Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian perilaku
Perilaku Merupakan semua gerak gerik seseorang yang merupakan bentuk respon atas
stimulan tertentu. Perilaku juga dapat dikatakan sebagai bentuk hasil belajar. Perilaku dapat
diukur dengan dilihat dari 3 sisi dimensinya, yaitu durasi, frekuensi, dan intensitas. Durasi
berkaitan dengan panjang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah perilaku.
Frekuensi merujuk pada jumlah perilaku yang muncul dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan intensitas berhubungan dengan upaya fisik atau energi yang digunakan untuk
melakukan perilaku. (5 BAB II)
Perilaku dibagi menjadi 2 yaitu Perilaku agresif adalah perilaku yang self-centered (hanya
mengutamakan hak, kepentingan, pendapat, kebutuhan, dan perasaan sendiri), mengabaikan
hak orang lain. Perilaku asertif adalah perilaku yang merupakan ekspresi/pernyataan dari
minat, kebutuhan, pendapat, pikiran, dan perasaan, yang dilakukan secara bijaksana, adil, dan
efektivitas, sehingga hak-hak kita bisa dipertahankan dengan tetap memperhatikan
penghargaan atas kesetaraan dan hak orang lain. (744-2505-1).
Pada umumnya Perilaku agresif muncul karena kegagalan individu mendapatkan sesuatu
yang diinginkannya atau keinginannya yang terhalang sehingga timbul luapan emosi yang
diekspresikan dalam bentuk verbal dan non verbal. ( 6222)
Pengertian perilaku menyimpang menurut pendapat Sarlito (2002:206) ”Semua tingkah laku
yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama,
etika, peraturan sekolah dan keluarga dan lain-lain)”. (46-137-1) Dalam kondisi tertentu,
perilaku menyimpang akan berlangsung lebih lama dan akan menjadi perilaku mengganggu
misalnya menyerang, merusak dan beberapa bentuk agresivitas lainnya (Novitasarie, 2010).
(2406)
B. Pengertian Perilaku Mengganggu
Perilaku mengganggu (Disruptive Behavior) merupakan salah satu permasalahan yang
muncul dalam lingkungan pendidikan, apa bila perilaku tersebut tidak tertangani dengan baik
tentunya akan menjadi sebuah hambatan dan permasalahan yang besar dalam proses belajar
mengajar. Menurut Kamps, Tankersley, Ellis (dalam Bidell) perilaku mengganggu
didefinisikan sebagai perilaku yang tampak terjadi di dalam kelas dan mengganggu guru atau
peserta didik lain sehingga kegiatan belajar mengajar sangat terganggu. perilaku anak yang
cenderung mengganggu dan berpotensi mengganggu orang lain sebagai wujud dari
permasalahan mereka. (Bab 1,2 dan PERPUS). Bentuk perilaku negatif ini sering sekali
ditemukan pada waktu pembelajaran berlangsung maupun pada waktu istirahat. Perilaku
yang dilakukan siswa ini sangat mengganggu kegiatan proses belajar. (Setyo 1).
Disruptive behavior (perilaku mengganggu) meliputi berbicara di luar gilirannya, menggoda,
bersikap tidak sopan pada orang lain, dan meninggalkan tempat duduk tanpa ijin dari guru
yang mengajar. (5809) . Seorang siswa harus mampu menunjukkan perilaku belajar yang
baik, terutama siswa tersebut harus mampu menunjukkan perilaku yang baik di lingkungan
belajar dalam melakukan kegiatan proses belajar. (6474)
Perilaku bermasalah dikelompokkan menjadi 2 yaitu: ( 5 BAB II)
1. Defisit (weak)
Perilaku defisit merupakan perilaku yang terlalu sedikit. Definisi sedikit ini biasanya
merujuk kepada keadaan dimana seseorang tidak menunjukkan suatu perilaku
berdasarkan dengan rangsangan atau stimulan yang diberikan.
2. Perilaku Berlebihan (excessive)
Perilaku berlebihan merupakan kebalikan dari perilaku defisit. Perilaku berlebihan
merupakan perilaku yang muncul tidak pada waktu dan tempat yang tepat

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Mengganggu


Faktor Penyebab Perilaku Negatif Siswa (setyo-1, +6)
Faktor Keluarga
1. Kurangnya perhatian orang tua, sering kali orang tua yang sibuk bekerja sehingga
siswa tidak dapat perhatian dan pengawasan yang lebih.
2. Perceraian orang tua, masalah yang ada dalam keluarga bisa jadi penyebab siswa
mempunyai perilaku negatif.
3. Ekonomi, faktor dari ekonomi yang kurang bisa mempengaruhi siswa mempunyai
perilaku negatif.
Faktor Individu
1. Tingkat kecerdasan yang berbeda, sering sekali siswa tidak bisa menyesuaikan atau
tertinggal dalam pelajaran sehingga siswa mencari perhatian dari guru.
2. Siswa tidak bisa mengendalikan emosinya.
Penyebab munculnya perilaku prokrastinasi akademik siswa yang terbagi menjadi dua yaitu
penyebab dari dalam diri dan dari luar diri. (1522-3846)
1. Penyebab dari dalam diri
a. Tidak Konsentrasi
b. Susah Membagi Waktu
c. Rasa Malas
d. Kelelahan
e. Lupa
f. Kurang Paham Materi
2. Penyebab dari Luar Diri
a. Perceraian Orang Tua
b. Labelling “Suka Tunda Tugas”
Kemampuan masing-masing peserta didik dalam menyerap dan mengaplikasikan mata
pelajaran berbeda-beda. Metode pembelajarannya juga kurang bervariasi yang diterapkan
oleh guru, serta belum terciptanya lingkungan atau suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan. Keadaan belajar yang sedemikian rupa, membuat para peserta didik merasa
kurang nyaman dalam belajar dan memungkinkan hasil belajar yang diharapkan belum dapat
tercapai maksimal (Sardiman, 2005). (3816-7218)

D. TekniK
Pengertian dari operant conditioning yakni mengubah sesuatu aspek tingkah laku yang tidak
dikehendaki menjadi sesuatu tingkah laku yang diinginkan, melalui rangsang-rangsang yang
diatur secara tertentu. Penguatan rangsang yang terencana penting dalam operant
conditioning agar tingkah laku yang baru dapat terus diperlihatkan. ( 7842)
Teknik Operant Conditioning merupakan suatu teknik dalam terapi Behavioral yang
menghubungkan antara perilaku dengan konsekuensi. Apabila perilaku baiknya meningkat
maka konsekuensi yang didapat akan baik, sedangkan apabila perilaku buruknya tidak
menurun maka konsekuensi yang didapat juga tidak baik. Menurut Skiner, perilaku terbentuk
oleh konsekuensi yang ditimbulkannya. Konsekuensi yang menyenangkan akan membuat
perilaku yang sama akan diulangi lagi, sebaliknya konsekuensi yang tidak menyenangkan
akan membuat perilaku dihindari. (1314-4134)
Konsekuensi-konsekuensi itulah yang dikendalikan untuk menimbulkan perilaku yang
diinginkan, dan penguatan hanya diberikan pada perilakgu yang diinginkan (Irwanto, 2002).
Berdasarkan teori Operant conditioning yang beranggapan bahwa organisme mampu
melakukan tindakan-tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkungannya. Tindakan atau
operasi organisme dalam lingkungan akan menimbulkan berbagai akibat (konsekuensi-
konsekuensi) baik yang positif maupun negatif. (14119-3342)
Dinamakan Operant Conditioning karena respons bereaksi terhadap lingkungan sebagai efek
yang ditimbulkan oleh reinforce. Menurut Skinner, sebagian besar prilaku manusia adalah
berupa respons atau jenis prilaku operant. Kelebihan dan Kekurangan Operant Conditioning
(PERPUS PUSAT BAB 1)
a. Kelebihan
Setelah mengetahui penjelasan teori operation conditioning Skinner, penulis mengemukakan
beberapa kelebihan dari teori tersebut adalah sebagai berikut; kelebihan teori operation
conditioning adalah guru diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya (menghilangkan
sistem hukuman). Hal ini didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik untuk
meminimalkan terjadinya kesalahan. Penguatan sendiri memotivasi untuk berperilaku benar
sesuai keinginan.
b. Kekurangan
Setelah mengetahui penjelasan teori operant conditioning Skinner, beberapa kekurangan dari
teori tersebut sebagai berikut; dalam proses berlangsungnya pembelajaran dapat diamati
secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari
luar, kecuali sebagai gejalanya. Pembelajaran bersifat otomatis, sedangkan setiap individu
memiliki selfdirection(kemampuan mengarahkan diri) dan selfcontrol (pengendalian diri)
yang bersifat kognitif, sehingga ia bisa menolak jika tidak menghendaki.

Anda mungkin juga menyukai