Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DALAM PERSEKTIF EKONOMI


ISLAM

(STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH


PRIANGAN TIMUR PROVINSI JAWA BARAT)

Disusun oleh :
Iip Miptahudin
1. Latar Belakang Penelitian

Permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang adalah


kesejahteraan warga negaranya. Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia
berasal dari kata sejahtera yang mempunyai makna aman, sentosa, makmur, dan
selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya).1 Kata
sejahtera mengandung pengertian dari bahasa sansekerta "catera" yang berarti
payung. Dalam konteks kesejahteraan, "catera" adalah orang yang sejahtera, yakni
orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau
kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin. 2
Kesejahteraan material dan spiritual merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembangunan.3 Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan
haruslah dicapai tidak saja dalam aspek material, tetapi juga dalam aspek spiritual.
Ketika sebuah proses pembangunan hanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan
material maka bisa dipastikan kesejahteraan masyarakat yang diinginkan tidak akan
bisa tercapai. Masyarakat akan merasakan kehidupan yang hampa dan tanpa makna
meskipun semua fasilitas tersedia.

Kesejahteraan telah menjadi bagian penting dari sebuah negara. Bahkan,


didirikannya atau dibentuknya sebuah negara adalah dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakatnya. Dalam konteks kenegaraan, kesejahteraan digunakan
dalam rangka menunjukkan bahwa pemerintahannya menyediakan pelayanan-
pelayanan sosial secara luas kepada warga negaranya. Negara kesejahteraan diartikan
sebagai sebuah proyek sosialis demokrat yang dihasilkan oleh perjuangan orang-
orang kelas pekerja untuk menciptakan masyarakat yang adil. Ide negara
kesejahteraan barat ini dianggap sebagai perubahan yang dilakukan oleh sistem
kapitalis menuju kepada aspirasi yang dibawa dalam sistem sosialis. 4 Berbagai cara,
1
WJ.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 887.
2
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika.Aditama, 2012), 8.
3
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Humaniora Utama Press, 2010), 8.
4
Adi Fahrudin, Pengantar.44.
metode, aturan, alat, pendekatan, ataupun kebijakan telah dipilih dan dilakukan oleh
sebuah negara dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut. Berbagai nilai dan
institusi sosial tersebut dapat menjadi instrumen bagi terciptanya kehidupan yang
lebih teratur dan lebih baik. Demikian juga dengan dorongan untuk membentuk
negara. Negara dibutuhkan dan dibentuk untuk mewujudkan ketertiban dan
kehidupan yang lebih baik yang juga biasa disebut kesejahteraan, Dengan demikian,
kesejahteraan menjadi idaman setiap orang dan setiap masyarakat, bahkan setiap
negara. Kondisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sejahtera menjadi
sesuatu yang diidealkan.5

Kondisi inilah yang kemudian melahirkan konsep ketimpangan atau


kesenjangan. Kesenjangan terjadi apabila 20 persen penduduk yang tergolong kaya
meraih lebih dari 50 persen GNP. Di Indonesia, kesenjangan spasial terjadi antara
desa dan kota, antara Jakarta dan luar Jakarta, antara Jawa da luar Jawa, antara
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Akhirnya muncul kesadaran
bahwa penerapan strategi growth first distribution later tidak sesuai untuk negara-
negara berkembang.6 Kesejahteraan telah dipersepsikan sebagai sebuah pertumbuhan
yang tinggi dalam pembangunan ekonomi. Pendekatan ini telah banyak membuat
negara berhasil mencapainya. Indikator keberhasilan tersebut adalah meningkatnya
akumulasi kapital dan pendapatan per kapita. Namun demikian, keberhasilan ini
hanya dinikmati oleh pemilik modal dan kelompok elit nasional. Seiring dengan
semangat umat Islam untuk berusaha menerapkan ajaran agamanya, muncullah kajian
tentang kesejahteraan dalam perekonomian yang berbasiskan syariah Islam.

Kesejahteraan menurut Islam tidak selalu diwujudkan dengan memaksimalkan


kekayaan dan konsumsi, namun menuntut kepuasan aspek materi dan spiritual diri
manusia dalam suatu cara yang seimbang. Kebutuhan-kebutuhan materi mencakup
5
Soetomo,Kesejahteraan dan Upaya Mewujudkannyadalam Perspektif Masyarakat Lokal
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2014),1.
6
Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa Menanggulangi Kemiskinan Dengan
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), 25.
sandang, pangan, papan, pendidikan, transportasi, jaminan kehidupan serta harta
benda yang memadai, dan semua barang dan jasa yang memberikan kenyamanan dan
kesejahteraan riil. Sementara, kebutuhan spiritual mencakup ketakwaan kepada Allah,
kedamaian pikiran (budi), kebahagiaan batin, keharmonisan keluarga serta
masyarakat, dan tiadanya kejahatan anomi.7 Sedangkan Imam Al-Ghazali memaknai
kesejahteraan dengan menggunakan pendekatan maqashid. Ghazali mendefinisikan
aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosial dalam kerangka sebuah hierarki
utilitas individu dan sosial yang tripartit meliputi: keniscayaan atau daruriyyat,
kebutuhan atau hajiyyat, dan kelengkapan atau tahsiniyyat.8

Pada sistem ekonomi syariah berpedoman penuh pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Ayat-ayat Al-Qur'an yang memberikan penjelasan tentang kesejahteraan ada
yang secara langsung (tersurat) dan ada yang secara tidak langsung (tersirat)
berkaitan dengan permasalahan ekonomi. Namun demikian, penjelasan dengan
menggunakan dua cara ini menjadi satu pandangan tentang kesejahteraan, adapun
ayat-ayatnya sebagai berikut:

1. Qs. Nahl ayat 97

۟ ُ‫طيِّبَةً ۖ َولَنَجْ زيَنَّهُ ْم َأجْ َرهُم بَأحْ َسن ما َكان‬


َ‫وا يَ ْع َملُون‬ َ ً‫صلِحًا ِّمن َذ َك ٍر َأوْ ُأنثَ ٰى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهۥُ َحيَ ٰوة‬
َ ٰ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ ِ ِ ِ
Artinya:“Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kesejahteraan merupakan jaminan atau
janji dari Allah Swt yang diberikan kepada laki-laki ataupun perempuan
yang beriman kepadaNya, Allah Swt juga akan membalas berbagai amal
perbuatan baik orang-orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik
7
Umer Chapra, The Future of Economics: An Islamic Perspective, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri,
Masa Depan Ilmu Ekonomi Sebuah Tinjauan Islam, Cet. 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 50.
8
Ibid
dari amalnya. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang bahagia, santai,
dan puas dengan rezeki yang halal, termasuk didalamnya mencakup seluruh
bentuk ketenangan apapun dan bagaimanapun bentuknya.9
2. Qs. Thaha ayat 117-119

‫ك فَاَل ي ُْخ ِر َجنَّ ُك َما ِمنَ ْال َجنَّ ِة فَتَ ْشقَى‬


َ ‫فَقُ ْلنَا يَا آ َد ُم ِإ َّن هَ َذا َع ُد ٌّو لَكَ َولِزَ وْ ِج‬

‫َظ َمُأ فِيهَا َواَل تَضْ َح‬


ْ ‫ك اَل ت‬
َ َّ‫) َوَأن‬۱۱۸( ‫ك َأاَّل تَجُو َع فِيهَا َواَل تَ ْع َرى‬
َ َ‫ِإ َّن ل‬

Artinya:Kemudian Kami berfirman, "Wahai Adam, sungguh (ini) iblis


musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka. Sungguh, ada
(jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan
telanjang. Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan
tidak akan ditimpa panas matahari”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kesejahteraan menurut pengertian Al-
Qur'an tercermin di Surga yang dihuni oleh Nabi Adam dan isterinya sesaat
sebelum mereka bertugas sebagai khalifah di bumi. Kesejahteraan yang
digambarkan dalam ayat ini menjamin adanya pangan, sandang, dan papan
yang diistilahkan dengan tidak kelaparan, tidak merasa dahaga, tidak
telanjang, dan tidak kepanasan oleh matahari. Sedangkan kebalikan darinya
adalah kehidupan yang sempit, yakni jauh dari tentram dan tenang, selalu
tidak puas, dadanya sesak dan gelisah walaupun lahirnya tampak mewah,
serba ada, cukup pakaian dan tempat tinggalnya.10
3. Qs. Al-A’raf ayat 10
"Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami
sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit kamu
bersyukur.”

9
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Tafsir Singkat Ibnu Katsir. jilid IV (Surabaya: Bina lmu,
1988), 595.
10
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah,..283.
Pada ayat ini, Allah Swt mengingatkan kepada hambaNya untuk
mensyukuri nikmat yang telah diberikanNya. Nikmat itu adalah sarana
untuk mendapatkan kesejahteraan yang berupa bumi yang diciptakanNya
untuk tempat tinggal, tempat memenuhi segala hajat hidup, menguasai
tanah, hasil tanamannya, binatang- binatangnya, dan tambang-
tambangnya.11
4. Qs. An-Nisa ayat 9
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka
khawatir terhadap (kes- ejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar,"
Pada ayat ini, kesejahteraan dapat diperoleh hanya dengan ketaqwaan
kepada Allah Swt dan juga berbicara secara jujur dan benar. Pada ayat ini,
Allah Swt meminta kepada hambaNya untuk memperhatikan kesejahteraan
generasi yang akan datang. Oleh karenanya harus dipersiapkan generasi
yang kuat akan ketaqwaannya kepada Allah Swt. Bahkan Nabi Muhammad
Saw juga melarang untuk memberikan seluruh hartanya kepada orang lain
dengan meninggalkan ahli warisnya. Nabi Saw bersabda: "Sesungguhnya
bila kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan adalah
lebih baik dari pada membiarkan mereka dalam keadaan miskin dan
meminta-minta kepada orang lain."12
5. Qs. Al-Baqarah ayat 126
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikan-lah (negeri
Mekkah) ini, negeri yang aman, dan berilah rezeki berupa buah-buahan
kepada penduduknya, yaitu diantara mereka yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Dia (Allah) berfirman: "Dan kepada orang kafir, Aku

11
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah,..377.
12
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah,..314-315.
beri kesenan- gan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab
neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."
Pada ayat ini, kesejahteraan hanya diperoleh dengan penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah Swt. Ajaran Islam mengajarkan juga tentang
konsep untuk berbagi, membagi nikmat, membagi kebahagian dan
ketenangan tidak hanya untuk individu namun untuk seluruh umat manusia
di seluruh dunia.13

Dalam perspektif ide atau gagasan, ternyata konsep kesejahteraan banyak


mengadopsi pada paham kapitalisme dan sosialisme. 14 Paham ini telah terbukti
membawa banyak kegagalan dalam mengantarkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakatnva. Oleh karena itu, muncullah sebuah alternatif konsep
kesejahteraan yang mengacu pada nilai-nilai ajaran syariah Islam. Pada saat krisis
ekonomi moneter melanda dunia, lembaga-lembaga ekonomi Negara-negara
berkembang yang menerapkan mekanisme syariah terbukti dapat bertahan dan
bahkan disebagiannya mampu untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sehingga
berawal dari keberhasilannya ini mulailah banyak dikaji tentang konsep kesejahteraan
yang berlandaskan pada ekonomi Islam.15

DR. Said Sa’ad Marthon mendefinisikan Ekonomi Islam adalah sebuah sistem
ekonomi (nizham aliqtishad) merupakan sebuah sistem yang telah terbukti dapat
mengantarkan umat manusia kepada real welfare (falah), kesejahteraan yang
sebenarnya.16 Selanjutnya Al-Ghazali mendefinisikan Ekonomi Islam yaitu ekonomi
Ilahiah, artinya ekonomi Islam sebagai cerminan watak ketuhanan/Ilahiah’, ekonomi
Islam yang bukan pada aspek pelaku ekonominya, sebab pelakunya pasti manusia,
tetapi pada aspek aturan/ sistem yang harus dipedomani oleh para pelaku ekonomi,

13
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah,..223.
14
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), 6.
15
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta: Senayan Abadi Publising, 2003), 47.
16
DR. Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di tengah krisis ekonomi global (Jakarta : Zikrul Hakim,
2007), 1.
yaitu dustur ilahi atau aturan syari’ah.17 Secara umum sosio ekonomi, Al-Ghazali
berakar dari sebuah konsep fungsi kesejahteraan sosial Islam. Tema yang menjadi
pangkal tolak seluruh karyanya adalah konsep maslahah, yakni sebuah konsep yang
mencakup semua aktivitas manusia dan membuat kaitan erat antara individu dan
masyarakat. Al-Ghazali telah menemukan sebuah konsep fungsi kesejahteraan sosial
yang sulit diruntuhkan dan telah dirindukan oleh para ekonom kontemporer (Karim,
2004: 282). Menurut Al-Ghazali, konsep kesejahteraan masyarakat tergantung kepada
pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yakni, agama (al-din), hidup
(nafs),keturunan (nasl), harta (mal), dan akal (aql). Selain itu, Al-Ghazali
mendefenisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosial dalam kerangka
sebuah hirarki utilitas individu dan sosial yang tripartite, yakni kebutuhan (daruri),
kesenangan (hajat), dan kemewahan (tahsinaat).18 Sedangkan Ahmad Syakur,
mendefinisikan pandangan Ekonomi Islam tentang kesejahteraan tentu saja
didasarkan atas keseluruhan ajaran Islam tentang kehidupan ini. Konsep
kesejahteraan ini sangatlah berbeda dengan konsep dalam ekonomi konvensional,
sebab ia merupakan konsep yang holistik. Secara singkat tujuan ekonomi Islam
adalah kesejahteraan yang bersifat holistik dan seimbang, yaitu mencakup dimensi
material maupun spiritual, jasmani dan rohani, mancakup individu maupun sosial
serta mencakup kesejahteraan dunia-akhirat.19

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan ekonomi Islam
adalah sebagaimana tujuan dari syariat Islam itu sendiri, yakni terpenting dapat
terpenuhinya kebutuhan pokok/ dharuriyat (maqasid al-shari’ah)/ memelihara 5 hal,
seperti : agama, jiwa, aql, keturunan, dan harta agar bisa merealisasikan tujuan
manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat (falah), serta kehidupan yang
baik dan terhormat (halalan toyyiban). Terkait hal ini, peneliti menggunakan

17
Abdur Rohman, Ekonomi Al-Ghazali (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2010), 60.
18
Karim, Adiwarman A., Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2004),45).
19
Ahmad Syakur, Dasar-Dasar Pemikiran Ekonomi Islam (Kediri : STAIN Kediri Press, 2011), 4.
pendapat yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam mengulas Analisis faktor-faktor
kesejahteraan dalam perspektif Ekonomi Islam dengan studi kasus di wilayah
Priangan Timur. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat
khususnya di wilayah Priangan Timur, yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
berikut:

Faktor Konsumsi

Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kesejahteraan masyarakat adalah


konsumsi. Konsumsi adalah aktivitas yang merupakan aktivitas yang tak dapat
dilepaskan dari pilar kehidupan manusia. Konsumsi dilakukan manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang menjadi kebutuhan dasar atau kebutuhan
primer (sandang, pangan, dan papan), kebutuhan pelengkap/sekunder, atau bahkan
kebutuhan mewah/ sekunder.20 Dalam ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap perilaku
seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Jadi, perilaku konsumsi tidak hanya menyangkut perilaku
makan dan minum saja, tetapi juga perilaku ekonomi lainnya seperti membeli dan
memakai baju, membeli dan memakai kendaraan, membeli dan memakai sepatu dan
sebainya.21 Prinsip dalam melakukan aktivitas konsumsi merupakan hal yang
mendasar yang harus dipahami terutama oleh seorang muslim karena prinsip
sejatinya adalah pijakan atau landasan yang akan menjadi pedoman dalam berfikir
dan bersikap.22

Kesejahteraan dalam pandangan Islam menjadi konsep yang integral dan tidak
terpisahkan dengan aktivitas konsumsi dimana manusia dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya dengan baik dan seimbang. Sebaliknya, falah tidak akan tercapai
jika seseorang belum mampu menjalankan aktivitas konsumsinya dengan baik. Oleh
20
Dwi Suwikno, Kompilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam,, Edisi Pertama, (Yogyakarta: Pustaka
Belaja, 2010), 148.
21
Imammudin Yuliadi, Ekonomi Islam; Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI)), 2001), 179.
22
Syarif Chaudhary, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada media Grup, 2012),140-142.
karena itu, aktivitas konsumsi menjadi salah satu aktivitas yang penting dalam
mencapai kesejahteraan. Dalam ekonomi Islam kesejahteraan/mashlahah yang
menjadi tujuan akhir, tidak berarti dalam pencapaiannya berlepas dan mengabaikan
aktivitas atau kewajiban duniawi. Justru aktivitas pemenuhan kebutuhan (konsumsi)
menjadi hal yang wajib dilakukan dan bahkan sebuah keharusan jika tujuannya
mencapai kesejahteraan/ keselamatan. Maka dari itu, konsumsi yang diiringi niat
untuk menaati perintah Allah SWT dan sesuai dengan aturan-Nya menjadikan
aktvitas konsumsi tersebut bernilai ibadah.23 Oleh karena itu tujuan konsumsi dalam
Islam memiliki peranan penting dalam membina kesejahteraan dan keteraturan yang
ada dalam sebuah sistem kemasyarakatan, baik secara pribadi maupun sosial untuk
mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Ada beberapa dalil yang
menerangkan tentang konsumsi yang bisa dijadikan sebagai acuan bagi seseorang:

Pertama, anjuran untuk tidak berlebih-lebihan dalam berkonsumsi. Dalam hal


ini Allah SWT berfirman dalam QS. al-A’raf (7): 31:

ۚ ‫ࣖ ٰيبَنِ ْٓي ٰا َد َم ُخ ُذوْ ا ز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َّو ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا َواَل تُس‬
ِ ‫ْرفُوْ ا اِنَّهٗ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬
َ‫ْرفِ ْين‬ ِ ِ
Artinya : Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.24

Ayat ini merupakan anjuran untuk tidak berlebih-lebihan dalam berkonsumsi. Dalam
Etika konsumsi Islam memberi arahan kepada konsumen untuk melakukan aktivitas
konsumsi sesuai dengan kebutuhannya, menghindari sikap berlebih-lebihan dan
pemborosan (tabdzir). Selain itu, islam pun menyeru agar dalam kehidupan bersikap
sederhana serta menjauhi gaya hidup berlebih-lebihan (israf) apalagi bermewah-

23
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), 63.
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), 201.
mewahan.25 Alangkah baiknya hartanya bisa ditabung demi kesejahteraan dimasa
depan.

Kedua, tentang batasan konsumsi dalam Islam, dalam hal ini Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2]: 168 -169:

‫ت ال َّشي ْٰط ۗ ِن اِنَّهٗ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّمبِي ٌْن اِنَّ َما يَْأ ُم ُر ُك ْم بِالس ُّۤوْ ِء‬ َ ‫ض َح ٰلاًل‬
ِ ‫طيِّبًا ۖ َّواَل تَتَّبِعُوْ ا ُخطُ ٰو‬ ٓ
ِ ْ‫ٰياَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوْ ا ِم َّما فِى ااْل َر‬
‫هّٰللا‬ ۤ
َ‫َو ْالفَحْ َشا ِء َواَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َعلَى ِ َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah – langkah setan; karena
setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. Sesungguhnya setan hanya menyuruh
kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui.26

Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan
keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang
dunia yang cenderung memengaruhi kepribadian manusia, yaitu dalam bentuk
perilaku, gaya hidup, selera, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya dan ekologi.
Keimanan sangat memperngaruhi sifat, kuantitas, dan kualitas konsumsi baik dalam
bentuk material maupun spiritual. Dalam konteks inilah kita dapat berbicara tentang
bentuk – bentuk halal dan haram, pelarangan terhadap israf, pelarangan terhadap
bermewah-mewahan dan bermegah-megahan, konsumsi sosial, dan aspek-aspek
normatif lainnya. Oleh sebab itu, dalam menghapus perilaku israf Islam
memerintahkan untuk memprioritaskan konsumsi yang lebih diperlukan dan lebih
manfaat dan enjauhkan konsumsi yang berlebihan-lebihan untuk semua jenis
komoditi Dari sinilah kesejahteraan yang islami itu dibangun. Kesejahteraan itu tidak
tepat apabila diukur dengan kemewahan seseorang. Namun, kesejahteraan lebih tepat

25
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islam untuk Dunia Usaha, (Bandung:
Al-Beta, 2013), 160.
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya……, hlm. 32
bila di ukur terpenuhinya maslahat lima kebutuhan dasar yang disongkong oleh
kelengkapan hajiyah dan tahsiniyatnya.27

Islam memerintahkan manusia untuk lebih efisien dalam menggunakan


pendapatannya dan tidak boleh menghambur-hamburkan hartanya, karena itu adalah
perbuatan mubaz}ir dan dapat merusak keseimbangan sosial, kesejahteraan dan akan
berakibat kepada kemiskinan dan kehinaan. Prinsip ini mengatur perilaku konsumsi
agar tidak berlebih-lebihan. Hidup sederhana adalah tradisi Islam yang mulia baik
dalam membeli makanan, minuman, pakaian, rumah dan segala apapun, bahkan
Rasulullah saw melarang boros menggunakan air wudhu walupun berada di sungai
yang mengalir. Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Tidaklah anak Adam mengisi tempat yang lebih buruk dari perut. Cukuplah
bagi anak Adam memakan beberapa suap yang dapat menegakkan tulang rusuknya.
Jika hal itu tidak mungkin maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman
dan sepertiganya untuk bernafas.28

Abu Bakar al-Shiddiq r.a. “Sesungguhnya aku membenci penghuni rumah tangga
yang membelanjakan atau menghabiskan bekal untuk beberapa hari, dalam satu hari
saja.” Abu Bakar adalah seorang sahabat yang cukup kaya, namun masih
memperhatikan persoalan konsumsi dan menghindarkan diri dari perbuatan israf.
Sedangkan shahabat Muawiyah menganjurkan agar anggaran untuk konsumsi diatur
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi israf ataupun mubazir. Dalam konteks yang
umum ia menggaris bawahi; “pengaturan belanja yang baik itu merupakan setengah
usaha, dan dia dianggap sebagai setengah mata pencaharian.”

Faktor Karakteristik Demografi

27
Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada 2010 ), 7
28
Imam Aḥmad, Musnad Aḥmad, no. hadis 16556.
Selanjutnya faktor karakteristik demografi yang mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat. Demografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
masalah kependudukan (population), dengan spectrum dan dimensi yang sangat luas.
Spektrum tersebut meliputi, gender, tingkat usia, latar belakang pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat penghasilan, sebaran penduduk, gaya dan sub-sub spektrum yang
merupakan derivasinya.29 Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting
untuk memahami konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografis
dan kelas sosial.30

Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan merupakan pemegang


peran yang penting. Makin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia
makin mudah dan tepat rencana pembangunan itu dibuat. Sebagai contoh dalam
perencanaan pedidikan, diperlukan data mengenai jumlah penduduk dalam usia
sekolah, dan para pekerja tentang tinggi rendahnya angka kematian dan angka
morbiditas penduduk. Sebelum membahas tentang karakteristik demografi dalam
bidang ekonomi terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang istilah demografi.
Pengertian demografi sebagaimana yang dikutip oleh Ida Bagoes Mantra
yaitu, menurut Philip M. Hauser dan Duddly Duncan demografi adalah ilmu yang
mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-
perubahannya dan sebab- sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas
(fertalitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan

status).31 Sedangkan menurut Nitisusastro demografi adalah merupakan ilmu


pengetahuan yang mempelajari masalah kependudukan (population), dengan
spektrum dan dimensi yang sangat luas. Spektrum tersebut meliputi, jender, tingkat

29
Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta,
2013), 92.
30
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), 275.
31
Ida Bagoes Mantra, Demografi Umum (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 2.
usia, latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, sebaran
penduduk, gaya dan sub-sub spektrum yang merupakan detivasinya.32

Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat bahwa telah


berada pada kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari kesehatan,
keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. 33 Pigou dalam
Sasana, menjelaskan teori ekonomi kesejahteraan merupakan bagian dari
kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara langsung maupun tidak langsung
dengan pengukuran uang. Pada sisi lain Whithaker dan Federico dalam Sasana
mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa
tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh
kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang penting bagi
kelangsungan masyarakat tersebut.34

Kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari


tingkat hidup masyarakat yang ditandai dengan terentasnya dari kemiskinan.
Sejahtera secara ekonomi tercermin dari adanya peningkatan pendapatan, sedangkan
sejahtera secara keamanan tercermin dari rasa aman dan nyaman saat bekerja ataupun
di lingkungan tinggal, serta sejahtera secara kesehatan tercermin dengan kondisi
fisik dan lingkungan tinggal yang sehat. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan masyarakat adalah dengan melihat karakteristik sosial demografi
dan aktivitas ekonomi dari masyarakat tersebut. Masyarakat sebagai kumpulan
individu memiliki keterampilan dan sumber daya yang berbeda-beda, dapat
terlihat dari karakteristik sosial demografinya. Karakteristik sosial demografi cukup
mempengaruhi seseorang untuk menentukan jenis pekerjaan apa yang akan

32
Mulyadi Nitisusastro, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, (Bandung, Alfabeta,
2013), 92.
33
Astriana Widyastuti, Analisis Hubungan Antara Produktivitas ekerja dan Tingkat Pendidikan
Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa Tengah Tahun 2009. Dalam Economics
Development Analysis Journal, 2012
34
Hadi Sasana, Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/kota Provinsi
Jawa Tengah, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009 , 108.
dipilihnya. Sejalan dengan ini Kotler dan Amstrong menyebutkan bahwa
karakteristik sosial demografi merupakan ciri yang menggambarkan perbedaan
masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status perkawinan, lokasi geografis, dan
kelas sosial.35

Faktor religiusitas

Faktor kesejahteraan lainnya adalah religiusitas. Pengertian religiusitas


dalam bahasa sehari-hari dapat dipadankan maknanya dengan “kesalehan”. Orang
saleh/alim adalah orang yang religius atau memiliki tingkat religiusitas yang
tinggi. Secara leksikal defenisi kesalehan adalah sebagai berikut: Saleh yaitu ‘taat
dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah’, ‘suci dan suci beriman’. Kesalehan
yaitu ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah’, ‘kesungguhan
menunaikan ajaran agama’.36 Agama meliputi kesadaran beragama dan

pengalaman beragama.37 Anshori dalam Risnawita & Ghufron membedakan istilah


religi (agama) dengan religiusitas. Religi, menunjuk pada aspek-aspek formal
yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban. Sedangkan religiusitas,
menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati.

Menurut Kwon makna religiusitas didefinisikan sebagai sejauh mana


seseorang percaya, memandang hal- hal yang terjadi sehari-hari berdasarkan
sudut pandang agama dan menerapkan keyakinan agamanya pada kehidupan

sehari-hari.38 Kwon juga menyebutkan bahwa Istilah religius dapat diartikan


sebagai keadaan dimana seseorang beriman baik dalam hati maupun ucapan dan
35
Kotler, Philip., dan Armstrong Gary, Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan Jilid 1. (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2001), 43
36
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi ke Empat
(Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2012), 1209.
37
Risnawita, S, & Ghufron, M.N. Teori-teori psikologi,.( Yogyakarta, Arruzz media, 2011),
38
Kwon, O, Buddhist and protestant korean immigrants: Religious beliefs and socioec onomic
aspect of life, (New York: LFB Scholarly Publishing LLC, 2003),
melakukan amalan dalam mencari kesucian pribadi, nilai, arti hidup dan
permohonan. Glock dan Stark dalam Ancok & Nashori mendefinisikan religiusitas
sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang
terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi.39

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah


internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang berkaitan dengan kepercayaan
terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan yang
kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Beberapa
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap
kesejahteraan diantaranya Zeenat Ismail dan Soha Desmukh, hasil penelitian ini
menyebutkan bahwa religiusitas memiliki hubungan pada kesejahteraan psikologis
seperti untuk kemungkinan penurunan depresi.40

Faktor Pendapatan

Faktor terhadap kesejahteraan selanjutnya adalah pendapatan. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau sebagainya).41
Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga,
komisi, ongkos dan laba.42 Menurut Mosher, hal yang paling penting dari
kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah
tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh
pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan
rendah. Semakin tinggi besarnya pendapatan rumah tangga maka persentase
39
Ancok, D.F & Nashori, S. Psikologi islami: Solusi islam atas problem-problem psikologi.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
40
Zeenat Ismail & Soha Desmukh, Religiosity and Psychological Well-Being, dalam Jurnal
International Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No.11, 2012, h. 20-28
41
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1998), 185.
42
BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), 230.
pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila
terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan tersebut tidak mengubah pola
konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan
pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga
tersebut tidak sejahtera.43

Menurut Sajogyo yang dikutip oleh Dian Komala Sari, dkk, tingkat
kesejahteraan rumah tangga dapat dilihat dari persentase pengeluaran rumah tangga
yang disetarakan dengan pengeluaran beras per kapita per tahunnya, kemudian
disetarakan dengan harga beras rata- rata di daerah setempat. Tingkat
pengeluaran rumah tangga akan berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung
pada golongan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, status sosial, harga
pangan, proses distribusi, dan prinsip pangan. Selain itu, Badan Pusat Statistik
menetapkan beberapa indikator kesejahteraan yang meliputi kependudukan,
kemiskinan, kesehatan, pendidikan, konsumsi, perumahan, ketenagakerjaan, dan
sosial budaya.44

Faktor kebijakan pemerintah

Faktor kebijakan pemerintah menjadi faktor yang mempengaruhi


kesejahteraan. Kata pemerintah berasal dari kata perintah yang berarti menyuruh
melakukan suatu pekerjaan. Pemerintah atau pemerintahan dalam bahasa inggris
di pergunakan kata “Government” yang mana berasal dari suku kata “to govern”
keharusan yang tersimpul dalam kata pemerintah pada umumnya di tuangkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan. Kebijakan (policy) berbeda dengan
kebijaksanaan (wisdom) karena kebijakan adalah apa yang diputuskan oleh
pemerintah pusat, sedangkat kebijaksanaan adalah bagaimana penyelenggaraan oleh

43
Dian Komala Sari, dkk, “Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani
jagung di kecamatan natar kabupaten lampung selatan”, dalam Jurnal JIIA, volume 2, no. 1, Januari
2014.
44
ibid
berbagai pejabat daerah.45 Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia,
kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam
mengakses dan menggunakan pelayanan publik, akan tetapi permintaan akan
pelayanan tersebut umumnya jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk dapat
memenuhinya. Sebaliknya, pemusatan segala urusan publik hanya kepada negara,
pada kenyataannya hanya sebuah retorika, sebab urusan pelayanan publik yang
demikian kompleks, mustahil dapat dikerjakan semua hanya oleh pemerintah.

Dalam perekonomian modern fungsi dan peranan pemerintah pun


mengalami perubahan sebagai berikut:

1. Peran Alokasi adalah peran pemerintah untuk menghasilkan dan


mengusahakan agar pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi dapat
dimanfaatkan secara optimal.
2. Peran Distribusi adalah peran pemerintah untuk mengusahakan agar
distribusi pendapatan ditengah masyarakat menjadi merata dan dapat
mensejahterakan masyarakat.
3. Peran Stabilisasi adalah peran pemerintah untuk meningkatkan kesempatan
kerja serta stabilitas harga barang-barang kebutuhanekonomi yang mantap
dan tingkat pertumbuhan yang memadai.46
Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan
masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.
Indonesia adalah termasuk diantara negara yang menjadikan kesejahteraan
bangsanya sebagai tujuannya. Rumusan kesejahteraan dituangkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.47 Menurut Undang-Undang Nomor 13
tahun 1998 kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu tata kehidupan dan
45
Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005),
145.
46
Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1999), 2.
47
Yasir Arafat, Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 & Perubahannya ke I,II,III & IV
(Permata Press)
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan jasmani, rohani, dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. 48 Selain itu,
komitmen tersebut juga terjabarkan dalam batang tubuhnya, yakni Bah XIV
pasal 33 tentang perekonomian nasional dan dan kesejahteraan sosial. 49 Oleh
karenanya, ciri dari tercapainya tujuan tersebut menurut Bung Karno dalam buku
Lahirnya Pancasila adalah tidak adanya kemiskinan.50 Untuk memastikannya,
para pendiri bangsa ini menegaskannya dalam Pasal 34 tentang fakir miskin dan
anak-anak terlantar yang dipelihara oleh negara.51 Namun demikian, hingga saat
ini kesejahteraan yang dicita-citakan belumlah tercapai bahkan masih jauh dari
harapan yang diinginkan oleh masyarakatnya maupun oleh pendiri bangsa ini.

Fakta menunjukkan bahwa nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai IPM negara-negara
ASEAN lainnya kecuali Laos, Kamboja, dan Myanmar. Pada tabel 1
memperlihatkan IPM Indonesia terus meningkat, namun peningkatan ini ternyata
masih jauh dari tujuan menyejahterakan masyarakat. Capaian prestasi pembangunan
manusia Indonesia sudah tertinggal jauh dibanding negara-negara tetangga, yaitu
di bawah Singapura, Brunei, Very High Human Development, Thailand dan
Malaysia yang sudah masuk pada kategori High Human Development, sementara
Indonesia masih pada kategori Medium Human Development. Kondisi ini secara
langsung juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia
masih relatif rendah.

48
Ibid.,45.
49
Dampriyanto, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Sidoario: Masmedia
Buana Pustaka, 2009), 31.
50
Sunarso Hs. dan Joh. Mardimin, Konsep Ketidakadilan dan Kemiskinan dalam Dimensi Kritis
Proses Pembangunan di Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 17.
51
Dampriyanto, Undang-Undang, 32.
Dalam tabel dibawah ini di sebutkan peringkat Human
Development Index negara-negara ASEAN sebagai berikut:

Tabel 1

Human Development Index Negara-negara ASEAN

No Negara Peringkat HDI Kategori


1 Singapura 11 0,938 Very High

2 Brunei 47 0,838 Very High


3 Malaysia 62 0,810 High Index
4 Thailand 79 0,777 High Index
5 Indonesia 107 0,718 Medium Index
6 Filipina 107 0,718 Medium Index

7 Vietnam 117 0,704 Medium Index


8 Laos 137 0,613 Medium Index
9 Kamboja 144 0,594 Medium Index
10 Myanmar 147 0,583 Low Index
Sumber: data diolah dari UNDP, Human Development Report 2021

Tercapainya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan akhir pembangunan


ekonomi, memerlukan terciptanya kondisi-kondisi dasar yaitu: 1) pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan; 2) penciptaan sektor ekonomi yang kokoh; dan 3)
pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. 52 Kesejahteraan masyarakat
diharapkan akan terwujud apabila pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat akan
menciptakan lapangan kerja sehinggga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak
pada tingkat upah yang layak. Fakta yang ditemui adalah Indek Pembangunan
Manusia (IPM) secara nasional masih tergolong sedang. Untuk melihat capaian

52
Bappenas…….., 11.
IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa
kategori, yaitu:

a. IPM < 60 : IPM rendah


b. 60 < IPM < 70 : IPM sedang
c. 70 < IPM < 80 : IPM tinggi
d. IPM> 80 : IPM sangat tinggi53

Untuk jelasnya Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi di Indonesia dapat


dilihat dari tabel berikut:54
Tabel. 2
Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi di Indonesia, tahun 2021
Provinsi IPM Tahun 2021
Riau 72,94
Kepulauan Riau 75,79
DKI Jakarta 81,11
DI Yogyakarta 80,22
Banten 72,72
Bali 75,69
Kalimantan Timur 76,88
Sulawesi Utara 73,30
Aceh 72,18
Sumatera Utara 72,00
Sumatera Barat 72,65
Jambi 71,63
Sumatera Selatan 70,24
Bengkulu 71,64
Lampung 69,90
Kep. Bangka Belitung 71,69
53
https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Booklet-IPM-Metode-Baru.pdf (diakses 1 februari
2022 pukul 21.16)
54
https://www.bps.go.id/indicator/26/494/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-
provinsi.html (diakses 1 februari 2022 pukul 21.20)
Jawa Barat 72,45
Jawa Tengah 72,16
Jawa Timur 72,14
Nusa Tenggara Barat 68,65
Nusa Tenggara Timur 65,28
Kalimantan Barat 67,90
Kalimantan Tengah 71,25
Kalimantan Selatan 71,28
Kalimantan Utara 71,19
Sulawesi Tengah 69,79
Sulawesi Selatan 72,24
Sulawesi Tenggara 71,66
Kep. Bangka Belitung 71,69
Gorontalo 69,00
Sulawesi Barat 66,36
Maluku 69,71
Maluku Utara 68,76
Papua 65,62
Papua Barat 60,29

Kalau dikategorikan maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 3
Indeks Pembangunan Manusia berdasarkan kategori, tahun 2021
Kategori sedang Kategori tinggi Kategori sangat tinggi
Gorontalo Banten DKI Jakarta
Sulawesi Barat Bali DI Yogyakarta
Maluku Kalimantan Timur
Maluku Utara Sulawesi Utara
Papua Aceh
Papua Barat Sumatera Utara
Lampung Sumatera Barat
Sulawesi Tengah Jambi
Nusa Tenggara Barat Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Timur Bengkulu
Kalimantan Barat Kep. Bangka Belitung
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Utara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Aceh
Sumber: BPS, Indeks pembangunan Manusia 2021

Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa tahun 2021 terdapat 2 provinsi yang
telah mencapai kategori “sangat tinggi” dalam pembangunan manusia yakni
provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta dan 20 Provinsi yang telah mencapai
kategori “Tinggi” dalam pembangunan manusia yakni Provinsi Riau, Kep. Riau,
Banten, Jawa Barat,Jawa Timur, Jawa Tengah, Kep. Bangka Belitung,
Bengkulu, Bali, Sulawesi Utara,Tenggara,Selatan dan Kalimantan
Timur,Selatan,Utara,Tengah, Sumatera Barat,Sumatera Selatan,Sumatera Utara.
Sementara itu, 11 provinsi di Indonesia berada pada kategori “Sedang”.
Wilayah Priangan Timur merupakan daerah dari Provinsi Jawa Barat dan
secara adminstratif terdiri dari empat Kabupaten dan dua Kota Madya diantaranya
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar serta Kabupaten Pangandaran.
Berdasarkan peta Provinsi Jawa Barat posisi wilayah Priangan Timur berada pada
arah timur selatan dan berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah, sebelah
selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan
Kabuapten Bandung dan Sebelah utara berbatasan dengan Indramayu dan
majalengka. Adapun luas wilayah priangan timur55, di sajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4
Luas Wilayah Priangan Timur tahun 2019
Persentase
LuasTerhadap
Kabupaten/Kota
Luas Jawa
Wilayah/Km2
Barat (%)
Garut 3.074,07 8,69
Tasikmalaya 2.551,19 7,21
Ciamis 1.414,71 4,00
Sumedang 1.518,33 4,29
Kota tasikmalaya 171,61 0,49
Kota Banjar 113,49 0,32
Pangandarn 1.010 2,85
Berdasarkan tabel diatas, wilayah terluas di priangan timur berada di
Kabupaten Garut dengan luasnya 3.074,07 km2, disusul kabupaten Tasikmalaya
2.551,19. Sedangkan wilayah terkecil di priangan timur berada di kota Banjar
dengan luas 113,49 km2, disusul kota Tasikmalaya 171,61 km2. Sedangkan untuk
jumlah penduduk di wilayah Priangan Timur56, disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5
Jumlah Penduduk Priangan Timur tahun 2020
55
https://jabar.bps.go.id/indicator/153/244/1/luas-daerah.html (diakses tahun pada tanggal 1 februari
2022 pukul 23.44)
56
https://jabar.bps.go.id/indicator/12/133/1/jumlah-penduduk-menurut-kabupaten-kota.html (diakses
tahun pada tanggal 1 februari 2022 pukul 23.52)
Jumlah
No Kabupaten/Kota Penduduk (jiwa)
1 Garut 2 636 637
2 Tasikmalaya 1 755 710
3 Ciamis 1 201 685
4 Sumedang 1 154 428
5 Kota tasikmalaya 663 986
6 Kota Banjar 183 299
7 Pangandaran 401.493

Pada tabel diatas jumlah semua penduduk di wilayah priangan timur adalah
7.997.238. Adapun penduduk terbanyak di wilayah priangan timur yaitu
kabupaten Garut sebesar 2.636.637 dan disusul kabupaten Tasikmalaya sebesar
1.755.710. Sedangkan kota Banjar merupakan kota yang jumlah penduduknya
paling sedikit di wilayah priangan timur yakni sebesar 183.299 jiwa dan disusul
Pangandaran sebesar 401.493.

Pada Tahun 1990, United Nations Development Programme (UNDP) telah


menerbitkan suatu indikator yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk
mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara. Indeks
Pembangunan. Maka semakin tinggi indeks pembangunan manusia di suatu
daerah menandakan bahwa kesejahteraan masyarakat daerah tersebut meningkat.
Masyarakat yang berada di kabupaten atau kota wilayah Priangan Timur tingkat
kesejahteraannya bervariasi. Adapun kabupaten/kota yang termasuk tingkat
kesejahteraannya “tinggi” yakni Ciamis kota Banjar, Kota Tasikmalaya dan
Kabupaten Sumedang. Akan tetapi, ada 2 Kabupaten yang tingkat
kesejahteraannya rendah yakni Kabupaten Garut dan Kab Tasikmalaya. Hal ini
dalam dilihat dari tingkat dan status pembangunan manusia 57 sebagaimana dalam
tabel 6 di bawah ini:
57
https://jabar.bps.go.id/indicator/26/123/1/indeks-pembangunan-manusia.html (diakses tahun pada
tanggal 4 februari 2022 pukul 21.32)
Tabel 6
Tingkat dan Status Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten/Kota Priangan Timur
No Kabupaten/Kota Tahun 2020 Tahun 2021
IPM Status Rangking IPM Status Rangking
1 Tasikmalaya 66,12 sedang 7 66,45 sedang 7
2 Garut 65,67 sedang 6 65,90 sedang 6
3. Pangandaran 68,06 sedang 5 68,28 sedang 5
3 Ciamis 70,49 Tinggi 4 70,93 Tinggi 4
4 Sumedang 71,64 Tinggi 3 71,80 Tinggi 3
5 Kota Banjar 71,070 Tinggi 2 71,92 Tinggi 2
6 Kota Tasikmalaya 73,04
71,70 Tinggi 1 73,31 Tinggi 1
Sumber: Data diolah dari BPS Provinsi Jawa Barat

Dari tabel 6 diatas menunjukkan bahwa, tingkat dan status pembangunan


manusia kabupaten/kota yang tertinggi tahun 2021 di Priangan Timur adalah kota
Tasikmalaya dengan angka 73,31, kota Banjar sebesar 71,92, kabupaten
Sumedang sebesar 71,80 dan Kabupaten Ciamis sebesar 70,90. Sedangkan peringkat
terendah bahkan lebih rendah dari IPM Kabupaten Pangandaran yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Ciamis yakni kabupaten Garut dan kabupaten
Tasikmalaya yakni sebesar 66,45 dan 65,90.58

Dari tingkat konsumsi atau pengeluaran, masyarakat Priangan Timur cukup


bervariasi, hal ini dapat dilihat dari produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
menurut Kabupaten/kota atas dasar Harga Konstan59 sebagaimana dalam tabel di
bawah ini:
58
https://jabar.bps.go.id/indicator/26/123/1/indeks-pembangunan-manusia.html (diakses pada tanggal
1 Februari 2022 pukul 22.36)
59
https://jabar.bps.go.id/indicator/155/230/1/pdrb-per-kapita-atas-dasar-harga-konstan-menurut-
kabupaten-kota-.html (diakses pada tanggal 1 Februari 2022 pukul 24.16)
Tabel 7
Produk Domestik Bruto Regional Perkapita Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga
Konstan di Priangan Timur Tahun 2018-2020
No Nama Kab/Kota 2018 2019 2020
1 Garut 14.281.947,98 14.907.060,03 14.639.157,88
2 Tasikmalaya 13.315.811,21 14.016.644,43 13.866.961,30
3 Ciamis 17.587.558,79 18.431.492,30 18.283.002,94
4 Sumedang 19.581.738,59 20.773.419,58 20.499.335,30
5 Kota Banjar 16.775.232,92 17.589.170,26 17.757.544,45
6 Kota Tasikmalaya 22.421.475,77 23.731.278,46 23.238.470,76
7 Pangandaran 18.417.680,90 19.412.058,18 19.275.474,89
Sumber : BPS Jawa Barat 2018-2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PDRB perkapita bervariasi,
Kabupaten Garut PDRB pada tahun 2018 sebesar 14.281.947,98 dan mengalami
kenaikan pada tahun 2019 sebesar 14.907.060,03 tetapi turun pada tahun 2020
sebesar 14.639.157,88. Begitu juga Kabupaten/Kota lain mengalami penurunan
PDRB pada tahun 2019. Tetapi ada 1 Kota yang mengalami kenaikan terus menerus
dari tahun 2018-2020 yakni Banjar yakni sebesar 16.775.232,92 tahun 2018.
17.589.170,26 tahun 2019 dan 17.757.544,45 tahun 2020

Selanjutnya dilihat dari jumlah penduduk miskin masing-masing


kabupaten/kota di Priangan Timur.60 Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

60
https://jabar.bps.go.id/indicator/23/51/1/persentase-penduduk-miskin.html (diakses pada tanggal 6
februari 2022 pukul 23.37)
Tabel 8
Jumlah dan presentase penduduk Miskin Priangan Timur Tahun 2021
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Persentase
Miskin (ribu jiwa) Penduduk
Miskin (persen)
1 Garut 281,4 10,6
2 Tasikmalaya 200,6 11,1
5
3 Ciamis 96,6 7,97
5
4 Sumedang 126,3 10,7
5 Kota Banjar 13,4 13,1
1
6 Kota Tasikmalaya 89,5 7,11
3
7 Pangandaran 39,1 9,65
Sumber: Data diolah dari BPS

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah presentase penduduk


miskin yang paling rendah di wilayah Priangan Timur yaitu Kota Tasikmalaya
dengan jumlah 7,11% (89.500) dan disusul Kabupaten Ciamis sebesar 7,97%
(96.600). Sedangkan presentase penduduk miskin yang paling tinggi di wilayah
priangan timur adalah kota Banjar dengan jumlah 13,1% (13.400) dan disusul
Kabupaten Tasikmalaya sebesar 11,1% (200.600) .

Selanjutnya dalam tabel berikut disajikan persentase pengeluaran perkapita


sebulan dan persentasenya baik makanan dan non makanan 61. Adapun yang termasuk
makanan , antara lain Padi-padian, umbi-umbian, ikan/udang/cumi/kerang, telur,
susu, daging dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk non makanan, diantaranya
perumahan/penerangan/air, aneka barang dan jasa, pakaian,alas kaki dan tutup kepala,
barang tahan lama dan sebagainya.62 Untuk pengeluaran perkapita sebulan dan
persentasenya,jelasnya ada pada tabel sebagai berikut:

61
https://jabar.bps.go.id/indicator/5/201/1/persentase-pengeluaran-per-kapita-sebulan-makanan-dan-
non-makanan.html (diakses 6 Februari 2022 pukul 23.52)
62
https://jabar.bps.go.id/indicator/5/199/1/persentase-pengeluaran-per-kapita.html ((diakses 6 Februari
2022 pukul 23.59)
Tabel 9
Pengeluaran/kapita/bulan di wilayah Priangan Timur tahun 2019
No Kabupaten/Kota Makanan Non Makanan
(persen) (persen)

1 Garut 41,95 58,05


2 Tasikmalaya 39,39 60,61
3 Ciamis 43,63 56,37
4 Sumedang 49,52 50,48
5 Kota Banjar 41,88 58,12
6 Kota Tasikmalaya 46,10 53,90
7 Pangandaran 43,72 56,28
Sumber: Data diolah dari BPS

Dari tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa persentase pengeluaran


masyarakat perkapita sebulan jenis makanan yang tertinggi adalah pada masyarakat
kabupaten Sumedang yakni 49,52%, sedangkan yang terendah yakni kabupaten
Tasikmalaya sebesar 39,39%. Untuk jenis non makanan, yang paling tinggi
persentase pengeluarannya adalah kabupaten Tasikmalaya yakni 60,61% dan disusul
urutan kedua kota Banjar yakni 58,12%. Sedangkan yang paling rendah persentase
pengeluarannya adalah Kabupaten Sumedang yakni 50,48% dan disusul kota
Tasikmalaya sebesar 53,90%.

Selanjutnya dari segi pendapatan pemerintah Kabupaten/Kota tahun 2017-2019


di Priangan Timur bervariasi,63disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 10

Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota di Priangan Timur tahun 2017-2019


63
https://jabar.bps.go.id/indicator/13/49/1/pendapatan-pemerintah-kabupaten-kota.html (diakses 9
April 2022)
No Kabupaten/Kota Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
(ribu rupiah) (ribu rupiah) (ribu rupiah)
1 Garut 688.910.453,27 421.299.024,44 472.939. 892,13
2 Tasikmalaya 406.334.651,92 248.420 386,33 257 296 742,99
3 Ciamis 222.938.975,24 234.610.670,2 238.094.915,00
4 Sumedang 553.257.332,80 432.196.794,86 530.215.807,00
5 Kota Banjar 125.454.618,14 116.167.055,64 131.881.763,35
6 Kota Tasikmalaya 354.840.203,84 280.014.887,93 298.057.366,37
7 Pangandaran 118.011.275,04 111.217.120,15 144.933.724,00
Dari tabel diatas bahwa pendapatan pemerintah kabupaten/kota di priangan timur
ada yang mengalami kenaikan ada juga yang mengalami penurunan,misalnya Kab.
Garut tahun 2017 pendapatan pemerintahnya sebesar Rp 688.910.453,27, dan tahun
2018 mengalami penurunan sebesar Rp 421.299.024,44 tetapi tahun 2019 mengalami
kenaikan lagi sebesar Rp 472.939.892,13. Berbeda dengan kabupaten Ciamis
mengalami kenaikan terus-menerus dari tahun 2017 sebesar Rp 222.938.975,24,
tahun 2018 sebesar Rp 234.610.670,2 dan tahun 2019 yakni sebesar Rp
238.094.915,00.

Dari hasil pemaparan diatas peneliti ingin mencoba melihat secara empiris
bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah Priangan Timur ditinjau dari
perspektif ekonomi Islam, variabel yang akan dijadikan sebagai alat ukur dalam
kajian ini yaitu konsumsi, karakteristik demografi, religiusitas, pendapatan dan
kebijakan pemerintah. Beberapa hal yang menarik untuk di kritisi dari penelitian
sebelumnya yaitu pengaruh kesejahteraan hanya dilihat dari satu aspek saja yaitu
penyerapan tenaga kerja seharusnya dapat ditinjau dari beberapa aspek manusia
dalam mengkonsumsi,Karakteristik Demografi,tingkat religiusitas masyarakat,dan
kebijakan pemerintah . Selain itu juga kajian sebelumnya hanya membahas sebatas
konsep kesejahteraan dan belum menyentuh pada aspek empiris. Oleh karena itu
menurut peneliti perlunya dilakukan penelitian ini dimana kesejahteraan tidak
hanya diukur dengan satu faktor tetapi dalam beberapa faktor, sehingga konsep
kesejahteraan tidak hanya sebatas konsep tetapi juga lebih kepada bentuk empiris.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan


tentang pengaruh konsumsi, karakteristik demografi, religiusitas, pendapatan dan
kebijakan pemerintah serta investasi terhadap kesejahteraan dalam perspektif
ekonomi Islam, yang dikhususkan pada masyarakat Priangan Timur di Provinsi Jawa
Barat. Penelitian ini mencoba mengungkapkan bahwa kesejahteraan tidak hanya
dipengaruhi oleh karakteristik demografi seperti, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
dan usia tetapi juga menggabungkan dengan etika masyarakat dalam mengkonsumsi,
tingkat religiusitas, pendapatan dan kebijakan pemerintah sehingga penelitian ini
diharapkan dapat memberikan khazanah keilmuan dalam dunia akademik.
Beberapa alasan peneliti mengambil wilayah Priangan Timur sebagai lokasi
penelitian yaitu:, pertama,wilayah Priangan Timur merupakan masayarakat yang
bersifat homogen akan tetapi kalau dilihat dari tingkat Indeks Pembangunan Manusia
terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara kabupaten/kota yang satu dengan
yang lainnya. Kedua, wilayah Priangan Timur merupakan wilayah yang memiliki
nuansa keagamaan yang kental. Nilai- nilai agama ini tentunya akan mewarnai
perilaku masyarakat yang berada di lingkungan Priangan Timur dalam melakukan
berbagai macam aktivitasnya termasuk di dalam kegiatan konsumsi.

2. Perumusan Masalah

Dari uraian yang telah disampaikan diatas, maka rumusan masalah yang disusun
dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh konsumsi terhadap kesejahteraan pada masyarakat
Priangan Timur ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik Demografi terhadap kesejahteraan pada
masyarakat Priangan Timur ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam?
3. Bagaimana pengaruh Religiusitas terhadap kesejahteraan pada masyarakat
Priangan Timur ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam?
4. Bagaimana pengaruh Pendapatan terhadap kesejahteraan pada masyarakat
Priangan Timur ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam?
5. Bagaimana pengaruh kebijakan Pemerintah terhadap kesejahteraan pada
masyarakat Priangan Timur ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam?
3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitan ini adalah:
1. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh konsumsi terhadap
kesejahteraan pada masyarakat Priangan Timur.
2. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh karakteristik demografi
terhadap kesejahteraan pada masyarakat Priangan Timur.
3. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh religiusitas terhadap
kesejahteraan pada masyarakat Priangan Timur.
4. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh pendapatan terhadap
kesejahteraan pada masyarakat Priangan Timur.
5. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh kebijakan pemerintah
terhadap kesejahteraan pada masyarakat Priangan Timur.

4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Akademis
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada
perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai kesejahteraan
masyarakat
b. Menambah khasanah keilmuan khususnya mengenai kesejahteraan pada
masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
penentuan kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat
khususnya pada masyarakat wilayah priangan timur provinsi Jawa Barat.
b. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan
berkepentingan, serta hasil dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pembendaharaan pengetahuan praktis bagi penulis
dalam rangka menerapkan teori yang diperoleh sebelumnya.
5. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa kajian sebelumnya yang sejauh ini penulis temukan
yaitu diantaranya:
Disertasi
1. Disertasi Abdur Rohman dengan judul Konstruksi Teori Konsumsi Al-
Ghazali. Disertasi ini membahas masalah kontruksi teori konsumsi al-
Ghazali. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Dilihat dari jenisnya termasuk
penelitian library research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Historical Approach. Pendekatan ini dipilih berdasarkan pernyataan
beberapa ahli yang menyatakan al-Ghazali adalah salah satu pemikir ekonomi
Islam.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan; pertama, Pemikiran
ekonomi al-Ghazali konstruksi teori konsumsi adalah definisi konsumsi,
urgensi konsumsi, kebutuhan dan keinginan, konsep maslahah dan utility,
prinsip-prinsip konsumsi, batasan-batasan konsumsi, falasafah konsumsi dan
tingkatan konsumsi yang dijadikan konstruksi teori konsumsi al-Ghazali.
kedua, Pemikiran ekonomi al-Ghazali dibangun di atas landasan kokoh
dengan mengabungkan nalar shar’iyyah, nalar falsafiyah dan nalar sufiyah.
Ketiga nalar tersebut, jika dianalisis ilmu ekonomi ke dalam konteks
pemikiran ekonomi Islam kontemporer dan ekonomi modern dapat
diterjemahkan menjadi aspek positif, filosofis dan normatif.
Dengan demikian konsep tersebut tidak memi lah-milah unsur kajian ekonomi

secara terpisah-pisah, melainkan memadukannya sebagai satu kesatuan.


Ketiga, Relevansi konstruksi teori konsumsi al-Ghazali, terbukti telah
banyak memberikan perangkat nilai-nilai (etika) dan teori konsumsi yang
berdimensi Ilahiyah dan insaniah. yang dipandang bermakna dan sekaligus
memberi makna dalam mewujudkan kesejahteraan ummat (maslahah) yang
dapat digunakan sebagai rancang bangun teori konsumsi Islam, terlebih saat
ekonomi Islam sedang semarak dikembangkan baik tataran teori maupun
praktik, termasuk didalamnya adalah kajian sejarah pemikir ekonomi Islam.
Sedangkan dari hasil analisis mikro, konstruksi teori konsumsi al-Gazali
memiliki kelebihan-kelebihan dibanding dengan teori konsumsi kapitalis.64
Dari kajian tersebut yang membedakan antara penelitian saudara Abdur
Rohman dan yang akan peneliti lakukan yaitu, kalau saudara Abdur Rohman
lebih memfokuskan pada aspek pemikiran Al-Ghazali sebagai tokoh keilmuan
Islam berkaitan dengan konsumsi sehingga penelitian saudara Abdur Rohman
masuk jenis library research, sedangkan yang akan peneliti laksanakan
adalah lebih kepada aspek lapangan yaitu bagaimana pengaruh etika
konsumsi, karakteristik demografi, religiusitas, pendapatan dan kebijakan
pemerintah terhadap Kesejahteraan yang dikhususkan pada masyarakat Jawa
Barat.
2. Disertasi Susy Y. R Sanie Herman dengan Judul Religiusitas Perilaku
Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam. Penelitian disertasi ini membahas
tentang pengaruh tingkat religiusitas seorang muslim/muslimah terhadap
64
Abdur Rohman, Konstruksi Teori Konsumsi Al-Ghazali, (Ringkasan Disertasi, Program
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2012),
perilaku ekonominya secara teoritis maupun empiris. Penelitian ini bersifat
eksplanatori, karena ingin menjelaskan hubungan antara religiusitas dan
perilaku ekonomi islam. Dalam penelitian ini diaplikasikan dua
pendekatan analisis yaitu kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan
menggabungkan beberapa metode penelitian secara bertahap.
Adapun hasil penelitian yang disampaikan oleh Susy Y. R Sanie Herman,

yaitu hasil analisis merumuskan teori mikro agama (the micro- economics
theory of religi) tentang perilaku konsumen agama secara universal sebagai
berikut: “seorang beriman (homo religius) akan mengalokasikan seluruh
sumber daya ekonominya (waktu, tenaga, dan uang/pendapatan) untuk
konsumsi barang/jasa guna memenuhi kebutuhan nafkah hidup duniawi (D)
maupun untuk kebutuhan agama dan kepentingan akhirat (A), bagi dirinya
sendiri dan juga bagi orang yang dikasihi, dicintai, dinafkahi, disantuni, dan
dipedulikannya, pada titik keseimbangan (qist/ekuiliberium) yaitu: kombinasi
yang mampu memberikan “mashlahah” tertinggi bagi kesejahteraan
(falah) sepanjang hidupnya didunia dan sampai akhirat kelak.” Sedangkan
hasil penelitian secara empiris yaitu: membuktikan bahwa religiusitas
responden secara signifikan mempengaruhi pengeluaran untuk kepentingan
agama (Ya) tetapi tidak berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga
untuk nafkah hidup (Yd). artinya pribadi yang saleh yaitu yang skor
religiusitasnya tinggi, lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk
pengeluaran yang berkaitan dengan keagamaan, dibandingkan mereka yang
kurang saleh yang skor religiusitasnya rendah. Sedangkan pengeluaran rumah
tangga untuk nafkah hidup tidak berbeda nyata antara keluarga yang pencari
nafkah utamanya orang saleh dengan orang yang tidak saleh.65
Adapun yang membedakan antara penelitian Susy Y. R Sanie Herman
dengan yang akan peneliti lakukan yaitu, kalau Susy Y. R Sanie
65
Susy Y. R Sanie Herman, “Religiusitas Perilaku Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam”,
(Disertasi, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2012),
Herman lebih cendrung kepada pengaruh tingkat religiusitas seorang
muslim/muslimah terhadap perilaku ekonominya secara teoritis maupun
empiris, sedangkan yang akan peneliti laksanakan yaitu pengaruh etika dan
karakteristik demografi terhadap kesejahteraan.
3. Disertasi Rudy Badrudin, mahasiswa S3 pascasarjana Universitas Erlangga
dengan judul Desentralisasi Fiskal Terhadap Belanja Modal,Pertumbuhan
Ekonomi,dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah, persamaan dari penelitian ini membahasa tentang kesejahteraan
masyarakat sedangkan perbedaannya dari segi kajian variabel yang dijadikan
alat ukurnya yakni desentralisasi fiskal, pertumbuhan ekonomi dan belanja
modal66
Jurnal Internasional
4. Oumar Keita dan Baorong Yu, dengan judul Impact of Foreign Direct
Investment on Welfare in Africa: Empirical Evidence from Guinea (Dampak
Investasi Asing Langsung terhadap Kesejahteraan di Afrika: Bukti Empiris
dari Guinea penelitian ini membahas tentang dampak investasi asing terhadap
kesejahteraan di Afrika khususnya Guinea, hasil tersebut juga menunjukkan
bahwa investasi asing per kapita dalam jangka panjang berdampak negatif
terhadap kesejahteraan tetapi tidak signifikan, sedangkan koefisien inflasi
tetap positif dan signifikan.67
5. I Ketut Irianto , Anak Agung Wisnumurti , Ni Nyoman Aryaningsih, dan
David Reeve. Dengan judul . The Impact of Government Policies on Social
Welfare and Sustainability of Tourism Industry (Dampak Kebijakan
Pemerintah terhadap Kesejahteraan Sosial dan Keberlanjutan Industri
Pariwisata). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan
66
Rudy badrudin,Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Belanja Modal,Pertumbuhan
Ekonomi,dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Disertasi.
Surabaya: Pascasarjana Airlangga Program Studi Ilmu Ekonomi. 2012.
67
Oumar Keita dan Baorong Yu , Impact of Foreign Direct Investment on Welfare in Africa:
Empirical Evidence from Guinea (Dampak Investasi Asing Langsung terhadap Kesejahteraan di
Afrika: Bukti Empiris dari Guinea. Journal of Economic Science Research, Volume 04, Issue 03,2021.
pemerintah terhadap keberlanjutan sektor pariwisata, dan dampak kebijakan
pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat perkotaan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah mengarah pada sosial dan konflik
budaya. Kebijakan pemerintah yang menitikberatkan pada pembangunan
industri pariwisata menyebabkan perubahan perilaku masyarakat, yaitu
menuju konsumerisme. Padahal, kebijakan tersebut juga meningkatkan
persaingan kerja, dan tekanan sosial individu, yang pada gilirannya
menurunkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.68
6. Ferensky Regina Sandjaja dan Ferinda Nafisa serta Ita Nurmanti Manurung
dengan judul The Impacts of Fiscal Decentralization on Public Welfare in
Selected Provinces in Java Island (Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Terpilih di Pulau Jawa). Penelitian
mempunyai persamaan tentang kesejahteraan masyarakat di Provinsi terpilih
di Pulau Jawa, sedangkan perbedaannya yaitu segi kajian variabel yang
dijadikan alat ukurnya yakni tentang dampak desentralisasi fiskal.69
7. Cendra dan Muhammad Fauzi serta Arzam yang berkaitan antara konsumsi
dan kesejahteraan dengan judul The Effect of income with household
consumtion on the welfare of dodol potato business assessed from Islamic
economic concept (pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga
terhadap kesejahteraan bisnis dodol kentang ditinjau dari konsep ekonomi
islam), yang menunjukkan bahwa pendapatan dan konsumsi rumah tangga
secara parsial memiliki berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pada
usaha dodol kentang ditinjau dari konsep ekonomi syariah.70

