SALURAN
CERNA
ANAK
Dr. Moh. Adjie Pratignyo, SpBA
Vf
BEDAH KPAItrCMCK BCOaH
SALURAN
CERNA
ANAK
Dr. Moh. Adjie Pratignyo, SpBA
SAP PUBLISH
RAN CERNA ANAK
Penulis:
Dr. Moh Adjie Pratlgnyo, SpBA
Cetakan Pertama :
Juni2011
Diterbitkan Oleh :
SAP PUBLISH INDONESIA
Jl. Imam Bonjol No. 38 Karawaci, Kota Tangerang 15113
Telp/Fax. 021-5576 4783
ISBN ^?fl-bDM=iESb-0-T
ISBN :
II I II nil II
786029 925609
Ill
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim...
Buku ini dibuat dengan tujuan untuk menambah wacana kepustakaan
ilmu bedah , khususnya bedah anak. Selain itu saya berharap dapat
membantu menambah wawasan ilmu bedah anak bag! para
peminatnya. Setiap judul penyakit telah saya coba untuk menerangkan,
embrioiogi, gambaran klinis balk foto radiologis dan intra operatif, juga
tehnik operas! serta komplikasi dengan segala keterbatasannya. Untuk
mempermudah gambaran secara umum tentang kelainan tersebut.
Penyakit saluran cerna yang diterangkan dalam buku ini adalah
sebagian besar yang sering ditemukan dalam pelayanan bedah anak.
Ada beberapa penyakit lain yang kurang atau tidak berhubungan
langsung dengan saluran cerna, seperti hidrokel, hernia diafragma,
undesendens testis juga ditulis dengan alasan kekerapan kasus yang
ditemukan dalam praktek sehari-hari. Saya berharap semoga buku ini
bermanfaat untuk para calon dokter umum, residen bedah umum,
residen bedah anak, residen anak dan para sejawat yang mempunyai
minat dalam keilmuan bedah anak. Kekurangan yang terdapat pada
buku ini semoga menjadi bahan diskusi untuk para teman sejawat. Saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh staf dan pendidik
Divisi Bedah Anak Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, yang telah mendidik saya dalam cara berpikir,
penyelesaian masalah serta memberikan kepada saya ilmu bedah anak,
semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka selama ini.
IV
Daftar Isi
1. Atresia Esofagus • 1
2. Refluks Gastroesofagus 16
3. Kelainan Umbilikus 25
4. Kista Duktus Koledokus 34
5. Necrotizing Enterocolitis 43
6. Intususepsi 67
7. Hernia Diafragma Kongenita! dan Eventrasio 66
Diafragma
8. Atresia Duodenum 82
9. Atresia Jejeno-ileal 91
10. Appendisitis 104
11. Kelainan Rotasi dan Fiksasi Usus 115
12. Obstruksi Gastrik Outlet Kongenita! 129
13. Hipertrofi Pilorik Stenosis 136
14. Divertikulum Meckel 143
15. Defek Dinding Abdomen 150
16. Duplikasi Saluran Cerna 165
17. Asites 178
18. Atresia Kolon 184
19. Atresia Bilier 190
20. Undescended Testis 201
21. Hernia dan Hidrokel 211
22. Meconium Ileus 217
23. Meconium Plug Syndrome 227
24. Penyakit Hirschsprung . 229
25. Malformasi Anorektal 258
26. Fissura Ani 284
27. Prolaps Rektum 287
28. Perianal Abses dan Fistula Ani 292
Atresia Esofagus
Embriologi
Esofagus dan trakea terbentuk darl derivat usus depan (foregut) yang
terjadi pada minggu ke 3 dan keempat. Pemisahan keduanya, antara
esofagus dan trakea selanjutnya terjadi akibat pertumbuhan ke arah
dalam (ingrowth) mesodermal ridges. Proliferasi epitel terjadi pada 6
sampai 8 minggu bersamaan dengan pertumbuhan sekaligus pemisahan
dua organ tersebut.
ElophtgHl
InciiiflMShHH
Proses separasi esophagus dan trakea serta calon paru (lung bud),
teori ini lebih menjelaskan atresia esophagus tipe C
Klasifikasi
Grup I Berat badan lebih dari 1500 gram tanpa kelainan jantung
mayor [survival 97%)
Grup II Berat badan kurang dari 1500 gram atau ada kelainan jantung
mayor (survival 59%)
Grup III Berat badan kurang dari 1500 gram dengan kelainan jantung
mayor [survival 27%)
Kelainan jantung mayor didefinisikan sebagai kelainan jantung sianosis
yang memerlukan koreksi atau pembedahan paliatif, atau kelainan
jantung non sianotik disertal gaga! Jantung yang memerlukan terapi
medis atau koreksi bedah
Diagnosis . cvAtwci .
U-
Dapat diketahui sejak prenatal dengan pemeriksaan sonografi,
gambaran yang mencurigakan seperti tidak ada gelembung lambung
[gastric bubble), terdapat poll hidramnion karena menekuknya
gastroesofageal junction, dan pelebaran esophagus proksimal saat
menelan. Setelah lahir bayi dengan kelainan ini, bayi akan
menghasilkan banyak saliva yang keluar lewat mulut {^^cce^^droUing)
dan hidung, dengan riwayat, episode tersedak, ataupun kebiruan
(sianosis). Gejala tersebut menjadi parah setiap ada usaha untuk
memberlkan intake oral. Diagnosis menjadi lebih tegas dengan adanya
kpsulitan memasukkan feeding tube [nasoaastric tube NGT) ukuran 10
French dan berhenti kurang lebih pada 10 cm . Dioastikan pada fdto
torak maka ujung NGT berada pada vertebra T2 atau T4. Ada yang
menganjurkan menggunakan NGT no 12 Fr karena tidak mudah
menekuk dan secara radiologi lebih mudah terlihat.
Ukuran feeding tube yang lebih kecil dapat menyesatkan karena akan
masuk lebih panjang sementara pipa tersebut menekuk ke dalam
rongga mulut. Gambaran abdomen yang skafoid menunjukkan
kemungkinan atresia murni, sedangkan pada atresia dengan fistel
trakeo esofagus, abdomen dapat menjadi distensi.
- Sump sucfnn of
upper pouc^
Air irt
4i»lal
esophagui
- Air in stomach
Persiapan Operasi
TEHNIK OPERASI
2'
Perawatan Pasca Operasi dan Komplikasi
Komplikasi
Fistel rekuren. Insiden rekurensi TEF 5-14%. Fistel yang rekuren dicurigai
bila pasien batuk saat diberi minum, apneu atau sianosis, atau sering
infeksi saluran nafas berulang , setelah sukses anastomosis. Rekurensi
ini biasanya terjadi pada anastomosis end to side yang bocor. Salah satu
cara pencegahannya adalah segmen distal tidak dimobilisasi secara
berlebihan.
10
Evaluasi mencakup pemeriksaan monitor pH, foto esofagogram
menelan dengan fluoroskopi, endoskopi distal esofagus disertai biopsi.
Striktur yang gaga! dengan terapi dilatasi sering sembuh dengan
dikoreksinya GER. Fundoplikasi dilakukan pada 5-20% kasus. Sebelum
tindakan pasien dicoba terapi dengan H2 bloker, pump inhibitor, dan
metoklopramid.
Hal ini cukup sering ditemukan pada AE TEF yang rendah, letak
kelemahan terletak pada bekas fistula (bagian kolaps ini ditemukan
dengan bronkoskopi). Gejala ringannya batuk yang menggonggong, dan
stridor ekspirasi, biasanya sembuh sendiri dalam beberapa bulan.
Namun pada kasus yang berat dapat terjadi gangguan respirasi, apneu,
sampai kematian mendadak. Dalam keadaan ini dilakukan aortopexy
balk secara torakoskopi ataupun konvensional. Pada prosedur ini arkus
aorta dan aorta ascendens di fiksasi ke sternum dengan jahitan tidak
diserap. Dengan aortopexy trakea akan mendapat ruangan untuk
ekspansi (karena trakea melekat dengan aorta asendens dan arkus
aorta). Dapat juga digunakan stent Palmaz untuk stabilisasi trakea
(trakeopexy) yang di masukkan secara endoskopi. Bila stent tidak
melekat atau terdilatasi dengan baik akan terbentuk jaringan granulasi
karena pergeseran stent relatif terhadap mukosa trakea.
11
Stenosis Anastomosis. Biasanya terjadi karena kebocoran yang
menutup secara spontan, anastomosis yang dilakukan dalam tegangan ,
ataupun akibat refluks gastroesofagus. Dengan handling yang balk
kepada kedua puntung esofagus, preservasi suplal vaskuler dan aposisi
mukosa disetiap jahitan yang balk, diharapkan resiko stenosis dapat
diperkecil . Dengan dilatasi balon sebagian besar dapat diatasi,
dilakukan dalam fluoroskopi menggunakan rigid esofagoskopi tanpa
anestesi lebih aman. Bila dalam beberapa minggu tidak membaik,
menjadi indikasi untuk tindakan bedah. Bila terdapat GER, dilakukan
juga fundoplikasi kemudian reseksi daerah striktur.
Long gap AE di definisikan bila jarak antara puntung proksimal dan distal
esofagus melebihi 3,5 cm, dan hal ini biasanya terjadi pada AE tanpa
TEF( trakeoesofagus fistel), namun dalam beberapa kasus AE dengan
TEF ditemukan Juga. Sedangkan ultra long gap bila jarak tersebut
melebihi 5 cm , dimana sebagian besar memerlukan prosedur
penggantian esofagus {esophageal replacement). Insiden AE murni
tanpa TEF mencapai 7 % dari semuanya. Prematuritas mengikuti
sampai 52%, sindroma Down 10-20%, dan 10 % terdapat atresia
duodenum.
DIAGNOSIS
12
MANAJEMEN PRE OPERASI
Insisi seperti yang dijelaskan pada interkostal IV atau V . Bila belum ada
torakotomi sebelumnya pendekatan ekstra pleura lebih balk, namun
bila pernah di torakotomi untuk ligasi fistula biasanya pleura ditembus.
Flap pleura yang terbentuk dapat digunakan untuk membungkus
anastomosis. Bila sebelumnya telah diberi tanda maka segmen distal
esofagus mudah dikenali. Puntung proksimal dicari dengan bantuan
anestesi memasukan dilator atau kateter via OGT. Nervus vagus dan
frenikus harus diidentifikasi dan dipreservasi. Perlengketan fibrosa
bagian proksimal dibebaskan secara tajam. Setelah bagian proksimal
bebas, maka mulai dengan identifikasi bagian distal esofagus. Setelah
13
ditemukan letakkan jahitan atraumatik untuktraksi. Segmen distal tidak
boleh dimoblllsasi berlebihan seperti yang proksimal ataupun
memegangnya dengan pinset secara keras. Beberapa tehnik untuk
memperpanjang seperti miotomi sirkuier dua buah yang berjarak 1,5
cm. Miotomi yang distal tidak boieh kurang 1 cm dari pouch. Mobilisasi
bagian proksimal dapat dibantu dengan insisi servikai seperti hendak
melakukan esofagostomi servikai, kemudlan dengan membebaskan
esofagus dari torak, segmen ini dikeluarkan melalui leher, dapat juga
dilakukan miotomi dari Insisi sevikal Ini, setelah itu masukkan kembaii
segmen Ini ke torak. Jangan iupa pasang dren Penrose. Kadang
ditemukan segmen proksimal yang pendek sedangkan segmen distal
panjang. Daiam hal Ini segmen distal yang telah dipreservasi dengan
balk dapat dimiotomi . Blla tegangan tidak ada maka anastomosis
dilakukan dengan benang PDS 5-0. Flap pleura diletakkan pada
anastomosis , rongga torak ditutup setelah memasang drenase torak
[chest tube).
Beberapa tehnik membantu anastomosis primer miotomi sirkuier, miotomi spiral dan
miosubmuskosa flap esofago-esofagostomi
14
Pemanjangan kedua segmen dengan dilator via oral dan gastrostomi untuk long gap
AE,sebelum anastomosis
Beberapa ahli melakukan traksi pada kedua ujung segmen esofagus sebelum
anastomosis end to end
Refluks Gastroesofagus
Refluks Gastroesofagus (RGE) adalah penyakit yang sering ditemukan
pada bayi dan anak-anak. Umumnya gejaianya tidak menyolok dan tidak
diketahui etiologinya dengan pasti. Sebanyak 60-65% anak dengan RGE
akan sembuh spontan dengan atau tanpa pengobatan, namun pada
kasus yang berat dapat menimbulkan gagal tumbuh, infeksi saluran
nafas sampai bisa mengancam nyawa.
Patofiologi
EffilottHHICii:
{lijipM)£rn
immm
«»pftMhm
tMlMnnirt
Muy.-jiaiit
T{i« £iit'« mtKou
Foto kontras meal saat menelan SEB menutup(atas kiri) dalam keadaan normal,SEB
melebar dan refluks terjadi (atas kanan).
18
Unsur paling akhir dalam pencegahan RGE inl adalah kemampuan untuk
membatasi cedera akibat refluksat yang masuk ke dalam esofagus.
Cedera yang terjadi ditentukan juga oleh jumlah asam yang masuk
(bukan hanya pH yang rendah). Untuk hal in! proton pump inhibitor
(PPl) mempunyal peran penting.
Mekanisme antirefluks saat kontraksi lambung (kiri) dan peristaitis esofagus dengan
katup SBE(kanan)
Manlfestasi Klinik
Gejala yang timbul bervariasi tergantung dari usia dan keadaan medis
umum. Gejala umum yang timbul berhubungan dengan RGE adalah
muntah, namun muntah dapat disebabkan psikologis dan bersifat
"normal". Muntah dislnl tidak menyebabkan gangguan pertumbuhan
danjarang mengakibatkan kompiikasi lain.
Muntah yang bersifat khalasia pada bayi usia dini akan sembuh spontan
menjelang usia 2 tahun atau saat transisi ke makanan jenis padat. Tidak
perlu pengobatan ataupun pemeriksaan lebih lanjut.
19
Sedangkan muntah karena RGE dapat berakibat gangguan
pertumbuhan dan malnutrisi yang nyata karena intake yang tidak
adekuat. Gejala lain adalah nyeri esofagitis akibat refluks asam, bayi
akan menangis. Pada dewasa biasa dikatakan "heartburn", ha! ini lebih
jelas pada anak yang agak besar ketimbang bayi. Dengan sedikit
makanan nyeri akan berkurang sementara. Peradangan yang kronik
akan mengakibatkan striktur dengan gejala nyeri dada disertai gejala
obstruksi. Esofagus Barret adalah perubahan mukosa dari epitel gepeng
(skuamosa) menjadi epitel torak, lebih jarang pada anak dibandingkan
dewasa. Tetapi bila ditemukan konsekuensinya serius seperti ulserasi ,
striktur dan resiko keganasan meningkat.
Evaiuasi DIagnosa
20
Pada pemeriksaan ini dapat ditunjukkan anatomi, fungsi motilitas dan
bersihan esofagus serta motilitas gaster. Dengan pemeriksaan ini juga
dapat ditemukan striktur esofagus, obstruksi duodenum ataupun
malrotasi yang dapat menyebabkan RGE.
Pengobatan
Manajemen Medls.
Manajemen Pembedahan
23
Hiatus esofegus yang melebar diperkedl A(pada hernia paraheatus),fundoplikasi(B,
dan C)
24