Anda di halaman 1dari 5

NAMA :Sandra Pamelia

NBI : 1152100082

KELAS : R Sore

SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

1.Uraikan sejarah hidup Jurgen Habermas!

Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis dan sosiolog dari jerman. Ia
adalah generasi kedua dari Mazhap Frankfurt dan penerus dari teori kritis yang ditawarkan
oleh pada pendahulunya. filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik
terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat
serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi,
tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni.

Aliran pemikiran kritis ini mulai berkembang sekitar tahun dua puluhan. Salah satu aliran
dalam pemikiran kritis adalah Teori Kritis Masyarakat. Kritis ini dikembangkan sejak tahun
30-an oleh tokoh-tokoh yang semula bekerja di Jugern Habermas adalah pewaris dan
pembaharu Teori Kritis. membuat subur gaya pemikiran “Frankfurt” itu bagi filsafat dan
ilmu-ilmu sosial pada umumnya.

Dalam pemikiran Habermas, Teori Kritiss dirumuskan sebagai sebuah “filsafat kepada ilmu-
ilmu empiris-analitis; filsafat di sini berarti refleksi kritis bukan dalam arti praktis, dalam arti
terarah pada tindakan politis emansipatoris. Menurut Habermas setiap penelitian ilmiah
diarahkan oleh kapentingankepentingan vital umat manusia (baik dalam ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial).

karena itu postulat tentang kebebasan nilai merupakan ilusi tidak hanya bagi ilmu-ilmu sosial,
melainkan juga bagi ilmu-ilmu alam.

Di dalam pengertian mengenai kepentingan dan mengarahkan pengetahuan Habermas


mengemukakan bahwa, hanya rasio yang sepenuhnya sadar akan kepentingan dalam
kemajuan refleksi ke arah otonomi dan tanggungjawab, yang tak henti-hentinya berpikir
dalam setiap diskusi rasional, akan mampu meraih kekuatan transenden dari kesadaran akan
keterlibatan-keterlibatan matrialistisnya sendiri.

Metodologi dan epistemologi di balik pendekatan ini dirinci dalam The Logic of the Social
Sciences (1967) dan Knowledge and Interest (1968) pada akhir 1960- an. Tujuan utama dari
kedua buku tersebut adalah tesis neo-positivis tentang kesatuan metode ilmiah, khususnya
klaim bahwa logika penelitian dalam humaniora pada dasarnya sama dengan dalam ilmu
alam. Karya sebelumnya dimulai dari pemeriksaan sifat dan peran Verstehen dalam
penyelidikan sosial dan berpendapat bahwa akses ke domain objek yang diprastrukturkan
secara simbolis memerlukan prosedur interpretatif yang dirancang untuk memahami makna
di mana interaksi sosial berubah.
Makna intersubjektif yang membentuk dunia kehidupan sosiokultural tidak dapat sepenuhnya
diobjektifkan, seperti yang

diandaikan positivisme, atau hanya diapropriasi kembali, seperti yang diusulkan


hermeneutika.

Psikoanalisis menyarankan pendekatan alternatif, di mana prosedur penjelasan dan


interpretasi digabungkan dengan kritik ideologi dalam teori berorientasi historis dengan
tujuan praktis.

Dalam Erkenntnis und Interesse Habermas melakukan studi historis dan sistematis
“prasejarah positivisme modern” dalam upaya untuk membebaskan ide-ide akal dan
rasionalitas dari apa yang dia anggap sebagai “kesalahpahaman ilmiah. ” Menelusuri
perkembangan kritik pengetahuan dari Immanuel Kant melalui idealisme Jerman hingga Karl
Marx, dan transformasinya ke dalam metodologi sains pada positivisme awal, ia menguraikan
posisinya sendiri dalam pertemuan kritis dengan tiga upaya klasik namun cacat untuk
mengatasi positivisme dari dalam metodologi : Refleksi Charles Sanders Peirce tentang ilmu
alam, Wilhelm Dilthey tentang penyelidikan budaya, dan Sigmund Freud tentang refleksi
diri.

