Anda di halaman 1dari 68

Lembar Penyerahan Laporan UKL/UPL

Laporan UKL/UPL Rumah Sakit Khusus Bedah Kurnia Medical Center Pringsewu Semester II.
Hari :
Tanggal/Bulan/Tahun :

Yang Menerima Yang Menyerahkan

Nama/ttg/cap Nama/ttg/cap
LAPORAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
RSKB (RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH)
KURNIA MEDICAL CENTER
PRINGSEWU

SEMESTER II

KAB. PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Identitas

Perusahaan/ Pemegang izin Lingkungan

Nama Perusahaan : CV. Kurnia Medical Center

Jenis Usaha : Jasa Rumah Sakit Swasta

Pemegang Izin Lingkungan : Hi. Nur Hartadi

Alamat : Jalan Jendral Sudirman No.428 Kec. Pringsewu

Kab. Pringsewu Provinsi Lampung

No. Telepon : 0729 23701

NPWP : 03.041.944.4-325.00 CV. Klinik Kurnia Medical Center

Izin- izin yang diperoleh

a. UKL/UPL : No. 540/88/LT.06/2014


b. IMB : No. 650/664.A/D.09/2011
c. Izin Lokasi : No. B/304/KPTS/LT.02/2014
d. SIUP : No. 503/143/ll.03/SIUP/V/2015
e. HO : No. 503/356/ll.03/HO/V/2015

B. Lokasi Usaha dan/ atau kegiatan

RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 428
Pringsewu Selatan, Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu, Provinsi Lampung, dengan konstruksi
bangunan permanen, Luas Tanah/Luas Bangunan LT.722m/ LB.722 m, dengan tinggi bangunan
4 meter. Letak bangunan RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu berbatasan sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Saluran Drainase


Sebelah Barat Berbatasan dengan : IFA Rosadi
Sebelah Selatan Berbatasan dengan : Gang
Sebelah Timur Berbatasan dengan : Jalan Kampung
Gambar Situasi

Jalan Jendral Sudirman

Ke Kota Agung Ke Tanjung Karang

LOKASI Gang

Gang

C. Deskripsi Kegiatan

C. Deskripsi Kegiatan

Rumah Sakit Kurnia Medical Center sebelumya adalah Klinik Kurnia Medical Center
Pringsewu berkembang menjadi Rumah Sakit Khusus Bedah Kurnia Medical Center dengan No
izin Operasional: 440/1182.b./KPTS/D.02/2016.

RSKB Kurnia Medical Center memiliki pelayanan sebagai berikut:

1. Administrasi /Kasir
2. UGD
3. Poli Mata
4. Poli Syaraf
5. Poli Penyakit Dalam
6. Poli Ortopedi
7. Poli THT
8. Poli Bedah
9. Poli Paru
10. Radiologi
11. Laboratorium
12. Ruang Operasi
13. Ruang Fisioterapi
14. Ruang Gizi dan Sanitasi

Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia RSKB Kurnia

Jenis Tenaga Jumlah


1 Dokter Umum 4
2 Dokter Gigi 1
3 Dokter Spesialis 8
4 Perawat 15
5 Bidan 3
6 Farmasi 13
7 Radiologi 3
8 Aministrasi 5
9 Gizi 1
10 Sanitasi 1
11 Laoratorium 3
12 Cleaning Service 3
13 Pramusaji 1
14 Loundry 1
15 Supir 1
Jumlah Seluruh 70

Tabel 1.2 Jumlah Pasien RSKB Kurnia Per Bulan

No Nama Ruangan Jumlah/Bulan Jumlah/Hari


1 Poli Mata 271 pasien 9 pasien
2 Penyakit Dalam 52 pasien 1-2 pasien
3 Poli THT 6 pasien 1-2 pasien
4 Poli Gigi 20 pasien 1-2 pasien
5 Umum 53 pasien 2-3 pasien
6 Radiologi 138 pasien 4 pasien
7 Rawat Inap 21 pasien 1-2 pasien
8 Pengunjung 40 pengunjung
9 Laboratorium 144 5 pasien
Jumlah 70 orang/hari

D. Perkembangan Lingkungan Sekitar


Dengan berkembangnya Klinik Kurnia Medical Center menjadi Rumah Sakit Khusus
Bedah Kurnia Medical Center yang diresmikan pada Tanggal 15 Oktober 2016, sehingga
semakin banyak jumlah pengunjung, pasien baik rawat inap dan rawat jalan.

Dengan bertambahnya jumlah pengunjung, rawat inap, rawat jalan, radiologi,


laboratorium, maka akan bertambah banyak sampah domestic, sampah medis padat yang
dihasilkan dan jumlah limbah cair yang akan berpengaruh pada penurunan kualitas lingkungan.
Maka harus diadakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di RS Kurnia.

BAB II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan merupakan suatu usaha untuk mengatasi


dampak- dampak yang akan timbul dan mempengaruhi komponen-komponen lingkungan.
Dampak yang timbul akibat dari kegiatan konstruksi dan operasional RSKB Kurnia Medical
Center.

Tujuan upaya pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan secara konsisten adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pengelolaan lingkungan hidup di rumah sakit


2. Mengurangi kuantitas limbah rumah sakit dengan kualitas tidak melampaui nilai ambang
batas yang ditentukan oleh peraturan menteri lingkungan hidup.
3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku segenap unsur yang terlibat dalam
pengelolaan rumah sakit tentang pentingnya pengelolaan lingkungan rumah sakit.

Beberapa dampak yang akan terjadi akibat kegiatan rumah sakit dapat dihilangkan karena
adanya peraturan dan perundangan yang mengatur prosedur pengelolaan dan pemantauan yang
harus dilakukan oleh rumah sakit. Penyusunan standar prosedur pengelolaan dan pemantauan
berbagai instalasi pelayanan di rumah sakit yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat
menyebabkan sanksi dicabutnya izin operasional rumah sakit.

A. PELAKSANAAN

Pada prinsipnya, teknik pengelolaan lingkungan yang akan diterapkan di RSKB Kurnia
Medical Center adalah petunjuk dan pedoman pengelolaan yang berkaitan dengan pengoprasian
rumah sakit yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan berupa Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri Kesehatan dan keputusan Dirjen.

Persyaratan Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI


No.1204/MENKES/1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
1. Penyehatan Air
2. Pengelolaan Limbah Cair
3. Pengelolaan Sampah Domestik
4. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
1. Penyehatan Air
a. Pengertian
1) Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan diminum.
2) Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari
Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan
harus memenuhi syarat kualitas air minum.

b. Persyaratan
1) Kualitas Air Minum

Sesuai dengan Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor


907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.

2) Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus


a) Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti PDAM, sumur
bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan,
tambahan, dengan catridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi menggunakan
ulta violet (UV).

b) Ruang Farmasi dan Hemodialisis


Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis.
c. Tata laksana
1) Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilens kualitas air antara
lain meliputi:
a) Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih.
b) Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
c) Melakukan analisis hasil Inspeksi Sanitasi pemeriksaan laboratorium, dan
d) Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
2) Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit
dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi sanitasi sarana
penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan
PL Departemen Kesehatan.
3) Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum san atau air bersih rumah
sakit : Pemeriksaan Mikrobiologi untuk jumlah tempat tidur 25-100, jumlah
minimum sampel air perbulan, 4 sampel air minum dan 4 sampel air bersih.
4) Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua) kali
setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan) dan titik
pengambilan sampel masing- masing pada tempat penampungan (reservoir) dan keran
terjauh dari reservoir.
5) Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi terutama pada air
keran dari dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi dan ruang makan, tempat
penampungan (reservoir), secara acak pada keran-keran sepanjang system distribusi
pada sumber air & titik titik yang rawan pencemaran.
6) Sampel air dikirim dan diperiksakan pada Laboratorium Kesehatan Daerah Lampung.
7) Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak rumah
sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh dinas kesehatan.
8) Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan kualitas air untuk
pengukuran sisa khlor bila menggunakan desinfeksi kaporit, pH, dan kekeruhan air
minum atau air bersih yang berasal dari system perpipaan dan atau pengolahan air
pada titik atau tempat yang dicurigai rawan pencemaran.
9) Petugas Sanitasi atau penanggung jawab pengeloalaan kesehatan lingkungn
melakukan analisi hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan laboratorium.
10) Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang menyimpang
dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai dengan parameter yang
menyimpang.
11) Apabila ada hasil IS yang menunjukkan tingkat Resiko pencemaran amat tinggi dan
tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.

d. Pelaksanaan Penyehatan Air di RSKB Kurnia Medical Center


1) Air minum
Penyediaan Air Minum untuk keperluan minum karyawan dan pasien rawat inap di
rumah sakit berasal dari air kemasan dengan jumlah 25 galon air persediaan, setiap
gallon berisi 19,5 liter air. Sistem penyediaannya isi ulang apabila ada gallon yang
sudah habis atau kosong, pihak penyedia datang untuk mengantar air.

2) Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih di rumah sakit menggunankan system perpipaan dengan
dua buah sumber air. Sumber air yang berasal dari PDAM dan Sumber air yang
berasal dari sumur bor. Air bersih yang berasal dari sumur bor di tampung di 2
reservoir penampungan, dengan kapasitas 1000 liter dan 500 liter air yang kemudian
dialirkan untuk keperluan ruang rawat inap, kamar mandi karyawan, kamar mandi
pengunjung, dan keperluan untuk wudhu. Untuk air yang berasal dari PDAM
ditampung di reservoir dengan kapasitas 500 liter air yang dialirkan ke ruang poli
mata.Untuk pengambilan sampel air dilakukan oleh tenaga kesling rumah sakit yang
dengan pereode pengambilan 6 bulan sekali, sampel dikirim ke laboratorium
kesehatan daerah.
Pada Tanggal 24 Desember 2016 telah dilakukan pengambilan sampel air pada kran
ruang operasi sebanyak 2 sampel yang kemudian dilakukan pemeriksaan di UPTD
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1.3 Hasil Pengujian Air kran sebelah kiri ruang operasi
RSKB Kurnia Medical Center

No Parameter Hasil Kadar Maksimum yang Satuan


Pengujian diperbolehkan
1 MPN coliform 0  50 untuk air non Jumlah per 100 ml sampel air
perpipaan
 10 untuk air
perpipaan

Tabel 1.4 Hasil Pengujian Air kran sebelah kanan ruang operasi
RSKB Kurnia Medical Center

No Parameter Hasil Kadar Maksimum yang Satuan


Pengujian diperbolehkan
1 MPN coliform 0  50 untuk air non Jumlah per 100 ml sampel air
perpipaan
 10 untuk air
perpipaan

2. Pengelolaan Limbah Cair


a. Pengertian
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
b. Persyaratan

Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan
kimia dan radiologi, volume dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.

1) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancer, serta terpisah dengan saluran air hujan.
2) Rumah Sakit harus memiliki IPAL tersendiri atau bersama-sama secara kolektif
dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratn teknis, apabila belum
ada/tidak terjangkau system pengolahan air limbah perkotaaan.
3) Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian yang
dihasilkan.
4) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ ditutup dengan griil.
5) Air limbah yang berasal dari lab harus diolah di IPAL bila tidak mempunyai IPAL
harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain
atau pihak yang berwenang.
6) Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap untuk
swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
7) Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radiaktif pengelolanya dilakukan sesuai dengan batan.
8) Parameter Radioaktif diberlakukan bagi RS sesuai dengan bahan radioaktif yang
dipergunakan oleh Rumah Sakit yang bersangkutan.

c. Pengelolaan Limbah Cair di RSKB Kurnia Medical Center

Limbah cair yang berasal dari kamar mandi dan toilet dialirkan ke septiktank. Sedangkan
limbah cair yang berasal dari wastafel ruang UGD, Ruang dapur, Poli rawat jalan, dan
ruang laundry dialirkan ke sumur resapan yang terletak di depan ruang UGD.

1) Pengelolaan Limbah Cair (Rencana Pengelolaan)


a) Pedoman pengelolaan dan Pemantauan limbah Cair disusun berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/
MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014
b) Proses Pengolahan Limbah Cair (anaerob- aerob)
c) Monitoring bak control inlet dan outlet
d) Proses pengolahan limbah cair di unit pengolahan
e) Hasil proses pengolahan limbah cair harus sesuai baku mutu air limbah bagi
usaha dan/ kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehtaan yang melakukan pengolahan limbah bahan berbahaya beracun
(lampiran XLIV) Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
f) Pembuangan hasil pengolahan dialirkan ke badan air ( sungai)
2) Rencana Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
a) Jumlah Bed yang dibangun 25 bed dengan maksimal penambahan menjadi 50 bed
b) Jumlah Pasien rawat jalan 50 /hari
c) Rawat inap 5 pasien/hari
d) Keluarga pasien 15/hari
e) Pengunjung 65/hari
f) Karyawan/staff 100 orang

Jumlah Bed 25-50 = 50 x 500 lt/hr = 2500 lt

Jumlah Karyawan 100 x 120 lt/hr = 1200 lt

Rawat Jalan 50 org x 8 lt = 400 lt

Keluarga Pasien 100 org/hr x 160 lt/hr = 16000 lt

Pengunjung 65 org/hr x 8 lt/hr = 520 lt +

Jumlah Limbah cair/hari = 53.920 lt/hr

= 53,92 m³

Kapasitas IPAL yang direncanakan = 100 m³/hari

= 4,1 m³/jam

= 68,3 lt/menit

 Desain Bak Pemisah Lemah/minyak

Kriteria perencanaan:

Waktu tinggal/rt : ±30 menit

Volume bak yang diperlukan : 30 x 100 = 2,08 m³

60 x 24

Dimensi bak pemisah lemak/minyak: 2 x 1,2 x 1 = 2,4 volume efektif 2400 liter

Panjang 2m, lebar 1,2m dan tinggi 1m.

 Bak Equalisasi

Waktu tinggal/DT= 4-8 jam (waktu tinggal dalam bak equalisasi)


Volume bak = 5/24 x 100 m³/hr = 20.83 m³

Dimensi bak = 2,0 m

Lebar = 3,0 m

Panjang = 3,5 m

Tinggi ruang bebas = 0,5 m

Konstruksi beton k 275

Tebal dinding =20 cm

Volume efektif= 21 m³

Waktu tinggal 21/100 x24 = 5,04 jam

Pompa Air Limbah

Debit air limbah= 100 m³/hr/24

= 4,1 m³/jam = 4100 lt/60

= 68,34 lt/menit

 Bak Pengendapan Awal

Debit air limbah = 100 m³/hr

BOD masuk = belum dilakukan pemeriksaan lab awal karena ruang ok belum beroperasi

Efesiensi = 25 %

BOD Keluar

Waktu tinggal dalam bak 2- 4 jam

Volume bak yang diperlukan = 3/24 x 100 m³

= 12,5 m³ (15)

Dimensi ditetapkan

Lebar 3 m
Kedalaman air efektif = 2,0 m

Panjang 2,5

Tinggi ruang bebas 0,4

Tebal dinding = 2,0

Chek waktu tinggal 3 x 2,0 x 2,5 x 24 = 3,6 jam

100

3. Pengolahan Sampah Domestik ( Limbah padat non medis)


a. Pengertian

Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah
sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologimya.

b. Persyaratan
1) Pemilahan Limbah Padat Non Medis
a) Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang dimanfaatkan
dengan limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
b) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah
kering.
2) Tempat Pewadahan Limbah Padat Non Medis
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya,
misalnya: fiberglass.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
c) Terdapat minimal 1(satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
d) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vector penyakit atau binatang pengganggu.
3) Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestic dari setiap ruangan ke tempat penampungan
sementara menggunakan troli tertutup.
4) Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara
a) Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan anta
limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan
sekitarnya delengkapi saluran untuk cairan lindi.
b) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, tertutup dan selalu
dalam keadaan tertutup bila sedang diisi serta mudah dibesihkan.
c) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
d) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam.
5) Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volme, merubah bentuk atau memusnahkan limbh padat
dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya
dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organic dapat diolah menjadi pupuk.

c. Pelaksanaan pengolahan sampah domestik di RSKB Kurnia


1) Pemilahan
a) Melakukan pemilahan sampah medis dan non medis disetiap ruangan.
b) Melakukan pemilahan sampah domestik sesuai dengan jenisnya organik dan
anorganik disetiap ruangan dengan tempat sampah dan label yang terpasang.
2) Pewadahan
a) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya serta
dilapisi plastik berwarna hitam. (gambar terlampir)
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
c) Terdapat minimal 2 buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan
dengan label organik dan anorganik.
d) Pengosongan tempat sampah dilakukan setiap hari sekali dinas kebersihan
pasar disetiap pagi oleh petugas.
3) Pengangkutan
Sampah domestik dari setiap ruangan ke tempat penampungan sementara
menggunakan gentong besar yang tertutup didalamnya dilapisi plastik berwarna
hitam.
4) Tempat Penampungan Sementara Sampah Domestik
a) Tersedia tempat penampungan sampah sementara dipisahkan antara limbah
yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali. Terpisah antara sampah organik dan anorganik. Tempat tersebut tidak
merupakan sumber bau, dan lalat bagi lingkungan sekitarnya.
b) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, tertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang diisi serta mudah dibesihkan yaitu
berupa gentong besar dan tempat sampah ukuran besar yang didalamnnya
dilpaisi plastic berwarna hitam.
c) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
d) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam.
5) Pengolahan Limbah Padat
Upaya untuk mengurangi volme, merubah bentuk atau memusnahkan sampah
dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya
dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organic dapat diolah menjadi pupuk.
Pihak RSKB Kurnia telah melakukan kerjasama atau MOU dengan Dinas
Kebersihan Pasar dalam hal pengangkutan dan pengelolaan sampah domestic.

4. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


a. Persyaratan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014:
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahny, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dn/atau merusak
lingkungan, dan/atau membahayakan lingkungn hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
1) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
2) Penghasil Limbah B3 setiap orang yang karena usaha dan/atau kegiatannya
menghasilkan limbah B3.
3) Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengangkutan Limbah B3.
4) Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan
oleh penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3
yang dihasilkan.lolaan Limbah B3 yang
5) Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan
Limbah B3 yang dihasilkannya (limbah B3 kategori1 dan limbah b3 kategori 2)
6) Limbah B3 kategori 1 meliputi uji: karakteristik mudah meledak, mudah menyala,
reaktif, infeksius, dan tau korosif sesuai parameter uji sebagaimana tercantum
dalam lampiran II.
7) Limbah B3 bersifat infeksius yaitu limbah medis padat yang terkontaminasi
organism pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organism
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menlarkan penyakit pada
manusia rentan.
Yang termasuk ke dalam limbah infeksius antara lain:
a) Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular atau perawatan intensif dan limbah laboratorium
b) Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan
intravena, pipet Pasteur, dan pecahan gelas.
c) Limbah patologi yang merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang
dari proses bedah dan otopsi.
d) Limbah yang berasal dari pembiakan & stok bahan infeksius organ
binatang percobaan, bahan lain yang dimokulasi, dan terinfeksi atau
kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
e) Limbah sitotoksis yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pembunuhan sel
hidup.
8) Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun
a) Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan
Penyimpanan Limbah B3
b) Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 dilarang melakukan
pencampuran Limbah B3 yang disimpannya.
c) Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, Setiap Orang wajib
memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan
Limbah B3.
d) Tempat penyimpanan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
Lokasi penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam.
Dalam hal lokasi penyimpanan limbah B3 tidak bebas banjir dan rawan
bencana alam. Lokasi penyimpanan limbah b3 harus dapat direkayasa
dengan teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Lokasi penyimpanan harus berada didalam penguasaan setiap orang yang
menghasilkan Limbah B3.
e) Fasilitas penyimpanan limbah b3 yang sesuai dengan jumlah Limbah B3,
karakteristik Limbah B3, dan dilengkapi dengan upaya pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup dan peralatan penanggulangan keadaan
darurat: alat pemadam api dan alat penanggulangan keadaan darurat lain
yang sesuai..
f) Fasilitas Penyimpanan berupa bangunan dengan persyaratan:
Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan
sinar matahari, memiliki penerangan dan ventilasi dan memiliki saluran
drainase dan bak penampungan. Berupa bangunan, tangki dan atau
container, silo,bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan iptek.
g) Pengemasan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kemasan yang :
1) Terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan
karakteristik Limbah B3 yang akan disimpan.
2) Mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan
3) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan, dan
4) Berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.
h) Kemasan Limbah B3 wajib dilekati label limbah b3 dan symbol limbah b3.
i) Label limbah b3: nama limbah B3, identitas Penghasil Limbah B3, tanggal
dihasilkannya Limbah B3 dan tanggal Pengemasan Limbah B3
b. Persyaratan berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2014
2) Minimasi Limbah
a) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber
b) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun.
c) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi.
d) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengakutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.

3) Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan daur ulang


a) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah.
b) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
c) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebur harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
d) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
e) Jarum springs harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
f) Sampah Medis Non Tajam: Kasa, kapas, perban, kateter, slang infuse,
plaster, masker, jaringan tubuh ditempatkan/dimasukkan di tempat sampah
yang dapat dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan dan dilapisi kantong
plastic warna kuning dengan symbol biohazard
g) Sampah Medis Tajam: jarum suntik,ampul, lancet, mes, pisau, gunting
dimasukkan ke tempat khusus jarum/tempat sampah injak yang dilapisi
kantong plastik warna kuning (yang diberi larutan clorin
h) Sampah Berbahaya Beracun (citotoxis, chemotherapy, bahan kimia)
dimasukakkan kedalam tempat sampah injak yang dilapisi kantong plastic
ungu.
i) Sampah medis Radioaktif dimasukkan ke dalam jerigen diberi plastic warna
merah dengan symbol radioaktif
j) Sampah Medis dari farmasi yang meliputi obat-obatan dan reagen
kadaluarsa bila mungkin dikembalikan ke agen.
k) Sampah Medis dari farmasi yang meliputi obat-obatan dan reagen
kadaluarsa bila mungkin dikembalikan ke agen.
l) Semua limbah B3 dilakukan pencatatan dan pelaporan dengan mengacu
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun.

m)Troli Pengangkut sampah diberi label sampah medis dan non medis serta
sampah medis tidak boleh campur dengan sampah non medis. Petugas
pengangkut harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti: pakaian
khusus, sarung tangan plastic, sepatu boot, dan masker.
n) Pengisian sampah ke dalam bak sampah tidak melebihi ¾ dari volume
tempat sampah. Tempat sampah habis dipakai dari ruangan harus direndam
dengan kaporit 60 % selama 15 menit.
o) Pengangkutan sampah medis dan Bahan Berbahaya dan Beracun
p) Pemusnahan/Pengolahan Limbah medis dan Bahan Berbahaya dan Beracun
c. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Di RSKB Kurnia:

1. Jenis-jenis limbah yang akan dikelola


a. Sumber Limbah Medis:
Rawat jalan, Rawat Inap, UGD, Laboratorium klinik, Radiologi, Farmasi, Ruang Operasi
b. Jenis- jenis limbah yang akan dikelola:
1) UGD: Bekas jarum suntik, jarum infus, selang infus,selang oksigen, spuit, bekas kemasan
obat, flabot, ampul, masker, sarung tangan, kapas, kasa, plaster
2) Rawat Inap: bekas jarum suntik, jarum infus, selang oksigen, spuit, botol kemasan obat,
flabot, ampul, masker, sarung tangan, kasa, kapas, plaster,flabot darah
3) Rawat Jalan: masker, sarung tangan, bekas kapas, kasa, plaster, tutup kepala, spuit, jarum
suntik, bekas obat,selang infus, selang oksigen, jaringan tubuh sisa operasi.
4) Loundry dan dapur: bekas kemasan deterjen, pewangi pakaian, pencuci piring.
5) Cleaning Service: Botol Kemasan pembersih kamar mandi, pembersih lantai, pembasmi
serangga, pewangi runagan, sarung tangan, masker.

2. Jumlah Limbah B3 yang akan dikelola Januari – Desember 2015

1.5 Tabel Jumlah Limbah Medis Per Bulan RSKB KMC


Januari-Desember 2015

No Tanggal limbah Berat (kg) Pengangkut Tanggal Pemusnah/pembuangan


diangkut limbah akhir
diterima
1 21/01/2015 27 kg PT. Biuteknika 23/01/2015 PT. Wastec International
Bina Prima
2 02/07/2015 22 kg 03/07/2015
3 30/09/2015 24 kg 01/10/2015
4 28/10/2015 19 kg 28/10/2015

JUMLAH 92 kg

1.6 Tabel Jumlah Limbah Medis Per Bulan RSKB KMC Januari-Desember 2016

No Tanggal limbah Berat (kg) pengangkut Tanggal Pemusnah/pembuangan


diangkut limbah akhir
diterima
1 16/02/2016 62 kg PT. Biuteknika 19/02/2016 PT. Wastec International
2 12/04/2016 49 kg Bina Prima 13/04/2016
3 09/06/2016 35 kg 15/06/2016
4 18/10/2016 63 kg 19/10/2016
JUMLAH 209 kg
Jumlah limbah B3 yang dihasilkan per bulan kurang dari 50 kg, jika berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI NO 101 Tahun 2014 yaitu penyimpanan limbah paling lama 90 hari sejak limbah
dihasilkan, untuk limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg perhari/lebih. Penyimpanan 180 hari sejak
limbah dihasilkan, untuk limbah yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah kategori 1,
dengan karakteristik: infeksius, mudah meledak, mudah menyala, reaktif, korosif.

3. Karakteristik Limbah yang akan dikelola

Limbah yang dihasilkan di RSKB Kurnia Medical Center yaitu limbah infeksius yang tergolong
Limbah B3 Kategori 1 sehingga dapat disimpan kurang lebih 90 hari sejak limbah dihasilkan.

1.7 Tabel Jenis dan Karakteristik Limbah Medis RSKB KMC

No. Ruangan Jenis limbah yang dihasilkan Karakteristik


1. R. Rawat Inap Bekas jarum suntik, jarum infus, selang oksigen, Infeksius
a. VIP I spuit, flabot, ampul, masker, sarung tangan
b. VIP II disposabel, kasa, kapas, plaster,flabot darah,botol
c. Kelas I kemasan obat
d. Bangsal
2. R. Rawat Jalan Masker, sarung tangan, bekas kapas, kasa, plaster, Infeksius
a. Poli Umum tutup kepala, spuit, jarum suntik, bekas
b. Poli Mata obat,selang infus, selang oksigen, jaringan tubuh
c. Kebidanan sisa operasi.
d. Penyakit Dalam
e. Gigi dan Mulut
f. Syaraf
g. UGD
3 Fasilitas Penunjang Bekas jarum suntik, jarum infus, selang Infeksius, sitotoksis,
a. Laboratorium Klinik infus,selang oksigen, spuit, bekas kemasan obat, radioaktif
b. Radiologi flabot, ampul, masker, sarung tangan, kapas, kasa,
c. Ruang Bedah (OK) plaster, jaringan tubuh sisa operasi
d. Farmasi
e. Fisioterapi
4 Loundry dan CS Botol Kemasan pembersih kamar mandi,
pembersih lantai, pembasmi serangga, pewangi
ruangan, sarung tangan, masker, lampu TL

4. Tata Letak penempatan limbah di tempat penyimpanan sementara

Limbah medis yang dihasilkan dipisahkan ditempat pengumpulan limbah dan penyimpanan sementara
seperti dibawah ini:
1.8 Tabel Pemisahan Wadah Limbah B3

No Limbah yang dihasilkan Tempat/Wadah Simbol


1 Masker dan sarung tangan Terbuat dari plastik Lambang Biohazard
terdapat tutup yang
dapat dibuka dan
ditutup tanpa
mengotori tangan dan
didalamnya dilapisi
kantong plastik kuat,
anti bocor berwarna
kuning untuk limbah
infeksius
2 Jarum suntik, jarum infus Terbuat dari plastik
terdapat tutup yang
dapat dibuka dan
ditutup tanpa
mengotori tangan dan
didalamnya dilapisi
kantong plastik
berwarna kuning
untuk limbah infeksius
3 Selang infus, selang oksigen, flabot, bekas
aquabides

4 Bekas botol kemasan obat, ampul,


5 Kemasan pembersih serangga, pembersih lantai,
pembersih kamar mandi, hand wash, kemasan
pengharum ruangan

5. Desain konstruksi tempat penyimpanan

a. Konstruksi tempat penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun yang ada

Tempat penyimpanan sementara limbah B3 terbuat dari bahan plastik, mudah dibuka dan ditutup
tanpa mengotori tangan, didalamnya berupa ember yang dilapisi plastik limbah medis infeksius berwarna
kuning dan terdapat pegangannya sehingga dapat diangkat dengan mudah apabila limbah sudah penuh.

b. Konstruksi tempat penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun yang akan dibangun
6. Lay Out Kegiatan

Sarung tangan,
masker,kasa,kapas,plaster

(tempat sampah injak)

Sumber LB3:
Jarum suntik,nald,infuset)

1. UGD ( tempat sampah injak) TPS Pengangkutan:


(Simpan
2. Rawat Jalan PT Bioteknika
±90/180
3. Rawat Inap Selang infuse, oksigen, flabot hari)
(tempat sampah)
Dimusnahkan:

Pembersih lantai, hand wash, PT. Wastec


pengharum ruangan, pembasmi Internasional
serangga

7. Uraian tentang proses pengumpulan dari perpindahan limbah ( asal limbah dan titik akhir perjalanan
limbah)

Sumber Limbah Medis

Dari hasil aktifitas dan kegiatan Rumah Sakit Khusus Bedah Kurnia Medical Center limbah medis yang
dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan meliputi:
1. Pelayanan Rawat Jalan
Ruang poliklinik Mata, THT, Penyakit dalam, Kandungan, Syaraf, Paru, Gigi , Umum, Bedah.

2. Pelayanan Rawat Inap


Ruang VIP 1. VIP 2, Kelas 1, Bangsal

3. Ruang Pelayanan

Yang terdiri dari UGD, Laboratorium klinik, Radiologi, farmasi, OK (Operasi)

Jenis- jenis limbah yang akan dikelola

1. UGD: Bekas jarum suntik, jarum infus, selang infus,selang oksigen, spuit, bekas kemasan obat, flabot,
ampul, masker, sarung tangan, kapas, kasa, plaster
2. Rawat Inap: bekas jarum suntik, jarum infus, selang oksigen, spuit, botol kemasan obat, flabot, ampul,
masker, sarung tangan, kasa, kapas, plaster,Flabot darah

3. Poli Mata: masker, sarung tangan, bekas kapas, kasa, plaster, tutup kepala, spuit, jarum suntik, bekas
obat,selang infus, selang oksigen, jaringan tubuh sisa operasi.

4. Poli gigi dan mulut: masker, sarung tangan, bekas kapas, darah,

5. Loundry dan dapur: bekas kemasan deterjen, pewangi pakaian, pencuci piring.

6. Cleaning Service: Botol Kemasan pembersih kamar mandi, pembersih lantai, pembasmi serangga,
pewangi runagan, sarung tangan, masker.

Jumlah limbah B3 yang akan dikelola


Tabel 1.9 Jumlah Limbah Medis Padat Yang dihasilkan dari seluruh ruangan

di RSKB Kurnia Medical Center

No. Tgl/Bulan/thn Berat (Kg) Pengangkut Pemusnah/pembuangan


akhir

1 21-01-2015 27 kg Diangkut PT. Bioteknika PT. Wastec Internasional

2 02-07-2015 22 kg Diangkut PT. Bioteknika PT. Wastec Internasional

3 30-0902015 24 kg Diangkut PT. Bioteknika PT. Wastec Internasional

4 28-10-2015 19 kg Diangkut PT. Bioteknika PT. Wastec Internasional

Jumlah 92 kg Manifest terlampir Manifest terlampir

Jumlah limbah B3 yang dihasilkan per bulan kurang dari 50 kg, sedangkan berdasarkan PPRI NO
101 Tahun 2014 yaitu penyimpanan limbah paling lama 90 hari sejak limbah dihasilkan, untuk limbah B3
yang dihasilkan sebesar 50 kg perhari/lebih. Penyimpanan 180 hari sejak limbah dihasilkan, untuk limbah
yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah kategori 1, dengan karakteristik: infeksius,
mudah meledak, mudah menyala, reaktif, korosif.

Karakteristik Limbah yang akan dikelola

Limbah yang dihasilkan di RSKB Kurnia Medical Center yaitu limbah infeksius yang tergolong Limbah
B3 Kategori 1 sehingga dapat disimpan kurang lebih 90 hari sejak limbah dihasilkan.
Proses pengumpulan dan perpindahan limbah

1. Rawat Inap

Rawat inap yang berada dilantai 2, limbah yang dihasilkan diruang perawatan sudah dipisahkan masing –
masing pada setiap wadah dengan plastik dan simbol yang terletak disamping ruang perawat. Gambar
tempat pengumpulan limbah terlampir

Limbah Bahan Berbahaya Beracun kategori Infeksius dikumpulkan dimasing-masing tempat


sampah yang telah disediakan, apabila sudah terisi penuh maka plastik dapat diikat dan diangkat untuk di
letakkan di Tempat Penampungan Sementara yang sudah dilapisi plastik berwarna kuning dan dilekati
label LB3 ( Infeksius dengan lambang Biohazard). LB3 disimpan di TPS dalam kurun waktu kurang lebih
30-60 hari, yang kemudian diangkut oleh PT. Bioteknika Bina Prima dan dimusnahkan oleh PT. Wastec
Internasional.

2. Rawat Jalan

Ruang Poli rawat jalan terletak dilantai bawah yang terdiri dari:

a UGD
b Laboratorium
c Poli Mata
d Poli THT
e Penyakit Dalam
f Poli Syarat & Paru
g Poli Gigi & Mulut

Untuk pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dilakukan masing- masing ruangan,
yang sudah disediakan tempat sampah yang dilapisi plastik didalamnya, tempat sampah terbuat dari
bahan plastik yang dapat dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.

Apabila tempat pengumpulan sudah terisi ¾ bagian tempat sampah atau sudah terisi penuh maka
limbah B3 dikemas (diangkat beserta plastik) kemudian diikat dan diangkut ke lantai 2 untuk
dikumpulkan ke tempat penampungan sementara. Limbah diangkut dari tempat penyimpanan sementara
menuju mobil pengangkut limbah menggunakan troli kemudian limbah ditimbang dan mengisi form
manifest diberi cap dan dibubuhi tandatangan. Seluruh limbah B3 dikumpulkan ±30-60 hari baru
kemudian diambil oleh pengangkut yaitu PT. Bioteknika Bina Prima yang kemudian dimusnahkan oleh
PT. Wastec Internasional.
9. Surat keterangan dari penghasil ke pengumpul (MOU terlampir)

10. Surat kesepakatan antara pengumpul dan pengolah ( MOU terlampir)

11. Uraian tentang pengelolaan pasca penyimpanan/pengumpulan

a Limbah B3 yang dihasilkan oleh RSKB Kurnia selama ± 30 hari-60 hari kemudian diangkut oleh
PT. Bioteknika Bina Prima yang kemudian dibawa menuju PT. Wastec Internasional untuk
dilakukan pemusnahan dengan insenerator. Untuk MOU dan Manifest terlampir.
b SOP (Sistem Prosedur Operasi), system dokumentasi dan pelaporan pengangkutan limbah B3
dengan menggunakan manifest.
c Kegiatan pengangkutan dicatat kedalam manifest dengan mencantumkan jenis, karakteristik dan
jumlah limbah (kg) yang diangkut dan disaksikan dan disetujui dari pihak-pihak terkait.
d Sebelum dilakukan pembakaran limbah kembali diverifikasi untuk memastikan bahwa (kg) jenis
dan karakteristik limbah B3 yang diangkut tidak tercecer atau berkurang.
e Manifest dan dokumen/ berisi berita acara lapangan aka dilaporkan ke pihak-pihak terkait untuk
sebagian alat control masing-masing pihak bahwa limbah B3 tersebut sudah dikelola dengan
benar dan tidak ada yang terbuang/ mencemarkan lingkungan.

12. Perlengkapan system tanggap darurat

a Menyediakan Apar ditempat penyimpanan sementara limbah B3


b Menggunakan APD pada saat melakukan kegiatan pengemasan dan pengangkutan LB3 dari
lingkungan Rumah Sakit menuju mobil pengangkut limbah. APD yang digunakan seperti:
masker, sarung tangan karet, sepato boot, pakaian apron, yang bertujuan untuk melindungi tenaga
pengelola LB3 di dalam ini Cleaning Service sehingga tidak terjadi kontaminasi LB3 pada tenaga
pengelola.
c Lakukan pencegahan penyebaran tumpahan LB3 dan kumpulkan atau pembersihan dan lakukan
pengemasan. Jika terjadi tumpahan maka segera bersihkan dan desinpektan.
d Lakukan identifikasi karakteristik atau klasifikasi LB3 sebelum diangkut dan dikemas dengan
benar, beri label/symbol yang sesuai dengan di dalam dokumen LB3 medis.
e Buat laporan prosedur penyimpanan dan pengangkutan LB3 setiap bulan.
f Memberikan penyuluhan tentang bahaya LB3 kepada karyawan, pengunjung, tenaga pengelola
limbah dan pasien.
B. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Tahap Konstruksi
a. Komponen Udara
1) Jenis Dampak

Jenis dampak yang dikelola adalah peningkatan kadar debu di udara sekitar tapak lokasi
yang dibangun .

2) Sumber Dampak
a) Mobilisasi peralatan berat dan material kerja, yang menggunakan kendaraan
pengangkut
b) Kegiatan pembangunan fisik RSKB Kurnia Medical Center dan berbagai sarana
pendukungnya yang menggunakan mesin-mesin konstruksi ( pemotong keramik, bor
dinding)
3) Tolak Ukur

Tolak ukur yang dipakai untuk pengelolaan adalah:

a) Kualitas Udara Ambien: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun


1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b) Emisi Genset: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.13/
MenLH/III/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
c) Emisi Kendaraan: PERMEN LH No. 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas
Buang.
4) Tujuan Pengelolaan
a) Mencegah terjadinya penyebaran debu ke permukiman penduduk
b) Mengurangi dampak yang timbul dari mobilisasi material dan peralatan
5) Upaya Pengelolaan
Pematangan Lahan dan Pembangunan Fisik Rumah Sakit
a) Memberi pagar pembatas proyek disekeliling tapak
b) Melakukan penyiraman di sekeliling tapak jika pematangan lahan dan pembangunan
fisik rumah sakit dilakukan pada musim kemarau.
Mobilisasi Peralatan dan material:

a) Perawatan mesin kendaraan sehingga dapat terjaga kualitas emisinya.


b) Menggunakan kendaraan yang lulus uji emisi
c) Membersihkan kendaraan pengangkut tanah urug di lokasi pengangkutan maupun
pengurugan sebelum masuk ke jalan raya.
d) Truk pengangkut material ditutup dengan terpal.
6) Lokasi/ Tapak Pengelolaan
a) Pemberian pagar pembatas dan penyiraman di sekeliling tapak proyek
b) Perawatan kendaraan dilakukan di lokasi proyek
c) Pembersihan tanah urug dilakukan dilakukan di lokasi pengangkutan maupun
pengurugan di tapak lokasi.
7) Waktu Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan konstruksi berlangsung.
8) Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab


RSKB Kurnia Medical Center.

9) Instansi Pengelola
Pelaksana: Pemrakarsa ( RSKB Kurnia Medical Center)
Pengawas: Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kab. Pringsewu
Pelaporan: Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kab. Pringsewu

b. Kebisingan
1) Jenis Dampak
Jenis dampak yang dikelola adalah peningkatan kebisingan di sekitar tapak proyek dan
permukiman penduduk.
a. Sumber Dampak

Mobilisasi peralatan berat dan material kerja

Kegiatan Pembangunan fisik Rumah Sakit dan berbagai sarana pendukungnya.


b. Tolak Ukur

Tolak ukur yang dipakai untuk pengelolaan adalah Kep MenLH No. 48/MENLH/11/1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan

c. Tujuan Pengelolaan

Mencegah terjadinya penyebaran kebisingan ke lingkungan

Melokalisir penyebaran kebisingan

Mengurangi dampak yang timbul dari kebisingan

d. Upaya Pengelolaan

Pematangan Lahan dan Pembangunan Fisik Rumah Sakit:

1) Memberi pagar pembatas (barrier) proyek di sekeliling tapak untuk mereduksi


kebisingan.
2) Kegiatan Pematangan lahan dan pembangunan fisik rumah sakit dilakukan pada siang
hari.

Mobilisasi Peralatan dan material:

Perawatan mesin kendaraan secara rutin sehingga dapat terjaga tingkat kebisingannya.

Kecepatan mobil pengangkut material dan peralatan 20-30 km/jam

e. Lokasi/tapak Pengelolaan
1) Pemberian pagar pembatas di sekeliling tapak proyek
2) Perawatan kendaraan dilakukan dilokasi proyek
3) Pembatasan kecepatan kendaraan dilakukan disepanjang jalur mobilisasi
f. Waktu Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan selama kegiatan konstruksi berlangsung
g. Pembiayaan
Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab
RSKB Kurnia Medical Center
h. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

3. Peningkatan Air Aliran

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang akan ditimbulkan berupa meningkatnya air larian dari kegiatan pematangan
lahan dan pembangunan fisik rumah sakit pada tahap konstruksi.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah pematangan lahan dan pembangunan fisik rumah sakit tahap konstruksi
sehingga koefisien run off lahan menjadi besar yang mengakibatkan air saluran sulit meresap ke
dalam tanah dan mengalir sambil mengikis tanah lalu masuk ke dalam badan air.

c. Tolak Ukur

Tolak ukur yang digunakan adalah meningkatnya volume air larian di sekitar lokasi proyek yang
diakibatkan oleh kegiatan pematangan lahan dan pembangunan fisik RSKB Kurnia Medical
Center

d. Tujuan Pengelolaan

Tujuan pengelolaan lingkungan adalah mengendalikan volume air larian yang berpotensi
menimbulkan banjir di sekitar lokasi kegiatan proyek.

e. Upaya Pengelolaan

Untuk limbah cair yang berasal dari kegiatan laboratorium di alirkan ke tempat pengolahan
limbah cair berupa septictank. Sedangkan untuk limbah dari kamar mandi di alirkan ke sumur
resapan dan limbah dari toilet dimasukkan ke septictank. Untuk pengembangan Klinik Kurnia
menjadi RSKB akan dibangun IPAL RSKB Kurnia Medical Center dengan system aerob-
anaerob.

