OLEH
1. APRILIA DWI ANDRIYANI
2. BAIQ DWI FITRA SUISTYA
3. MITA YULIA RAHMAN
4. RISTIKA MARTHA DEWI
5. SOEHUDDIN FATHUL GANI
6. SYAEFATURRAHMAN
7. EKA KURNIATI
8. MARDIASEH
Puji syukur kepada Allah SWT atas nikmatnya yang telah diberikan
masukannya kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini
Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang membangun senantiasa kami terima
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
A. Pengkajian ................................................................................................. 3
D. Evaluasi ................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 12
B. SARAN ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..13
ii
iii
BAB I
PERAWATAN JENAZAH
A. Pengertian Kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian.
terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap atau berhentinya kerja otak secara menetap.
Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran
B. Tanda-tanda Kematian
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya : rigor
mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis
yaitu terjadi livormortis pada daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan
1
1. Tanda Kematian Dini
auskultasi)
c. Kulit pucat
d. Pembusukan (dekomposisi)
f. Mumifikasi
2
BAB II
A. Pengkajian
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi
kematian (sekarat), seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot, relaksasi
sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat perubahan tanda vital
tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti pandangan kabur
mampu bergerak, refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne
stokes (nafas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai
aktivitas otak.
3
NO PERUBAHAN INTERVENSI YANG BERHUBUNGAN
1 Kekauan tubuh (rigor mortis) yang terjadi Sebelum terjadi rigor mortis, posisikan tubuh
2 sampai 4 jam sesudah kematian (yang dalam posisi anatomis, tutp mata dan mulut,
mencakup kontraksi skelet dan otot polos dan pasang gigi palsu dalam mulut
2 Penurunan suhu tubuh dengan kehilangan Lepaskan plester dan balutkan dengan perlahan
elastisiatas kulit (algor mortis) 4 – 12 jam untuk menghindari kerusakan jaringan. Hindari
3 Perubahan warna kulit menjadi keunguna Tinggikan kepala untuk mencegah perubahan
kemudian)
4 Pembusukan (dekomposisi): Pelunakan dan Simpan tubuh dalam tempat yang dingin di
pencairan jarinan tubuh oleh fermentasi kamar mayat rumah sakit atau di tempat lain
bakteri yang
karena
4
6 Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan
menjadi keras,
tidak membusuk
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)
antara lain :
3. Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri
pasien.
1. Pengertian
2. Indikasi
autopsi.
3. Persiapan Alat
b. Sarung tangan
c. Pengganjal dagu
d. Kapas sublimat
j. Sabun
k. Handuk
l. Selimut mandi
n. Peniti
o. Sisir
4. Persiapan Perawat
a. Mencuci tangan
b. Mempersiapkan alat
5. Prosedur Kerja
b. Atur lingkungan di sekitar tempat tidur. Jika kematian terjadi pada unit
multibed, jaga privasi klien yang lain, tutup pintu koridor, cuci tangan.
e. Lepaskan semua alat – alat invasif yang masih terpasang pada tubuh
jenazah
7
f. Bersihkan badan. Dengan menggunakan air bersih, bersihkan area
tubuh dari kotoran, seperti darah, feses, atau muntahan. Jika kotoran
terdapat pada area rectum, uretra, atau vagina, letakkan kasa untuk
g. Bila ada luka tutup luka dengan kassa. Ganti balutan bila ada.
Balutan yang kotor harus diganti dengan yang bersih. Bekas plester
peraturan RS.
ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika mata tidak tertutup.
perban.
k. Luruskan dan satukan kedua ibu jari kaki dan diikat dengan kassa
perban.
m. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Bila perlu lakukan
8
pada tas plastic tempat barang berharga, termasuk kacamata, kartu,
umur dan jenis kelamin, tanggal, nomor RS, nomor kamar, dan
nomor dokter. Sesuai dengan peraturan RS, ikatkan label identitas pada
pergelangan tangan atau pergelangan kaki atau plester label pada dada
depan klien.
beberapa saat
9
c. Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
D. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan jenazah adalah perawatan pada paien setelah meninggal, perawatan
termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke
kamar jenazah dan melakukan disposisi ( penyerahan ) barang-barang milik
klien. Dalam melakukan perawatan jenazah terdapat SOP yang harus diikuti baik
dokter, perawat, maupun bidan secra urut dan SOP menjadi standar ketetapan
tahap-tahap melakukan sesuatu yaitu perawatan jenazah. Saat menjelang
sakaratul maut perawat mampu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Perawat
membantu pasien menghadapi sakaratul maut dengan membimbing berdoa dan
mengarahkan untuk berbaik sangka kepada Allah SWT. Dalam mensucikan
jenazah kemudian sampai jenazah siap untuk disolatkan perawat mampu
menjalankan tahap-tahap pelaksanaan secara berurutan dan sesuai kaidah
kebenaran.
B. SARAN
Kita sebagai perawat harus mampu dan bisa memperaktekkan serangkaian
prosedur perawatan pada jenazah, membimbing dan berdoa saat jenazah
mengalami sakaratul maut, serta mengurus jenazah mulai dari mensucikan hingga
jenazah siap untuk disolatkan. Maka dari itu mulai dari pembelajaran mengenai
perawatan jenazah ini sebagai modal pengetahuan serta keterampilan kita, dimana
seorang perawat dituntut harus mampu, handal, serta cekatan dalam menghadapi
tuntutan kerja sebagai seorang perawat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan
Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktik KDM I. Jakarta :
Salemba Medika
13