2. Jelaskan konsep Demokrasi Delibratif dan Ruang Publik (Public Sphere) menurut
Jurgen Habermas!

Habermas mendeskripsikan demokrasi deliberative sebagai model demokrasi yang


melahirkan aturan hukum yang legitimasinya bersumber dari kualitas prosedur deliberasi,
bukan saja paada Lembaga formal negara, tapi juga yang penting dalam masyarakat
keseluruhan. Artinya keputusan politik hanya bisa diterima dan mengikat semua anggota
masyarakat jika ia merupakan produk dari sebuah prses dialog yang berawal dari wilayah
periperi. Yang bergerak menuju parlemen melalui prosedur demokratik dan konstitusional.
Model demokrasi deliberatif ini merupakan titik awal proses demokrasi berada di luar
lembaga-lembaga formal sistem politik dan terletak di wilayah publik yang lebih bersifat
informal yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai organisasi dan
asosiasi yang membentuk masyarakat sipil. Model ini memandang bahwa setiap kebijakan
publik harus diuji terlebih dahulu melalui konsultasi publik atau lewat diskursus publik
dengan keberadaan “ruang publik” (publik sphere). Habermas ingin membuka ruang yang
lebih lebar bagi masyarakat dalam proses pembentukan kebijakan publik.

Konsep “ruang publik” yang dimaksud Habermas bukan sekedar ketersediaan forum untuk
mendiskusikan setiap kebijakan publik. Habermas memandang keberadaan ruang publik
dengan menyatakan bahwa ruang publik bukan hanya tempat melainkan sebuah kondisi yang
memungkinkan konstituen untuk selalu berperan sebagai pengeras suara (sounding board)
dalam menyuarakan kepentingan publik untuk pembuatan kebijakan publik. Ruang publik
yang dapat menunjukkan diskursus antara konstituen dan wakilnya yang berujung pada
kebijakan publik yang benar- benar berpihak pada kepentingan publik.

Bagi Habermas, pertimbangan seperti itu adalah cara untuk mewujudkan demokrasi yang
sesungguhnya. Hal ini untuk menjamin pelaksanaan hukum dalam negara hukum. Teorinya
merupakan upaya untuk merekonstruksi proses komunikasi dalam konteks negara hukum
yang demokratis.
Habermas melampaui aturan hukum klasik, yang menegaskan bahwa produk hukum harus
berasal dari kehendak umum (Rousseau). Agar hukum dapat bekerja secara optimal,
diperlukan legitimasi masyarakat. Dalam pandangannya, hukum dapat dianggap sah jika
warga negara yang bersangkutan dapat mengubah peran dari badan hukum dan menggunakan
perspektif peserta lain yang terlibat dalam proses untuk membawa pemahaman bersama
tentang aturan dalam kehidupan publik. Menurut Habermas, ada kode etik yang valid yang
kemungkinan akan disepakati oleh semua orang yang tunduk padanya sebagai peserta dalam
wacana rasional. Implikasinya, tugas Forum Demokrasi Permusyawaratan adalah membuat
semua orang menghargai pendapatnya dan menciptakan ruang untuk perbedaan pendapat.

Jadi Anda mendapatkan banyak perspektif. Individualitas sangat penting. Premisnya adalah
bahwa semua individu dalam masyarakat memiliki kemampuan untuk berkomunikasi.

Ruang publik memiliki peran terhadap partisipasi politik dan opini publik Masyarakat.
Sebagai ruang, opini public sebaiknya bersikap kritis terhadap kekuatan politik maupun
ekonomi dalam masyarakat. Ruang public merupakan tempat yang dapat digunakan segala
lapisan masyarakat untuk dapat ikut berpartisipasi, dengan adanya perundingan, dialog, dan
perencanaan yang tidak menunjukkan adanya lapisan masyarakat dalam seluruh kegiatan ini.
Partisipasi masyarakat menentukan dalam pembentukan ruang publik, karena disetiap proses
politik melahirkan sikap- sikap politik tertentu. Ruang publik berkaitan erat dengan
partisipasi masyarakat dalam demokratisasi (Himawan. 2013).

Perkembangan ruang publik menghadirkan proses social menuju keterampilan komunikasi


bersama. Habermas (1985) membagi ruang ada dua jenis publik; (1) ruang publik politik dan
(2) ruang publik sastra. Ruang publik politik tidak hanya menunjukkan keterbukaan ruang,
mudah dipahami dan menunjukkan bagaimana struktur sosial masyarakat berubah. Kelas-
kelas sosial yang dibentuk oleh sistem feodal secara bertahap menghilang dapat
dipertahankan kembali. Pada saat yang sama di ruang publik sastra, kesadaran literasi publik
mulai meningkat dengan munculnya publikasi dan wacana publik tentang seni, estetika dan
sastra tersebar di seluruh Eropa (Supriadi, 2017). Ruang publik memiliki tiga karakteristik:
responsif, demokrasi, dan bermakna (Siahan, 2017).

