Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUTUHAN KHUSUS PADA MASALAH PSIKOLOGIS

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7:

Kartini Faisal Jumiati Yusuf


Uraina Misyanti
Erlin Nafsia
Ice Trisnawati

FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA
PERSADA
2024

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Pada Perempuan Dan Anak Dengan Kondisi Rentan dengan judul
“Kebutuhan khusus pada masalah psikologis (riwayat kehilangan
dan kematian (Grief and Bereavement), kehamilan yang tidak
diinginkan (Unwanted pragnency dan gagal KB)”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan pihak yang dengan tulus memberi doa, saran
dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua orang.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ i


Kata Pengantar………………………………………………………………. ii
Pembahasan
A. Riwayat kehilangan dan kematian (Grief and Bereavement ............ ..1
1. Kehilangan ................................................................................... ..1
2. Kematian ....................................................................................... 2

B. Kehamilan yang tidak diinginkan ....................................................... 3


1.Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan ................................. 4
2.Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan.... 5
3. Penanggulangan KTD .................................................................... 5

C. Kegagalan Kontrasepsi dengan KTD ................................................ 6


1.Tidak Menggunakan Kontrasepsi ................................................. 6
2.Kegagalan Kontrasepsi ................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. ..8

iii
PEMBAHASAN

A. Riwayat Kehilangan dan Kematian (Grief and Bereavement)


1. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang
dapat dialami individu ketika terjadi perubahan dalam hidup atau
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian
ataupun keseluruhan. Rasa kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama kehidupannya. Sejak lahir,
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap
individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap
kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon individu terhadap
kehilangan sebelumnya (Poter dan Perry, 1997).
a. Jenis kehilangan
1) Kehilangan objek eksternal (misalnya, kehilangan karena
kecurian atau kehancuran akibat bencana alam).
2) Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya, kehilangan
karena berpindah rumah, dirawat di rumah sakit, atau
berpindah pekerjaan).
3) Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti (misalnya,
kehilangan pekerjaan; kepergian anggota keluarga atau
kehilangan binatang peliharaan).
4) Kehilangan suatu aspek diri (misalnya, kehilangan anggota
tubuh dan fungsi psikologis atau fisik).
5) Kehilangan hidup (misalnya, kehilangan karena kematian
anggota keluarga, teman dekat, atau diri sendiri).
b. Dampak kehilangan
1) Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam
kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul

1
regresi, serta merasa takut ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian.
2) Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat
menimbulkan disintegrasi dalam keluarga.
3) Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena
kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan ssemangat hidup individu yang
ditinggalkan
2. Kematian
Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respons
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak
terhenti. Dengan perkataan lain, kematian merupakan kondisi
terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak secara menetap.
Kematian juga merupakan proses akhir dari kehidupan di mana fungsi
biologis suatu organisme berhenti secara permanen. Secara umum,
kematian ditandai dengan berakhirnya aktivitas otak yang menandakan
berhentinya fungsi vital tubuh. Namun, definisi kematian juga dapat
bervariasi tergantung pada perspektif budaya, agama, dan hukum yang
berbeda.Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang
sama seperti pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai
dengan tahapan Kubler-Ross (1969), yaitu diawali dengan penolakan,
kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
Beberapa poin penting terkait kematian meliputi:
a) Aspek Biologis: Kematian biologis terjadi ketika organisme
tidak lagi memiliki aktivitas vital, termasuk berhentinya
fungsi jantung, pernapasan, dan aktivitas otak.
b) Aspek Emosional dan Psikologis: Kematian juga
merupakan peristiwa yang melibatkan proses emosional
dan psikologis yang kompleks bagi individu maupun
keluarga yang ditinggalkan.
2
c) Aspek Sosial dan Budaya: Berbagai budaya memiliki
tradisi, kepercayaan, dan ritus yang berbeda terkait
kematian, termasuk upacara pemakaman, ritual peringatan,
dan tradisi dukacita.
d) Aspek Hukum: Kematian juga memiliki implikasi hukum
yang berkaitan dengan penanganan jenazah, warisan,
peraturan perundang-undangan terkait organ tubuh, dan
sebagainya.
Dalam beberapa kasus, ada perbedaan pendapat atau perspektif
yang kompleks mengenai definisi kematian, terutama terkait dengan
perkembangan teknologi medis yang mampu mempertahankan fungsi-
fungsi tubuh meskipun aktivitas otak telah berhenti. Hal ini
memunculkan perdebatan etis dan hukum tentang kapan tepatnya
kematian dapat dinyatakan.

Perubahan Tubuh Setelah Kematian


Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, di antaranya
rigor mortis (kaku) yang dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian.
Algor mortis (dingin) yaitu turunnya suhu tubuh secara perlahan-
lahan, serta postmortem decomposition yaitu terjadi livor mortis pada
daerah yang tertekan dan melunaknya jaringan yang dapat
menimbulkan banyak bakteri.

B. Kehamilan yang tidak diinginkan


Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak
diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan
yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan
hamil (BKKBN,2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan.

3
Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang
bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang
menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab
atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik
oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah (PKBI,
1998).
Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak
menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi
tidak pada saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat
dari yang telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan
adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Sementara itu,
konsep kehamilan yang diinginkan merupakan kehamilan yang
terjadinya direncanakan saat si ibu menggunakan metode kontrasepsi
atau tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai
kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan
bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2007 )

1.Penyebab Kehamilan yang Tidak Diinginkan


`Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak
di inginkan pada seorang wanita. Hasil penelitian Abdallah
menemukan proporsi wanita dengan pendidikan rendah (13,4%) lebih
besar untuk mengalami kehamilan tidak diinginkan dari pada
kehamilan yang diinginkan (4,1%). Proporsi wanita dari keluarga
berpendapatan yang rendah lebih banyak mengalami kehamilan tidak
diinginkan ( 15,9 % ) dibandingkan kehamilan yang dinginkan ( 4,1 %
). 9 Penelitian Gipson JD, et al menunjukkan bahwa wanita yang
berusia dibawah umur 20 tahun mempunyai kemungkinan (resiko ) 2,7
kali mengalami kehamilan tidak diinginkan dan 2,3 kali pada wanita
usia diatas 35 tahun Terdapat banyak alasan bagi seorang
perempuan tidak menginginkan kehadiran seorang anak pada saat
4
tertentu dalam hidupnya. Menurut Kartono Muhamad, ada beberapa
alasan yang membuat kehamilan itu tidak diinginkan,yaitu (Mohamad,
1998: 122 – 126):
1. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan
2. Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan
3. Bayi dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang
berat
4. Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual diluar nikah
2.Akibat yang Ditimbulkan oleh Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Berbagai akibat yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kehamilan
yang tidak diinginkan, antara lain (PKBI, 1998):

a. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya


seorang anak yang tidak diinginkan (unwanted child), dimana
anak ini akan mendapat cap buruk sepanjang hidupnya. Masa
depan “anak yang tidak diinginkan” ini sering mengalami
keadaan yang menyedihkan karena anak ini tidak mendapat
kasih sayang dan pengasuhan yang semestinya dari orang
tuanya, selain itu perkembangan psikologisnya juga akan
terganggu. Besar kemungkinannya bahwa anak yang tumbuh
tanpa kasih sayang dan asuhan ini akan menjadi manusia yang
tidak mengenal kasih sayang terhadap sesamanya.

b. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan juga dapat memicu


terjadinya pengguguran kandungan (aborsi) karena sebagian
besar perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan mengambil keputusan atau jalan keluar dengan
melakukan aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman.

3.Penanggulangan KTD
1. Penggunaan alat kontrasepsi seperti, IUD, spiral, susuk, pil,
kondom, dll. Dimana penggunaan kontrasepsi ini harus tepat agar
tidak terjadi
5
2. Peran media dalam membentuk karakter seseorang. Sinetron atau
film yang merupakan metode reversible yang biasa dipakai
pasangan untuk mencegah terjadinya kehamilan tidak diinginkan.

3. Peran Lingkungan sekitar. Peranan orang tua, teman, saudara,


tetangga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk tetap
mensupport ibu hamil untuk merawat janinnya baik secara social,
ekonomi, psikologis, maupun pelayanan kesehatan yang memadai.

C. Kegagalan Kontrasepsi dengan Kehamilan Tidak Diinginkan


1. Tidak Menggunakan Kontrasepsi
Di seluruh dunia, antara 120 – 150 juta perempuan yang menikah
ingin membatasi atau menjarangkan kehamilan tidak menggunakan
kontrasepsi. Meskipun metode KB tersedia, masih banyak para
perempuan yang belum menggunakannya. Hal ini dikarenakan kendala
keuangan, kepercayaan/agama tertentu, dilarang oleh anggota
keluarga atau perhatian tentang efek buruk yang dirasakan
mengganggu kesehatan atau fertilitas (WHO, 2000: 6).
BKKBN (1998) menyatakan bahwa dari beberapa penelitian
dan indepth interview dapat disimpulkan penyebab utama yang
berkembang mengapa sebagian besar wanita yang umumnya
berkeinginan menghindari kehamilan namun mereka tidak
menggunakan kontrasepsi. Hal itu ditandai dengan alasan- asalan
sebagai berikut:
1. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas Keluarga
Berencana berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas
pelayanan yang memadai.
2. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut
efek samping yang diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.
3. Kesenjangan informasi / KIE (komunikasi, Informasi, dan

6
Edukasi) BKKBN (1998) menyatakan bahwa dari beberapa
penelitian dan indepth interview dapat disimpulkan penyebab
utama yang berkembang mengapa sebagian besar wanita
yang umumnya berkeinginan menghindari kehamilan namun
mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Hal itu ditandai
dengan alasan- asalan sebagai berikut:
4. Kesenjangan terhadap akses dan kualitas Keluarga Berencana
berupa penyediaan kontrasepsi dan fasilitas pelayanan yang
memadai.
5. Alasan kesehatan, alasan akan kecemasan karena takut efek
samping yang diakibatkan karena pengaruh kontrasepsi.
6. Kesenjangan informasi / KIE (komunikasi, Informasi, dan
Edukasi)

2. Kegagalan Kontrasepsi
Tidak ada metode kontrasepsi yang sampai saat ini terbukti
100% efektif. Diperkirakan 8 – 30 juta kehamilan setiap tahunnya
merupakan hasil dari kegagalan kontrasepsi yang tidak konsisten
atau tidak benar dalam penggunaan metode kontrasepsi atau justru
karena kegagalan metode itu sendiri (WHO, 1998). Bagi yang sudah
termotivasi untuk tidak memiliki anak lagi dan sudah menggunakan
kontrasepsi tetapi masih juga mengalami kegagalan, biasanya akan
mencari jalan keluar dengan cara aborsi (Mohammad, 1998: 83).

Indonesia merupakan negara ketiga yang cukup banyak


menggunakan kontrasepsi setelah Brazil dan Republik Dominika.
Semakin banyak kontrasepsi yang digunakan, maka angka
kegagalannya pun juga semakin besar, baik kegagalan metode
maupun kegagalan pemakai.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Keterampilan Dasar Kebidanan 1.
Yogyakarta: Pustakabarupress.
Uliyah, Musripatul.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. 1998. The World Health Organization Quality of Life Assesment
(WHOQOL): Development and General Psychometric
Kartono Muhammad, 1983.Aspek Hukum dan Etika. Kedokteran
Indonesia, Grafiti Pres, Jakarta,.

Anda mungkin juga menyukai