Anda di halaman 1dari 5

Topik : Perkembangan Pendekatan Regional

Nama : Nurul Husna Ayu Ramadhani

Nim : 220405033

Unit : 01

Mata Kuliah : Geografi Regional Indonesia

Kata pengantar

Geografi Regional adalah suatu bagian atau keseluruhan bagian yang didasarkan

atas aspek keseluruhan suatu wilayah. Dapat pula dikatakan bahwa Geografi Regional

sebagai suatu studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang pada suatu wilayah

teretentu, baik local, negara, maupun continental. Pada Geografi Regional, seluruh aspek

dan gejala geografi ditinjau dan dideskripsikan secara bertautan dalam hubungan integrasi,

interelasi keruangannya. Melalui interpretasi dan analisa geografis regional ini, karakteristik

suatu wilayah yang khas dapat ditonjolkan, sehingga perbedaan antar wilayah menjadi

kelihatan jelas

Geografi dianggap sebagai ilmu yang hanya menghafalkan nama-nama secara

deskriptif, kualitatif, staiis dan bukan ilmu yang bersifat analitis dinamis. Adalah sangat

ironis bahwa Indonesia yang mempunyai wilayah begitu luas, keragaman wilayah yang

begitu bervariasi, sumber daya alam yang begitu kaya hanya mernpunyai scdikit institusi

pendidikan Geografi yang mampu menciptakan ahli-ahli pengernbangan wilayah. Ahli-ahli

mana diharapkan marnpu berkiprah secara nyata dalam merumuskan tata ruang dan tata

wilayah yang mampu mengantarkan pembangunan negara ini ke pembangunan regional

yang sustainab

Pembahasan

1. Letak Astronomis

Letak astronomis adalah letak atau posisi yang berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis
khayal yang melingkari permukaan bumi secara horizontal, sedangkan garis bujur adalah garis yang tegak lurus
dterhadap garis khatulistiwa (meridian utama/universal atau titik 00 bujur ditetapkan di Greenwich, negara Inggris)
sebelah timur dari titik 00 adalah bujur timur (BT) sedangkan sebelah barat dari titik 00 adalah bujur barat (BB).
Letak astronomis pulau jawa yaitu terletak pada 113048’10”-113048’26” BT dan 7050’10”-7056’41” LS.
     2. Letak Geografis

kenyataannya dipermukaan bumi. Secara geografis pulau Jawa dikelilingi oleh perairan laut Jawa, selat sunda,
samudra hindia dan selat bali. Daratan Pulau Jawa terbujur dari barat ke timur dan diperkirakan memiliki luas
wilayah daratan kurang lebih sekitar 126.700 kilometer persegi. Pulau Jawa, merupakan pulau yang terpadat
penduduknya per kilometer persegi di Indonesia. Pulau melintang dari Barat ke Timur, berada di belahan bumi
selatan.

      3. Letak Geologis

Letak geologis adalah letak suatu wilayah dilihat dari jenis batuan yang ada dipermukaan bumi. Dilihat dari kondisi
geologi, pulau Jawa merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi
lanjutan yang berasal dari pulau Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki
barisan gunung berapi aktif yang membentang dari barat ke timur. Salah satu pegunungan teraktif dengan
ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Bromo di Jawa
Timur yang terkenal sangat aktif .

Kondisi Perekonomian Wilayah Pulau Jawa

Dilihat Dari Segi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pembangunan sosial dan perekonomian yang terjadi di Pulau Jawa tidak dapat dipisahkan dari sejarahnya.
Kartasasmita (1996) mengatakan sejak zaman kolonial memang Pulau Jawa-lah yang terlebih dahulu dibangun,
oleh karena kehidupan budayanya memang telah cukup berkembang untuk mendukung kegiatan ekonomi yang
lebih maju. Misalnya, lebih dari 1000 tahun yang lalu di Pulau Jawa telah dibangun karya teknologi dan seni yang
hebat untuk ukuran dunia, yakni Candi Borobudur. Aspek itu ditambah dengan kenyataan bahwa Pulau Jawa
tanahnya sangat subur sehingga cocok untuk kegiatan pertanian dan perkebunan, yang sebelum revolusi industri
menjadi kegiatan yang paling utama. Infrastruktur lebih dahulu dikembangkan untuk Pulau Jawa dalam menunjang
berbagai kegiatan ekonomi.

Perekonomian Pulau Jawa mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi perekonomian nasional. Kegiatan
ekonomi di Indonesia dapat dikatakan terkonsentrasi di wilayah ini. Hal ini ditunjukkan oleh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) provinsi yang ada di Pulau Jawa memberikan kontribusi lebih dari 50% pada Produk
Domestik Bruto Negara Republik Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Produk Domestik Bruto Menurut Harga Konstan 

Wilayah Jawa dan Luar Jawa Tahun 2007/2008

No Provinsi/Wilayah 2007 2008

1. DKI Jakarta 332,971,253.84 353,539,057.43

2. Jawa Barat 274,180,307.83 290,171,128.80

3. Jawa Tengah 159,110,253.77 167,790,369.85

4. D.I Yogyakarta 18,291,511.71 19,208,937.56

5. Jawa Timur 287,814,183.92 304,798,966.41

6. Banten 65,046,775.77 68,830,644.80

Total PDRB Wilayah Jawa 1,137,414,286.83 1,204,339,104.86

Wilayah Diluar Pulau Jawa


1. Wilayah Sumatra 408,321,074.15 428,403,023.28

2. Wilayah Kalimantan 166,365,987.16 175,114,840.29

3. Wilayah Sulawesi 84,599,364.77 91,128,054.18

4. Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, Dan Papua 58,540,888.40 59,948,370.59

Total PDRB Diluar Pulau Jawa 717,827,314.48 754,594,288.35

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Dilihat Dari Segi Jumlah Angkatan Kerja

Dari sisi sumber daya manusia/tenaga kerja dapat dikatakan jika tenaga kerja juga terpusat di Pulau Jawa. Hal ini
ditunjukkan oleh tabel jumlah angkatan kerja di pulau jawa. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah angkatan
kerja terbanyak terdapat di Pulau Jawa.  Jumlah penduduk Pulau Jawa yang berdasarkan hasil sensus penduduk
tahun 2000 adalah 121,352,608 jiwa atau sekitar 58,83% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah
sebanyak 206,264,595 jiwa, dapat dilihat sebagai pasar bagi industri Indonesia. Sehingga kemudian banyak
industri-industri yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Beberapa hal inilah yang mungkin menyebabkan Pulau Jawa
memiliki peran yang penting bagi perekonomian secara nasional.

Jumlah Angkatan Kerja di Wilayah Jawa  dan Luar Jawa Tahun 2005 

No Provinsi/Wilayah Bekerja Menganggur Angkatan Kerja

1. DKI Jakarta 3,565,331 615,917 4,181,248

2. Jawa Barat 7,231,825 1,472,230 8,704,055

3. Jawa Tengah 5,968,982 730,784 6,699,766

4. D.I. Yogyakarta 939,404 71,411 1,010,815

5. Jawa Timur 6,771,017 825,265 7,596,282

6. Banten 1,747,561 312,624 2,060,185

Total (Jawa) 26,224,120 4,028,231 30,252,351

Wilayah Diluar Jawa

1. Wilayah Sumatera 5,935,849 1,034,575 6,970,424

2. Wilayah Kalimantan 1,693,611 222,141 1,915,752

3. Wilayah Sulawesi 1,672,684 313,243 1,985,927

4. Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, Papua 2,184,864 290,104 2,474,968

Total Luar Jawa 11,487,008 1,860,063 13,347,071

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Kondisi Fisiografi Dan Geologi Regional Jawa Barat

Kondisi Fisiografi Jawa Barat


Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona, yaitu:

A.     Zona Jakarta (Pantai Utara)

Daerah ini terletak ditepi laut Jawa dengan lebar

 40 km terbentang mulai dari Serang sampai ke Cirebon. Daerah ini sebagian besar tertutupi oleh endapan alluvial
yang terangkut oleh sungai-sungai yang bermuara di laut Jawa seperti Ci Tarum, Ci Manuk, Ci Asem, Ci Punagara, Ci
Keruh, Ci Sanggarung. Selain itu, endapan lahar dari Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Gede, dan Gunung
Pangranggo menutupi sebagian zona ini dalam bentuk vulkanik alluvial fan (endapan kipas alluvial) khususnya yang
berbatasan dengan zona Bandung.

B. Zona Bogor

Zona ini membentang mulai dari rangkasibitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan dan
Majalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam
membentuk suatu Antiklonorium, dibeberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman
Plistosen-plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan pengangkatan pegunungan selatan.

Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daerah yang berbukit rendah disebagian tempat secara sporedis terdapat
bukit-bukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan instusi seperti Gunung Parang
dan Gunung Sanggabuwana, di Plered Purwakarta, Gunung Kromog dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Batas
antara zona Bogor dengan zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078 m) di Kuningan dan Gunung Tanpomas
(1.684 m) di Sumedang.

C.    Zona Bandung

Zona Bandung merupakan daerah gunung api. Zona ini merupakan suatu depresi jika disbanding dengan zona
bogor dan zona pegunungan selatan yang mengapitnya yang terlipat pada zaman tersier. Zona Bandung sebagian
besar terisi oleh endapan vulkanik muda produk dari gunung api disekitarnya, zona bandung memiliki karakteristik
banyak memiliki gunung api baik yang sudah tidak aktif maupun yang masih aktif.

D.   Zona Pegunungan Selatan

Zona pegunungan selatan terbentang mulai dari teluk pelabuhan ratu samapai pulau Nusakambangan. Zona ini
mempunyai lebar  50 km, tetapi dibagian timur menjadi sempit dengan lebar hanya beberapa km. sebagian besar
dari pegunungan selatan mempunyai dataran erosi yang letaknya lebih rendah, disebut dataran lengkong yang
terletak dibagian Baratnya dan sepanjang hulu sungai Ci Kaso.