Ruang responsif dalam arti ruang public dapat digunakan untuk berbagai aktivitas dan
berbagai kepentingan;demokrasi, artinya, ruang publik dapat digunakan oleh anggota
masyarakat dari berbagai latar belakang latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya, serta
kemampuan beradaptasi dengan berbagai kondisi fisik manusia; bermakna berarti harus ada
hubungan antar ruang public orang, ruang, dan dunia yang lebih luas dengan konteks social.

Sejarah ruang publik tidak lepas dari kemunculan kedai kopi di awal era kapitalis Eropa pada
abad ke-13. kedai kopi Itu bisa menjadi ruang

publik baru saat itu. Menjadi panggung diskusi public masyarakat yang berkembang dari
masyarakat feodal menjadi masyarakat borjuis. Ciri utama interaksi kedai kopi adalah lebih
spontan, autentik, dan komunikasi. Hubungan antar individu di kedai kopi seringkali
asimetris dan non- hierarkis, status sosial kurang penting dan bahkan sangat cair. Dari orang
biasa hingga pejabat tinggi, dari pekerja hingga kapitalis, semua orang bisa berkomunikasi,
saling memberi ide, saling berdebat (Paulangi, 2018).

3. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat kondisi agar pembicaraan yang ideal dalam Demokrasi
Delibratif dapat terwujud
Pertama keikutsertaan di dalam sebuah diskursus hanya mungkin, jika orang mempergunakan bahasa
yang sama dan secara konsisten mematuhi aturan- aturan logis dan semantis dari bahasa tersebut.

Kedua, kesamaan dalam memperoleh kesempatan dalam diskursus hanya dapat terwujud, jika setiap
peserta memiliki maksud untuk mencapai konsensus yang tidak memihak dan memandang para
peserta lainnya sebagai pribadi-pribadi otonom yang tulus, bertanggungjawab sejajar dan tidak
menganggap mereka ini hanya sebagai sarana belaka.

Ketiga, harus ada aturan-aturan yang dipatuhi secara umum yang mengamankan proses diskursus dari
tekanan dan diskriminasi. Aturan-aturan tersebut harus memastikan bahwa orang mencapai konsensus
berkat “paksaan tidak memaksa dari argumen yang lebih baik”.

Melalui diskursus praktis dengan prosedur komunikasi yang rasional, Habermas yakin bahwa risiko
ketidaksepakatan yang menggiring masyarakat pada disintegrasi dapat dibendung.

4. Gambarlah prosedur dari Bendungan Opini Publik dalam demokrasi delibratif. Uraikan
prosedur tersebut!

Untuk mencapai konsensus rasional yang diterima umum, Habermas

mengajukan tiga prasyarat komunikasi sebagai berikut:

Model tersebut merupakan sebuah gambaran mengenai proses demokrasi

di dalam masyarakat kompleks saat ini. Menurut Hardiman (2009 : 148) proses penemuan keputusan
digambarkan sebagai arus komunikasi dari pinggiran menuju

pusat formasi aspirasi secara diskursif.

Pinggiran dalam hal ini diartikan sebagai ruang publik politis yang pada
umumnya bertanggungjawab untuk menemukan, menafsirkan dan mengartikulasikan

masalah-masalah sosial-politis sebagai masukan untuk pusat.

Masukan dari pinggiran, yakni opini dan aspirasi dari ruang publik yang

terungkap dalam komunikasi sehari-hari. Masukan-masukan ini kemudian diterjemahkan ke dalam


bahasa hukum melalui saringan untuk diteruskan ke dalam

pemerintah, badan-badan parlementer dan partai-partai politik.

Dari model ini dapat dilihat bahwa demokrasi deliberatif mengutamakan

peran dari para warganegara yang membangun opini mereka secara publik dan mengendalikan arah
pemerintahan secara tidak langsung melalui medium hukum. Sehingga, demokrasi deliberatif tidak
dimengerti sebagai demokrasi langsung, melainkan sebagai kontrol diskursif atas pemerintahan
karena demokrasi deliberatif menghormati garis batas antara negara dan masyarakat sekaligus
mendesak agar negara hukum demokratis melancarkan komunikasi politis yang tersumbat di

dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai