Anda di halaman 1dari 7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMPN 8 KOTA SUNGAI PENUH


Mata pelajaran : MULOK
Kelas/semester :VIII/Ganjil
Alokasi waktu : 1 X 2 JP

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur , disiplin, santun, percaya diri, peduli dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan
anakdi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, dan kawasan regional.
3. Memahami pemahaman (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar (KD)


3.1 Filosofi arsitektur tradisional

C. Indikator
3.1.4 Siswa mampu menjelaskan perbedaan arsitektur tradisional dan arsitektur vernakuler
3.1.5 Siswa mampu menjelaskan pengertian rumah tradisional
3.1.6 Siswa mampu mengidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi arsitektur
tradisional

D. Tujuan pembelajaran
1. Mampu menjelaskan perbedaan arsitektur tradisional dan arsitektur vernakuler
2. Mampu menjelaskan pengertian rumah tradisional
3. Mampu mengidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi arsitektur tradisional

E. Langkah- langkah kegiatan pembelajaran


Pertemuan keempat

Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu

Pendahuluan a. Peserta didik bersama guru menyampaikan 10 menit


salam dan berdoa.
b. Guru memberi motivasi : menanyakan
arsitektur tradisional yang ada di daerah
siswa.
c. Peserta didik menerima informasi tentang
topik dan tujuan pembelajaran dari guru.
d. Guru menyampaikan lingkup dan teknik
penilaian
Kegiatan inti a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 60 menit
menjelaskan perbedaan arsitektur
tradisional dan arsitektur vernakuler.
b. Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
menampilkan gambar-gambar arsitektur
tradisonal kota sungai penuh, siswa diminta
merumuskan pertanyaan secara individu.
c. Guru mengidentifikasi sumber belajar dan
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran.
d. Guru membantu peserta didik
mengumpulkan dan mengeksplorasi data.
e. Guru membimbing peserta didik dalam
kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para peserta didik baik
melalui tanya jawab, observasi dan
sebagainya.
Kegiatan penutup a. Peserta didik bersama guru mengambil 10 menit
simpulan atas jawaban dari pertanyaan.

Pertemuan Kelima

Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu

Pendahuluan a. Peserta didik bersama guru menyampaikan 10 menit


salam dan berdoa.
b. Guru memberi motivasi : menanyakan
arsitektur tradisional yang ada di daerah
siswa.
c. Peserta didik menerima informasi tentang
topik dan tujuan pembelajaran dari guru.
d. Guru menyampaikan lingkup dan teknik
penilaian
Kegiatan inti a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 60 menit
menjelaskan pengertian rumah tradisional
b. Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
menampilkan gambar-gambar arsitektur
tradisonal kota sungai penuh, siswa diminta
merumuskan pertanyaan secara individu.
c. Guru mengidentifikasi sumber belajar dan
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran.
d. Guru membantu peserta didik
mengumpulkan dan mengeksplorasi data.
e. Guru membimbing peserta didik dalam
kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para peserta didik baik
melalui tanya jawab, observasi dan
sebagainya.
Kegiatan penutup a. Peserta didik bersama guru mengambil 10 menit
simpulan atas jawaban dari pertanyaan.

Pertemuan Keenam

Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu

Pendahuluan a. Peserta didik bersama guru menyampaikan 10 menit


salam dan berdoa.
b. Guru memberi motivasi : menanyakan
arsitektur tradisional yang ada di daerah
siswa.
c. Peserta didik menerima informasi tentang
topik dan tujuan pembelajaran dari guru.
d. Guru menyampaikan lingkup dan teknik
penilaian
Kegiatan inti a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 60 menit
menjelaskan mengidentifikasi aspek-aspek
yang mempengaruhi arsitektur tradisional.
b. Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
menampilkan gambar-gambar arsitektur
tradisonal kota sungai penuh, siswa diminta
merumuskan pertanyaan secara individu.
c. Guru mengidentifikasi sumber belajar dan
memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran.
d. Guru membantu peserta didik
mengumpulkan dan mengeksplorasi data.
e. Guru membimbing peserta didik dalam
kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para peserta didik baik
melalui tanya jawab, observasi dan
sebagainya.
Kegiatan penutup f. Peserta didik bersama guru mengambil 10 menit
simpulan atas jawaban dari pertanyaan.

F. Materi/Bahan Ajar
Pengertian Arsitektur Tradisional dan Arsitektur Vernakuler
Arsitektur tradisional merupakan arsitektur berupa hasil dari kebudayaan
setempat. Sehingga jelas kalau Kebudayaan Minangkabau dan Jambi berbeda,
makanya arsitektur tradisional Minangkabau dan arsitektur tradisional Jambi juga
beda.  
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang mengambil kearifan lokal suatu
daerah. Sepintas mungkin hampir sama dengan arsitektur tradisional, tetapi ada
perbedaan mendasar di sini. Perbedaanya adalah arsitektur tradisional diwariskan
turun‐temurun dan mempunyai aturan serta ketentuan‐ketentuan tidak bisa diganggu
gugat.  

Pengertian Rumah Tradisional


Rumah tradisonal merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang sama
dari generasi ke generasi dan tanpa atau sedikit sekali mengalami perubahan. Rumah
tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan
memperhatikan kegunaan dan fungsi sosial dan juga arti budaya di balik corak atau
gaya bangunan.  
Contoh rumah tradisional berarsitektur tradisional yang ada di Indonesia.

Sumber:http://thalesyulianus.blogspot.com/2012/05/arsitektur‐vernakular‐dan‐
arsitektur.html
1. Panggung, berasal dari Sunda
2. Rumah Kebaya, berasal dari DKI Jakarta
3. Rumah Kasepuhan Cirebon, berasal dari Jawa Barat
4. Joglo Jawa Tengah, berasal dari Jawa Tengah
5. Bangsal Kencono dan Rumah Joglo, berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta
6. Rumah Joglo Situbondo, berasal dari Jawa Timur
7. Rumah Gapura Candi Bentar, berasal dari Bali
8. Rumah Istana Sultan Sumbawa, berasal dari Nusa Tenggara Barat
9. Rumah Istana Kesultanan Pontianak, berasal dari Kalimantan Barat
10. Rumah Betang, berasal dari Kalimantan Tengah
11. Rumah Banjar Bubungan, berasal dari Kalimantan Selatan
12. Rumah Lamin, berasal dari Kalimantan Timur
13. Rumah Larik dan Bilik Padi, berasal Kerinci

Aspek‐Aspek yang Memengaruhi Arsitektur Tradisional  

Aspek‐aspek yang memengaruhi arsitektur tradisional terdiri dari dua aspek


tradisional, meliputi budaya dan masyarakat.  

1. Aspek Tradisional Budaya  


Kebudayaan merupakan aspek yang berpengaruh dalam pengembangan arsitektur
tradisional. Pola hidup masyarakat pun turut membentuk arsitektur
pemukimannya. Karena terkait erat dengan keinginan kegiatan dan perilaku
manusia sebagai makhluk berbudaya.   Maka suatu arsitektur semestinya juga
sebagai salah satu cerminan budaya. Sehingga secara idealnya, arsitektur
Indonesia harus dapat pula mencerminkan budaya Bangsa Indonesia. Sebagai
budaya bangsa dapat memengaruhi arsitektur, maka arsitektur pun dapat
membentuk kebudayaan para pelakunya.  
2. Aspek Tradisional Masyarakat  
Arsitektur adalah pengejawantahan atau perwujudan (manifestasi) dari
kebudayaan manusia. Arsitektur selalu dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakatnya. Arsitektur itu merupakan manifestasi dari hidup kita sehari‐hari,
cermin kebudayaan kita, petunjuk dari tingkat perasaan artistik yang kita miliki,
menggambarkan tingkat teknologi kita, kemakmuran kita, dan struktur sosial
masyarakat kita.

Bentuk‐bentuk Arsitektur Tradisional Kota Sungai Penuh

1. Rumah Larik Kota Sungai Penuh adalah bagian dari Kabupaten Kerinci sebelum
tanggal 8 November 2008. Selanjutnya hingga sekarang secara administratif sudah terpisah.
Kabupaten Kerinci menjadi Kota Sungai Penuh yang dipimpin oleh Walikota. Meskipun
terpisah secara administratif, tetapi adat istiadat Kota Sungai Penuh merupakan bagian yang
tidak bisa terpisahkan dari adat isitadat atau budaya daerah suku Kerinci.

Konsep landscape rumah berlarik dapat dibagi berdasarkan konsep ruang makro,
ruang meso, dan ruang mikro. Pola rumah berlarik berjejer memanjang dari arah timur ke
arah barat sambung menyambung antara satu rumah dengan rumah yang bersebelahan hingga
membentuk sebuah larik (deretan).   Rumah berlarik di enam luhah Sungai Penuh, merupakan
salah satu kawasan rumah tradisional berlarik yang terdapat di Kota Sungai Penuh. Pada
masa lalu, umumnya di setiap pemukiman neghoi atau duseung di alam Kerinci terdapat
rumah berlarik panjang. Rumah berlarik yang banyak tersusun di dalam dusun atau desa.
Setiap larik (deretan) bisa terdiri sambungan dari sepuluh rumah atau lebih. Rumah larik ini
menjadikan desa tersebut menjadi beberapa larik. Seperti larik panjang, larik tengah, larik
melintang, larik dayi, larik kemahan, larik luar, larik dumo, larik keciput, larik enggong, larik
ketaji, larik serumpun serai, lari jambu air, dan banyak lagi sebutan larik lainnya tergantung
desa masing‐masing. Rumah ini menerapkan konsep sumbu vertikal (nilai ketuhanan) dan
sumbu horisontal (nilai kemanusiaan). Sumbu vertikal terlihat dari pembagian ruang menjadi
tiga bagian, yaitu bagian bawah sebagai kandang ternak, bagian tengah untuk tempat manusia
tinggal, dan bagian atas untuk menyimpan benda‐benda pusaka. Sedangkan sumbu horisontal
dapat dilihat dari pembagian ruang dalam rumah yang tidak bersekat dan saling menyatu
antara satu rumah dengan rumah yang saling bersebelahan. Hal ini mengandung nilai
kemanusiaan yang tinggi.

Bentuk bagian bangunan rumah larik merupakan satu kesatuan utuh yang saling
berhubungan dengan pembagian sebagai berikut:  
1. Bubungan atap  

2. Dinding

3. Pintu Jendela

4. Tiang

5. Lantai

6. Tangga

Rumah tradisional suku Kerinci yang terdapat di dusun‐ dusun atau kampung dalam
Kota Sungai Penuh dibuat atas dua bagian yang terpisah, yakni bagian utama atau bawah
terdiri dari tiang‐tiang besar dan bagian atas terdiri dari tiang‐ tiang bubung dan kasau atap.  

2. Rumah Ibadah dan Tabuh Larangan Bangunan tradisional yang lain adalah rumah ibadah,
berupa masjid atau surau dengan atap berbentuk limas tumpang tiga atau tumpang dua dan
dipuncaknya terdapat mustaka yang terbuat dari batang pohon baru.  

Pada rumah larik terdapat pintu mendahao/ mentahap (pintu antara) berfungsi untuk
menuju ke rumah yang di sebelahnya.

Rumah larik memiliki beberapa ruang dalam yang dibentuk berdasarkan fungsi diantaranya
lah lueah , lah lumeh, lah dapeu. Ketiga ruangan tersebut saling berhubungan satu sama
lainnya, antara ruang lah lueah dengan lah dapeu hanya dibatasi oleh ruang lah lumeh. Selain
itu, terdapat lagi ruang atas (pagu) dan ruang bawah/kolong.

Tabuh larangan.

Tabuh larangan ditempatkan di lokasi tertentu yang telah disepakati oleh tokoh masyarakat
waktu itu. Agar tidak cepat rusak maka dibuatlah sebuah rumah untuk melindungi tabuh
larangan dari segala macam gangguan. Rumah beduk atau tabuh larangan inilah yang disebut
dengan cungkup tabuh larangan.

Di antara ragam hias lain yang tumbuh dan berkembang itu adalah sebagai berikut,   
A. Pulo Neghoi Pulo neghoi dalam bahasa Indonesia sama dengan pusat negeri. Pusat negeri
ini terdapat dalam desa atau dusun yang masih tradisional di Kota Sungai Penuh atau desa‐
desa yang masih merawat keberadaannya. Pulo neghoi merupakan sesuatu yang berbentuk
bangunan batu alam tegak yang berada di tengah tengah dusun.   Pada masa lalu di kawasan
pulo neghoi dimanfaatkan untuk kegiatan upacara ritual tari asyek. Namun, sejak masuknya
agama Islam upacara ritual tari asyek secara perlahan‐lahan mengalami pergeseran, karena
dipandang tidak sesuai dengan ajaran dan kebudayaan agama Islam. Gambar Pulo Neghoi
atau Pusat Negeri 28 | Yafri Juned B. Jirat Nenek Jirat nenek merupakan bangunan tradisional
yang berukuran kecil berupa bentuk miniatur rumah yang di dalamnya terdapat makam nenek
moyang. Pada masa lampau jirat nenek moyang, atap bangunannya terbuat dari atap ijuk dan
bertiang kayu. Namun saat ini karena sudah banyak yang rusak, atap jirat nenek sudah diganti
dengan atap seng. Tiang dan dindingnya telah diganti dengan beton. Sekarang ini, bangunan
jirat sedikit sekali dirawat oleh masyarakat. Makin sedikit juga yang masih terlihat
keberadaanya. Di antaranya terdapat di Sungai Penuh, Kumun Mudik, Debai, Pondok Tinggi,
Koto Tengah, Koto Lolo, Koto Bento, dan lain‐lain.

G. Evaluasi
1. Jelaskan aspek-aspek yang mempengaruhi arsitektur tradisional!
2. Buatlah 5 contoh bentuk-bentuk arsitektur tradisional kota sungai penuh!

H. Penilaian, pembelajaran remedial, pengayaan


1. Penilaian
i. Penilaian sikap
 Teknik penilaian : Observasi
 Instrumen penilaian : Terlampir
ii. Penilaian pengetahuan
 Teknik penilaian : Tes Tertulis
 Instrumen penilaian : Terlampir
iii. Penilaian ketrampilan
 Teknik penilaian : Kinerja proses
 Instrumen penilaian : Terlampir
2. Penilaian Remedial : disesuakan dengan hasil penilaian reguler
I. Media, Alat, Bahan dan sumber pembelajaran
1. Media : Gambar mengenai rumah tradisional
2. Alat : Laptop, Infokus dan Papan Tulis
3. Bahan : Lembar kerja siswa
4. Sumber pembelajaran:
 Buku sumber

Anda mungkin juga menyukai