Anda di halaman 1dari 29

1

Bab 1. Pendahuluan

Di beberapa MTsN kota Mataram ditemukan permasalahan terkait dengan

pembelajaran fisika. Salah satunya adalah para siswa sedikit sekali yang tertarik

pada pelajaran fisika. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa pelajaran fisika

banyak sekali rumus-rumus dan sukar dipahami. Sikap mereka tehadap fisika bisa

di lihat dengan kurang adanya perhatian sampai penolakan mendalam. Dalam hal

ini, guru selaku tenaga pengajar hendaknya bisa lebih kreatif dalam mengelola

atau mendesain kegiatan pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan. Jika para siswa senang belajar fisika, tentu mereka bisa menjadi

lebih aktif. Keaktifan yang dimaksud disini tentu saja keaktifan yang mampu

melibatkan mental dan emosionalnya.

Dalam menciptakan kondisi belajar siswa aktif tersebut, diperlukan suatu

media pembelajaran. Media pembelajaran adalah setiap alat pembelajaran yang

cocok untuk dapat memberikan pembelajaran menjadi lebih menarik, lebih jelas

dan lebih mudah dipahami. Dalam fisika, alat yang biasa digunakan adalah slide,

film, gambar, poster, lembar kerja siswa (LKS), kaset pita suara, daftar dinding

dan lain-lain.

Dari permasalahan tersebut, peneliti berusaha mengembangkan sebuah

media pembelajaran berupa LKS dengan desain yang cukup menarik yang

selanjutnya dinamakan dengan LKS físika ceria. LKS ini berisi kegiatan-kegiatan

terprogram yang langsung dilengkapi dengan gambar cara kerja sehingga mampu

memberikan kesan mudah bagi siswa. LKS ini juga dilengkapi dengan soal-soal
2

ceria yang disajikan dalam bentuk TTS, square, kata berantai, gambar dan

sebagainya.

Dengan pengembangan LKS model físika ceria ini diharapkan para siswa

lebih termotivasi untuk belajar físika, baik belajar terbimbing maupun belajar

mandiri. Selain itu juga proses belajar mengajar seperti ini akan menjadikan

kedudukan siswa dalam belajar tidak hanya sebagai obyek melainkan juga sebagai

subyek belajar.

Bab 2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan LKS model Fisika Ceria sebagai

media pembelajaran terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa kelas VIII

MTsN se-Kota Matararm?

2. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII MTsN se-Kota Matararm terhadap

pengembangan LKS model Fisika Ceria dalam pembelajaran fisika?

Bab 3. Tinjauan Pustaka


3.1 Pembelajaran Sains-Fisika

3.1.1 Sistem Pembelajaran Sains-Fisika

Dalam pembelajaran fisika di kelas tidak sedikit siswa yang merasa stress

ketika akan mengikuti pelajaran. Hasil-hasil evaluasi belajar pun menunjukkan

bahwa nilai rata-rata kelas di raport untuk pelajaran fisika seringkali merupakan

nilai yang terendah dibanding dengan pelajaran-pelajaran lain. Tanpa disadari para
3

pendidik atau guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor yang

menyebabkan kesan siswa tersebut di atas.

Bheta Nurina Sari (2004) memberikan beberapa cara atau metode yang

dapat di tempuh oleh guru agar pelajaran fisika lebih mudah bagi siswa sehingga

siswa dalam belajar tidak lagi merasa terpaksa melainkan merasa sebagai suatu

kewajiban bahkan belajar fisika bisa menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan

dan menarik. Metode atau cara yang perlu dilakukan tersebut antara lain:

1. Memberikan pengantar yang baik; dalam memulai pokok bahasan atau bab

yang baru, siswa butuh suatu pengantar yang baik, agar merasa nyaman dalam

menerima transfer ilmu. Pengantar yang dimaksud menyangkut gambaran

singkat tentang apa yang dipelajari.

2. Memulai dengan hal-hal yang mudah; saat masuk ke suatu pokok bahasan,

sebaiknya diawali dengan penjelasan yang sederhana, mudah dicerna, disertai

dengan contoh-contoh soal serta soal-soal latihan yang mudah pula. Hal ini

penting untuk memberikan kesan mudah pada siswa dan menumbuhkan

kepercayaan dirinya.

3. Dilakukan secara bertahap; proses pembelajaran hendaknya dilakukan secara

bertahap, baik dari segi penyampaian materi maupun dari tingkat kesulitan

soal.

4. Gamblang; penjelasan suatu konsep fisika haruslah gamblang, jangan biarkan

siswa menangkap suatu konsep secara samar-samar. Karena ini akan menjadi

beban bagi siswa di masa selanjutnya.


4

5. Ilustrasi yang membantu pemahaman; dalam pembelajaran fisika penggunaan

ilustrasi merupakan alat yang efektif dalam menanamkan pemahaman kepada

siswa

6. Analogi membangun imajinasi; analogi juga merupakan cara yang efektif

dalam membangun imajinasi dan daya nalar siswa.

7. Alat bantu eksperimen untuk memperkuat pemahaman; fisika merupakan ilmu

alam, dan mempelajarinya tentu tak bisa lepas dari eksperimen. Kadang hanya

lewat eksperimen siswa dapat meyakini suatu hal yang sepintas tidak sesuai

dengan logika mereka. Selain itu, media elektronik juga baik untuk

dimanfaatkan dalam pembelajaran

8. Permainan untuk membangun suasana; proses pembelajaran tidak bisa

dipaksakan bila kondisi siswa sudah jenuh. Hal tersebut diatasi dengan

mengadakan permainan dimana siswa diberi pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi yang sudah diajarkan.

9. Soal-soal standar untuk melatih skill; dalam menghadapi evaluasi belajar,

selain diperlukan pemahaman konsep juga diperlukan keterampilan menjawab

soal. Keterampilan ini dapat ditingkatkan dengan banyak mengerjakan latihan

soal-soal fisika.

3.1.2 Motivasi Belajar Peserta Didik

Motivasi berasal dari kata motif yang menunjukkan mengapa seseorang

berperilaku atau melakukan suatu perbuatan tertentu. Motif dapat dikatakan

sebagai daya penggerak dari dalam subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu demi mencapai tujuan (Sardiman, 2005). Sementara itu motivasi menurut
5

Winataputra (1997) adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang dalam

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang akan

menggerakkannya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan hatinya, oleh

karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu

mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Sebagai contoh,

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas ditemukan reaksi yang berbeda terhadap

berbagai tugas dan materi pelajaran yang diberikan pada para siswa. Ada sebagian

yang menyenangi topik-topik pelajaran yang dikenalkan, ada pula yang

menerimanya dengan perasaan jengkel dan pasrah.

Terjadinya perbedaan reaksi tersebut merupakan gerakan dalam kegiatan

belajar atau sesuatu yang mengarahkan untuk dapat belajar, oleh karena itu

Sardiman (2005) mendefinisikan motivasi dalam kegiatan belajar sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan

belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Motivasi dapat juga dikatakan

sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga

seseorang ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha

untuk meniadakan perasaan tidak suka tersebut.

Motivasi belajar itu tumbuh dalam diri seseorang akan tetapi motivasi

tersebut dapat dirangsang oleh faktor-faktor dari luar. Menurut Seagoe dalam

Sumaji (1998) kondisi yang memotivasi untuk belajar tidak serta merta muncul,

namun perlu diusahakan dan diciptakan terus menerus. Setiap orang pasti

memiliki pengalaman tentang apa yang mendorongnya untuk melakukan suatu


6

kegiatan, misalnya karena daya tarik kegiatannya, kebutuhan untuk memenuhi

rasa ingin tahu, memenuhi perasaan senang, kepuasan, keberhasilan, harga diri,

kebanggaan diri dan sebagainya.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai pengelola proses belajar

mengajar perlu mempertahankan semangat belajar siswa. Bukti-bukti

menunjukkan bahwa siswa hanya giat belajar jika ia termotivasi untuk belajar.

Motivasi belajar ini dapat dibangkitkan dengan menciptakan suatu kondisi yang

dapat menggairahkan siswa (Karso, 1993). Salah satu cara yang dapat ditempuh

guru adalah dengan pemanfaatan berbagai media, misalnya penggunaan LKS,

media audio visual, film, gambar dan sebagainya.

Menurut Davies dalam Betha Nurina sari (2004), motivasi memiliki empat

pengaruh penting dalam pembelajaran, tiga diantaranya adalah (a) motivasi

memberi semangat sehingga siswa menjadi aktif, sibuk, dan tertarik, motivasi

menopang upaya-upaya dan menjaga belajar siswa agar tetap berjalan, (b)

motivasi mengarahkan dan mengendalikan tujuan siswa sehingga dapat

melengkapi suatu tugas, mencapai tujuan khusus yang diinginkan, dan (c)

motivasi itu selektif, siswa dapat menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan

dan bagaimana tugas-tugas itu dilakukan. Dengan demikian motivasi berfungsi

sebagai penentu prioritas untuk keberhasilan seseorang.

3.1.3 Prestasi Belajar Fisika

Arikunto (2001) berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil yang

diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Prestasi dapat digambarkan dengan

suatu simbol yang menyatakan nilai, baik dalam bentuk huruf maupun angka,
7

dimana unsur-unsur subjektif pendidik tidak boleh diikutkan dalam penilaian

tersebut. Nilai prestasi harus mencerminkan tindakan-tindakan peserta didik,

sejauhmana telah mencapai tujuan yang diterapkan di setiap bidang studi. Dalam

institusi pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung, prestasi atau hasil

belajar terkait dengan evaluasi. Prestasi belajar bukan merupakan hasil dari

kegiatan belajar mengajar semata, namun prestasi merupakan hasil kerja yang

keadaannya sangat kompleks.

Berdasarkan batasan pengertian prestasi belajar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar fisika adalah hasil yang telah dicapai siswa

melalui suatu kegiatan belajar fisika. Kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan

secara individu maupun kelompok.

3.1.4 Media Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi, makna

umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber

informasi kepada penerima informasi.

Azhar (2006) menyebutkan beberapa pengertian media menurut pakar

pendidikan antara lain; Fleming berpendapat bahwa media adalah alat yang

menyampaikan atau mengantarkan informasi antara sumber dan penerima.

Hamidjojo membatasi pengertian media sebagai semua bentuk perantara yang

digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menebar ide, gagasan, atau

pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai

kepada penerima yang dituju. Menurut Gagne dan Briggs, media adalah
8

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-

bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya.

Menurut Sadiman (2006), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi. Jadi media pembelajaran dapat dimanipulasi, dilihat, didengar

maupun dibaca.

Dari sekian pendapat itu dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat diinderakan yang berfungsi sebagai

perantara/sarana/alat dalam proses komunikasi yang dapat merangsang peserta

didik lebih termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menurut Yusmaida (2002), media pembelajaran sangat membantu proses

belajar mengajar terutama dalam hal penggunaan indera penglihatan dan

pendengaran. Akan tetapi dalam kegiatan pembelajaran, media pembelajaran

hendaknya disesuaikan dengan usia peserta didik yang hendak diajar serta materi

pelajaran itu sendiri.

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya, mulai dari yang

paling sederhana dan murah hingga yang paling canggih dan mahal harganya. Ada

media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, diproduksi oleh pabrik, sudah tersedia

di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, dan ada pula yang secara

khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran.


9

Anderson dalam Rahadi (2003) menggolongkan media menjadi sepuluh

golongan sebagai berikut:

1. Audio, meliputi kaset audio, siaran radio, CD, dan telepon.

2. Cetak, meliputi buku pelajaran, modul, lembar kerja siswa, brosur, gambar.

3. Audio-cetak meliputi kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis.

4. Proyeksi visual diam, meliputi Over Head Transparansi (OHT), dan film

bingkai (slide).

5. Proyeksi audio visual diam, meliputi film bingkai (slide) bersuara.

6. Visual gerak. Meliputi film bisu.

7. Audio visual gerak, meliputi film gerak bersuara, video/VCD, dan televisi.

8. Obyek fisik, meliputi benda nyata, model, dan spesimen.

9. Manusia dan lingkungan meliputi guru, pustakawan, dan laboran.

10. Komputer, meliputi CAI (pembelajaran berbantuan komputer) dan CBI

(pembelajaran berbasis komputer).

Secara umum, manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar

interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih

efektif dan efesien (Rahadi, 2003). Tetapi secara lebih khusus ada beberapa

manfaat media yang lebih rinci. Menurut Sudjana dan Rivai dalam Azhar (2006)

manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat


menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami untuk para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga
10

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

3.2 Desain LKS Sebagai Media Pembelajaran Yang Menyenangkan

3.2.1 Tinjauan Tentang LKS

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian LKS. Menurut Anonim (2004),

LKS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh

peserta didik. Sementara itu menurut Liliasari dalam Nurkamri (2002), LKS

adalah salah satu media pembelajaran yang didalamnya memuat: judul kegiatan,

tujuan, daftar alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan, informasi

materi/ringkasan materi yang berkaitan dengan kegiatan guna menunjang

pembetulan konsep, dan tugas yang berhubungan dengan kegiatan dan konsep

yang ada dalam pembelajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS)

adalah salah satu media pembelajaran yang didalamnya memuat kegiatan-kegiatan

yang terprogram, ringkasan materi untuk pembetulan konsep serta tugas atau soal-

soal evaluasi untuk mengukur keberhasilan belajar.

Menurut Azhar (1993), menyusun LKS merupakan kewajiban seorang

guru disamping penyusunan program tahunan, program semester, analisis materi

pelajaran, serta program-program harian lainnya sebagai bagian dari perencanaan

pembelajaran. Karena LKS merupakan bagian dari tugas guru maka dalam

penyusunannya hendaklah memperhatikan beberapa kriteria, antara lain; (1) LKS

harus menarik (2) menyajikan gambar-gambar yang berfungsi untuk memperjelas


11

informasi (3) bahasa yang digunakan mudah dimengerti (4) dapat merangsang

siswa untuk berfikir kreatif serta (5) dapat mengembangkan keterampilan proses

siswa.

Penggunaan LKS dalam pembelajaran akan memberikan kemudahan bagi

guru dalam mengajar serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi

siswa dalam belajar, baik belajar mandiri maupun terbimbing. Sementara itu,

menurut Anonim dalam Ziadah (2005), kegunaan LKS dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam mengarahkan pembelajaran atau

memperkenalkan sesuatu sebagai variasi dalam pembelajaran.

2. Dapat mempermudah menyelesaikan tugas perorangan atau kelompok

3. Meringankan kegiatan guru dalam memberikan bantuan perorangan atau

remedial teaching terutama untuk pengelolaan kelas yang besar

4. Sebagai umpan balik bagi siswa dan guru tentang kemampuan pemahaman

materi yang diberikan

5. Membangkitkan minat siswa jika lembar kegiatan siswa disusun menarik

3.2.2 Pengembangan LKS Model Fisika Ceria

LKS model fisika ceria merupakan LKS fisika yang berisi

eksperimen/kegiatan sains, soal-soal ceria yang didesain semenarik mungkin

untuk meningkatkan minat belajar siswa serta soal-soal evaluasi untuk

mengukur penguasaan konsep siswa. Yang membedakan LKS ceria dengan

LKS biasa adalah konteks (bagaimana menyajikan dan mengemas) bukan

konten (isi materi pelajaran itu sendiri). Dengan kata lain, LKS model fisika
12

ceria ini disajikan dengan cara yang berbeda akan tetapi isi atau inti materinya

tetap sama.

1. Eksperimen/kegiatan sains

Eksperimen/kegiatan sains adalah kegiatan-kegiatan terprogram yang

diperlukan untuk memantapkan konsep atau teori yang telah dipelajarai oleh

siswa. Dalam LKS Fisika Ceria kegiatan/percobaan tersebut langsung dilengkapi

dengan gambar cara kerja langkah demi langkah sehingga lebih mudah bagi

siswa. Dengan desain seperti ini diharapkan siswa lebih mudah memahami dan

mengerti apa tujuan pelaksanaan kegiatan.

2. Soal-soal Ceria

Hal-hal yang paling mencolok dari LKS model fisika ceria ini adalah

penyajian soal-soal. Model soal-soal fisika ceria ini, didesain dalam beberapa

bentuk antara lain; Teka-teki Silang (TTS), Square dan kata berantai.

Soal-soal ceria ini sangat baik digunakan untuk materi-materi fisika yang

lebih banyak membahas teori. Model ini dapat mengarahkan siswa untuk banyak

membaca buku fisika sehingga diharapkan pengetahuan siswa dapat bertambah

dan lebih berkembang. Jawaban untuk soal-soal model TTS, square dan kata

berantai ini tidak membutuhkan penjelasan atau perhitungan. melainkan suatu

jawaban singkat yang berkaitan antara satu dengan lainnya.

Pada umumnya para siswa telah mengenal model TTS, square dan kata

berantai ini, begitu juga dengan aturan mainnya. Untuk TTS, semua jawaban diisi

baik secara mendatar maupun vertikal sesuai dengan nomor-nomor pertanyaan

yang telah ditentukan. Untuk model square, siswa dapat menemukan jawaban dari
13

pertanyaan-pertanyaan yang tersedia pada kotak (persegi empat) ajaib secara

mendatar maupun menurun dengan memberi tanda arsir atau melingkari kotak-

kotak tersebut. Sedangkan untuk kata berantai, satu soal terdiri atas lebih dari satu

pertanyaan dan uniknya setiap huruf terakhir dari pertanyaan pertama merupakan

huruf awal pertanyaan kedua begitu seterusnya sehingga mampu memaksa otak

siswa untuk berpikir. Model soal ceria ini selalu dilatar belakangi oleh ilustrasi

gambar kartun lucu yang mendukung pokok bahasan yang menjadi topik

pembelajaran. Selain itu juga untuk menambah kecerian LKS ini, petunjuk

maupun soal-soalnya menggunakan font Comic San MS yang diberi warna.

3. Soal-soal Evaluasi

Soal evaluasi fungsinya untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan

siswa terhadap materi yang sudah dipelajari. Soal evaluasi ini merupakan soal

biasa yang disajikan dalam bentuk essay atau Multiple Choice.

3.3 Kerangka Berpikir

Salah satu faktor yang menyebabkan pembelajaran fisika mebosankan

adalah penyampaian materi yang terlalu monoton. Kondisi belajar seperti ini

membuat para siswa malas belajar sehingga banyak mengalami kesulitan. Disini

guru memiliki peranan penting dalam membangkitkan kembali semangat belajar

siswa. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pengembangan media

pembelajaran yang menyenangkan.

Dalam hal ini dikembangkan sebuah media pembelajaran yang dinamakan

LKS Model Fisika ceria. LKS ini telah berusaha memadukan antara unsur belajar

sebagai unsur pokok dengan unsur permainan sebagai unsur hiburan tetapi tidak
14

mengurangi esensi materi pelajaran. Disini permainan yang diadopsi berupa teka-

teki silang. Beberapa keunggulan teka-teki silang adalah mampu mengasah otak

dan meningkatkan wawasan serta merangsang siswa banyak membaca buku

fisika. Selain itu juga permainan ini efektif diterapkan selama proses pembelajaran

berlangsung. Permainan ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap jiwa bersaing

siswa. Sementara itu kegiatan sains yang langsung dilengkapi dengan gambar

mampu memberikan kesan mudah bagi siswa sehingga pekerjaan guru menjadi

lebih ringan. Selain itu juga gambar langsung menyebabkan daya ingat siswa

lebih kuat.

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha: Penggunaan media LKS Fisika Ceria berpengaruh terhadap peningkatan

motivasi belajar dan prestasi siswa kelas VIII MTsN se-Kota Mataram.

Ho: Penggunaan LKS Fisika Ceria tidak berpengaruh terhadap peningkatan

motivasi belajar dan prestasi siswa kelas VIII MTsN se-Kota Mataram.

Bab 4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan LKS model Fisika Ceria terhadap

motivasi belajar dan prestasi siswa kelas VIII MTsN se-Kota Mataram?

2. Mengetahui respon siswa kelas VIII MTsN se-Kota Mataram terhadap

pengembangan LKS model Fisika Ceria dalam pembelajaran fisika?


15

Bab 5. Metode Penelitian


5.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu penelitian yang

melihat dan meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel

bebasnya. Rancangan penelitian ini menggunakan kelompok kontrol (control

group eksperimen) karena sampel terdiri atas kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen (Subana, 2001). Rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Rancangan Penelitian


Data awal Data akhir
Kelas Perlakuan
Pre test Angket Post test Angket

Eksprimen Ya Ya Ya Ya Ya

Kontrol Ya Tidak Tidak Ya Tidak

Adapun data awal kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk

mengetahui homogenitas kedua kelas. Selanjutnya diberikan perlakuan pada kelas

eksperimen, sementara itu kelas kontrol tetap dipegang oleh guru yang

bersangkutan. Pengaruh perlakuan dapat dilihat dengan membandingkan hasil

post-test kedua kelas. Selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan angket untuk

mengetahui respon siswa terhadap perlakuan yang diberikan.

5.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah penggunaan LKS

model Fisika Ceria dalam pembelajaran fisika dan variabel terikatnya adalah

prestasi belajar fisika dan respon siswa.


16

5.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII

MTsN se-Kota Matararm. Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan

sampel adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian dengan

mempertimbangkan karakteristik tertentu dari subjek penelitiannya.

5.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua tahap utama yang ditempuh yaitu:

5.4.1 Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan alokasi waktu penelitian.

Untuk materi alat optik diperlukan waktu 5 kali pertemuan dengan alokasi

waktu 2 X 40 menit tiap pertemuan.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3. Tahap desain dan pembuatan LKS model Fisika ceria.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan pokok bahasan yang akan disajikan dalam LKS.

2. Menentukan model-model soal fisika ceria yang cocok diterapkan untuk

keperluan mengukur kognitif, apektif maupun psikomotor siswa.

3. Mendesain model-model soal fisika ceria di kertas.

4. Mendesain LKS model fisika ceria di komputer; baik warna, gambar,

bahasa, jenis tulisan maupun cara penyajiannya agar dihasilkan tampilan

yang menarik.
17

5. Mencetak model soal-soal fisika ceria tersebut dengan menggunakan

kertas A4. Profil LKS fisika ceria dapat dilihat pada lampiran 3.

4. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes penguasaan konsep dan

angket respon siswa.

5. Melaksanakan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

instrumen.

6. Memeriksa dan menganalisis hasil uji coba instrumen.

5.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan bentuk realisasi dari rencana-rencana penelitian yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yakni kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada masing-masing sekolah.

2. Kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji homogenitasnya berdasarkan data

awal yang diperoleh.

3. Melakukan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan memberikan

suatu perlakuan.

4. Memberikan post-test pada kedua kelas untuk mengetahui pengaruh perlakuan

yang telah diberikan pada kelas eksperimen.

5. Memberikan angket pada kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa.


18

5.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu instrumen penguasaan

konsep dan angket respon siswa

5.5.1 Instrumen penguasaan konsep fisika

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa tes prestasi

belajar untuk soal-soal fisika dengan pokok bahasan alat-alat optik. Instrumen

yang baik hendaknya dapat mengumpulkan data yang dapat dipercaya serta sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Baik buruknya instrumen dapat diukur melalui

uji validitas dan reliabilitas (Arikunto, 2001).

1. Validitas butir soal

Validitas butir soal dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi

product moment seperti pada persamaan 5.1 (Arikunto, 2001).

N ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy =
√ {N ∑ x −(∑ x ) }{ N ∑ y − (∑ y ) }
2 2 2 2
(5.1)

r xy menyatakan nilai koefisien korelasi, ∑x menyatakan jumlah skor dalam

sebaran x, ∑y menyatakan jumlah skor dalam sebaran y, ∑xy menyatakan jumlah

hasil kali skor dalam sebaran x dan sebaran y, ∑x2 menyatakan jumlah skor yang

dikuadratkan dalam sebaran x, ∑y2 menyatakan jumlah skor yang dikuadratkan

dalam sebaran y dan N menyatakan jumlah subyek yang mengikuti tes.

Selanjutnya nilai rxy akan di konsultasikan dengan Tabel r product moment dengan

taraf signifikansi 5%. Item tersebut dikatakan valid jika r xy lebih besar dari r tabel

dan item tersebut dikatakan tidak valid jika rxy lebih kecil dari r tabel.
19

2. Reliabilitas soal

Untuk mencari reliabilitas butir soal, digunakan metode belah dua (split-half

method), pembelahan ganjil genap yang selanjutnya menggunakan rumus

Spearman Brown, yaitu (Arikunto, 2001):

2 r 1/2 1/ 2
r 11=
1+ r 1/2 1/2 (5.2)

Dengan r11 menyatakan koefisien korelasi seluruh tes,


r 1/2 1/2 menyatakan

reliabilitas separuh tes. Nilai r 11 akan dikonsultasikan dengan Tabel r product

moment. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu :

r
1. Jika r 11 > tabel , maka butir soal tersebut dikatakan reliabel

r
2. Jika r 11 < tabel , maka butir soal tersebut dikatakan tidak reliabel.

5.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes penguasaan konsep fisika siswa dan angket untuk

memperoleh data respon siswa terhadap pengembangan LKS model fisika ceria

dalam pembelajaran fisika.

5.7 Teknik Analisa Data

5.7.1 Penguasaan Konsep Fisika Siswa

Penguasaan konsep fisika siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan LKS model fisika ceria dapat diolah dengan uji-t. Rumus uji t’ ada

dua yakni polled varians dan separated varians. Polled varians digunakan untuk
20

data sampel yang homogen. Persamaan Polled Varians dapat dilihat pada

persamaan 5.3 (Sugiono, 2004).

x 1−x 2
t' =
s
√( 1 1
+
n1 n2 ) (5.3)

Sementara itu varians gabungannya dicari dengan menggunakan rumus berikut:

2 ( n1 −1 ) S 21 + ( n2−1 ) S 22
S =
n1 + n2−2 (5.4)

Untuk data sampel yang tidak homogen persamaan yang dipakai adalah

persamaan separated varians. Rumus separated varians dapat dilihat pada

persamaan 5.5 berikut (Sugiono, 2004):

x 1 −x 2
t' =

√( s21
+
n1 n 2
s 22
) (5.5)

Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dan uji

normalitas. Homogenitas data dapat dicari dengan menggunakan rumus uji F pada

persamaan 5.6 berikut (Riduan, 2004).

Varians terbesar
F=
Varians terkecil (5.6)

Data homogen jika F hitung < dari F tabel pada taraf signifikan 5 % dengan F

tabel = F0,95(dk1,dk2). dimana dk1 menyatakan derajat kebebasan pembilang dan

dk2 menyatakan derajat kebebasan penyebut, dengan dk= k-1. Sedangkan uji

normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data post-test terdistribusi normal


21

atau tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat pada

persamaan 5.7 (Sugiyono, 2004).


2
k
( f 0−f h )
χ =∑
2

i =1 fh (5.7)

Dengan f0 menyatakan frekuensi yang diobservasi dan f h menyatakan frekuensi

yang diharapkan. Sementara itu untuk menentukan panjang kelas interval

digunakan rumus sebagai berikut :

Skor terbesar − Skor terkecil


Panjang Kelas = BanyakKelas (5.8)

2 2
Data terdistribusi normal jika χ hitung < χ tabel taraf signifikansi 5% dengan derajat

kebebasan, dk = k – 1, dimana k menyatakan jumlah kelas interval.

5.7.2 Respon Siswa Terhadap Penggunaan LKS Model Fisika Ceria Dalam

Pembelajaran Fisika

Data respon siswa terhadap penggunaan media LKS model fisika ceria

berbentuk kuesioner selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan

menggunakan skor skala 1-5 (5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1

= sangat kurang). Kualifikasi respons siswa ditentukan berdasarkan pedoman

konversi penilaian skala 1 – 5. Analisis data respon siswa menggunakan Mi dan

Si. Rerata mean ideal Mi dapat dihitung:

1
M i=
2 (skor ideal) (5.9)

Sedangkan simpangan ideal Si dapat dihitung:

1
S i= (M )
3 i (5.10)
22

Pedoman untuk mengkonversi penilaian skala 1-5 dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Pedoman Konversi Penilaian Skala 1 – 5


Interval Konversi Nilai Kualifikasi
(Mi + 1.5 Si) – (M + 3.0 SD) 76 – 100 Sangat Baik
(M + 0.5 SD) – (M + 1.5 SD) 59 – 75 Baik
(M – 0.5 SD) – (M + 0.5 SD) 43 – 58 Cukup
(M - 1.5 SD) – (M – 0.5 SD) 25 – 42 Kurang
(M – 3.0 SD) – (M – 1.5 SD) 0 – 25 Sangat Kurang
(Nurkancana, 1990).

Bab 6. Jadwal Pelaksanaan


Jadwal pelakasanaan kegiatan
Bulan
NO Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Pengumpulan bahan dan alat
2 Pembuatan LKS
3 Pengambilan data
4 Pengolahan data dan pelaporan

Bab 7. Personalia Penelitian


1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Nurul Kamar, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP :-
d. Disiplin Ilmu : MIPA
e. Pangkat/golongan :-
f. Jabatan :-
g. Fakultas/Jurusan : PMIPA/Fisika
h. Waktu Penelitian : 6 jam/minggu
2. Anggota Peneliti
Anggota 1
a. Nama Lengkap : Edi Kurniawan, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP :-
d. Disiplin Ilmu : MIPA
23

e. Pangkat/golongan :-
f. Jabatan :-
g. Fakultas/Jurusan : PMIPA/Fisika
h. Waktu Penelitian : 6 jam/minggu

Anggota 2
a. Nama Lengkap : Musani, S.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP :-
d. Disiplin Ilmu : MIPA
e. Pangkat/golongan :-
f. Jabatan :-
g. Fakultas/Jurusan : PMIPA/Fisika
h. Waktu Penelitian : 6 jam/minggu
3. Tenaga Laboran :-
4. Pekerja Lapangan/Pencacah : (ketua dan anggota peneliti)
5. Tenaga Administrasi :-

Bab 8. Perkiraan Biaya Penelitian


Rancangan Anggaran Biaya Kegiatan

Anggaran
NO Rencana Kegiatan
Biaya (Rp)
1 Pengambilan Data
- penggandaan instrument pre test 500.000,-
- penggandaan instrument post test 500.000,-
- penggandaan instrument angket 200.000,-

Perjalanan/Transportasi (ketua dan anggota) @ Rp.


2 60.000,-/minggu x 6 bulan = Rp 1.440.000,- mulai dari 4.320.000,-

penelusuran pustaka sampai pelaporan.

3 Penyewaan komputer selama 6 bulan @ Rp. 1.650.000,-


275.000/bln
4 Pembelian printer HP D260 ( tidak ada rental printer) 500.000,-
5 Pembelian kertas, ATK, dan tinta printer (print LKS
memakan tinta yang banyak) 400.000,-
6 Seminar
- Penggandaan makalah 50 eksamplar @ 150/lbr 300.000,-
24

- Penyewaan LCD dan Laptop 300.000,-


- Konsumsi @ Rp 10.000,- x 53 (peserta seminar + 530.000,-
peneliti)
7 Dokumentasi
- Penyewaan kamera digital selama 6 bulan 200.000,-
- Cetak 100.000,-
8 Persiapan laporan akhir 500.000,-
Total Biaya 10.000.000,-
Lampiran-Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pedoman Penyususnan Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario


Pembelajaran Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

---------. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Sekolah Menengah (SMP).


Jakarta. Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Azhar. 1993. Proses Belajar Mengajar Pada CBSA dan LKS. Surabaya: Usaha
Nasional.

Jackson, Tom. 2002. Kegiatan Sains Cahaya dan Warna. Terjemahan oleh
Aburiati. 2006. Bandung: Pakar Raya.

Karso. 1993. Dasar-dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud.

Kanginan, Marthen. 2006. Sains Fisika 2B untuk SMP Kelas VIII. Jakarta:
Erlangga.

Nurachmandani, Setya. 2005. Fisika Untuk SMP dan MTs Kelas VIII. Surakarta:
Grahadi.

Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Usaha Offset


Printing.

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.


25

Riduan. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sadiman, Arief. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Sari, Betha, N. 2004, 9 Oktober. Sistem Pembelajaran KBK Terhadap Motivasi


Belajar Para Peserta Didik Pada Bidang studi Fisika. Artikel.us.art.05-
57.html.
Subana, Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka
Setia.

Sumaji. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius.

Sugijono. 1998. Fisika SLTP Untuk Kelas 2. Solo: PT WangsaJatra Lestari.

Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Watson, George. 2002. 190 Kegiatan Siap Saji Yang Membuat Sains
menyenangkan. Terjemahan oleh Idhi Heru Supriadi. 2006. Bandung.
Pakar Raya.

Winataputra, Udin S, Tita Rosita. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Depdikbud.

Yusmaida. 2002. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media


PETA. Pelangi Pendidikan, hlm. 1-5.
26

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurul kamar, S.Pd


Umur : tahun
Tanggal Lahir : 28 Februari 1985
Aga ma :Islam
Bangsa : Indonesia
Al amat : Kb. Kuning, Desa Teros, Kec. Lb. Haji Lotim
HP. 081805419969

Menerangkan dengan sesungguhnya,

PE N D ID I KAN
1. Tamatan SD pada tahun 1997 pada SDN 1 Kembang Kuning
2. Tamatan MTs Hamzanwadi Tanjung pada tahun 2000
3. Tamatan MAN Selong pada tahun 2003
4. Tamatan S-1 pendidikan Fisika FKIP UNRAM Tahun 2007

PENGALAMAN PENELITIAN
Belum ada karena mulai tugas Dosen 3 Maret 2008

Mataram, 22 April 2008


Saya yang bersangkutan

(Nurul Kamar, S.Pd)


27

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : EDI KURNIAWAN


Umur : 22 tahun
Tanggal Lahir : 03 April 1984
Aga ma :Islam
Bangsa : Indonesia
Al amat : Jl. TGH. Abdus Shomad Dasan Tapen Gerung Lombok Barat
HP.081803799049

Menerangkan dengan sesungguhnya,

PE N D ID I KAN
1. Tamatan SD pada tahun 1997 pada SDN 3 Beleka kecamatan Gerung
2. Tamatan SMP pada tahun 2000 pada SMPN 1 Gerung Lombok Barat
3. Tamatan SMA pada tahun 2003 pada SMUN 1 Gerung Lombok Barat
4. Tamatan S-1 pendidikan Fisika FKIP UNRAM Tahun 2007

PENGALAMAN PENELITIAN
Belum ada karena mulai tugas Dosen 22 September 2007

Mataram, 22 April 2008


Saya yang bersangkutan

(Edi Kurniawan, S.Pd)


28

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Musani, S.Pd


Umur : tahun
Tanggal Lahir :
Aga ma :Islam
Bangsa : Indonesia
Al amat : Jl.
HP.

Menerangkan dengan sesungguhnya,

PE N D ID I KAN
5. Tamatan SD pada tahun 1997 pada SDN 3 Beleka kecamatan Gerung
6. Tamatan SMP pada tahun 2000 pada SMPN 1 Gerung Lombok Barat
7. Tamatan SMA pada tahun 2003 pada SMUN 1 Gerung Lombok Barat
8. Tamatan S-1 pendidikan Fisika FKIP UNRAM Tahun 2007

PENGALAMAN PENELITIAN
Belum ada karena mulai tugas Dosen 22 September 2007

Mataram, 22 April 2008


Saya yang bersangkutan

(Musani, S.Pd)
29

Profil LKS FISIKA CERIA

Anda mungkin juga menyukai