68
I Ketut Irianto , Anak Agung Wisnumurti , Ni Nyoman Aryaningsih, dan David Reeve. The Impact
of Government Policies on Social Welfare and Sustainability of Tourism Industry (Dampak Kebijakan
Pemerintah terhadap Kesejahteraan Sosial dan Keberlanjutan Industri Pariwisata). Journal of Social
Sciences and Humanities, Volume 10, Number 2, 2020.
69
Ferensky Regina Sandjaja, Ferinda Nafisa, Ita Nurmanti Manurung, The Impacts of Fiscal
Decentralization on Public Welfare in Selected Provinces in Java Island (Dampak Desentralisasi
Fiskal terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Terpilih di Pulau Jawa).Journal Bina Praja,
Volume 12, number 1, 2020.
8. Yulinda Nurul Aini, Yanti Astrelina Purba, dan Ruth Meilianna dengan judul
Trade globalization and its impact on welfare in Indonesia (Perdagangan
globalisasi dan dampaknya pada kesejahteraan di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh Globalisasi Perdagangan terhadap
Kesejahteraan Indonesia. Itu Globalisasi perdagangan diukur dengan tiga
variabel, yaitu Perdangan terbuka, Inflasi, dan Nilai Tukar. Sedangkan
Kesejahteraan Indonesia diukur dengan tiga aspek, yaitu aspek pendidikan
dengan menggunakan Angka Partisipasi Sekolah, aspek kesehatan dengan
menggunakan Angka Harapan Hidup, dan aspek ekonomi dengan
menggunakan PDRB Per kapita. Data yang digunakan adalah data deret waktu
dari tahun 1971-2016. Penelitian ini menggunakan metode campuran, secara
kuantitatif menggunakan Persamaan Struktural Pemodelan Partial Least
Square (SEM-PLS) dan kualitatif menggunakan desk study. Hasilnya
menunjukkan bahwa Perdangan terbuka dan Nilai Tukar merupakan indikator
positif dan signifikan dalam mengukur globalisasi Perdagangan. Di Selain itu,
Angka Partisipasi Sekolah dan PDB Per kapita juga merupakan indikator
positif dan signifikan dalam mengukur Kesejahteraan Indonesia.71
9. Sjamsul Arief,Ujianto, dan Djohan Mashudi, dengan judul Sustainability
economic and economic growth: moderating effect of disparity region and
income on society welfare (Ekonomi berkelanjutn dan pertumbuhan ekonomi:
Pengaruh pemodelan daerah disparitas dan pendapatan terhadap
kesejahteraan masyarakat). Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
menganalisis pengaruh kemandirian keuangan daerah, modal pengeluaran,
70
Cendra dan Muhammad Fauzi serta Arzam, The Effect of income with household consumtion on the
welfare of dodol potato business assessed from Islamic economic concept (pengaruh pendapatan dan
konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan bisnis dodol kentang ditinjau dari konsep ekonomi
islam), dalam journal trunojoyo, Volume 7, nomor 2, tahun 2020

71
Yulinda Nurul Aini, Yanti Astrelina Purba, dan Ruth Meilianna, Trade globalization and its impact
on welfare in Indonesia (Perdagangan globalisasi dan dampaknya pada kesejahteraan di Indonesia,
journal of Indonesia social sciences humanities, volume 8, issue 1, 2018.
investasi pemerintah dengan efek disparitas yang moderat antar daerah dan
kesenjangan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan
kesejahteraan masyarakat. Analisis data Metode yang digunakan adalah
Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square
(PLS), untuk menguji sepuluh hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian
ini, maka digunakan analisis jalur (Path Analysis). Pertumbuhan ekonomi
memiliki pengaruh positif dan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat, sedangkan pertumbuhan ekonomi dengan disparitas pendapatan
yang moderat berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat.72
10. Edhie Baskoro Yudhoyono, Hermanto Siregar , Noer Azam Achsani , dan
Tony Irawan dengan judul The Impact of Tourism on the Economy and
Community Welfare in Labuan Bajo Area, Indonesia (Dampak Pariwisata
terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat di Kawasan Labuan
Bajo, Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak
pariwisata terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah
Labuan Bajo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data
primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda dengan struktur pertama persamaan terkait
dengan kesejahteraan masyarakat (pelaku usaha) dan yang kedua terkait
dengan indikator ekonomi makro.73
11. Mustafa Edwin Nasution dan Imam Wahyudi dengan judul Government fiscal
policy impact analysis in infrastructure sector and education sector to
improve public welfare (Analisis dampak kebijakan fiskal di sektor
72
Sjamsul Arief,Ujianto, dan Djohan Mashudi, Sustainability economic and economic growth:
moderating effect of disparity region and income on society welfare (Ekonomi berkelanjutn dan
pertumbuhan ekonomi: Pengaruh pemodelan daerah disparitas dan pendapatan terhadap
kesejahteraan masyarakat),International Journal research granthaalayah,volume 6, issue 5, 2018.
73
Edhie Baskoro Yudhoyono, Hermanto Siregar , Noer Azam Achsani , dan Tony, The Impact of
Tourism on the Economy and Community Welfare in Labuan Bajo Area, Indonesia (Dampak
Pariwisata terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat di Kawasan Labuan Bajo,
Indonesia), International Journal of Sustainable Development and Planning, volume 16, No 2, 2021.
infrastruktur dan sektor pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi dan analisis
kebijakan fiskal terkait dengan komponen pendapatan (pajak) dan beberapa
komponen pengeluaran (pendidikan/sumber daya manusia dan infrastruktur).
Isu mengenai efektivitas alokasi anggaran pemerintah, terutama untuk sumber
daya manusia dan infrastruktur, merupakan masalah penting yang sangat
menarik untuk dibahas. Apalagi jika dikaitkan dengan dampaknya pada
peningkatan kesejahteraan rakyat. Dengan pendapatan yang terbatas,
penelitian ini merekomendasikan pemerintah harus membuat pilihan untuk
memprioritaskan sektor pendidikan/sumber daya manusia atau sektor
infrastruktur.74
12. Tri Agus Bayuseno dengan judul The effect of local government policies and
services on the empowerment of cattle farmers in Sragen (Pengaruh
kebijakan dan layanan pemerintah daerah tentang pemberdayaan petani sapi
di Sragen). Persamaan penelitian ini yakni membahas tentang kebijakan
pemerintah, adapun perbedaan mulai dari tempat penelitian,objek penelitian
serta varibel yang diteliti yakni tentang pemberdayaan petani sapi. Penelitian
ini juga diharapkan dapat pengaruh yang baik terhadap pemberdayaan
peternak sapi di daerah ini dan dapat diterapkan di lain daerah. Metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan beberapa pengumpulan
dan analisis data teknik. Secara umum, penelitian ini menggunakan metode
eksplanatori yang menggambarkan dan menjelaskan hubungan yang terjadi
untuk setiap permasalahan, hingga mencapai suatu kesimpulan untuk
menjawab permasalahan tersebut dipelajari.
13. Tulisan yang dibuat oleh Sarwono dengan judul Analisis Perilaku
Konsumen Perspektif Ekonomsi Islam. Tulisan ini hanya memuat berupa
74
Mustafa Edwin Nasution dan Imam Wahyudi dengan judul Government fiscal policy impact
analysis in infrastructure sector and education sector to improve public welfare (Analisis dampak
kebijakan fiskal di sektor infrastruktur dan sektor pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat), Economic Journal of Emerging Markets, volume 9 issue 1, 2017.
konsep secara teori tentang perilaku konsumsi dari beberapa teori yang
telah ada seperti teori dari Monzer Khaf yang menyatakan bahwa Dalam
perspektif ekonomi Islam. perilaku konsumsi seorang muslim didasarkan
pada beberapa asumsi sebagaimana dikemukakan oieh Monzer Kahf, yaitu :
a. Islam merupakan suatu agama yang diterapkan di tengah
masyarakat.
b. Zakat hukumnya wajib.
c. Tidak ada riba dalam masyarakat.
d. Prinsip mudharabah diterapkan dalam aktivitas bisnis.
e. Konsumen berperilaku rasional yaitu berusaha mengoptimalkan
kepuasan.75
Adapun yang membedakan tulisan sarwono dengan yang akan peneliti
lakukan yaitu, kalau Sarwono lebih cendrung bersifat konsep tentang
perilaku konsumen dalam perspektif ekonomi Islam, sedangkan yang akan
peneliti lakukan yaitu pada aspek empiris bagaimana pengaruh etika
konsumsi terhadap kesejahteraan.
14. Tulisan yang dibuat oleh Andi Bahri S dengan judul Etika Konsumsi
Dalam Perspektif Ekonomi Islam, tulisan ini hanya memuat kajian
secara teori tentang etika kosumsi dalam perspektif Ekonomi Islam. adapun
hasil tulisan yang disampaikan yaitu Pertama, perilaku konsumsi
semestinya dapat memperhatikan aspek-aspek yang tergolong kebutuhan
primer (dharuriyat) kemudian sekunder (hajjiyat) dan tersier (tahsiniyat)
sesuai dengan semangat al-maqashid asysyari’ah, sehingga dalam
memenuhi kebutuhan seorang konsumen lebih mengedepankan aspek
kebutuhan daripada aspek keingingan demi membatasi kebutuhan dan
keingingan manusia yang sifatnya senantiasa tidak terbatas. Kedua, dalam
pandangan Islam perilaku konsumsi harus menghindari perilaku israf dan
75
Sarwono, Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomsi Islam, dalam Jurnal Innofarm:
Jurnal Inovasi Pertanian, Vol. 8, No.1, 2009.
tabzir dalam menggunakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
sebagai rambu-rambu dalam konsumsi pangan semestinya manusia secara
umum dan muslim secara khusus untuk senantiasa menjaga unsur
kehalalan dan ke-ṭayyiban-an dalam konsumsi sebagai langkah untuk
menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Ketiga, perilaku konsumsi dalam
ekonomi Islam bertujuan untuk tercapainya aspek materil dan aspek spiritual
dalam konsumsi, kedua aspek tersebut akan tercapai dengan
menyeimbangkan antara nilai guna total (total utility) dan nilai guna
marginal (marginal utility) dalam konsumsi. Sehingga setiap muslim akan
berusaha memaksimumkan nilai guna dari tiap barang yang di konsumsi,
yang akan menjadikan dirinya semakin baik dan semakin optimis dalam
menjalani hidup dan kehidupan.76
Dalam tulisan Andi Bahri S, hanya memuat kajian secara teoritis
tentang etika konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam, sehingga dianggap
perlu untuk melanjutkan dalam bentuk penelitian empiris, dan inilah yang
membedakan antara tulisan Andi Bahri S dengan apa yang akan peneliti
terapkan.
15. Tulisan yang dibuat oleh Sri Wagi dengan judul Perilaku Konsumen
Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Dalam tulisan ini juga hanya memuat
kajian beberapa teori yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan teori-
teori konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam. Dalam tulisan tersebut. Sri
Wagi menyimpulkan bahwa Pengertian perilaku konsumen adalah
pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktifitas individu untuk
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Perubahan teori tingkah laku dapat dipelajari dalam teori perilaku yaitu
teori insting, teori dorongan, teori insentif, teori atributif, teori kognitif, dan
teori kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
76
Andi Bahri S, Etika Konsumsi Dalam Perspektif Ekonomi Islam, dalam Jurnal STAIN Pare-
pare Vol. 11, No. 2, Desember 2014
adalah oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
Selain hal- hal tersebut ada faktor lain yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan konsumen yaitu motivasi. Motivasi itu sendiri
sebagai pemberi dan penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang
agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan
segala upaya untuk mencapai kepuasan.77
Adapun yang membedakan tulisan Sri wagi dengan apa yang akan
peneliti lakukan yaitu terletak pada aspek konsep dan empiris. Kalau Sri
Wagi lebih kepada konsep perilaku konsumen dalam pandangan ekonomi
Islam, sedangkan penelitian ini lebih kepada pembuktian secara empiris
berkaitan dengan hubungan etika konsumsi terhadap kesejahteraan
masyarakat.
16. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ahmad Muslim dengan judul Peranan
Konsumsi dalam Perekonomian Indonesia dan Kaitannya dengan Ekonomi
Islam. Dalam penelitian ini Ahmad Muslim Menyimpulkan bahwa Konsumsi
berperan sangat penting terhadap perekonomian Indonesia. Tingkat konsumsi
berkaitan erat dengan kemiskinan dan pengangguran. Sebahagian besar
pendapatan masyarakat Indonesia digunakan untuk konsumsi terutama untuk
pengeluaran makanan, dan sebahagian kecil yang digunakan untuk non-
makanan. Besarnya porsi pendapatan ini untuk bahan makanan menunjukkan
masyarakat Indonesia masih jauh dari sejahtera. Dengan demikian mereka
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan layak. Bahkan
konsumsi kalori saja belum mencukupi, walaupun konsumsi protein
sudah terpenuhi dalam jumlah, tapi belum dalam kualitasnya. Sumber
kalori dari karbohidrat yang berasal dari padi-padian, lemak dan makanan
jadi masih terlalu tinggi. Hal ini akan menghasilkan generasi yang lemah dan
tidak sehat.
77
Sri Wigati, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam,, Jurnal Maliyah Vol. 01, No.
01, Juni 2011.
Penyebab dari kemiskinan dan pengangguran ini adalah karena rendahnya
tingkat pendidikan, dan kecilnya luas garapan per rumah tangga dan
kurangnya modal petani di pedesaan. Negara-negara maju seperti Korea dan
Taiwan juga mengalami luas garapan yang kecil, tapi mereka sangat makmur.
Penyebabnya disamping tingkat pendidikan yang sudah tinggi, juga karena
mereka menghimpun diri dalam suatu gerakan koperasi, sehingga masalah
kekurangan modal dapat diatasi.78
Dalam penelitian ini saudara Ahmad Muslim hanya membicarakan
tentang peran konsumsi dalam perekonomian Indonesia yang menurut peneliti
masih bersifat makro. Sedangkan rencana yang akan peneliti lakasanakan
yaitu pengaruh etika konsumsi terhadap kesejahteraan masyarakat yang lebih
kepada pendekatan ekonomi mikro. Dan inilah yang menurut peneliti yang
membedakan antara penelitian Ahmad Muslim dengan yang akan peneliti
laksanakan.
17. Rini Sulistiawati tahun 2012 menunjukkan hasil bahwa, Penyerapan tenaga
kerja berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang positif
terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa pengaruh
penyerapan tenaga kerja terhadap kesejahteraan masyarakat berjalan searah,
artinya apabila penyerapan tenaga kerja meningkat, maka akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.79
18. Tukino pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa mengenai konsep yang
membahas kesejahteraan rakyat merupakan konsep yang perlu dikaji secara
lebih mendalam di Indonesia. Hampir semua rejim yang pernah ada di
Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru maupun Orde Reformasi terdapat
penekanan tentang kesejahteraan rakyat yang berbeda. Setiap rejim dalam

78
Ahmad Muslim, Peranan Konsumsi dalam Perekonomian Indonesia dan Kaitannya dengan
Ekonomi Islam, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol.1, No. 2, September 2011.
79
Rini Sulistiawati, Pengaruh Upah minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia, dalam Jurnal Eksos, Volume 8, Nomor
3,2012.
membahas dan menjalankan konsep kesejahteraan rakyat dan program pro
rakyat secara umum dapat dibagi menjadi 3 bagian (paro) waktu; bagian
pertama; sepetiga awal rejim awal berkuasa bisa dibilang rejim
memerlukan dukungan rakyat. Dalam kondisi seperti ini rejim dekat dan
membuat program pro rakyat. 80
6. Kerangka Pemikiran
a. Konsumsi- Kesejahteraan
Pemanfaatan (konsumsi) merupakan bagian akhir dan sangat penting
dalam pengelolaan kekayaan, dengan kata lain pemanfaatan adalah akhir dari
keseluruhan proses produksi. Islam sebagai pedoman hidup mengatur
segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian
pula masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia bisa melakukan
kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi
kemaslahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan hidup manusia
melalui Alquran dan Hadis, supaya manusia di jauhkan dari sifat yang
hina karena perilaku konsumsinya. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasulullah saw. akan menjamin kehidupan manusia
yang lebih sejahtera.
Konsumsi berlebih-lebihan merupakan ciri khas masyarakat yang tidak
mengenal tuhan, dikutuk dalam islam dan disebut dengan istilah israf
(pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna).
Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah yakni, untuk
tujuan-tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar
hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Dalam ayat Alquran dijelas dalam
surah Al A’raaf ayat 157:

80
Tukino, kajian kesejahteraan rakyat Dan kesejahteraan negara di indonesia, dalam Jurnal
Humaniora Vol.3 No.1 April 2012: 194-204.
‫ف َويَ ْن ٰهىهُ ْم‬ ِ ْ‫ي الَّ ِذيْ يَ ِج ُدوْ نَهٗ َم ْكتُوْ بًا ِع ْن َدهُ ْم فِى التَّوْ ٰرى ِة َوااْل ِ ْن ِج ْي ِل يَْأ ُم ُرهُ ْم بِ ْال َم ْعرُو‬ َّ ِ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَتَّبِعُوْ نَ ال َّرسُوْ َل النَّب‬
َّ ‫ي ااْل ُ ِّم‬
‫َت َعلَ ْي ِه ۗ ْم فَالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا‬
ْ ‫ض ُع َع ْنهُ ْم اِصْ َرهُ ْم َوااْل َ ْغ ٰل َل الَّتِ ْي َكان‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ‫ت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْالخَ ٰۤب ِٕى‬ ِ ‫َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوي ُِحلُّ لَهُ ُم الطَّيِّ ٰب‬
ٰۤ ُ ٓ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ي اُ ْن ِز َل َم َع ٗه ۙا‬ ْٓ ‫صرُوْ هُ َواتَّبَعُوا النُّوْ َر الَّ ِذ‬ َ َ‫بِ ٖه َو َع َّزرُوْ هُ َون‬

(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa
baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi
mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan
membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.
Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung.

Alquran dalam hal ini hanya membolehkan konsumsi atas barang-


barang yang halal dan melarang konsumsi atas barang-barang yang kotor
dan haram. Setiap individu diberi kebebasan menikmati sesuai dengan selera
dan kebiasaan masing-masing. Apabila dikemudian hari penggunaan tersebut
dianggap mendatangkan kemudharatan terhadap kehidupan masyarakat
bahkan sampai kepada kehidupan bernegara maka penggunaan tersebut
tidak dibenarkan lagi, bahkan penggunaan barang-barang yang baik dan halal
secara berlebihan yang bisa merugikan bagi kesejahteraan masyarakat
terkadang dibatasi demi menyelamatkan dan melindungi kesejahteraan
masyarakat.81

b. Karakteristik demografi – Kesejahteraan


Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat bahwa telah
berada pada kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari
81
Afzalur Rahman, Economic Doktrines ……., 10.
kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. 82 Pigou
dalam Sasana, menjelaskan teori ekonomi kesejahteraan merupakan bagian
dari kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara langsung maupun tidak
langsung dengan pengukuran uang. Pada sisi lain Whithaker dan Federico
dalam Sasana mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial merupakan system
suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna
memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang
penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut.83 Kesejahteraan masyarakat
menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat
yang ditandai dengan terentasnya dari kemiskinan. Sejahtera secara ekonomi
tercermin dari adanya peningkatan pendapatan, sedangkan sejahtera secara
keamanan tercermin dari rasa aman dan nyaman saat bekerja ataupun di
lingkungan tinggal, serta sejahtera secara kesehatan tercermin dengan kondisi
fisik dan lingkungan tinggal yang sehat. Salah satu cara untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan masyarakat adalah dengan melihat karakteristik social
demografi dan aktivitas ekonomi dari masyarakat tersebut. Masyarakat
sebagai kumpulan individu memiliki keterampilan dan sumber daya yang
berbeda-beda,dapat terlihat dari karakteristik sosial demografinya.
Karakteristik sosial demografi cukup mempengaruhi seseorang untuk
menentukan jenis pekerjaan apa yang akan dipilihnya. Sejalan dengan ini
Kotler dan Amstrong menyebutkan bahwa karakteristik sosial demografi
merupakan ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan
usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan,
jenis keluarga, status perkawinan, lokasi geografis, dan kelas social.84 Para ahli

82
Astriana Widyastuti, Analisis Hubungan Antara Produktivitas ekerja dan Tingkat Pendidikan
Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa Tengah Tahun 2009, Dalam Economics
Development Analysis Journal, 2012
83
Hadi Sasana,Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/kota Provinsi
Jawa Tengah, , Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009 , 108.
84
Kotler, Philip., dan Armstrong Gary, Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan Jilid 1. (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2001), 31.
ekonomi sering melakukan pengukuran tingkat kesejahteraan dilihat dari
variabel ekonomi yaitu tingkat pendapatan. Pendapatan disini dimaksudkan
sebagai alat ukur dengan satuan uang yang diterima dalam satuan rupiah.85
Pendapatan merupakan pemasukan berupa sejumlah uang yang diterima
dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang
diserahkan yaitu baik berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri
atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan.86 Sukirno juga
menyebutkan bahwa pendapatan pada dasarnya merupakan penerimaan yang
diterima semua rumah tangga ekonomi (atau yang diterima satu keluarga)
atas penggunaan faktor- faktor produksi yang dimilikinya.87 Sehingga
dapat di asumsikan bahwa kesejahteraan muncul dari adanya suatu aktivitas
ekonomi. Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga akan
menentukan kondisi ekonomi dari keluarga itu sendiri. Penelitian yang
dilakukan oleh Made Yustisa Putri Wiyatna dkk menyebutkan bahwa faktor
sosial demografi dan aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesejahteraan keluarga pemulung di Kota Denpasar, selain itu Faktor
aktivitas ekonomi secara signifikan berperan memediasi faktor sosial
demografi terhadap kesejahteraan.88
Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan,
inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sehingga
dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan.89 Human Capital juga

85
Supartono dkk, Analisis pengaruh variabel sosial ekonomi masyarakat Urban terhadap
kemandirian ekonomi ditinjau dari aspek Keuangan, energi, dan pangan di kecamatan singosari
Kabupaten malang, dalam Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 5 No. 1 Mei 2011, 48.
86
Mulyanto, Sumardi dan Hans Dieter Evers. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok Cet. II. (Jakarta:
Rajawali Press, 1982), 42.
87
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 56.
88
Made Yustisa Putri Wiyatna d k k , Analisis pengaruh faktor sosial demografi dan aktivitas
Ekonomi terhadap kesejahteraan keluarga Pemulung Di kota Denpasar:, E-Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana 4.04 (2015) : 282-295.
89
Martina Dwi Puji Astri, dkk, “Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.10
No.1, 2008, 12.
didefinisikan oleh Hudson dalam Juwita sebagai bakat, pendidikan,
pengalaman, sikap dalam hidup dan bisnis. Asumsi dasar teori Human Capital
bahwa melalui peningkatan pendidikan, seseorang dapat meningkatkan
penghasilannya. Pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang, dimana
dengan pendidikan seseorang mendapatkan banyak pengetahuan, ilmu dan
informasi yang terus berkembang.90 Sulistiawati menyebutkan bahwa
pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas.91
Bila sumber daya manusia diberdayagunakan secara efisien sebagai salah satu
faktor, akan mampu meningkatkan produktivitas. Produktivitas
akanmenciptakan pendapatan yang mampu meningkatkan daya beli
seseorang. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa kesejahteraan
seseorang akan tercapai jika orang tersebut mampu meningkatkan
pendapatannya.
c. Religiusitas-Kesejahteraan
Agama meliputi kesadaran beragama dan pengalaman beragama.92
Anshori dalam Risnawita & Ghufron membedakan istilah religi (agama)
dengan religiusitas. Religi, menunjuk pada aspek-aspek formal yang
berkaitan dengan aturan dan kewajiban. Sedangkan religiusitas, menunjuk
pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati.93
Diester dalam Risnawita & Ghufron menyebut religiusitas sebagai
keberagamaan karena adanya internalisasi agama kedalam diri seseorang.94
Menurut Kwon makna religiusitas didefinisikan sebagai sejauh mana
seseorang percaya,memandang hal- hal yang terjadi sehari-hari

90
Hastarini Dwi Atmanti. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan, Jurnal Dinamika
Pembangunan Vol.2 No.1, 2005.
91
Rini Sulistiawati, Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
danKesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia, dalam Jurnal EKSOS Vol.8, No. 3,
Oktober 2012
92
Risnawita, S, & Ghufron, M.N. Teori-teori psikologi. ( Yogyakarta, Arruzz media, 2011), 34.
93
Ibid
94
Ibid
berdasarkan sudut pandang agama dan menerapkan keyakinan agamanya
pada kehidupan sehari-hari.95 Kwon juga menyebutkan bahwa Istilah
religius dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang beriman baik
dalam hati maupun ucapan dan melakukan amalan dalam mencari kesucian
pribadi, nilai, arti hidup dan permohonan.96
Glock dan Stark dalam Ancok & Nashori mendefinisikan religiusitas
sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku
yang terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-
persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.97 Orang yang religious
akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha mempelajari
pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanya, meyakini
doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama.98
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang berkaitan dengan
kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam
ucapan yang kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku
sehari-hari. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa religiusitas
berpengaruh terhadap kesejahteraan, diantaranya Zeenat Ismail dan Soha
Desmukh, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa religiusitas memiliki
hubungan pada kesejahteraan psikologis seperti untuk kemungkinan
penurunan depresi.99 Selain itu juga terdapat dalam penelitian Sukma Adi
Galuh Amawidyati & Muhana Sofiati Utami yang menyebutkan bahwa
adanya hubungan positif dan signifikan antara religiusitas dan psychological

95
Kwon, O, Buddhist and protestant korean immigrants: Religious beliefs and socioec onomic
aspect of life, (New York: LFB Scholarly Publishing LLC, 2003)
96
Ibid
97
Ancok, D.F & Nashori, S. Psikologi islami: Solusi islam atas problem- problem psikologi.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 43
98
Risnawita, S, & Ghufron, M.N. Teori-teori Psikologi. ( Yogyakarta: Arruzz Media, 2011), 76.
99
Zeenat Ismail & Soha Desmukh, Religiosity and Psychological Well-Being, dalam Jurnal
International Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No.11, 2012, h. 20-28
well being.100 Selain itu juga hasil penelitian yang disampaikan Argyle dalam
M. Noor Rochman Hadjam & Arif Nasiruddin yang menemukan bahwa
religiusitas membantu individu mempertahankan kesehatan psikologis
individu disaat-saat sulit.101
d. Pendapatan-Kesejahteraan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja
(usaha atau sebagainya).102 Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen
adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain
dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.103
Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya
penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat
dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno
mendefinisikan: “Pendapatan (revenue) dapat diartikansebagai total
penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang
diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai
balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.104
Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya
barang yang dikonsumsikan, bahwa serin kali dijumpai dengan
bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja
bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian.
Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang
dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya

100
Sukma Adi Galuh Amawidyati & Muhana Sofiati Utami, Religiusitas dan Psychological Well-
Being Pada Korban Gempa, Jurnal Psikologi, Volume 34, No. 2, 2007
101
M. Noor Rochman Hadjam & Arif Nasiruddin, Peranan Kesulitan Ekonomi, Kepuasan Kerja dan
Religiusitas Terhadap kesejahteraan psikologis, Jurnal Psikologi, 2003, No. 2, 72 – 80.
102
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), 185.
103
BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), 230.
104
Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, (Jakarta: Bina Grafika, 2004), 79.
penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih
baik.105 Menurut Badan Pusat Statistik, Upah/gaji merupakan imbalan
yang diterima oleh pekerja atas jasa yang diberikan dalam proses
memproduksi barang dan jasa dalam suatu instansi/perusahaan. Upah/gaji
yang diterima oleh setiap pekerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari baik untuk kebutuhan pribadi maupun untuk kebutuhan keluarga.
Seorang pekerja dapat dikatakan hidup layak apabila upah/gaji yang diterima
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan dan sebagainya.106
Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.
Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan menunjukkan
bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan
sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi
rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga
dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya.107 Indikator yang paling
sering digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk
suatu negara adalah pendapatan perkapita. Namun demikian, pengukuran
tingkat kesejahteraan yang hanya menggunakan peningkatan pendapatan per
kapita banyak mengandung kelemahan dimana pada kenyataannya kondisi
kesejahteraan tidak menggambarkan kelompok masyarakat yang relatif
paling miskin.108 Sejalan dengan hal tersebut Segel dan Bruzy dalam

105
Soekartawi, Faktor-faktor Produksi, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 132.
106
Badan Pusat Statistik, Indikator kesejahteaan Rakyat 2015, 98.
107
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Jurnal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol.
IV No. 7: 9.
108
Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, buku I, Edisi Kedelapan. (Jakarta:
Erlangga,2000),76.
Widyastuti, juga menjelaskan bahwa kesejahteraan dapat diukur dari
kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat.109
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik indikator yang digunakan
untuk mengukur kesejahteraan rumah tangga disesuaikan oleh informasi
tentang kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola
konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, perumahan dan lingkungan, dan
sosial lainnya. Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua
klasifikasi, yaitu rumah tangga dalam kategori sejahtera dan belum sejahtera.
Menurut Mosher, hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah
pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga
tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh
pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
berpendapatan rendah. Semakin tinggi besarnya pendapatan rumah tangga
maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan
kata lain, apabila terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan tersebut
tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera.
Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah
pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.110
Menurut Sajogyo yang dikutip oleh Dian Komala Sari, dkk, tingkat
kesejahteraan rumah tangga dapat dilihat dari persentase pengeluaran rumah
tangga yang disetarakan dengan pengeluaran beras per kapita per tahunnya,
kemudian disetarakan dengan harga beras rata- rata di daerah setempat.
Tingkat pengeluaran rumah tangga akan berbeda satu dengan yang lainnya,
tergantung pada golongan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga,
status sosial, harga pangan, proses distribusi, dan prinsip pangan. Selain itu,
Badan Pusat Statistik menetapkan beberapa indikator kesejahteraan yang
109
Astriana Widyastuti, Analisis ……2012
110
Dian Komala Sari, dkk, Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani
jagung di kecamatan natar kabupaten lampung selatan, dalam Jurnal JIIA, volume 2, no. 1, Januari
2014.
meliputi kependudukan, kemiskinan, kesehatan, pendidikan, konsumsi,
perumahan, ketenagakerjaan, dan sosial budaya.111 Tingkat kesejahteraan
rumah tangga erat kaitannya dengan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan
merupakan indikator yang dapat menggambarkan taraf kesejahteraan
kehidupan masyarakat secara umum.
Di Indonesia, pengukuran kemiskinan salah satunya dilakukan oleh
BPS. Konsep kemiskinan yang digunakan BPS adalah kemampuan seseorang
atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Berdasarkan pendekatan ini, BPS merumuskan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan seseorang atau rumah tangga dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
sisi pengeluaran. Pengeluaran per kapita per bulan dipakai sebagai
variabel yang akan dibandingkan dengan besarnya nilai GK untuk
menentukan seseorang dikategorikan miskin atau tidak miskin. Seseorang
yang mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK,
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Dalam kehidupan masyarakat yang tergolong klarifikasi penduduk

miskin berdasarkan kemampuannya memenuhi kebutuhan hidupnya, menurut


Badan Pusat Statistik :
a. Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 900/kalori/orang/hari ditambah
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.120.000/orang/hari.
b. Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi
makanan hanya mencapai antara 1900/2100 kalori/orang/hari ditambah
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000-Rp.
150.000/orang/bulan.

111
Ibid
c. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 2100/23000 kalori/orang/hari dan
kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 150.000-Rp.
175.000/orang/bulan.112
e. Kebijakan pemerintah-Kesejahteraan
Kesejahteraan rakyat merupakan salahsatu tujuan bernegara. Dalam

mewujudkannya diperlukan mekanisme tertentu yang tercermin dalam


kebijakan publik yang dibuat. Berbagai hal terkait permasalahan yang timbul
dalam mewujudkan kesejahteraan melalui kebijakan publik menjadi
tantangan tersendiri. Diantara fungsi dan tugas terpenting negara yang baik
adalah mengajak kepada kebajikan, melakukan usaha-usaha aktif dan
positif untuk mewujudkan hal-hal yang menjadi tuntutan kebaikan
masyarakat, serta mewujudkan kebahagiaan masyarakat dalam semua
cakrawala kehidupan.113
Permasalahan kebijakan atau sering disebut sebagai implementation

gap adalah suatu keadaan dalam proses kebijakan selalu terbuka akan
kemungkinan perbedaan antara apa yang direncanakan oleh pembuat
kebijakan dengan apa yang senyatanya dicapai sebagai hasil atau prestasi
dari pelaksanaan kebijakan. Hal ini salah satunya dikarenakan dalam proses
implementasi kebijakan seringkali dikumpul oleh banyak kepentingan
dan harapan terutama pengaruh persepsi setting lingkungan dimana
kebijakan itu dilaksanakan. Beberapa defenisi mengenai kebijakan
menyebutkan bahwa kebijakan merupakan upaya atau tindakan untuk
mempengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan, upaya dan tindakan
dimaksud bersifat strategis, yaitu berjangka panjang dan menyeluruh. 114
112
Badan Pusat Statistik. Petunjuk Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM , (Jakarta: BPS, 2005).
113
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Terj. Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Jilid. 8
(Jakarta:Gema Insani , 2011), 493.
114
Muhammad, E, Aminullah dan B. Soesilo, Analisis Sistem Dinamis, Lingkungan hidup Sosial,
(Jakarta: UMJ, 2001), 372.
Menurut Thomas R. Dye, “Public Policy is whatever the government
choose to do or not to do” (kebijakan punlik adalah apapun pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu).
Menurutnya, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, tentu ada
tujuannya karena kebijakan publik merupakan “tindakan” pemerintah.
Apabila pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, hal ini pun
merupakan kebijakan publik yang tentunya ada tujuannya.115 Sementara itu
Anderson menyampaikan defenisi yang diberikan oleh Carl Friedrich
sebagai berikut:
“…..kebijakan pemerintah adalah arah tindakan yang dusulkan seseorang,

golongan, atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-


halangan dan kesempatan-kesempatannya dalam rangka mencapai suatu cita-
cita atau mewujudkan kehendak serta tujuan tertentu.”116
Dari beberapa defenisi di atas maka kita bisa menarik benang merah

dari definisi kebijakan publik dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 tentang
Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi
Kebijakan Publik di Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dalam Peraturan Menteri ini. Kebijakan publik adalah “keputusan yang
dibuat oleh pemerintah atau lembaga pemerintahan untuk mengatasi
permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu atau untuk
mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat
orang banyak”117

115
Thomas R, Dye, Understanding Public Policy, Fourth Edition, New Jersey, (Printice- Hall, Inc,
Englewood Cliffs, 1992), 331.
116
Soenarko, Public Policy: Pengertian Pokok untuk memahami dan analisa kebijaksanaan
pemerintah, Cet. Kedua, (Jakarta: Airlangga Unversity Press, 2000), 42.
117
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 tentang
Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di
Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kebijakan pemerintah pada hakekatnya adalah untuk mensejahterakan

rakyat. Kesejahteraan rakyat atau lebih dikenal dengan kesejahteraan sosial


secara umum dapat dikatakan adalah pemenuhan kebutuhan dasar setiap
anggota yakni pemenuhan sandang, pangan dan papan. Tanpa adanya campur
tangan pemerintah, seluruh pengeluaran dalam perekonomian tidak sesuai
dengan jumlah yang diperlukan untuk mencapai tingkat kesempatan kerja
penuh. Adakalanya tingkat pengeluaran masyarakat melebihi jumlah tersebut
dan menyebabkan inflasi. Tetapi yang sering terjadi adalah kekurangan dalam
pengeluaran sehingga menimbulkan deflasi atau resesi dan pengangguran.118
Penentuan sebuah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah
salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang disampaikan oleh saudari Septaria Indah
Sari dkk, dengan judul Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap
Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Ubi Kayu Di Provinsi Lampung. Dari hasil
penelitian tersebut menyebutkan bahwa dampak kebijakan pemerintah
menaikan tingkat suku bunga 10% terhadap kesejahteraan pelaku ekonomi
ubi kayu di Provinsi Lampung menyebabkan net surplus turun sebesar
36,25%. Kebijakan pemerintah dalam menurunkan tingkat suku bunga
sebesar 10% menyebabkan net surplus naik sebesar 10,18%. Kebijakan
pemerintah menaikan harga pupuk urea menyebabkan penurunan net surplus
sebesar 7,69%. Kombinasi kebijakan menaikan harga pupuk urea dan
penurunan tingkat suku bunga menyebabkan net surplus naik sebesar
325,17%.119
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka kerangka
konseptual penelitian ini sebagai berikut:

118
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Kencana, 2006), 223.
119
Septaria Indah Sari dkk, Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Kesejahteraan Pelaku
Ekonomi Ubi Kayu Di Provinsi Lampung, dalam jurnal JIIA, Volume 1 No. 1, Januari 2013
: Garis Pengaruh

7. Hipotesis

Dari uraian pembahasan dan gambar diatas maka hipotesis penelitian ini disusun
sebagai berikut

1. H 0=Konsumsi tidak berpengaruhterhadap kesehateraan


H a =Konsumsi berpengaruh terhadap kesehateraan
2. H 0=Karakteristik Demografi tidak berpengaruh terhadap kesehateraan
H a =Karakteristik Demografi berpengaruh terhadap kesehateraan
3. H 0=Religiusitas tidak berpengaruh terhadap kesehateraan
H a =Religiusitas berpengaruh terhadap kesehateraan
4. H 0=Pendapatan tidak berpengaruh terhadap kesehateraan
H a =Pendapatan berpengaruh terhadap kesehateraan
5. H 0=Kebijakan Pemerintah tidak berpengaruh terhadap kesehateraan
H a =Kebijakan Pemerintah berpengaruh terhadap kesehateraan

8. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat Priangan Timur Provinsi Jawa
Barat yang terdiri dari 7 Kabupaten/Kota yakni Kabupaten Garut, Tasikmalaya,
Sumedang, Ciamis, Pangandaran,dan Kota Tasikmalaya,Banjar. Adapun waktunya
tahun 2022-2023
9. Metedologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan cara kerja pikiran dalam memahami subyek
aspek dan variabel. Di dalamnya terkandung cara teknis melakukan penelitian dan
mengolah data, fakta dari hasil temuan lapangan. Metodologi penelitian juga dapat
bermakna prosedur (tahapan kerja) baku yang dipandang paling efektif untuk
memecahkan suatu masalah pada bidang keilmuan tertentu. Oleh sebab itu, langkah
penelitian disesuaikan dengan karakteristik masalah penelitian, tujuan penelitian, dan
kerangka berpikirnya. Pola umum langkah-langkah penelitian dalam rancangan
penelitian setidaknya membicarakan empat hal pokok: jenis dan pendekatan
penelitian, metode penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan
analisis data. Pada penelitian kuantitatif dapat ditambahkan tentang korelasi data dan
pada penelitian kualitatif dapat ditambah prosedur teknik pemeriksaan dan uji
keabsahan data (dalam penelitian sejarah di sebut dengan kritik ekstern dan intern).
Uraian mengenai metodologi penelitian sebagai berikut:120

a. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. sifat dari penelitian
ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menganalisis dan
menginterpretasi. Bisa bersifat komperatif dan korelatif.121 Dalam hal ini peneliti
mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh antara konsumsi, karakteristik
demografi, religius, pendapatan dan kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan
masyarakat dalam perspektif ekonomi Islam pada masyarakat wilayah Priangan
Timur Provinsi Jawa Barat.
b. Subjek dan Objek Penelitian
Yang dimaksud dengan subyek penelitian adalah orang-orang yang menjadi
sumber informasi yang dapat memberikan data sesuai dengan masalah yang sedang

diteliti.122 Dalam penelitian ini subyek penelitian yang akan di dilaksanakan


yaitu masyarakat Jawa Barat yang khususnya masyarakat Priangan Timur yang
diwakili oleh kepala rumah Tangga (suami atau istri). Adapun obyek penelitian
adalah permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan yang menjadi obyek dalam
penelitian ini yaitu, konsumsi, karakteristik demografi, religiusitas,
pendapatan,kebijakan pemerintah, kesejahteraan masyarakat dalam perspektif
ekonomi Islam.
c. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
120
Dr. H.Ajid Thohir, M.Ag, Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi Pascasarjana UIN Sunan
Gunung Djati, Bandung: Pascasarjana, 2020), 9.
121
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999), 44.
122
Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 135.
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.123 yang dimaksudkan populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat Jawa Barat di wilayah priangan timur,
mengingat masyarakatnya merupakan masyarakat homogen maka peneliti
menggunakan teknik Cluster Sampling (area Sampling), teknik sampling daerah
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang ditetapkan.124 Adapun wilayah yang
dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini yaitu wilayah Priangan Timur yakni
Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Pangandaran,dan Kota
Tasikmalaya,Banjar dengan jumlah penduduk 7.997.238, yang disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 11
Jumlah Penduduk di wilayah Priangan Timur
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Kabupaten/Kota
1 Garut 2 636 637
2 Tasikmalaya 1 755 710
3 Ciamis 1 201 685
4 Sumedang 1 154 428
5 Kota tasikmalaya 663 986
6 Kota Banjar 183 299
7 Pangandaran 401.493
Total 7.997.238

2. Sampel
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan sampel
apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel.Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik
Cluster Sampling (area Sampling), teknik sampling daerah digunakan untuk
123
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 115
124
Ibid, .
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang ditetapkan. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui dua tahap, pertama menentukan
kabupaten atau kota sebagai sampel penelitian serta menentukan masing-masing
kecamatan dari kabupaten/kota yang telah telah ditentukan. kedua menentukan
orang-orang yang ada pada daerah tersebut secara proporsional.
Adapun Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil peneliti

menggunakan rumus Slovin, 125adalah sebagai berikut:


N
n= 2
1+ Ne
n=b e s a r a n S a mpel
N=b e s a r a n populasi
e=nilai kritis ( batas ketelitian ) yang diinginkan ¿
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel ¿ yakni 5 %
Dalam penelitian ini mengingat yang akan dijadikan sebagai populasi (N)
adalah sebesar 7.997.238, dengan nilai kritis (e) 5% dengan menggunakan rumus
slovin maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
7.997 .238
n= 2
1+7.997 .238(5 % )
7.997 .238
n=
1+7.997 .238(0,0025)
7.997 .238
n=
1+19.993,095
7.997 .238
n=
19.994,095

125
Bambang Prasetyo & Lina Muftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Apikasi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 137.
n=399,979 dibulatkan jadi 400 sampel
Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

400 sampel. Berdasarkan hasil penentuan sampel dan pengambilan sampel, maka

akan didapat proporsi sampel yakni dengan cara jumlah sampel 400 dibagi 7

kabupaen/kota di wilayah priangan timur,hasilnya sebagai berikut:

Tabel 13
Jumlah sampel setiap Kabupaten/Kota di wilayah Priangan Timur
Jumlah sampel
No Kabupaten/Kota
1 Garut 57
2 Tasikmalaya 57
3 Ciamis 57
4 Sumedang 57
5 Kota tasikmalaya 57
6 Kota Banjar 57
7 Pangandaran 58
Total 400

3. Desain dan Variabel Penelitian


Variabel adalah gejala yang bervariasi,sedangkan gejala adalah objek

penelitian. Jadi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. 126 Lebih lanjut
Arikunto menjelaskan bahwa “variabel adalah objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian”.127 Dalam penelitian kuantitatif yang


berandaskan pada asumsi bahwa suatu gejala ini dapat diklasifikasikan, dan
dihubungkan gejala bersifat kausal (sebab-akibat), maka peneliti dapat melakukan
penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pola hubungan
126
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitan, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010),159.
127
Ibid, 161.
antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai “paradigma”
diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan
diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu
dijawab melalui penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari Konsumsi
( X ¿ ¿1)¿, Karakteristik Demografi (X 2), Religiusitas (X ¿ ¿3)¿, Pendapatan
( X ¿ ¿ 4)¿, Kebijakan Pemerintah (X ¿ ¿5)¿. Sedangkan variabel terikat adalah
Kesejahteraan (Y). dengan desain penelitian ini akan dapat diketahui pengaruh:

a. ( X ¿ ¿1)¿terhadap Y (Etika Konsumsi berpengaruh terhadap Kesejahteraan)


b. ( X 2)terhadap Y (Karakteristik Demografi berpengaruh terhadap
Kesejahteraan)
c. ( X ¿ ¿3)¿ terhadap Y (Religiusitas berpengaruh terhadap Kesejahteraan)
d. ( X ¿ ¿ 4)¿ terhadap Y (Pendapatan berpengaruh terhadap Kesejahteraan)
e. ( X ¿ ¿5)¿ terhadap Y (Kebijakan Pemerintah berpengaruh terhadap
Kesejahteraan)
4. Defenisi Operasional Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini mencakup variabel dependen dan independen.


Berikut defenisi opersional dan pengukuran variabelnya sebagaimana dalam tabel
dibawah ini:

Variabel Defenisi Indikator Skala Sumber


Penelitian Operasional Data
Konsumsi Konsumsi adalah Diukur dengan: Ordinal Primer
tindakan-tindakan, 1. Keadilan
proses, dan 2. Kebersihan
hubungan social 3. Kesederhanaan
yang dilakukan
oleh individu-
individu,
kelompok,dan
organisasi dalam
mendapatkan,
menggunakan
suatu produk atau
lainnya sebagai
dari
pengalamannya
dengan produk,
pelayanan dan
sumber-sumber
lainnya
Karakteristik Karakteristik 1. Budaya Ordinal Primer
Demografi demografi adalah 2. Lokasi/wilayah
ciri yang 3. Pekerjaan
menggambarkan 4. Pendidikan
perbedaan 5. Pendapatan
masyarakat
berdasarkan usia,
jenis
kelamin,pekerjaan,
pendidikan,
agama, suku
bangsa,
pendapatan, jenis
keluarga, status
pernikahan,lokasi
geografi, dan kelas
sosial
Religiusitas Religiusitas adalah 1. Keyakinan Ordinal
seberapa jauh 2. Peribadatan
pengetahuan, 3. Penghayatan
seberapa kokoh 4. Pengamalan
keyakinan, 5. Pengetahuan
seberapa
pelaksanaan
ibadah dan
kaidah, dan
Seberapa dalam
penghayatan atas
agama yang
dianutnya
Pendapatan Pendapatan adalah Jumlah pendapatan Nominal Primer
sebagai jumlah
penghasilan yang
diterima oleh para
anggota
masyarakat
Kebijakan Lembaga negara 1. Pelayanan Ordinal Primer
Pemerintah yang 2. Kesehatan
mempunyai 3. Pelayanan
kewenangan dan inspastruktur
tanggungjawab 4. Pelayanan
terhadap Pendidikan
perekonomian dan 5. Pelayanan
kesejahteraan kependudukan
masyarakat
Kesejahteraa Kesejahteraan 1. Kelangsungan Ordinal Primer
n didefinisikan hidup
sebagai suatu tata 2. Kebebasan
kehidupan dan berkeinginan
penghidupan 3. Kekuatan
sosial baik 4. Kehormatan
material maupun
spiritual yang
diliputi rasa
keselamatan,
kesusilaan, dan
ketentraman lahir
batin

d. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memeperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya, atau hal-hal
yang ia ketahui.128 Sedangkan bentuk kuesioner yang akan dilaksanakan yaitu
dengan bentuk rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat

128
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitan, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010),194.
setuju sampai ke sangat tidak setuju. Kuesioner yang merupakan alat pengumpulan
data penelitian diberikan kepada responden secara langsung

a. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.129 Dalam


penelitian ini penulis menggunakan metode observasi non partisipan dimana peneliti
tidak ikut terlibat langsung dalam penanganan masalah yang sedang diteliti.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis


yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran fenomena yang masih
aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi berproses dan berawal
dari menghimpun dokumen, memilihi-milih dokumen sesuai dengan tujuan
penelitian, mencatat dan menerangkan, menafsirkan dan menghubung-hubungkan

dengan fenomena lain.130 Dalam hal ini peneliti berupaya memperoleh data yang
bersifat dokumentasi dari pihak-pihak yang terkait khususnya berkaitan dengan
lokasi penelitian, kependudukan dan karakteristik demografi masyarakat wilayah
Priangan Timur.

e. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena


alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian.131 Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer

129
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian….. 70.
130
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008), 152.
131
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. 21 (Bandung:
Alfabeta,2014),1.
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Skala yang digunakan dalam penelitin ini
adalah skala likert. Skala ini berinterasi 1-5 dengan pilihan jawaban sebagai
berikut:

1) Sangat Tidak Setuju


2) Tidak Setuju
3) Netral
4) Setuju
5) Sangat Setuju

Pemberian skor untuk masing-masing jawaban pernyataan dari Konsumsi (X ¿ ¿1)¿,


Karakteristik Demografi ( X 2), Religiusitas (X ¿ ¿3)¿, Pendapatan ( X ¿ ¿ 4)¿,
Kebijakan Pemerintah ( X ¿ ¿5)¿dan Kesejahteraan (Y) dalam kuesioner adalah
sebagai berikut:

1) 5 untuk pilihan “Sangat Setuju” (SS),


2) 4 untuk pilihan “Setuju” (S),
3) 3 untuk pilihan “Netral” (N),
4) 2 untuk pilihan “Tidak Setuju” (TS),
5) 1 untuk pilihan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam


tabel berikut:

Variabel Penelitian Indikator Instrumen


Konsumsi 1. Keadilan 1-5
2. Kebersihan 6 -9
3. Kesederhanaan 10-12
Karakteristik 1. Budaya 1 -2
Demografi 2. Lokasi/wilayah 3-4
3. Pekerjaan 5-7
4. Pendidikan 8-11
5. Pendapatan 12-16
Religiusitas 1. Keyakinan 1-2
2. Peribadatan 3-5
3. Penghayatan 6-8
4. Pengamalan 9-11
5. Pengetahuan 12-16
Kebijakan Pemerintah 1. Pelayanan Kesehatan 1-2
2. Pelayanan 3-5
inspastruktur 6-8
3. Pelayanan Pendidikan 9-10
4. Pelayanan
kependudukan
Kesejahteraan 1. Kelangsungan hidup 1-4
2. Kebebasan 5-6
berkeinginan 7-8
3. Kekuatan 9-11
4. Kehormatan
Pendapatan Jumlah pendapatan 12

f. Uji Coba Instrumen


Sebelum menggunakan instrumen terlebih dahulu akan dilakukan uji coba
instrument untuk mendapatkan instrument yang shahih dan handal (valid dan
reliabel). Uji coba instrument untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang harus diukur (kesahihan, dan sejauh mana alat ukur mampu
memberikan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan tempat yang
berbeda). Uji coba insrument juga sekaligus untuk melihat sampai sejauh mana
responden dapat memahami butir-butir pernyataan.

Responden uji coba akan diambil dari luar sampel yang setara dengan
sampel penelitian ini. Uji coba instrumen akan dilakukan pada 30 (tiga puluh)
masyarakat yang mewakili kepala rumah tangga. Reabilitas angket yang diperoleh
dari hasil perhitungan dikonsultasikan dengan indeks korelasi yang dikemukakan
oleh Arikunto yang menyatakan:

a. 0,00 sampai dengan 0,19 adalah tidak ada pengaruh


b. 0,20 sampai dengan 0,39 adalah sangat rendah
c. 0,40 sampai dengan 0,59 adalah rendah
d. 0,60 sampai dengan 0,79 adalah tinggi
e. 0,80 sampai dengan 1,00 adalah sangat tinggi

1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen.132 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila


mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud.

Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan uji validitas
kontruksi, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Judgment experts, dalam hal ini setelah instrument dikontruksi tentang


aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, para ahli diminta pendapatnya

132
Suharsini Arikunto, Prosedur………, 211.
tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahi akan memberikan
keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan
mungkin dirombak total.
b. Uji coba instrumen. Instrument tersebut diuji cobakan pada sampel dari
mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30
orang. Menurut sugiyono untuk mengetahui validitas suatu butir angket
dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment yaitu:
N ( ∑ XY ) −( ∑ x )( ∑ Y )
r x,y =
√{( N (∑ X )−(∑ X ) ( N ( ∑ Y )−(∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :
rx,y = Koefisien korelasi X dan Y
∑ X2 = Jumlah kuadrat dari skor variabel X
∑X = Jumlah skor variabel X
∑Y2 = Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
∑Y = Jumlah skor variabel Y
Kriteria pengujian adalah butir angket dinyatakan valid apabila r hitung > r
tabel pada taraf signifikan = 0,05% dan sebaliknya jika r hitung < r tabel
dinyatakan tidak valid. Butir yang tidak valid tidak digunakan dalam menjaring
data penelitian.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan


sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.133 Pada
penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha,
karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket atau daftar pertanyaan yang
skornya merupakan rentangan antara 1-5. Rumus alpha digunakan untuk mencari

133
Suharsini Arikunto, Prosedur……..221.
reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal
bentuk uraian. Adapun rumus Alpha sebagai berikut:

{k } {1−∑ σ b }2

r 11 =
( k−1) σ 2t

Keterangan :

r 11=r e a bi l it a s∈s trum e n


k =b a n y a k n y a but i r p e rt a n y a a n a tau b a n y a k n y a so a l
∑ σ b = jumlah variansbutir
2

σ 2t =v a ri a ns total

g. Teknis Analisa Data

Ada beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data.
Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi yang relevan yang
terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk
menyelesaikan suatu masalah. Pada penelitian ini dilakukan pengujian variabel
dengan model analisis jalur (Path Analysis), untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan
regresi linier berganda.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan uji yang digunakan sebagai syarat penggunaan
metode regresi.Asumsi tersebut adalah asumsi normalitas, multikolinearitas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi.

Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk masing-masing variabel dengan menggunakan
One-Kolmogorov-Smirnov Test. Tingkat signifikan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebesar 5%. Pengujian yang dilakukan adalah dengan
menggunakan pengujian dua arah dengan membandingkan nilai p. Data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai p yang didapat lebih besar dari 0,05.134

Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah penyebaran titik data populasi pada bidang regresi


tidak konstan. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Untuk menguji masalah heteroskedastisitas dilakukan uji Glejser atas nilai
absolut dari residual terhadap variabel independen.135

Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-


variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam
tulisan ini adalah Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat
homogen atau tidak. Perhitungan homogenitas harga varian harus dilakukan pada
awal-awal kegiatan analisis data. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah
asumsi homogenitas pada masing-masing kategori data sudah terpenuhi atau belum.
Apabila asumsi homogenitasnya terbukti maka peneliti dapat melakukan tahap
analisis data lanjutan.136

Uji Multikolinearitas

134
Imam Ghozali. Apikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 21 Update PLS
Regresi. (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013), 165.
135
Ibid, 150
136
Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang:UMM Press),
2006, 99.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresinya
korelasi antar variabel independen.Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah
multikolinearitas (multikol). Dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas dilihat dari nilai VIF (variance inflation factor) atau tolerance
value.Tolerance value diatas angka 0,1 sedangkan batas VIF adalah 1.137

h. Analisis Jalur (Path Analysis)

Model yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel adalah


analisis jalur (path analysis). Analisis jalur berguna untuk melukiskan dan menguji
model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat. Sugiyono lebih lanjut
menjelaskan analisis jalur dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi
sehingga dapat diketahui pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur
langsung atau melalui variabel intervening.138

1. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis disusun untuk menemukan apakah terdapat


pengaruh antara Etika Konsumsi, karakteristik demografi, Religiusitas, pendapatan
dan Kebijakan Pemerintah terhadap Kesejahteraan pada masyarakat Priangan
Timur provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu pengujian hipotesa dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk menguji arah
hubungan beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.

Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen


dengan Kesejahteraan maka dilakukan pengujian-pengujian hipotesis penelitian
terhadap variabel-variabel dengan pengujian di bawah ini:

a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted (R)2)

137
Ibid, 105.
138
Ibid, 70.
Menurut Ghozali koefisien determinasi (R)2 mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol sampai satu, semakin kecil ( R)2 berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas.139 Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka (R)2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh signifikan atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted ( R)2 pada saat mengevaluasi mana
model regresi terbaik.

b. Uji Simultan (Uji F)

Ghozali menyatakan bahwa uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah


semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen.140 Pengujian dilakukan dengan menggunakan
tingkat signifikansi 0,05 (σ =5%). Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis
adalah sebagai berikut:

 Jika nilai siginifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien
regresi tidak signifikansi). Hal ini berarti bahwa secara simultan ketuju
variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
 Jika nilai signifikan kecil dari 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien
regresi signifikan). Hal ini berarti secara simultan ketujuh variabel

139
Ibid, 97.
140
Ibid, 98.
independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
c. Uji Signifikan Parsial (Uji T)

Ghozali menyatakan bahwa Uji T digunakan untuk mengetahui tingkat


signifikansi atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individu
atau parsial, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
(σ =5 % ¿ .141 Penolakan dan penerimaan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:

1. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05 maka hipotesis diterima
yang berarti secara parsial variabel etika konsumsi, karakteristik demografi,
religiusitas dan kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat.
2. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak yang berarti
secara parsial variabel etika konsumsi karakteristik demografi, religiusitas dan
kebijakan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

141
Ibid
Daftar Pustaka

Adiwarman A Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2004.

Aminullah Muhammad E dan B. Soesilo. Analisis Sistem Dinamis, Lingkungan


hidup Sosial. Jakarta: UMJ, 2001.

Arief,Ujianto Sjamsul, dan Mashudi Djohan. Sustainability economic and economic


growth: moderating effect of disparity region and income on society welfare
(Ekonomi berkelanjutn dan pertumbuhan ekonomi: Pengaruh pemodelan daerah
disparitas dan pendapatan terhadap kesejahteraan masyarakat). International
Journal research granthaalayah,volume 6, issue 5, 2018.

Arikunto Suharsini. Prosedur Penelitan, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta, 2010.
Astriana Widyastuti. Analisis Hubungan Antara Produktivitas ekerja dan
Tingkat Pendidikan Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Jawa Tengah
Tahun 2009. Dalam Economics Development Analysis Journal, 2012.

Aziz Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islam untuk Dunia
Usaha. Bandung: Al-Beta, 2013.

Az-Zuhaili Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Terj. Abdul Hayyie al-Kattani dkk,
Jilid. 8. Jakarta:Gema Insani, 2011.

Badan Pusat Statistik. Petunjuk Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM. Jakarta:


BPS, 2005.

Bahreisy Salim dan Said. Terjemah Tafsir Singkat Ibnu Katsir. jilid IV. Surabaya:
Bina lmu, 1988.

Bahri S Andi, Etika Konsumsi Dalam Perspektif Ekonomi Islam. dalam Jurnal
STAIN Pare-pare Vol. 11, No. 2, Desember 2014.

Baskoro Yudhoyono Edhie, Siregar Hermanto, Achsani Noer Azam dan Tony. The
Impact of Tourism on the Economy and Community Welfare in Labuan Bajo Area,
Indonesia (Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian dan Kesejahteraan
Masyarakat di Kawasan Labuan Bajo, Indonesia). International Journal of
Sustainable Development and Planning, volume 16, No 2, 2021.
BN. Marbun, Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.

Cendra dan Muhammad Fauzi serta Arzam. The Effect of income with household
consumtion on the welfare of dodol potato business assessed from Islamic economic
concept (pengaruh pendapatan dan konsumsi rumah tangga terhadap kesejahteraan
bisnis dodol kentang ditinjau dari konsep ekonomi islam). dalam journal trunojoyo,
Vol.7, No 2, 2020.

Chapra Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta : Gema Insani Press, 2000.

Chaudhary Syarif. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada media Grup,
2012.

Cholid Narbuko & Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara,
1999.

Dampriyanto. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


Sidoario: Masmedia Buana Pustaka, 2009.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar Surabaya,


2004.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,


Edisi ke Empat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta:Balai Pustaka, 1998.
D.F. Ancok & Nashori, S. Psikologi islami: Solusi islam atas problem-problem
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Fahrudin Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika.Aditama, 2012.

Ferensky Regina Sandjaja, Ferinda Nafisa, Ita Nurmanti Manurung. The Impacts of
Fiscal Decentralization on Public Welfare in Selected Provinces in Java Island
(Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi
Terpilih di Pulau Jawa).Journal Bina Praja, Volume 12, number 1, 2020.

Ghufron, M.N & Risnawita, S, &. Teori-teori Psikologi.. Yogyakarta: Arruzz


Media, 2011.

Hadi Sasana, Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di


Kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No.
1, Juni 2009.

Hamidi M. Lutfi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah. Jakarta: Senayan Abadi Publising,


2003.

Hastarini Dwi Atmanti. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan,


Jurnal Dinamika Pembangunan Vol.2 No.1, 2005.

Hikmat Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama


Press, 2010.
Hs. Sunarso dan Joh. Mardimin, Konsep Ketidakadilan dan Kemiskinan dalam
Dimensi Kritis Proses Pembangunan di Indonesia.Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Imammudin Yuliadi, Ekonomi Islam; Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Lembaga


Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)), 2001.

Irianto I Ketut , Wisnumurti Anak Agung , Ni Nyoman Aryaningsih, dan David


Reeve. The Impact of Government Policies on Social Welfare and Sustainability of
Tourism Industry (Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Kesejahteraan Sosial
dan Keberlanjutan Industri Pariwisata). Journal of Social Sciences and Humanities,
Vol 10, N0. 2, 2020.

Karim Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami, Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers,
2007.

Kotler, Philip., dan Armstrong Gary, Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan


Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.

Mangkoesoebroto Guritno. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1999.

Mantra Ida Bagoes. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Marbun BN. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.


Marthon Said Sa’ad. Ekonomi Islam di tengah krisis ekonomi global. Jakarta : Zikrul
Hakim, 2007.

Martina Dwi Puji Astri, dkk. Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.10 No.1, 2008.

Michael P Todaro. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, buku I, Edisi


Kedelapan. Jakarta: Erlangga,2000.
Muflih Muhammad, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada 2010.

Mulyadi Nitisusastro. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan.


Bandung, Alfabeta, 2013.

Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Pendekatan Kuantitatif. Jakarta:


Rajawali Pers, 2008.

Muslim Ahmad. Peranan Konsumsi dalam Perekonomian Indonesia dan Kaitannya


dengan Ekonomi Islam. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol.1,
No. 2, September 2011.

Nasution Mustafa Edwin dan Wahyudi Imam. Government fiscal policy impact
analysis in infrastructure sector and education sector to improve public welfare
(Analisis dampak kebijakan fiskal di sektor infrastruktur dan sektor pendidikan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat). Economic Journal of Emerging
Markets, volume 9 issue 1, 2017.
Niti susastro Mulyadi. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan.
Bandung: Alfabeta, 2013.

Nurul Aini Yulinda, Yanti Astrelina Purba, dan Ruth Meilianna, Trade globalization
and its impact on welfare in Indonesia (Perdagangan globalisasi dan dampaknya
pada kesejahteraan di Indonesia. journal of Indonesia social sciences humanities, vol.
8, issue 1, 2018.

Philip ,Kotler, dan Gary Armstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan


Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.

Prasetyo Bambang & Lina Muftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif, Teori
dan Apikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Reksoprayitno. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Jakarta: Bina Grafika,


2004.

Rohman Abdur. Ekonomi Al-Ghazali. Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2010.

Rudy badrudin. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Belanja


Modal,Pertumbuhan Ekonomi,dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah. Disertasi. Surabaya: Pascasarjana Airlangga Program Studi
Ilmu Ekonomi. 2012.

Sadono Sukirno. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Sarwono. Analisis Perilaku Konsumen Perspektif Ekonomsi Islam. dalam Jurnal
Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian, Vol. 8, No.1, 2009.

Soekartawi. Faktor-faktor Produksi. Jakarta: Salemba Empat, 2002.

Soenarko. Public Policy: Pengertian Pokok untuk memahami dan analisa


kebijaksanaan pemerintah, Cet. Kedua,.Jakarta: Airlangga Unversity Press, 2000.

Soetomo. Kesejahteraan dan Upaya Mewujudkannyadalam Perspektif Masyarakat


Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Cet. 21. Bandung:


Alfabeta,2014

Sukirno Sadono. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Kencana, 2006

Sukma Adi Galuh Amawidyati & Muhana Sofiati Utami, Religiusitas dan
Psychological Well-Being Pada Korban Gempa, Jurnal Psikologi, Volume 34, No. 2,
2007.

Sulistiawati Rini. Pengaruh Upah minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja


dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. dalam Jurnal Eksos, Vol.
8, No. 3,2012.
Sumardi Mulyanto, dan Hans Dieter Evers. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok Cet.
II. Jakarta: Rajawali Press, 1982.

Sumarwan Ujang. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Sumodiningrat Gunawan, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa Menanggulangi


Kemiskinan Dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2009.

Susy Y. R Sanie Herman. Religiusitas Perilaku Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi


Islam. Disertasi, Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2012.

Suwikno Dwi. Kompilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam,, Edisi Pertama.


Yogyakarta: Pustaka Belaja, 2010.

Syafiie Inu Kencana. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika


Aditama, 2005.

Syakur Ahmad. Dasar-Dasar Pemikiran Ekonomi Islam. Kediri : STAIN Kediri


Press, 2011.

Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


1998.
Thohir Ajid, M.Ag, Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi Pascasarjana UIN
Sunan Gunung Djati, Bandung: Pascasarjana, 2020.

Tukino. kajian kesejahteraan rakyat Dan kesejahteraan negara di Indonesia.


dalam Jurnal Humaniora Vol.3 No.1 April 2012.

Wigati Sri. Perilaku. Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Maliyah
Vol. 01, No. 01, Juni 2011

WJ.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,


1999.

Zeenat Ismail & Soha Desmukh, Religiosity and Psychological Well-Being, dalam
Jurnal International Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No.11, 2012.
.

Anda mungkin juga menyukai