Melakukan pengontrolan terhadap saluran drainase pada musim hujan.

f. Lokasi/tapak pengelolaan

Lokasi pengelolaan adalah di halaman depan RSKB Kurnia Medical Center dan di lahan
belakang Klinik.

g. Waktu Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan adalah selama waktu konstruksi

i. Instansi Pengelola

Pelaksana: Pemrakarsa RSKB Kurnia Medical Center Kab. Pringsewu

Pengawas: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kab. Pringsewu

Pelaporan: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kab. Pringsewu

5. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak yang timbul adalah peluang kerja dan kesempatan berusaha sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak dari aspek peluang kerja adalah perekrutan tenaga kerja pada tahap konstruksi

c. Tolak Ukur

Tolak ukur untuk pengelolaan adalah jumlah/prosentasi penduduk local yang bekerja di proyek
pengembangan RSKB Kurnia Medical Center
d. Tujuan Pengelolaan

Pengelolaan ditujukan untuk mengatur sedapat mungkin agar dampak positif yang bermanfaat
menjadi tidak terganggu dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat sekitar.

e. Upaya Pengelolaan

Perekrutan Tenaga Kerja

Memberi kesempatan bekerja pada masyarakat sekitar lokasi RSKB Kurnia Medical Center
sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan dengan cara mengumumkan peluang pekerjaan yang
ada melalui leaflet yang diteruskan kepada RT sekitar RSKB Kurnia Medical Center.

f. Peluang Berusaha

Memberi kesempatan kepada masyarakat yang akan membuka usaha yang menunjang bagi
pekerja konstruksi seperti jasa catering, tempat penginapan, dan lain sebagainnya tanpa
mengganggu kegiatan proyek hingga operasi rumah sakit.

g. Lokasi /Tapak Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan disekitar Desa Pringsewu Selatan, Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu

h.Waktu Pengelolaan

Penyebaran informasi hendaknnya dilakukan ± 1 bulan sebelum perekrutan tenaga kerja


dilakukan dan pengelolaannya dilakukan selama masa konstruksi.

i. Pembiayaan

Biaya upah ditanggung oleh RSKB Kurnia Medical Center.

j. Instansi Pengelola

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)

Pengawas: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.


4. Kecemburuan Sosial

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang timbul adalah keresahan social dalam bentuk kecemburuan social yang
berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat karena tidak semua penduduk usia kerja dapat
ikut serta dalam kegiatan konstruksi karena keterbatasan lowongan kerja.

b. Sumber Dampak

Kegiatan perekrutan tenaga kerja konstruksi dimana jumlah tenaga kerja konstruksi yang
dibutuhkan tidak sebanding dengan jumlah pelamar.

c. Tolak Ukur

Tolak ukur untuk pengelolaan adalah persepsi masyarakat terhadap proses perekrutan tenaga
kerja konstruksi (ada tidaknya indikasi kecemburuan social)

d. Tujuan Pengelolaan

Tujuan dilakukan pengelolaan adalah mencegah kecemburuan social yang berakibat munculnya
konflik sehingga menimbulkan persepsi negative terhadap kegiatan pembangunan RSKB Kurnia
Medical Center.

e. Upaya Pengelolaan

Memberi kesempatan bekerja pada masyarakat sekitar lokasi RSKB Kurnia Medical Center
sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan dengan cara mengumunan peluang pekerjaan yang
ada melalui leaflet yang diteruskan kepada RT sekitar RSKB Kurnia Medical Center.

f. Lokasi/ Tapak Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan di Desa Pringsewu Selatan Kec. Pringsewu Kab Pringsewu Provinsi
Lampung.

g. Waktu Pengelolaan : Sosialisasi dilakukan ± 1 bulan sebelum penerimaan tenaga kerja dan
pengelolaannya dilakukan selama kegiatan konstruksi.
h. Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia Medical Center

i. Instansi Pengelola

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)

Pengawas : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu dan Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Bada Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.

5. Komponen Transportasi

Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak yang dihasilkan adalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas khususnya di jalan
raya pusat perbelanjaan pringsewu dan di tapak proyek

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi

c. Tolak Ukur

Tolak Ukur dampak yang digunakan adalah tingkat kemacetan dan jumlah kecelakaan yang
terjadi setiap tahun di jalan raya pringsewu

d. Tujuan Pengelolaan

Tujuan Pengelolaan adalah mengurangi terjadinya kemacetan dan kecelakaan khususnya


disekitar pintu masuk dan pintu keluar Rumah Sakit yang diakibatkan mobilisasi alat dan
material untuk pembangunan RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu.
e. Upaya Pengelolaan

Mengatur waktu mobilisasi kendaraan pengangkut alat dan material konstruksi pada saat lalu
lintas tidak padat.

Melakukan pengelolaan aspek transportasi dengan cara member rambu-rambu sederhana


disekitar Jalan Raya Pringsewu yang terkena jalur mobilisasi kendaraan proyek, mengatur
jadwal,ritasi dan tonase jumlah kendaraan proyek, mengatur jadwal, ritasi dan tonase jumlah
kendaraan proyek. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

f. Lokasi/ Tapak Pengelolaan

Pengaturan jadwal, jumlah, ritasi, dan tonase kendaraan proyek dilakukan di sepanjang jalur
transportasi.

Pemasangan rambu-rambu dilakukan pada radius 500 m Jalan Raya Pringsewu menuju gerbang
masuk Rumah Sakit, serta dibeberapa titik di dalam area Rumah Sakit yang terkena jalur
mobilisasi kendaraan proyek.

g. Waktu Pengelolaan

Waktu pengelolaan dilakukan selama tahap konstruksi berlangsung.

h. Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan pembuatan rambu-rambu menjadi tanggung jawab RSKB Kurnia
Pringsewu dan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Umum dan Binamarga Kabupaten
Pringsewu.

i. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas : Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kabupaten Pringsewu

Pelaporan : Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika kabupaten Pringsewu dan


Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.
2. Tahap Operasional

1. Kualitas Udara

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak yang dikelola adalah emisi gas buang dari kendaraan petugas dan pengunjung dan
bau dari TPS sampah domestic dan genset.

b. Sumber Dampak

Emisi genset bila terjadi listrik padam dan dari kendaraan pasien dan pengunjung

c. Tolak Ukur

Tolak Ukur yang dipakai untuk pengelolaan adalah Kepmenlh RI No. 13/Men LH/III/1995
Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

d. Tujuan Pengelolaan

Mencegah terjadinya penyebaran gas buang ke permukiman penduduk dan mengganggu


kenyamanan pasien.

e. Upaya Pengelolaan

Menempetkan Genset jauh dari ruang perawatan

Pengaturan terhadap alur keluar masuk kendaraan petugas dan pengunjung

Pengaturan jadwal pengambilan sampah dari TPS

f. Lokasi/ Tapak Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan diruang genset.

g. Waktu Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama rumah sakit beroperasi.


h. Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia Medical Center.

i. Instansi Pengelola

Pelaksana : RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu

Pengawas : BPLH Kab. Pringsewu

Pelaporan : BPLH Kab. Pringsewu

2. Kualitas Air

a. Janis Dampak

Jenis dampak yang muncul dari kegiatan operasi RSKB Kurnia Medical Center adalah
menurunnya kualitas air tanah dan air permukaan jika limbah cair rumah sakit tidak dikelola
dengan baik.

b. Sumber Dampak

Kegiatan pembuangan limbah cair RSKB Kurnia Medical Center tidak dikelola dengan baik.

Sumber Dampak

Kegiatan pembuangan limbah cair RSKB Kurnia Medical Center yang sudah diproses dalam
IPAL ke Lingkungan.

c. Tolak Ukur

Tolak Ukur yang dipakai untuk pengelolaan adalah:

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan pengolahan limbah domestic berdasarkan


Peraturan menteri lingkungan hidup No.5 Tahun 2014 Lampiran XLIV
Kualitas air tanah: Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/PER/IX/1990 lampiran II tentang
syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air Bersih, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VIII/2002 Tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Kualitas air permukaan: peraturan pemerintah no.82 tahun 2001 pengelolaan dan pengendalian
pencemaran air, lampiran II.

d. Tujuan Pengelolaan

Tujuan dari pengelolaan lingkungan adalah agar air buangan limbah cair rumah sakit tidak
menyebabkan penurunan kualitas air tanah dan air permukaan.

e. Upaya Pengelolaan

Upaya pengelolaan lingkungan, agar air buangan limbah cair rumah sakit tidak menyebabkan
penurunan kualitas air tanah dan air permukaan adalah dengan cara:

Pengelolaan limbah rumah sakit mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku seperti:

Kepmenkes RI No: 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Sarana


Kesehatan

Kepmenkes RI No: 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit

Keputusan Dirjen P2M dan PLP No. HK.00.06.6.44 Tahun 1993 tentang Persyaratan dan
Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 Fasilitas yang melakukan Prngolahan
limbah domestic.

Pendekatan teknologi system pengolahan limbah cair di IPAL sebelum dibuang ke badan air.

Memastikan efektifitas kinerja IPAL bisa mengurangi konsentrasi limbah cair sebelum dibuang
ke badan air.

Melakukan perawatan IPAL dan drainase secara berkala.


