Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP NEGERI KOTA SUNGAI PENUH


Mata pelajaran : Muatan Lokal Budaya Kota Sungai Penuh
Kelas/semester : VIII/Ganjil
Alokasi waktu : 2x40 menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menghargai dan menghayatiajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghargai dan menghayati, perilaku jujur, disiplin,santun,percaya diri,
peduli dantanggung jawab, dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
dan lingkungan alamsekitar, bangsa, negara dan kawasan regional.
KI 3 : Memahami pengetahuan(paktual,konseptual dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,seni,budaya yang
KI 4 : terkait penomena dan kejadian tampak mata.
Mencoba mngolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah konkret
dan ranah abstrak

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


3.2 Memahami filosofi teknik pembuatan arsitektur tradisional Kota Sungai Penuh

C. INDIKATOR
3.2.1 Siswa mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk arsitektur tradisional
3.2.2 Siswa mampu menjelaskan filosofi arsitektur tradisiona rumah larik
3.2.3 Siswa mampu membuat denah dan konstruksi rumah larik

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk arsitektur tradisional
2. Siswa mampu menjelaskan filosofi arsitektur tradisiona rumah larik
3. Siswa mampu membuat denah dan konstruksi rumah larik

E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Filosofi arsitektur tradisional
2. Denah dan konstruksi rumah larik

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan I
Kegiatan Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan 10 menit
berdoa bersama
2. Mendata kehadiran peserta didik
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan teknik
penilaian yang akan dilakukan
4. Menginformasikan garis besar cakupan materi serta
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru menanyakan pengetahuan awal yang dikuasai
peserta didik tentang arsitektur tradisional Kota
Sungai Penuh
Inti Mengamati: 55 menit
Membaca aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk-
bentuk arsitektur tradisional, filosofi arsitektur
tradisiona rumah larik dan cara membuat denah dan
konstruksi rumah larik

Menanya :
Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan aspek-
aspek yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur
tradisional, filosofi arsitektur tradisiona rumah larik dan
cara membuat denah dan konstruksi rumah larik

kota sungai penuh

Mengeksplorasi:
Mengumpulkan data/informasi tentang filosofi bentuk-
bentuk arsitektur tradisional Kota Sungai Penuh

Mengasosiasi :
Menganalisis dan menyimpulkan informasi/data serta
membuat hubungan antara aspek-aspek yang
mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur tradisional,
filosofi arsitektur tradisiona rumah larik dan cara
membuat denah dan konstruksi rumah larik
Kota Sungai Penuh

Mengomunikasikan:
Hasil analisis dan simpulan tentang konsep dasar aspek-
aspek yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur
tradisional, filosofi arsitektur tradisiona rumah larik dan
Kegiatan Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
cara membuat denah dan konstruksi rumah larik
Kota Sungai Penuh
Penutup 1. Peserta didik bersama guru mengambil kesimpulan 15 menit
tentang konsep dasar filosofi arsitektur tradisional,
fungsi, perbedaan arsitektur tradisional dan
vermakuler, pengertian rumah tradisional dan
aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk-bentuk
arsitektur tradisional teknik Kota Sungai Penuh
2. Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran terkait dengan konsep dasar
filosofi arsitektur tradisional ,fungsi, perbedaan
arsitektur tradisional dan vermakuler, pengertian
rumah tradisional dan aspek-aspek yang
mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur tradisional
teknik Kota Sungai Penuh
3. Peserta didik diingatkan untuk menyempurnakan
laporan hasil diskusi kelompok tentang jawaban atas
pertanyaan yang telah dirumuskan untuk
dikumpulkan kepada guru
4. Peserta didik dimintauntuk mempelajari atau
membaca materi untuk pertemuan selanjutnya.
5. Menutup pembelajaran dengan berdoa sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing

PERTEMUAN II
Kegiatan Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan 10 menit
berdoa bersama
2. Mendata kehadiran peserta didik
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan teknik
penilaian yang akan dilakukan
4. Menginformasikan garis besar cakupan materi serta
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru menanyakan pengetahuan awal yang dikuasai
peserta didik tentang teknik pembuatan arsitektur
Kegiatan Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
tradisional Kota Sungai Penuh
Inti Mengamati: 55 menit
Membaca filosofi arsitektur tradisional rumah larik dan
mengamati denah dan konstruksi runah larik

Menanya :
Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan bentuk
denah dan konstruksi runah larik Kota Sungai Penuh

Mengeksplorasi:
Mengumpulkan data/informasi tentang filosofi dan
mendiskripsikan denah dan konstruksi runah larik Kota
Sungai Penuh

Mengasosiasi :
Menganalisis dan menyimpulkan informasi/data serta
membuat hubungan antara filosofi dengan denah dan
konstruksi runah larik Kota Sungai Penuh

Mengomunikasikan:
hasil analisis dan simpulan tentang konsep dasar filosofi
rumah larik dengan denah dan konstruksi runah larik
Kota Sungai Penuh

Penutup 1. Peserta didik bersama guru mengambil kesimpulan 15 menit


tentang denah dan konstruksi rumah larik
2. Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran terkait dengan denah dan
konstruksi rumah larik
3. Peserta didik diingatkan untuk menyempurnakan
laporan hasil diskusi kelompok tentang jawaban atas
pertanyaan yang telah dirumuskan untuk
dikumpulkan kepada guru
4. Peserta didik dimintauntuk mempelajari atau
membaca materi untuk pertemuan selanjutnya.
5. Menutup pembelajaran dengan berdoa sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing

G. NILAI-NILAI ANTIKORUPSI
1. Kepedulian
2. Kerja keras
3. Gotong royong
H. PENILAIAN
1. Tes tertulis
Menilai kemampuan kognitif tentang konsep filosofi arsitektur tradisional ,fungsi,
perbedaan arsitektur tradisional dan vermakuler, pengertian rumah tradisional dan
aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur tradisional Kota Sungai
Penuh

2. Unjuk kerja
Menilai kemampuan diskusi/presentasi menyajikan konsep membaca filosofi
arsitektur tradisional ,fungsi, perbedaan arsitektur tradisional dan vermakuler,
pengertian rumah tradisional dan aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk-bentuk
arsitektur tradisional Kota Sungai Penuh

3. Penilaian produk
Menilai laporan dan bahan presentasi tentang membaca filosofi arsitektur tradisional,
fungsi, perbedaan arsitektur tradisional dan vermakuler, pengertian rumah tradisional
dan aspek-aspek yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur tradisional Kota
Sungai Penuh.

I. MEDIA, ALAT, BAHAN DAN SUMBER PEMBELAJARAN


1. Media : Gambar tentang arsitektur tradisional rumah larik
2. Alat : Laptop, LCD/proyektor
3. Bahan : Lembar Kerja Siswa
4. Sumber : Buku sumber, junal/internet

J. METODE PEMBELAJARAN
1. Model : Saintifik
2. Metode : Diskusi

LAMPIRAN 1 : PENILAIAN SIKAP

Jurnal Perkembangan Sikap

Nama Sekolah : SMP Kota Sungai Penuh


Kelas/Semester : VIII / GANJIL
Tahun pelajaran : 2021/2022
No Waktu Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap Ket.

LAMPIRAN 2 : PENILAIAN PENGETAHUAN

Nama Sekolah : SMP Kota Sungai Penuh


Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Tahun Pelajaran : 2021/2022
Mata Pelajaran : Muatan Lokal
Bentuk Jumlah
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal
Soal Soal
3.1. Filosofi arsitektur Arsitektur Menjelaskan Uraian 1
tradisional Tradisional filosofi arsitektur
tradisional
3.2 Memahami filosofi teknik Denah rumah Menggambar uraian 1
pembuatan arsitektur larik rumah larik dan
tradisional Kota Sungai menyebutkan
Penuh ukuran rumah
larik

Pedoman penskoran soal uraian

No Item soal

1 Filosofi Arsitektur Tradisional Rumah Larik


Larik dalam bahasa Kerinci disebut laheik. Larik merupakan sebutan untuk rumah‐
rumah uhang Kincai (orang Kerinci) yang berupa rumah panggung dan berjajar
memanjang dari timur ke barat (laheik jajo).
Rumah larik berdiri di atas sebidang tanah empat persegi panjang yang disebut pahit
basudut mpat atau parit bersudut empat. Status tanah parit bersudut empat ini adalah
tanah adat yang hak guna tanahnya diatur menurut hukum oleh depati dan ninik mamak.
Rumah larik terdapat dalam sebuah luhah. Luhah tidak sama dengan lurah. Luhah
yaitu sebuah dataran pemukiman yang terdiri dari kelebu‐kelebu atau kelompok‐
kelompok perut membentuk satu kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh depati dan
dibantu oleh ninik mamak. Kelebu adalah segolongan orang yang berasal dari satu
keturunan nenek moyang yang perempuan dikepalai oleh ninik mamak.   Rumah larik
limo luhah yang terdapat di Kota Sungai Penuh terdiri dari luhah rio mendiho (Romen),
luhah rio jayo (Rioja), luhah rio tamenggung (Rita), luhah pamangkou rajea (Praja), dan
luhah datuk singarapi puteah (Dasira). Satu luhah dapat terdiri dari beberapa larik dan
satu larik dapat terdiri dari beberapa rumah (Gambar Rumah Larik yang Limo Luhah).

Apa yang dimaksud dengan luhah dan kelebu?

2 Berapakah ukuran rumah larik?

3 Buatlah denah rumah larik!

No.
Soa Kunci Jawaban Skor
l
1 Luhah yaitu sebuah dataran pemukiman yang terdiri dari kelebu‐kelebu atau
kelompok‐kelompok perut membentuk satu kesatuan masyarakat yang 40
dipimpin oleh depati dan dibantu oleh ninik mamak. Kelebu adalah
segolongan orang yang berasal dari satu keturunan nenek moyang yang
perempuan dikepalai oleh ninik mamak. 
2 Berdasarkan hasil Sayembara Rumah Adat Tradisional Daerah Kerinci
tahun 1994, diketahui bahwa rumah larik memiliki ukuran 11,55 m x 9 m
dengan besar setiap ruang 3,85 m x 4,5 m. Sedangkan tinggi kandang 1,2 m
dan tinggi dinding ruang atas 1,8 m (Gambar Denah Ruang Atas Rumah 20
Larik).

3 Gambar denah rumah larik 40


Skor perolehan
Total Skor Maksimum 100

total skor perolehan


Nilai = × 100
total skor maksimum

LAMPIRAN 3 : MATERI

1. Filosofi Arsitektur Tradisional Rumah Larik


Larik dalam bahasa Kerinci disebut laheik. Larik merupakan sebutan untuk
rumah‐rumah uhang Kincai (orang Kerinci) yang berupa rumah panggung dan
berjajar memanjang dari timur ke barat (laheik jajo).
Rumah larik berdiri di atas sebidang tanah empat persegi panjang yang disebut
pahit basudut mpat atau parit bersudut empat. Status tanah parit bersudut empat ini
adalah tanah adat yang hak guna tanahnya diatur menurut hukum oleh depati dan
ninik mamak.
Rumah larik terdapat dalam sebuah luhah. Luhah tidak sama dengan lurah. Luhah
yaitu sebuah dataran pemukiman yang terdiri dari kelebu‐kelebu atau kelompok‐
kelompok perut membentuk satu kesatuan masyarakat yang dipimpin oleh depati
dan dibantu oleh ninik mamak. Kelebu adalah segolongan orang yang berasal dari
satu keturunan nenek moyang yang perempuan dikepalai oleh ninik mamak.  
Rumah larik limo luhah yang terdapat di Kota Sungai Penuh terdiri dari luhah rio
mendiho (Romen), luhah rio jayo (Rioja), luhah rio tamenggung (Rita), luhah
pamangkou rajea (Praja), dan luhah datuk singarapi puteah (Dasira). Satu luhah
dapat terdiri dari beberapa larik dan satu larik dapat terdiri dari beberapa rumah
(Gambar Rumah Larik yang Limo Luhah).

2. Denah dan Konstruksi Rumah Larik


Pola bangunan pada rumah larik dibagi menjadi dua bagian yang terpisah, yaitu:
1. Bagian utama atau bawah terdiri dari tiang‐tiang besar.
2. Bagian atas terdiri dari tiang‐tiang bubung dan atap.
Pembagian konstruksi rumah yang terpisah ini bukan berarti kekurangan bahan
baku kayu untuk mendirikan rumah. Pada zaman dulu bahan kayu sangat melimpah
di daerah ini. Orang Kerinci memiliki alasan mengapa tidak membuat tiang rumah
berupa tiang panjang yang langsung menyangga dari bawah hingga ke alang atau
balok bubungan. Hal ini disebabkan antara lain, yaitu:
a. Adanya kepercayaan orang Kerinci bahwa alam kehidupan terdiri atas dua
bagian, yaitu dunia atas yang disebut maliyu dan dunia bawah yang disebut
marena. Dunia atas merupakan tempat kehidupan roh‐roh nenek moyang, peri,
dan dewa‐dewa. Dunia bawah tempat kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh‐
tumbuhan. Keduanya merupakan sisi yang saling terpisah (Gambar Pembagian
Ruang Mikro secara Vertikal).
b. Melalui segi teknologi yang telah dipahami orang Kerinci selama ratusan tahun.
Terpisahnya dua bagian ini akan mempermudah proses pengerjaan dan
pemasangan konstruksi. Semua pemasangan konstruksi rumah larik tanpa
menggunakan paku. Sistem sambungan pada konstruksi, yaitu berpasak kayu,
silang bertakik, dan ikat tali.
c. Adanya ungkapan dalam masyarakat Kerinci, yaitu kayu gedeang tempek
basanda  ‐  Imbun daeu tempek batedeuh (Pohon besar tempat bersandar  ‐
rindang daun tempat berteduh). Artinya pohon besar beserta akarnya merupakan
konstruksi tiang‐tiang rumah yang menyangga kehidupan. Sedangkan rimbun
daun dan ranting‐ranting merupakan bagian atas rumah agar dapat bertahan
hidup dari serangan terik matahari dan hujan. Sesuai dengan filsafat nenek
moyang Kerinci, bahwa alam diciptakan oleh Tuhan tetap dua‐dua bagian yang
terpisah. Seperti siang‐ malam, bumi‐langit, laki‐laki dan perempuan, hidup‐
mati, dan lain sebagainya (Disparbud Kerinci 2003).  
Orientasi tiang‐tiang yang digunakan pada rumah larik pada umumnya kayu
bagian pangkal harus berada di sebelah bawah bertemu fondasi batu. Bagian
ujung harus berada di atas dengan posisi vertikal. Sedangkan untuk alang‐alang
dan bagian lainnya dengan posisi horisontal, orientasi kayu tidak
dipermasalahkan.  
Seluruh dusun di Kerinci, rumah larik didirikan di atas batu fondasi yang
disebut batu sendai. Menurut masyarakat, fondasi didirikan di atas batu karena
pohon‐pohon di hutan Kerinci tidak ada yang tahan pelapukan air tanah sehingga
mudah ambruk jika ditanam.
Batu fondasi yang dipilih adalah yang berbentuk rata pada kedua
permukaannya.   Batu fondasi diletakkan di atas tiga buah batu yang berfungsi
sebagai bantalan. Batu bantalan ini dinamakan tungku tigo. Batu ini lebih kecil
ukurannya dari batu fondasi. Tungku tigo berfungsi sebagai gaya main bangunan
rumah jika terjadi gempa dan untuk mengatur ketinggian tiang‐tiang agar
memiliki kerataan yang sama.
Ukuran sebuah rumah larik menurut Zakaria (1984) adalah 6 depa x 3 depa
atau sekitar 10,8 m x 6,4 m (1 depa = 1,8 m), tinggi rumah kira‐kira 3 depa.
Tinggi kandang (ruang bawah) adalah 1,5 m, tinggi loteng 1,75 m, dan tinggi
bubungan sekitar 2 m.  
Berdasarkan hasil Sayembara Rumah Adat Tradisional Daerah Kerinci tahun
1994, diketahui bahwa rumah larik memiliki ukuran 11,55 m x 9 m dengan besar
setiap ruang 3,85 m x 4,5 m. Sedangkan tinggi kandang 1,2 m dan tinggi dinding
ruang atas 1,8 m (Gambar Denah Ruang Atas Rumah Larik).
Rumah larik yang asli sebenarnya tidak bersekat antar ruang baik ruang dalam
maupun ruang luar, tetapi hanya disekat oleh sebuah dinding pada bagian tengah
yang memisahkan ruang dalam dan ruang luar.  
Ruang luar adalah tempat berkumpul keluarga atau dilaksanakannya
pertemuan dan perundingan para pemangku adat. Jika ada tamu, maka tuan
rumah duduk di sebelah dinding tengah, sedangkan tamu duduk di sebelah
dinding depan dekat jendela. Apabila tamu adalah Depati dan Ninik Mamak,
maka tempatnya adalah di atas anjung yang ditinggikan 10 cm dari lantai rumah.
Anjung ini terletak di sebelah kanan dari dinding tengah atau sebelah kiri
dinding depan, bersandar ke dinding dan menghadap ke ruangan.

Anda mungkin juga menyukai