    Kondisi Geologi Regional Pulau Jawa

Rekonstruksi geologi Pulau Jawa dapat dilakukan mulai Kala Miosen. Sebelum Miosen sejarah dan paleogeografi
hanya didapat beberapa singkapan batuan di Jawa Barat dan Jawa Tengah sangat sedikit, yaitu pada zaman Eosen
dan akhir kala Kapur. Pada zaman itu situasi Pulau Jawa mungkin mirip dengan situasi Kepulauan Banda dan
Maluku Tenggara. Di Kepulauan Maluku terdapat 2 sistem busur, yaitu, busur dalam atau busur vulkanis, dan busur
luar atau busur non vulkanis.

Pada Kala Kapur hingga Oligosen Tengah diperkirakan busur volkanis terbentuk di Laut Jawa dan satu busur non
volkanis terbentuk di daratan Pulau Jawa. Paleogeografi dari busur non volkanis diperkirakan berumur Eosen.
Batuan pada busur non volkanis tersusun oleh fragmen kerak bumi (quasi-continental crust) yang tertimbun pada
jalur subdaksi, dan mengandung banyak kwarsa. Mineral ini sangat dominan dalam batuan berumur Eosen, berasal
dari gunung api asam, baik yang terdapat di daratan maupun lingkungan marin. Antara busur volkanis dan busur
non volkanis terdapat cekungan busur luar yang relatif dalam, terletak di sekitar pantai utara Pulau Jawa. 
Pada akhir Oligosen dan awal Miosen terjadi perubahan yang tegas, yaitu jalur subdaksi bergeser ke selatan. Busur
volkanis diperkirakan di pantai selatan Pulau Jawa sekarang. Gunung api tersebut muncul dari dasar laut
membentuk deretan pulau gunung api. Aktivitas volkanik ini merupakan tahap pertama dalam pembentukan Pulau
Jawa. Pada garis besar paleogeografi Pulau Jawa ini, yaitu satu busur bergunung api dengan laut dangkal yang luas
(back arc shelf) sampai Kalimantan, kondisi ini ada sampai Pliosen Tengah. Selama periode ini, busur dalam
menggeser ke utara hingga Pantai Utara Jawa. Di samping itu, laut dangkal mengalami pengangkatan membentuk
daratan, sehingga sedimen marin muncul ke atas permukaan laut. Dinamika proses tektonis, baik pengangkatan
maupun penenggelaman serta aktivitas volkanis merupakan proses geologi yang pernah terjadi di Pulau Jawa,
sehingga memberikan keunikan sejarah geologi. Pada batas Kala Pliosen dan Kuarter bentuk Pulau Jawa pada garis
besar sudah muncul.

Pada akhir Pliosen diperkirakan Pulau Jawa sering tenggelam, yang muncul di permukaan hanya perbukitan di
bagian selatan Jawa. Paleogeografi waktu itu mungkin mirip dengan keadaan di Sumatera sekarang dengan suatu
dataran aluvial pantai yang sangat luas. Bagian berbukit mulai terangkat pada awal Kuarter di Jawa Tengah. Pada
Kala Kuarter Pulau Jawa terbentuk oleh subdaksi, membentuk jalur volkanik regional. Pada Plestosen Tengah,
kegiatan volkanik mencapai puncaknya, mengakibatkan pembentukan jalur bergunungapi di bagian tengah Jawa

Pulau Jawa merupakan pulau yang terbentuk diatas zona subduksi

Pada zaman Kuarter terjadi perubahan iklim di bumi secara tegas. Sebelumnya pada zaman Tersier iklim di wilayah
Indonesia merupakan iklim tropis lembab dengan suhu rata-rata per tahun lebih tinggi dari pada sekarang.
Berdasarkan data geologis, pernah terjadi jaman es, yaitu sebagian besar air laut menjadi es, sehingga permukaan
air laut menurun, daratan bertambah luas. Akibat peristiwa tersebut adalah terbentuknya teras marin,
pembentukan sedimen pada lingkungan marin di darat dan pembentukan sedimen darat pada lingkungan marin.
Sedimen dan teras tersebut sekarang dapat ditemukan pada beberapa lokasi di Jawa. Secara rinci peristiwa ini
dapat dipelajari pada Paleoklimat. Pada jaman es terjadi penurunan air laut antara 50 meter sampai 100 meter,
sehingga Laut Jawa menjadi daratan yang sangat luas. Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Jawa menjadi satu
daratan.

Kesimpulan:

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa :

a.       Letak astronomis pulau jawa yaitu terletak pada 113048’10”-113048’26” BT dan 7050’10”-7056’41” LS.

b.      Secara geografis pulau Jawa dikelilingi oleh perairan laut Jawa, selat sunda, samudra hindia dan selat bali.

c.       Pulau jawa merupakan pulau berpenduduk terpadat didunia.

d.      Pulau Jawa adalah pulau yang sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik.

Anda mungkin juga menyukai