Melakukan perbaikan IPAL sesegera mungkin bila hasil uji air limbah ada parameter yang
melebihi baku mutu

Menempatkan operator khusus yang mempunyai keahlian mengelola IPAL Rumah Sakit.

f. Lokasi/ Tapak Pengelolaan

Pengelolaan dilakukan di sekitar IPAL, saluran drainase, serta lingkungan RSKB Kurnia
Medical Center

g. Waktu pengelolaan

Pengelolaan dilakukan selama RSKB beroperasi.

h.Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia Medical Center Pringsewu.

i. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)

Pengawas : BPLH Kab. Pringsewu

Pelaporan : BPLH Kab. Pringsewu

3. Kualitas Tanah

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang dikelola adalah

b. Sumber Dampak

c. Tolak Ukur

d. Tujuan Pengelolaan

e. Upaya Pengelolaan
Tata laksana /prosedur dari kegiatan pengelolaan sesuai dengan peraturan pemerintah (cek lb3)

Kegiatan pengangkutan, pihak rumah sakit bekerja sama dengan pihak Bioteknika Bina Prima
dan pemusnahan oleh PT. Wastec Internasional yang telah memiliki izin pengangkutan dan
pemanfaatan LB 3 Sesuai dengan peraturan berlaku.

f. Lokasi /tapak pengelolaan

Pengelolaan dilakukan ditempat penyimpanan sementara Limbah B3

g. Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia Medical Center

h. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas : BPLH Kab. Pringsewu

Pelaporan : BPLH Kab. Pringsewu

4. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

Peluang Kerja dan Kesempatan Beruasaha

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang timbul adalah adanya peluang kerja dan kesempatan berusaha sehingga
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

b. Sumber Dampak

Perekrutan tenaga kerja pada tahap operasi dan adanya peluang kerja dan kesempatan berusaha

c. Tolak Ukur: Tolak ukur dari pengelolaan dampak ini adalah jumlah/prosentase penduduk local
yang bekerja di RSKB Kurnia Medical Center
d. Tujuan Pengelolaan

Tujuan dari pengelolaan lingkungann adalah menjaga agar dampak positif yang bermanfaat
manjadi tidak terganggu dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat sekitar.

e. Upaya Pengelolaan

Upaya pengelolaan Lingkungan, agar peluang keja bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
adalah dengan cara:

Melapor keperluan tenaga kerja kedinas social, tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten
Pringsewu

Memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar RSKB Pringsewu untuk menjadi karyawan di
RKB sesuai dengan spesifikasi dan kualifikasi yang dibutuhkan dengan cara mengumumkan
peluang pekerjaan yang ada melaui leaflet

Memberi izin bagi masyarakat untuk membuka usaha dilokasi public RSKB sesuai dengan
peraturan yang diterapkan dan tidak mengganggu kegiatan operasional rumah sakit.

f. Peluang Berusaha:

Memberi kesempatan kepada masyarakat yang akan membuka usaha yang menunjang bagi
pekerja

Konstruksi seperti jasa catering, tempat penginapan dan lainnya tanpa menggangu kegiatan
operasi rumah sakit.

Pembukaan usaha hanya boleh di luar area pembangunan RSKB.

g. Lokasi/Tapak Pengelolaan

Lokasi pengelolaaan lingkungan di Desa Pringsewu selatan, kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu.

h. Waktu Pengelolaan

Penyebaran informasi hendaknya dilakukan ± 1 bulan sebelum perekrutan tenaga kerja dan
pengelolaannya dilakukan selama masa operasi
i.Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia Medical Center

j. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB)

Pengawas : BPLH Pringsewu, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pringsewu

Pelaporan : Kantor BPLH Pringsewu

5. Kecemburuan Sosial

a.Jenis Dampak

Jenis Dampak yang timbul adalah kecemburuan social akibat dari peluangkerja dan kesempatan
berusaha yang terbatas.

b. Sumber Dampak

Perekrutan tenaga kerja opersional RSKB Kurnia Medical Center

c. Tolak Ukur

Tolak ukur untuk pengelolaan adalah persepsi masyarakat terhadap perekrutan dan kesempatan
berusaha (indikasi kecemburuan social)

d. Tujuan Pengelolaan

Tujuan Pengelolaan adalah mencegah kecemburuan social yang berakibat munculnya konflik
social sehingga menimbulkan persepsi negative terhadap kegiatan operasional RSKB Kurnia
Medical Center.

e. Upaya Pengelolaan

Melapor keperluan tenaga kerja ke Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Pringsewu
Memberikan kesempatan bekerja pada masyarakat sekitar lokasi RSKB Kurnia sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan dengan cara mengumumkan peluang pekerjaan .

Memberi izin bagi masyarakat untuk membuka usaha dilokasi public RSKB sesuai dengan
peraturan yang diterapkan dan tidak mengganggu kegiatan operasional rumah sakit.

f. tapak pengelolaan

Pengelolaan dilakukan di Desa Pringsewu Selatan Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu Lampung

g. Waktu Pengelolaan

Waktu pengelolaan dilakukan minimal 1 bualan sebelum perekrutan tenaga kerja dilakukan dan
pengelolaannya dilakukan selama masa operasi.

h. Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengeloalaan Lingkungan menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia Medical Center Pringsewu.

i. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSK Kurnia Medical Center)

Pengawas : BPLH Pringsewu, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Pringsewu

Pelaporan : BPLH Kab. Pringsewu.

6. Kehawatiran Masyarakat

a.Jenis Dampak

Kekhawatiran masyarakat akan berpotensi berkembangnya vector penyakit

b.Sumber Dampak:

Limbah kegiatan operasional rumah sakit (cair, padat, dan gas) tidak terkelola dengan baik.
c. Tolak Ukur:

Tolak ukur dampak adalah keluhan yang diterima pemrakarsa dan persepsi masyarakat terkait
pengelolaan limbah kegiatan operasional rumah sakit.

d.Tujuan Pengelolaan:

Pengelolaan

Pengelolaan ditujukan untuk mengurangi kekhawatiran masyarakat dan memastikan efektifitas


pengelolaan limbah kegiatan operasional rumah sakit

e. Upaya Pengelolaan

Melakukan sosialisasi kepada penduduk tentang pengelolaan-pengelolaan yang dilakukan oleh


pihak RSKB Kurnia Medical Center.

Pengelolaan limbah rumah sakit mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku seperti:

Kepmenkes RI No: 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pengelolaan Limbah Sarana


Kesehatan

Kepmenkes RI No: 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit

Keputusan Dirjen P2M dan PLP No. HK.00.06.6.44 Tahun 1993 tentang Persyaratan dan
Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 Fasilitas yang melakukan Prngolahan
limbah domestic.

f. Lokasi Tapak Pengelolaan

Lokasi pengelolaan lingkungan adalah IPAL, saluran drainase dan lingkungan RSKB Kurnia
Medical Center. Sosialisasi dilakukan kepada warga di lingkungan RT terdekat disekitar RSKB
Kurnia Medical Center
g. Waktu Pengelolaan

Dilakukan selama RSKB beroperasi

h. Pembiayaan

Pelaksana dan pembiayaan upaya pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab RSKB
Kurnia

i. Instansi Pengelola

Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas : BPLH Kab. Pringsewu

Pelaporan : BPLH Kab. Pringsewu

7. Komponen Transportasi

Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak yang dihasilkan adalah kemacetan lalu lintas khususnya di sekitar jalan raya
Pertokoan dan perbelanjaan Kab. Pringsewu khususnya disekitar RSKB dan jalan di dalam
lingkungan RS

b. Ukur

Tolak ukur dampak yang digunakan adalah rendahnya tingkat kemacetan dan tidak adanya
kecelakaan yang terjadi akibat mobilisasi kendaraan pengunjung.

c. Tujuan Pengelolaan:

Mencegah terjadinya kemacetan dan kecelakaan disekitar pintu masuk dan pintu keluar rumah
sakit yang diakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan pengunjung RSKB Kurnia Medical
Center.
d. Upaya Pengelolaan

Menambah rambu lalu lintas disekitar rumah sakit seperti memasang warninf light diakses
masuk rumah sakit di jalan raya pringsewu dan jalan-jalan internal di lingkungan RSKB

Melakukan koordinasi dengan pihak terkait.

e. Lokasi/Tapak Pengelolaan

Pemasangan rambu-rambu dilakukan pada radius 500 m jalan raya pringsewu menuju gerbang
masuk RSKB Kurnia serta dibeberapa titik didalam area Rumah Sakit yang merupakan jalan
akses menuju rumah sakit.

f. Waktu Pengelolaan

Dilakukan selama RSKB Kurnia Medical Center Beroperasi

g. Pembiayaan

Biaya untuk pembuatan rambu-rambu menjadi tanggung jawab RSKB Kurnia dan berkoordinasi
dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pringsewu

h. Instansi Pengelola

Pelaksana: Kontraktor dan Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)

Pengawas: Kantor BPLH Pringsewu.

Pelaporan: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Iinformatika Kabupaten Pringsewu dan Kantor
BPLH Pringsewu
C. PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pemantauan lingkungan dilakukan untuk mengetahui hasil kegiatan pengelolaan


lingkungan yang dilakukan seperti yang telah tertuang di Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
dan melihat ada tidaknya perubahan lingkungan akibat dampak dari pengelolaan yang kurang
tepat.

Tujuan dari upaya pemantauan lingkungan yang dilaksanakan secara konsisten adalah
untuk:

Meningkatkan mutu pengelolaan lingkungan hidup di rumah sakit

Monitoring parameter lingkungan sehingga dampak negative dapat cepat teratasi.

Pemantauan lingkungan dilakukan untuk mengetahui hasil-hasil kegiatan pengelolaan


lingkungan yang telah tertuang di dalam UKL dan untuk mengetahui ada tidaknya
dampak lingkungan yang muncul akibat pengelolaan yang kurang tepat.

Beberapa peraturan yang digunakan dalam pemantauan adalah:

c. Pemantauan Limbah Padat

Monitoring dan evaluasi pengelolaan limbah padat dilakukan secara rutin berkala yang meliputi:

Harian dengan melihat laporan penugasan kerja petugas sampah dengan parameter ada tidaknya
sampah yang diangkut, volume sampah dan kecukupan tempat sampah.

Adanya keluhan masyarakat mengenai bau di lingkungan RSKB Kurnia Medical Center
Pringsewu.

1. TAHAP KONSTRUKSI

Komponen Fisik

a. Kebisingan

1) Jenis Dampak
Jenis dampak yang dipantau adalah peningkatan kebisingan di sekitar proyek dan
permukiman penduduk.

2) Sumber Dampak
Sumber dampak adalah dari kegiatan pematangan lahan dan pembangunan fisik RSKB
Kurnia Medical Center Pringsewu
3) Tolak Ukur
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan adalah Kep.Men.LH. No
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan (cek lagi)
4) Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari
kegiatan pematangan lahan dan pembangunan RSKB Pringsewu di sumber bising dan
penyebarannya kepermukiman penduduk terdekat.
5) Metode Pemantauan
Metode/cara pemantauan dengan melakukan pengukuran kebisingan dengan
menggunakan sound level meter pada saat kegiatan konstruksi berlangsung.
6) Lokasi/Tapak Pemantauan
Lokasi pemantauan di sumber bising (genset, dan alat berat lainnya) sekeliling tapak
proyek) lingkungan Rumah Sakit dan pemukiman penduduk pada radius 50 m dari pagar
pembatas proyek.
7) Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan dilakukan 1 kali dalam setahun sela,a konstruksi berlangsung.

8) Instansi Pemantau
Pelaksana : Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)
Pengawas : Kantor BPLH Kab. Pringsewu
Pelaporan : Kantor BPLH Kab. Pringsewu

b. Komponen Sosial, Ekonomi dan Usaha

Peluang Kerja dan Usaha

1) Jenis Dampak
Jenis dampak yang timbul adalah lapangan kerja dan berusaha yaitu pada saat mobilisasi tenaga
kerja pada tahap konstruksi diperkirakan sekitar 20 orang tenaga kerja kasar dapat terlibat dalam
pekerjaan konstruksi dalam jangka waktu pekerjaan yang relative lama.

2) Sumber Dampak

Sumber dampak berasal dari perekrutan tenaga kerja dan kesempatan berusaha pada proyek
pengembangan RSKB Kurnia Medical Center.

3) Tolak Ukur

Jumlah penduduk sekitar yang bekerja di proyek dan tingkat kesejahtraan pekerja serta jumlah
usaha yang dibuka penduduk untuk menunjang kegiatan konstruksi.

4) Tujuan Pemantauan

Untuk mengetahui upaya-upaya pemrakarsa dan kontraktor local dalam membantu penduduk
local untuk memanfaatkan peluang kerja dan lapangan berusaha.

Untuk mengetahui jumlah penduduk local yang direkrut dalam pekerjaan konstruksi

Untuk mengetahui motivasi penduduk dan upaya yang dilakukan dalam memanfaatkan peluang
kerja dan peluang usaha.

Untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen dalam mengelola peluang kerja dan usaha
agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh penduduk local sesuai kapasitas mereka.

5) Metode Pemantauan

Melakukan pengumpulan data dengan cara survey. Jenis data berupa data primer. Data Primer
dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap responden melalui kuisioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Informasi dan data yang perlu digali lebih dalam,akan didapat dengan
melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci. Data yang telah diolah dengan teknik
tabulasi akan digolongkan dalam presentase serta dilakukan analisis dengan deskriptif analisis,
yaitu interpretasi terhadap kecenderungan yang ada serta dikaitkan teori-teori social yang ada.
Jumlah sampel ditentukan dengan cara purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasar
pada kebutuhan penelitaian dan diambil dari komunitas yang telah diketahui karakteristiknya
terlebih dahulu. Variabel domain adalah karakteristik social ekonomi penduduk, wiraswasta,
petani, buruh tani dan pegawai swasta.

6) Lokasi tapak pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah Desa Pringsewu Selatan Kec. Pringsewu Kab.
Pringsewu. Provinsi Lampung

7) Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan 1 kali dalam setahun selama konstruksi berlangsung

8) Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas: Kantor BPLH Pringsewu, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.
Pringsewu

Pelaporan: Kantor BPLH Kab. Pringsewu

Kecemburuan Sosial

1) Jenis Dampak

Kecemburuan social akibat dari penerimaan tenaga kerja.

2) Sumber Dampak

Sumber Dampak adalah dari perekrutan tenaga kerja pada tahap konstruksi Pembangunan RSKB
Kurnia Pringsewu

3) Tolak Ukur

Tolak Ukur untuk pemantauan adalah ada tidaknya kecemburuan social dan persepsi masyarakat
tentang proses perekrutan tenaga kerja konstruksi.
4) Tujuan Pemantauan

Tujuan

Pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin terhadap ada tidaknya gejolak akibat
kecemburuan social.

5) Metode Pemantauan

Melakukan pengumpulan data dengan cara survey. Jenis data berupa data primer. Data
Primer dikumpulkan dengan cara wawancara terhadap responden melalui kuisioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Informasi dan data yang perlu digali lebih dalam,akan didapat dengan
melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci. Data yang telah diolah dengan teknik
tabulasi akan digolongkan dalam presentase serta dilakukan analisis dengan deskriptif analisis,
yaitu interpretasi terhadap kecenderungan yang ada serta dikaitkan teori-teori social yang ada.

Jumlah sampel ditentukan dengan cara purposive sampling, yaitu penentuan sampel
berdasar pada kebutuhan penelitaian dan diambil dari komunitas yang telah diketahui
karakteristiknya terlebih dahulu. Variabel domain adalah karakteristik social ekonomi penduduk,
wiraswasta, petani, buruh tani dan pegawai swasta.

6) Lokasi tapak pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah Desa Pringsewu Selatan Kec. Pringsewu Kab.
Pringsewu. Provinsi Lampung

7) Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan 1 kali dalam setahun selama konstruksi berlangsung

8) Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas: Kantor BPLH Pringsewu, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.
Pringsewu

Pelaporan: Kantor BPLH Kab. Pringsewu


2. TAHAP OPERASIONAL

Kompone Fisik

Kualitas Udara

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak adalah emisi gas buang pada genset bila terjadi pemadaman listrik oleh PLN

b. sumber dampak

Penggunaan genset untuk sumber listrik cadangan.

c. Tolak Ukur

KEPMENLH RI No.13/Men/LH/III/1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

d. Tujuan Pemantauan

Mengetahui ada kinerja genset sehingga dampak yang ditimbulkan bisa diminimasi.

e. Metode Pemantauan

Metode yang digunakan yaitu dengan cara melakukan pengukuran langsung insitu dengan
metode pengambilan sampel dan dianalisis laboratorium.

f. Lokasi/Tapak Pemantauan

Lokasi Pemantauan adalah cerobong genset.

g. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan adalah RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu dengan pereode 1 kali
setiap 3 bulan.

h. Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas: Kantor BPLH Pringsewu


Pelaporan: Kantor BPLH Kab. Pringsewu

Kualitas Air

a. Jenis Dampak

Dampak yang dipantau adalah kualitas air limbah, kualitas air tanah, dan kualitas air permukaan.

b. Sumber Dampak

Sumber Dampak adalah kegiatan pembuangan limbah cair RSKB Kurnia Medical Center
Pringsewu yang sudah diproses dalam IPAL ke lingkungan.

c. Tolak ukur yang digunakan adalah

- Kualitas air limbah parameter fisik-kimia dan bakteriologis yang dipantau mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah dan
kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

- Kualitas Air Permukaan

Tempat pembuangan air dari IPAL parameter fisik-kimia dan bakteriologis

-Kualitas air tanah didalam lokasi rumah sakit dan pemukiman penduduk terdekat parameter
fisik-kimia dan bakteriologis yang dipantau mengacu pada Kepmenkes RI, No.
907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu bau, rasa, suhu, warna, kekeruhan, TSS, Ph, DO, Klorida,
nitrat, sulfat, Fe, Mn, Total Coli.

d.Tujuan Pemantauan

- Untuk memantau pencemaran air (IPAL) yaitu dengan mengambil sampel air dari outlet IPAL
kemudian hasilnya di bandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5
Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah dan kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

- Untuk memantau kualitas air permukaan yaitu dengan mengambil sampel air di outlet tempat
pembuangan air IPAL kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku mutu Peraturan No. 82
Tahun 2001 ( Kelas II) Yaitu Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air.
- Untuk memantau kualitas air tanah yaitu dengan mengambil sampel air tanah kemudian
hasilnya dibandingkan dengan baku mutu Permenkes No. 416/PER/IX/1990 Lampiran II
Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes RI No.
907/MENKES/SK/VIII/2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

f. Lokasi/Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah:

Air limbah di inlet dan outlet IPAL RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu

Air permukaan di sungai tempat pembuangan IPAL

Air tanah penduduk dan rumah sakit

g. Waktu Pemantauan

air limbah : 1 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

air permukaan: 6 bulan sekali selama rumah sakit beropersai

air tanah: 6 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

i. Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu)

Pengawas: Kantor BPLH Pringsewu

Pelaporan: Kantor BPLH Kab. Pringsewu

Komponen Sosial , Ekonomi dan Budaya

Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang timbul adalah peluang kerja dan lapangan berusaha. Usaha peluang kerja,
meskipun volume peluang kerja kecil, namun keterlibatan penduduk local ini penting untuk
menunjukkan pada penduduk lain bahwa rekrutmen tenaga kerja pada pengoperasian secara
maksimal melibatkan penduduk lokal.

Demikian pula dengan peluang membuka usaha seperti kantin di zona publik sesuai peraturan
peraturan yang berlaku dirumah sakit atau memasok barang-barang dikantin.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja

c. Tolak Ukur

Tolak ukur dari pemantauan adalah:

Frekuensi peluang kerja bagi penduduk lokal yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sesuai
dengan kapasitas pendidikan dan ketrampilannya.

Upaya yang dilakukan pemrakarsa dalam memaksimalkan lapangan kerja dan peluang berusaha
bagi penduduk.

Persepsi masyarakat

d. Tujuan Pemantauan

Mengetahui upaya-upaya pemrakarsa dalam membantu penduduk lokal.

Mengetahui jumlah penduduk lokal yang direkrut

Mengetahui motifasi penduduk dan upaya yang dilakukan dalam memanfaatkan peluang kerja.

Rekomendasi kepada manajemen dalam pengelolaan peluang kerja dan usaha

e. Metode Pemantauan

Untuk mengetahui frekuensi lapangan kerja dan motivasi penduduk untuk memanfaatkan
peluang kerja dan usaha serta hambatan-hambatannya. Informasi dan data yang perlu digali lebih
dalam, akan didapat dengan melakukan wawancara mendalam dengan informasi kunci. Data
yang telah diolah dengan tabulasi akan digolongkan dalam persentase serta dilakukan analisis
deskriptif.
f. Lokasi/tapak pemantauan

Pemantauan dilakukan RT terdekat sekitar lokasi RSKB Kurnia di Desa Pringsewu Selatan Kec
Pringsewu Kab. Pringsewu

g. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan dengan frekuensi 1 tahun sekali selama RSKB Kurnia Medical
Center beroperasi.

h. Instalasi Pemnatauan

Pelaksana: Pemrakarsa RSKB Kurnia Medical Center

Pengawas: Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan BPLH Kab. Pringsewu

Pelaporan: Kantor BPLH Kab. Pringsewu

Kecemburuan Sosial

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang timbul adalah kecemburuan social.

b. Sumber dampak Sumber dampak adalah perekrutan tenaga kerja pada pengoprasian RSKB
Kurnia

c. Tolak Ukur

Tolak ukur pemantauan adalah ada tidaknya kecemburuan social dan persepsi masyarakat terkait
proses perekrutan tenaga kerja operasional rumah sakit.

d. Tujuan Pemantauan

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin terhadap ada tidaknya gejolak
social akibat kecemburuan social.
e. Metode Pemantauan

Untuk mengetahui adanya kecemburuan serta gejolak social di masyarakat, pengumpulan data
dengan cara survey. Jenis data berupa data primer dan data skunder. Melakukan pengumpulan
data dengan cara survey. Jenis data berupa data primer. Data primer dikumputaulkan dengan cara
wawancara terhadap responden melalui kuisoner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Informasi
dan data yang perlu digali lebih dalam, akan didapat dengan melakukan wawancara mendalam
dengan informan kunci.

f. Lokasi/ Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah desa pringsewu selatan kec. Pringsewu Kab.
Pringsewu.

g. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan 1 kali dalam setahun selama konstruksi berlangsung.

h. Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)

Pengawas: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Pringsewu

3. TAHAP OPERASIONAL

.Komponen Fisik

Kualitas Udara

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak adalah emisi gas buang pada genset.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak berasal dari penggunaan genset untuk sumber listrik cadangan.
c. Tolak Ukur

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.13/Men LH/III/1995 Tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.

d. Tujuan Pemantauan

Mengetahui ada kinerja genset sehingga dampak yang ditimbulkan bisa diminimasi.

e. Metode Pemantauan

Metode yang digunakan yaitudengan cara melakukan pengukuran langsung dengan cara
mengambil sampel dan dianalisis di laboratorium.

f. Lokasi/Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan ruang genset

g. Waktu Pemantauan

h. Waktu pemantauan adalah RSKB dengan pereode 1 kali setiap 1 bulan.

i. Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)

Pengawas: Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.

