Disusun Oleh:
KELOMPOK 7:
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA
PERSADA
2024
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
PEMBAHASAN
1
regresi, serta merasa takut ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian.
2) Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat
menimbulkan disintegrasi dalam keluarga.
3) Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena
kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan ssemangat hidup individu yang
ditinggalkan
2. Kematian
Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respons
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak
terhenti. Dengan perkataan lain, kematian merupakan kondisi
terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara menetap.
Kematian juga merupakan proses akhir dari kehidupan di mana fungsi
biologis suatu organisme berhenti secara permanen. Secara umum,
kematian ditandai dengan berakhirnya aktivitas otak yang menandakan
berhentinya fungsi vital tubuh. Namun, definisi kematian juga dapat
bervariasi tergantung pada perspektif budaya, agama, dan hukum yang
berbeda.Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang
sama seperti pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai
dengan tahapan Kubler-Ross (1969), yaitu diawali dengan penolakan,
kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
Beberapa poin penting terkait kematian meliputi:
a) Aspek Biologis: Kematian biologis terjadi ketika organisme
tidak lagi memiliki aktivitas vital, termasuk berhentinya
fungsi jantung, pernapasan, dan aktivitas otak.
b) Aspek Emosional dan Psikologis: Kematian juga
merupakan peristiwa yang melibatkan proses emosional
dan psikologis yang kompleks bagi individu maupun
keluarga yang ditinggalkan.
2
c) Aspek Sosial dan Budaya: Berbagai budaya memiliki
tradisi, kepercayaan, dan ritus yang berbeda terkait
kematian, termasuk upacara pemakaman, ritual peringatan,
dan tradisi dukacita.
d) Aspek Hukum: Kematian juga memiliki implikasi hukum
yang berkaitan dengan penanganan jenazah, warisan,
peraturan perundang-undangan terkait organ tubuh, dan
sebagainya.
Dalam beberapa kasus, ada perbedaan pendapat atau perspektif
yang kompleks mengenai definisi kematian, terutama terkait dengan
perkembangan teknologi medis yang mampu mempertahankan fungsi-
fungsi tubuh meskipun aktivitas otak telah berhenti. Hal ini
memunculkan perdebatan etis dan hukum tentang kapan tepatnya
kematian dapat dinyatakan.
3
Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang
bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang
menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab
atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik
oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah (PKBI,
1998).
Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak
menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi
tidak pada saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat
dari yang telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan
adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Sementara itu,
konsep kehamilan yang diinginkan merupakan kehamilan yang
terjadinya direncanakan saat si ibu menggunakan metode kontrasepsi
atau tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai
kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan
bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2007 )
3.Penanggulangan KTD
1. Penggunaan alat kontrasepsi seperti, IUD, spiral, susuk, pil,
kondom, dll. Dimana penggunaan kontrasepsi ini harus tepat agar
tidak terjadi
5
2. Peran media dalam membentuk karakter seseorang. Sinetron atau
film yang merupakan metode reversible yang biasa dipakai
pasangan untuk mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan.
6
Edukasi) BKKBN (1998) menyatakan bahwa dari beberapa
penelitian dan indepth interview dapat disimpulkan penyebab
utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita
yang umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun
mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal itu ditandai
dengan alasan- asalan sebagai berikut:
4. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas Keluarga Berencana
berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang
memadai.
5. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek
samping yang diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.
6. Kesenjangan informasi / KIE (komunikasi, Informasi, dan
Edukasi)
2. Kegagalan Kontrasepsi
Tidak ada metode kontrasepsi yang sampai saat ini terbukti
100% efektif. Diperkirakan 8 – 30 juta kehamilan setiap tahunnya
merupakan hasil dari kegagalan kontrasepsi yang tidak konsisten
atau tidak benar dalam penggunaan metode kontrasepsi atau justru
karena kegagalan metode itu sendiri (WHO, 1998). Bagi yang sudah
termotivasi untuk tidak memiliki anak lagi dan sudah menggunakan
kontrasepsi tetapi masih juga mengalami kegagalan, biasanya akan
mencari jalan keluar dengan cara aborsi (Mohammad, 1998: 83).
7
DAFTAR PUSTAKA