SINTAKSIS
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Linguistik Umum yang
diampuh oleh dosen Ibu Ulfa Zakaria, S. Pd, M, Hum)
Disusun oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas terselesaikannya makalah: “Sintaksis”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Linguitik Umum. Sebagaimana judulnya makalah ini
diharapkan mampu memberikan wawasan, pengetahuan, dan gambaran tentang pengertian
sintaksis, struktur, serta hubungan antara frasa, klausa, dan kalimat dalah Bahasa Indonesia.
Kami sadar bahwa makalah Sintaksis ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi berkualitasnya makalah ini.
Demikianlah harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa
dan pengamat. Terakhir , kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB II PENUTUP................................................................................. 10
ii
PETA KONSEP
PENGERTIAN SECARA
ETIMOLOGI
PENGERTIAN
SINTAKSIS
PENGERTIAN DARI
BERAGAI AHLI
SRUKTUR SINTAKSIS
LINGKUP
CAKUPAN
SINTAKSIS
FRASA
PENGERTIAN FRASA,
KLAUSA
KLAUSA, DAN KALIMAT
KALIMAT
FRASA
KALIMAT
FRASA
HUBUNGAN FRASA,
KLAUSA, DAN KALIMAT KLAUSA
KALIMAT
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja struktur sintaksis?
3. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?
4. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
1
5. Apa sajakah ciri-ciri dari frasa, klausa dan kalimat?
6. Bagaimana hubungan antara frasa, klausa, dan kalimat?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian sintaksis.
2. Mengetahui struktur sintaksis.
3. Mengetahui lingkup sintaksis Bahasa Indonesia.
4. Mengetahui pengertian frasa, klausa dan kalimat.
5. Mengetahui ciri-ciri frasa, klausa dan kalimat.
6. Mengetahui hubungan frasa, klausa dan kalimat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sintaksis
Pengertian Secara Etimologi
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ’dengan’
dan kata tattein yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara etimologi berarti:
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari bahasa Belanda yaitu
syntaxis. Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris yaitu syntax. Istilah sintaksis
(Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
tentang seluk beluk wacana , kaliamat, prase dan klausa.
3
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji
tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
2. Struktur Sintaksis
Istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket), kata benda
(nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjectival), kata depan dan kata bilangan
(numeralia) sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apa yang anda ketahui tentang
istilah-istilah tersebut sebagai fungsi kata. Istilah-istilah tersebut adalah kategori
atau kelas kata. Bagaimana dengan istilah pelaku, penderita, penerima, aktif,
pasif, waktu, proses? Istilah-istilah tersebut adalah peran.
Untuk mengingatkan kembali pemahaman anda tentang istilah-istilah tersebut,
perhatikn kalimat berikut ini !
(1) Ibu membeli jeruk di pasar
Kata-kata yang terdapat dalam kalimat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut :
Ibu membeli jeruk di pasar
S P O Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat
S – P – O – K.
Coba sekarang perhatikan klimat berikut !
(2) Ayah berangkat ke kantor
(3) Adik menangis
(4) Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
(5) Kemarin ibu memasak ikan
(6) Pak Guru ?
Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah kalimat (2) sampai (6) sama
dengan kalimat (1) ?. Sekarang tentukan terlebih dahulu fungsi tiap kata dalam
kalimat-kalimat tersebut sehingga mengetahui apakah kalimat (2) sampai (6)
memiliki pola yang sama. Sekarang perhatikan uraian berikut:
4
Ayah berangkat ke kantor
S P Ket
Adik menangis
S P
Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
S P Ket
Kemarin ibu memasak ikan
Ket S P O
Pak Guru ?
S
Berdasarkan urian tersebut dapat dikatakan bahwa setiap kalimat tidak
selalu berpola S-P-O-Ket, dan sebuah kalimat tidak harus selalu diikuti oleh objek
(O) terlihat pada kalimat (2), (3), (4), dan (6), dan kalimat tidak harus diawali oleh
kata yang memiliki fungsi subjek (S) terlihat pada kalimat (5), serta sebuah
kalimat bisa saja hanya memiliki satu fungsi, hal ini dapat dilihat pada contoh (6).
3. Lingkup Cakupan Sintaksis
Menurut Chaer (1994 : 219) satuan terkecil adalah kata, yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa, klausa
dan kalimat. Sedangkan unsur penbentuk wacana adalah kalimat.
5
4. Pengertian Frasa, Klausa, dan Kalimat
1.1 Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan
dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook, 1971: 91 ;
Elson and Pickett, 1969: 73) atau tidak melampaui batas subjek atau predikat
(Ramlan, 1976: 50); dengan kata lain: sifatnya tidak predikatif.
Venhaar (2001) menjelaskan bahwa frasa adalah kelompok kata yang
merupakan
bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Kentjono (1990) mendefinis
ikan frasa sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari
dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya
menjadi pembentuk klausa. Keraf (1991) menyatakan bahwa frasa merupakan
suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu
kesatuan.
Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa frasa merupakan gabungan dua
kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat rapat, dapat
renggang.
Parera (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang
dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar
kalimat maupun tidak. Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah
satu unsur atau fungsi kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan).
6
Ramlan mengatakan bahwa klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri
atas S, P, (O), (Pel), dan (K).
H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau
lebih dan mengandung unsur predikasi.
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam
satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak
terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150).
Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat. Klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. Dari
beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa klausa adalah
gabungan dari beberapa kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat, boleh dilengkapi (objek), (pelengkap), dan (keterangan).
7
bagian ujaran itu sudah lengkap disebut kalimat”.
Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa kalimat adalah (i) satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
maupun potensial terdiri atas klausa; (ii) klausa bebas yang menjadi bagian
kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas,; jawaban minimal,
seruan, salam, dan sebagainya; dan (iii) konstruksi gramatikal yang terdiri atas
satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola
tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.
Alwi (2001) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
dapat mengungkapkan pikiran yang utuh.
8
unsur pembentuk klausa, dan (v) menempati salah satu unsur atau fungsi dalam
kalimat.
2.2 Ciri-ciri Klausa, yaitu:
- terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak
- unsur klausa berupa S dan P,
- unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
- mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).
2.3 Ciri-ciri Kalimat
Berdasarkan definisi atau pengertian kalimat yang disampaikan para ahli, kita
dapat merumuskan ciri-ciri kalimat, yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;
2) Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;
3) Secara relatif dapat berdiri sendiri
4) Memiliki atau mengandung pikiran yang lengkap
5) Mempunyai pola intonasi akhir
6) Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan diakhiri tanda
baca (tanda titik untuk kalimat deklaratif, tanda tanya untuk kalimat
interogatif, dan tanda seru untuk kalimat interjektif).
9
BAB 3
PENUTUP
1.1 Simpulan
Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa sintaksis adalah
cabang yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur-unsur
pembentuknya. Tiga kajian sintaksis yakni frase, klausa, dan kalimat.
Salah satu definisi sintaksis menurut para ahli yaitu ilmu yang mempelajari
hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata
atau frase (clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk
frase, klause, kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21)
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan
kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan
kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam
kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa),
kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan
intonasi final.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih
yang mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir serta bagian
ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi
gramatikal.
1.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah kelompok kami susun. Kami berharap
makalah ini berguna sebagaimana mestinya dan dapat diterima dengan baik. Tapi,
sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sehingga kami sebagai pemakalah dapat
memperbaiki kekurangan dan mempertahankan kelebihan yang ada pada makalah
kami. Terima kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ke-3. Jakarta: Balai
pustaka
Keraf, Gorys. (1991). Tata bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
11