Kualitas Air

a. Jenis Dampak

Dampak yang dipantau adalah kualitas air limbah, kualitas air tanah, dan kalitas air permukaan.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah kegiatan pembuangan limbah cair RSKB Kurnia yang sudah diproses
dalam IPAL ke Lingkungan
c. Tolak Ukur

Tolak Ukur yang digunakan adalah:

Kualitas air limbah parameter fisik-kimia dan bakteriologis yang dipantau mengacu pada
PerMenLH RI No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yaitu: Suhu, Zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, Ph, BOD,
COD, TSS, Amonia, phosphate, kuman golongan coli dan E. Coli.

Pengendalian Pencemaran Air

Untuk memantau kualitas air tanah yaitu dengan mengambil sampel air tanah kemudian hasilnya
dibandingkan dengan baku mutu Permenkes No. 416/Per/IX/1990 Lampiran II tentang syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VIII/2002
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

f. Lokasi/ Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah:

Air limbah inlet dan outlet IPAL RSKB Kurnia Medical Center Pringsewu

Air Permukaan di sungai tempat pembuangan IPAL

Air tanah penduduk dan rumah sakit

g. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan adalah:

air limbah: 1 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

air permukaan: 6 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

air tanah: 6 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi.

h. Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia Medical Center)


Pengawas: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.

Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha

a. Jenis Dampak

Jenis dampak yang timbul adalah peluang kerja dan lapangan berusaha. Untuk peluang kerja,
meskipun volume peluang kerja kecil, namun keterlibatan penduduk local ini penting untuk
menunjukkan pada penduduk lain bahwa rekrutmen tenaga kerja pada pengoperasian secara
maksimal melibatkan penduduk local.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah kegiatan penerimaan tenaga kerja

c. Tolak Ukur

Tolak Ukur Pemantauan adalah:

Frekuensi peluang kerja bagi penduduk local yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sesuai
dengan kapasitas pendidikan dan ketrampilannya.

Upaya yang dilakukan pemrakarsa dalam memaksimalkan lapangan kerja dan peluang berusaha
bagi penduduk.

Persepsi masyarakat

d. Tujuan Pemantauan

Mengetahui upaya-upaya pemrakarsa dalam membantu penduduk local

Mengetahui jumlah penduduk local yang direkrut

Mengetahui motivasi penduduk dan upaya yang dilakukan dalam memanfaatkan peluang kerja

Rekomendasi kepada manajemen dalam pengelolaan peluang kerja dan usaha


e. Metode Pemantauan

Untuk mengetahui frekuensi lapangan kerja dan motifasi penduduk untuk memanfaatkan peluang
kerja dan usaha serta hambatan-hambatannya pengumpulan data dengan cara survey. Untuk
mengetahui jumlah pekerja dan persentase penduduk local pencatatan terhadap data milik
pengelola RSKB Kurnia.

f. Lokasi/Tapak Pemantauan

Pemantauan dilakukan di lingkungan RT terdekat sekitar lokasi RSKB Kurnia Medical Center
Desa Pringsewu Selatan Kec. Pringsewu Kab Pringsewu.

g. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan dengan frekuensi 1 tahun sekali selama RSKB Kurnia Beroperasi

h. Instansi Pemantauan

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia)

Pengawas: Dinas Sosial, tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Pringsewu dan Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.

Kecemburuan Sosial

a. Jenis Dampak

Jenis Dampak yang timbul adalah kecemburuan social

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah dari perekrutan tenaga kerja pada pengoperasian RSKB Kurnia

c. Tolak Ukur
Tolak ukur untuk pemantauan adalah ada tidaknya kecemburuan social dan persepsi masyarakat
terkait proses perekrutan tenaga kerja operasional rumah sakit.

d. Tujuan Pemantauan

Tujuan Pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin terhadap ada tidaknya gejolak
social akibat kecemburuan social.

e. Metode Pemantauan

Untuk mengetahui adanya kecemburuan serta gejolak social di masyarakat, pengumpulan dengan
cara survey. Jenis data berupa data primer dan data skunder. Melakukan pengumpulan data
dengan cara survey.

f. Lokasi/ Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah Desa Pringsewu Selatan, Kec. Pringsewu. Kab.
Pringsewu

g. Waktu Pemantauan

Waktu Pemantauan dilakukan 1 tahun sekali selama RSKB Kurnia beroperasi

h. Instansi Pemantau

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia)

Pengawas: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Kekhawatiran Masyarakat

a. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah kekhawatiran masyarakat akan potensi berkembangnya
vector penyakit jika limbah kegiatan operasional rumah sakit (padat, cair, gas)tidak terkelola
dengan baik.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah kegiatan operasional rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah padat,
cair, gas.

c. Tolak UkurTolak Ukur dampak adalah adalah keluhan yang diterima pemrakarsa dan persepsi
masyarakat terkait pengelolaan limbah kegiatan operasional rumah sakit, serta pengelolaan
limbah yang dilakukan oleh pemrakarsa.

d. Tujuan Pemantauan

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin kekhawatirn masyarakat dan
mencegah kemungkinan terjadinya pencemaran.

e. Metode Pemantauan

Memantau pelaksanaan dan efektifitas pengelolaan limbah rumah sakit berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku untuk kegiatan operasional rumah sakit.

Melakukan pemantauan kualitas air limbah, air tanah dan air permukaan

Untuk memantau kemungkinan timbulnya kekhawatiran dan persepsi masyarakat dan warga
rumah sakit terkait kemungkinan terjadinya pencemaran, maka melakukan pengumpulan data
dengan cara survey. Jenis data berupa data primer. Data primer dikumpulkan dengan cara
wawancara terhadap responden melalui kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

f. Lokasi/ Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup terkait pengelolaan limbah yang dilakukan rumah sakit
dilakukan didalam areal RSKB Kurnia, sedangkan pemantauan kekhawatiran dilakukan terhadap
warga Rumah Sakit dan permukiman penduduk terdekat.

g. Waktu Pemantauan
Air Limbah: 1 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

Air Permukaan: 6 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

Air Tanah: 6 bulan sekali selama rumah sakit beroperasi

h. Instansi Pemantau

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia)

Pengawas: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pringsewu.

Komponen Transportasi

a. Jenis Dampak

Dampak penting yang muncul adalah kemacetan lalu lintas khususnya disekitar jalan raya
pringsewu dan jalan akses lain dilingkungan rumah sakit seiring meningkatnya jumlah kendaraan
pengunjung RSKB Kurnia

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah peningkatan aktivitas kendaraan pengunjung rumah sakit.

c. Tolak Ukur Tolak Ukur dampak adalah kemacetan dan jumlah kecelakaan lalu lintas yang
terjadi pertahun.

d. Tujuan Pemantauan

Tujuan Pemantauan adalah untuk mengetahui efektifitas rambu-rambu yang ada terhadap
kemacetan dan angka kecelakaan yang terjadi di sekitar pintu masuk dan keluar rumah sakit.

e. Metode Pemantauan

Untuk memantau tingkat kemacetan lalu lintas yang terjadi dilokasi yaitu dengan melakukan
analisis LHR dan menganalisis data sekunder angka kecelakaan/tahun disekitar pintu masuk dan
keluar rumah sakit yang didapat dari ditlantas (direktorat lalu lintas) setempat dan
membandingkannya dengan angka kecelakaan sebelum pembangunan rumah sakit.

f. Lokasi/Tapak Pemantauan

Lokasi pemantauan lingkungan hidup adalah Jalan Raya Pringsewu sebagai gerbang masuk
Rumah Sakit, serta dibeberapa titik di dalam area Rumah Sakit yang merupakan jalan akses
menuju rumah sakit.

g. Waktu Pemantauan

Waktu Pemantauan adalah selama kegiatan operasi dengan frekuensi satu tahun sekali.

h. Instansi Pemantau

Pelaksana: Pemrakarsa (RSKB Kurnia)

Pengawas: Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pringsewu

Pelaporan: Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pringsewu.

D. EVALUASI
Dari hasil uraian pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
1. Evaluasi Kecenderungan
2. Evaluasi Tingkat Kritis
Hasil Pemeriksaan kualitas air bersih
Hasil pemeriksaan kualitas limbah cair di inlet dan outlet IPAL.
3. Evaluasi Penaatan
RSKB Kurnia selama ini belum melakukan laporan UKL/UPL per 6 bulan sekali.
Pelaporan baru dilakukan di semester II bulan Desember 2016.
Untuk izin TPS Limbah B3 dalam proses pembuatan perizinan.Untuk pengolahan
Limbah B3 sudah sesuai prosedur bekerja sama dengan PT Bioteknika untuk
pengangkutan dan PT. Wastec Internasional.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan di RSKB Kurnia Medical Center
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Untuk pengelolaan dan pemantauan kualitas air bersih sudah dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung
selama 6 bulan sekali.
2. Untuk Pengelolaan limbah cair belum memiliki Instalasi Pengeolahan Air Limbah,
dikarenakan konstruksi pembangunan ruangan rawat inap dan ruangan OK/Operasi belum
berjalan atau digunakan sehingga belum menghasilkan limbah cair. Sementara limbah cair
yang berasal dari wastafel, dapur, laundry dan air limpasan kamar mandi dialirkan ke sumur
resapan yang terletak di depan ruangan UGD. Untuk limbah tinja masuk kedalam septictank.

Selanjutnya direncanakan akan dibangun IPAL di lahan parkiran dengan sistem pengolahan
anaerob-aerob dengan pemantauan kualitas limbah cair terolah pada inlet dan outlet setiap 6
bulan sekali.

3. Untuk Pengelolaan sampah domestik sudah dilakukan kerjasama dengan dinas kebersihan
pasar dengan metode pengangkutan sampah setiap hari satu kali disetiap pagi hari. Tempat
sampah sudah tersedia disetiap depan ruangan dengan pemilahan sampah organik dan
anorganik.
4. Untuk pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun sudah melakukan kerjasama atau MOU
dengan PT. Biuteknika Bina Prima sebagai pengangkut limbah B3 dan PT.Wastec
International sebagai pemusnah dan pembuangan akhir. Tetapi untuk tempat penyimpanan
sementara limbah B3 dalam proses pembuatan sehingga belum memiliki izin TPS.

Anda mungkin juga menyukai