Anda di halaman 1dari 2

Kata pengantar

Assalamualaikum wr wb
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas menganalisis kasus yang berkaitan dengan persengketaan pulau sipadan dan
ligitan dengan tepat waktu.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata PKN. Selain itu, tugas ini bertujuan menambah
wawasan tentang sejarah persengketaan pulau sipadan dan ligitan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu jumriati selaku guru Mata pelajaran PKN . Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya tugas ini.

Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.

MATAKALI, 27 Mei 2022


RANGKUMAN
Sengketa internasional merupakan suatu perselisihan antara subjek-subjekhukum
internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan ataupernyataan satu
pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967ketika dalam
pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negaraternyata memasukkan
pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya

International Court of Justice / Mahkamah Internasional (MI) dalam persidangan-


persidangannya guna mengambil putusan akhir, mengenai status keduapulau tersebut tidak
menggunakan (menolak) materi hukum yang disampaikan olehkedua negara, melainkan
menggunakan kaidah kriteria pembuktian lain, yaitu“Continuous presence, effective
occupation, maintenance dan ecology preservation”.Dalam amar keputusannya, Mahkamah
Internasional memutuskan bahwa “Indonesia’sargument that it was successor to the Sultanate of
Bulungan … cannot be accepted”.Sementara itu, Mahkamah Internasional juga menegaskan bahwa
“Malaysia’s argumentthat it was successor to the Sultan of Sulu … cannot be upheld”

MI dalam penyelesaian kasus ini menolak argumentasi Malaysia bahwa keduapulau sengketa
pernah menjadi bagian dari wilayah yang diperoleh Malaysiaberdasarkan kontrak
pengelolaan privat Sultan Sulu dengan Sen-Overbeck/BNBC/Inggris/Malaysia. Mahkamah
juga menolak argumentasi Malaysiabahwa kedua pulau termasuk dalam wilayah
Sulu/Spanyol/AS/Inggris yang kemudian diserahkan kepada Malaysia berdasarkan terori rantai
kepemilikan (Chain of TitleTheory). Menurut Mahkamah tidak satupun dokumen hukum atau
pembuktian yangdiajukan Malaysia berdasarkan dalil penyerahan kedaulatan secara estafet ini
memuatreferensi yang secara tegas merujuk persengketaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai