboratorium tipe 2
Laboratorium tipe 2 merupakan laboratorium ilmu dasar yang terdapat pada
perguruan tinggi semester 1 dan 2 dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I
dan II. Bahan yang terdapat pada laboratorium ini adalah bahan yang umum untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan siswa
 Laboratorium tipe 3
Laboratorium tipe 3 merupakan laboratorium bidang keilmuan yang terdapat di
jurusan atau program studi dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II, dan
III. Bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk melayani
kegiatan pendidikan dan penelitian mahasiswa dan dosen
 Laboratorium tipe 4
Laboratorium tipe 4 merupakan laboratorium terpadu yang terdapat di pusat studi
fakultas atau universitas, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan
pendidikan dan/atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan kategori I, II,
dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum dan khusus untuk
melayani kegiatan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dan
dosen.

Peralatan Laboratorium dibagi 3 kategori, yaitu :


 Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi/ kecermatan pengukurannya rendah,
serta sistem kerja sederhana, pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan
 Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
sedang, risiko penggunaan sedang, akurasi/kecermatan pengukurannya sedang,
serta sistem kerja yang tidak begitu rumit dan pengoperasiannya memerlukan
pelatihan khusus/tertentu.
 Peralatan kategori 3 adalah alat yang cara pengoperasian dan perawatannya sulit,
risiko penggunaan tinggi, akurasi/ kecermatan pengukurannya tinggi, serta sistem
kerja rumit yang pengoperasiannya memerlukan pelatihan khusus/tertentu dan
bersertifikat.
Bahan laboratorium dibagi 2 kategori, yaitu :

 Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan


persyaratan khusus.
 Bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan
persyaratan khusus
Menurut Depdikbud (1999: 25-26) bahan kimia berdasarkan penggunaannya
dikelompokkan menjadi 6, yaitu:
a) Reagens, zat kimia yang digunakan di laboratorium sekolah/universitas.
b) Farmakeutika (pharmaceuticals), zat kimia untuk obat-obatan.
c) Zat diagnotis (diagnostics), zat kimia untuk keperluan diagnosis yang digunakan
dalam bidang kedokteran.
d) Zat kimia pertanian (agrochemicals), zat kimia yang digunakan dalam bidang
pertanian.
e) Zat warna (dyes), zat kimia yang digunakan untuk zat warna sebagai bahan celup
dalam bidang industri tekstil.
f) Pigmen, zat kimia berwarna yang digunakan untuk pembuatan cat.
Menurut Depdikbud yang dikutip Sariyanto (2001: 15) derajat kemurnian
bahan kimia ada 3 macam yaitu:
a) LG (laboratory Reagent Grade) = Derajat Kemurnian Laboratorium.
Zat-zat dengan kualitas LG itu cocok untuk kerja analitik umum dan kerja kuantitatif
di SMA.
b) BG (Bench Reagent Grade)
Kemurnian yang pantas untuk penggunaan percobaan biasa di laboratorium.
c) TG disingkat T (Technical Grade) = Derajat Kemurnian Teknik
Standar kemurnian yang dapat diterima secara komersial dianggap tidak
mengandung kotoran-kotoran yang akan berpengaruh pada penggunaan
umum zat itu dalam eksperimen.
Bahan kimia berdasarkan kemurniannya dibedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu (Depdikbud, 1999: 26) :
a) Pro Analise (PA) atau Garanteed Reagent (GR) atau Analar (AR).
Zat kimia yang termasuk kelompok ini kemurniannya tinggi (99%). Label
pada wadah zat kimia mencantumkan kadar kemurniannya zat itu dan
kotoran-kotoran yang dikandungnya. Zat kimia yang termasuk kelompok
ini digunakan untuk analisis dalam penelitian yang cermat dan banyak
digunakan dalam laboratorium analitik.
b) Chemical Pure (CP), General Purpose Reagents (GPRS)
Zat kimia yang termasuk kelompok ini kemurniannya lebih rendah (90% -
95%). Pada label wadah zat kimia ini tidak selalu dicantumkan kemurnian
dan kadar maksimum kotoran yang terdapat di dalamnya.
c) Kemurnian Teknik (Technical Grade)
Zat kimia yang termasuk kelompok ini mempunyai kemurnian paling
rendah. Pada label wadah zat kimia ini tidak tercantum jenis kotoran yang
terdapat dalam zat ini.
Bahan kimia berdasarkan bahayanya dibedakan menjadi 6 kelompok,
yaitu (Depdikbud, 1999: 27-28):
a) Lambang F (Flammable), artinya zat kimia dengan lambang ini mudah
menyala (terbakar).
Contoh : fosfor, karbon disulfida, dan senyawa organik yang mudah
menguap.
b) Lambang X (harmful iritasi) artinya zat yang mengiritasi.
Contoh zat padat: NaOH, KOH, CaCl2, asam sitrat, fenol.
Contoh zat cair: H2SO4, Br2.
Contoh zat gas: Cl2, NO2.
c) Lambang T (toxic) artinya zat yang bersifat racun.
Contoh: anilin, benzena, uap bromin, uap raksa, toluena, nitrobenzena,
uap klorin
d) Lambang E (Explosive) artinya zat yang dapat meledak.
Contoh: hidrogen peroksida (pekat), asam perklorat dan logam natrium
bila bereaksi dengan air.
e) Lambang O (Oxidizing substance) artinya zat yang dapat mengoksidasi.
Contoh: KMnO4, KClO3, K2CrO4, K2Cr2O7, HNO3, HNO2, H2O2 encer.
f) Lambang C (Corrosive) artinya zat yang bersifat korosif (merusak
jaringan atau peralatan).
Contoh: NaOH, KOH, HCl, H2SO4, fenol, cuka glacial dan asam sitrat.
Bahan-bahan kimia berdasarkan wujudnya dibedakan menjadi
(Depdikbud, 1999: 29):
a. Wujud padat dapat berupa serbuk, kepingan, butiran, batangan, kristal
dan lembaran/pita.
Contoh: NaOH, Mg.
b. Zat kimia yang berwujud cair.
Contoh: HCl, H2SO4, HNO3, formaldehid, alkohol, spritus dan kloroform,
eter.
2. Fungsi Laboratorium dalam Pembelajaran di Sekolah
 Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan
praktik
 Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan
siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan laboratorium
tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji, tetapi juga
menuntut seseorang untuk melakukan eksperimentasi.
 Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari pembelajar,
peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan lainnya) untuk
mencari hakikat kebenaan ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan
alam dan lingkungan sosial.
 Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat
media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan
kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset ataupun eksperimentasi
yang akan dilakukan.
 Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam
keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari
kebebaran ilmiah dengan cara penelitian, ujicoba, maupun eksperimentasi.
 Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam
keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses
kegiatan kerja di laboratorium.
 Laboratoriun dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan barbagai masalah
melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah
akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah masyarakat yamg
membutuhkan penanganan dengan uji laboratorium
 Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen,
aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala ilmu pengetahuan yang
masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata

3. Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran di Sekolah


 Tempat timbulnya berbagai masalah dan sekaligus tempat memecahkan masalah
tersebut
 Laboratorium sebagai tempat untuk melatih keterampilan serta kebiasaan
menemukan suatu masalah dan sikap teliti
 Laboratorium sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik
untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang iselidiki atau diamati.
 Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap
cermat, sabar dan jujur serta berfikir kritis dan cekatan
 Laboratorium sebagai tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya.

4. Tujuan penggunaan Laboratorium


 Mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan data, penggunaan alat,
dan pembuatan alat sederhana).
 Melatih bekerja cermat, serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran
laboratorium
 Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil percobaan
 Melatih daya berfikir kritis, analitis melalui penafsiran eksperimen
 Memperdalam pengetahuan
 Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung
 Melatih merencanakan dan melaksanakan dan percobaan lebih lanjut dengan
menggunakan bahan-bahan dan alat yang ada
5. Pengelolaan Laboratorium
Selama ini pengelolaan laboratorium sekolah belum dapat dilakukan sebagaimana
mestinya. Bahkan terkesan ruang laboratorium yang dibangun tidak berfungsi. Tidak
sedikit ruangan yang dibangun bagi kegaiatan laboratorium sekolah ada yang berubah
fungsi. Tentu saja hal tersebut sangat disayangkan dan merugikan.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan bergesernya laboratorium sebagai tempat untuk
mengamati, menemukan, dan memecahkan suatu masalah manjadi ruang kelas ataupun
gudang, antara lain :
1. Kurangnya kemampuan dalam mengelola laboratorium sekolah.
2. Kurangnya pemahaman terhadap makna dan fungsi laboratorium sekolah serta
implikasinya bagi pengembangan dan perbaikan sistem pembelajaran IPA. Ironisnya
keberadaan laboratorium sekolah dianggap membebani sehingga jarang dimanfaatkan
sebagai mana mestinya.
3. Terbatasnya kemampuan guru dalam penguasaan mata pelajaran.
4. Belum meratanya pengadaan dan penyebaran alat peraga Kit IPA sehingga
menyulitkan bagi pusat kegiatan guru untuk menjalankan fungsi pembinaannya
kepada para guru (Emha, 2002).
Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat
Jendral dalam Anonim (2003), Laboratorium IPA yang pemanfaatan dan pengelolaannya
sebagai sumber belajar yang belum optimal atau tidak digunakan disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain:
1. Kemampuan dan penguasaan guru terhadap peralatan dan pemanfaatan bahan praktek
masih belum memadai.
2. Kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas tenaga laboratorium.
3. Banyak alat-alat laboratorium dan bahan yang sudah rusak yang belum diadakan
kembali.
4. Tidak cukupnya/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak setiap siswa
mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai