Anda di halaman 1dari 21

1.

Terlambat

07.10 WIB

“Rakaaaaa udah nyampe mana sih ?” gerutu Selly sambil terus


menelfon Raka, namun tak kunjung ada jawaban dari si
empunya hp.

Hari ini hari pertama Selly bekerja di sebuah perusahaan yang


sudah lama diimpikannya, dia tidak mau terlambat di hari
pertamanya ini. Semalam Raka memaksa untuk mengantar nya
kekantor pagi ini. Sebenarnya Selly sudah menduga Raka akan
terlambat, namun ia segan menolak ajakan sahabat nya itu.

“Bocah satu ini memang gak berubah ya, selalu ngaret. Padahal
kan dia tau hari ini hari pertama aku kerja” Selly mondar
mandir di teras rumahnya sambil terus menghubungi Raka.

Ibu berjalan tertatih-tatih keluar teras dengan menggunakan


tongkatnya. Beliau gelisah melihat Raka tak kunjung datang
untuk menjemput anaknya. Selly yang melihat ibu keluar
langsung membantu ibu untuk duduk di kursi teras.

“Raka nya udah sampai mana nak? Udah mau siang loh ini,
nanti kamu terlambat” ucap ibu sambil merapikan kemeja Selly
yang kusut.

“Selly gak tau Raka udh dimana bu, dari tadi Selly telfonin gak
diangkat-angkat” jawab Selly sambil melirik jam di handphone
nya.
“Kamu berangkat duluan aja nak, naik ojek didepan aja biar gak
kena macet. Biar ibu yg nungguin Raka disini” ucap ibu lagi.

“Iya bu, Selly berangkat sekarang ya bu. Nanti kalau Raka


nyampe sini, ibu marahin ya dy” imbuh Selly

Selly bergegas kedalam untuk mengambil tas nya. Dia pun


meraih bekal diatas meja yang sudah disiapkan ibu untuknya.
Selly merasa sangat beruntung keadaan ibu sudah sangat
membaik sehingga dia bisa bekerja lagi. Selly pun berpamitan
dengan ibu nya, dia mencium tangan dan pipi ibu kesayangan
nya itu.

“Selly berangkat ya bu, doain Selly ya bu. Ibu istirahat aja


dirumah jangan capek-capek ya” ucap Selly.

“Iya anakku, doa ibu selalu menyertaimu” jawab ibu sambil


memeluk anak semata wayangnya itu.

Semenjak suaminya meninggal dunia enam tahun yang lalu, ibu


dan Selly hanya tinggal berdua saja dirumah ini. Dulu beliau
sempat bekerja di sebuah pabrik textile selama 3 tahun namun
karena kecelakaan yang menimpanya, kini ia hanya bisa
dirumah saja. Kaki kanan nya tepaksa diamputasi karena
terhimpit sepeda motor yang ia kendarai saat itu. Untungnya
ada Selly yang dengan telaten merawatnya, sehingga kondisi
nya pun mulai berangsur membaik.
Sebuah sedan berwarna biru metalik memasuki perkarangan
rumahnya. Seorang pria dengan tampilan kasual keluar dari
mobil tersebut sambil menunduk malu.

“Selly udah berangkat bu?” tanya Raka dengan hati-hati. Ia bisa


melihat kekesalan di wajah ibu sahabatnya ini.

“Kamu dari mana toh nak Raka, kok lama sekali datangnya.
Selly sudah berangkat duluan pakai ojek, dari tadi dia mondar
mandir nungguin kamu. Trus kamu ditelfonin kenapa gak
diangkat?” jawab ibu sambil mengarahkan tongkatnya ke kaki
Raka, ia hendak memukulkan tongkatnya tersebut.

“Maaf bu, Raka telat bangun. Hp Raka juga ketinggalan dirumah


karena tadi buru-buru mau kesini” jawab Raka sambil
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Kamu ini kebiasaan sekali seperti itu, untung Selly masih


keburu naik ojek. Kalau gak kan dia bisa saja terlambat sampai
kantor. Kamu tau kan Selly sudah sejak lama mendambakan
bekerja di perusahaan itu” jawab ibu dengan suara yang sudah
mulai pelan.

“Iya Raka tau bu, karena itu Raka ingin mengantar nya ke
kantor. Tapi alarm Raka malah mati bu” jawab Raka dengan
wajah memelas.

“Yo wes lah, mau bagaimana lagi toh anaknya juga udah
berangkat. Kamu pasti belum sarapan kan? Ayo kedalam
sarapan sama ibu” ucap ibu sambil mencoba berdiri dari
duduknya.

Raka langsung dengan sigap mengapit lengan ibu untuk


menuntun nya masuk kedalam rumah. Dia sudah terbiasa
dengan omelan ibu dan dia tidak pernah merasa tersinggung.
Raka amat sangat menyayangi kedua perempuan ini. Dia selalu
siap menjadi garda terdepan untuk kedua perempuan yang
paling berjasa dalam hidup nya ini.

“Ibu masak apa? Raka sengaja gak sarapan dari rumah karena
pengen makan masakan ibu” ucap Raka sambil menggoda ibu,
semoga ibu tidak kesal lagi sama aku pikirnya.

“Kamu ini ya paling bisa ngambil hati ibu, ibu gak pernah bisa
lama marah sama kamu. Ibu masak nasi uduk pakai telur
balado, oseng teri tempe sama sambel terasi” jawab ibu sambil
membuka tudung saji dimeja makan.

“Waaah ... kesukaan Raka semua ini” ucap Raka sambil


berinisitif mengambil piring dan sendok sendiri. Rumah ini
sudah seperti rumah kedua bagi nya.

Ibu senang melihat Raka makan masakan nya dengan begitu


lahap. Dia sudah menganggap Raka seperti anak kedua nya,
karena selama enam tahun belakangan ini Raka selalu
membantu mereka.

“Ibu kenapa makan nya sedikit sekali? “ tanya Raka yang masih
sibuk mengunyah nasi uduknya.
“Ibu sudah kenyang liat kamu makan nak, kamu habiskan saja
nasi uduknya. Ibu sengaja masak banyak karena tau kamu akan
kesini” jawab ibu dengan senyuman.

Raka sangat senang diperlakukan dengan manis oleh ibu, dia


selalu merasa menjadi bagian penting setiap berkunjung
kerumah ini. Ibu selalu perhatian padanya, selalu bertanya
tentang kehidupan nya dan juga selalu memberikan nasihat-
nasihat yang membuat hidup Raka jauh lebih baik seperti
sekarang.

“Nanti sore ibu Raka jemput ya? Kita jemput Selly kekantornya
sekalian Raka traktir makan untuk merayakan hari pertama
Selly bekerja” tanya Raka sambil membereskan piring di meja
makan.

“Waah ... Ibu senang sekali nak. Selly juga pasti senang, nanti
kamu hubungi Selly ya” jawab ibu sumringah

“Terimakasih ya nak Raka, kamu selalu ada untuk Ibu dan Selly.
Ibu tidak tahu bagaimana cara membalas semua kebaikan Raka
sama kami” ujar ibu dengan mata berkaca-kaca

“Aduuh ... Ibu kok jadi sedih begitu. Raka ikhlas dan senang
melakukan semuanya bu. Ibu juga sangat baik dan menerima
Raka dengan segala sifat anaeh Raka. Ibu dan Selly udah Raka
anggap seperti keluarga Raka sendiri. Jadi ibu jangan pernah
merasa sungkan, Raka ingin melihat ibu bahagia” jawab Raka
sambil menghapus air mata ibu.
2. Hari Pertama

Selly sampai tepat waktu dihalaman kantornya. Setelah


membayar ongkos ojek dan mengembalikan helm, dia berlari
kecil menuju pintu masuk kantor.

“Sepuluh menit lagi jam masuk kantor nih” ujar Selly sambil
melihat jam tangan nya.

Dengan berlari-lari kecil Selly tepat waktu sampai didepan


mesin absen karyawan. Dia pun menempelkan kartu karyawan
nya sampai terdengar bunyi bip.

“Alhamdulillah sampai tepat waktu” ucap Selly sumringah

Di lobi kantor seorang pria paruh baya menyapa Selly. Beliau


adalah manager HRD di kantor tersebut. Kebetulan beliau juga
baru sampai di kantor dan melihat Selly senyam-senyum sendiri
didepan mesin absen.

“Kamu Selly Andriani kan? Kenapa kamu senyam-senyum


begitu” tanya beliau dengan ramah.

Selly merasa terkejut dan malu karena dari tadi ternyata Pak
Roni melihat nya.

“Iya pak, maaf pak saya terlalu senang karena bisa sampai tepat
waktu dikantor” jawab Selly sambil menunduk malu.
Pak Roni tertawa mendengar jawaban Selly. Dari awal interview
memang Selly lah yang paling cerdas dan antusias terhadap
posisi pekerjaan ini. Makanya Pak Roni sangat kagum dengan
kegigihan anak ini.

“Ayo, ikut keruangan saya dulu. Ada beberapa hal yang mau
saya jelaskan sebelum kamu mulai bekerja” ujar Pak Roni
dengan ramah

Selly pun mengikuti Pak Roni dari belakang, dia merasa


beruntung bos dikantor sangat baik kepadanya. Selly memasuki
ruang kerja Pak Roni dengan terkagum-kagum. Ruangan itu
sangat rapi, bersih dan wangi. Ada meja kerja yang diatasnya
terdapat beberapa tumpuk berkas dan beberapa frame foto,
semuanya tersusun sangat rapi. Didepan meja kerja terdapat
meja kecil dengan beberapa kursi yang difungsikan untuk
menerima tamu penting. Disamping meja kerja terdapat rak-rak
yang berisikan buku-buku dan berkas-berkas penting
perusahaan.

“Selly duduk disana dulu ya, saya mau ambil berkas-berkas nya
dulu” ucap Pak Roni sembari menunjuk kursi didepan meja
kerjanya.

Selly duduk sambil matanya tak henti-hentinya melihat


sekeliling ruangan tersebut. Dilihat dari ruangan nya dapat
dipastikan kalau Pak Roni adalah orang yang sangat
perfeksionis.
“Ini ada beberapa peraturan perusahaan yang harus kamu baca
dan kamu pahami ya. Disini juga disebutkan sangsi-sangsi yang
didapat kalau kamu melanggar peraturan tersebut” ucap Pak
Roni sambil menyerahkan tumpukan berkas tebal kepada Selly.

Selly terkejut melihat berkas tebal tersebut. Dia bertekad untuk


tidak membuat kesalahan sedikitpun, karena dia ingin bekerja
selama nya di perusahaan ini.

“Baik pak, Selly akan taati semua peraturan diperusahaan ini.


Selly juga berjanji akan bekerja dengan giat. Mohon bantuan
nya ya pak” jawab Selly mantap.

Pak Roni semakin terkagum-kagum melihat semangat Selly. Dia


bisa melihat kesungguhan dari mata Selly. Ternyata orang yang
direkomendasikan pimpinan benar-benar cerdas. Sebenarnya
selain kecerdasan dan semangat Selly, pimpinan perusahaan
lah yang meminta langsung kepada nya untuk menerima gadis
tersebut. Awalnya Pak Roni tidak berharap lebih dengan Selly
karena biasanya orang titipan pimpinan tidak ada yang
menonjol, mereka hanya mengandalkan “keberuntungan”. Tapi
tidak dengan Selly, dari awal melihat hasil tes tertulis Selly yang
mendapatkan nilai sempurna beliau sudah terkagum-kagum.
Pada saat interview pun Pak Roni semakin dibuat kagum
dengan kecerdasan Selly, dia bisa menjawab dengan tepat
semua pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Pak Roni mengantarkan Selly ke meja kerjanya, Selly bekerja di


divisi yang dipimpinnya. Staff divisi tersebut berjumlah lima
orang, ditambah Selly sekarang staffnya menjadi enam orang.
“Selamat pagi semuanya. Saya membawa karyawan baru yang
akan bergabung di tim kita, saya harap kalian bisa
membimbingnya dan bekerjasama dengan baik” sambung Pak
Roni.

Selly pun memperkenalkan diri kepada rekan-rekan kerjanya.


Dia amat senang ternyata rekan kerjanya juga sangat ramah
sama seperti Pak Roni.

“Selly kalau ada yang bingung atau mau ditanya jangan sungkan
ya, kita ini tim jadi harus saling membantu” ucap Ratna yg meja
kerjanya tepat disamping Selly.

“Iya Selly, tanya sama Abang Andes juga boleh” tambah Andes
tidak mau kalah yang tentu saja diiringi dengan tawa rekan-
rekan yang lainnya.

“Terimakasih semuanya, Selly harap bisa beradaptasi dengan


baik” ucap Selly sambil membungkukan badan nya.

Hari pertama Selly bekerja berjalan dengan baik. Dia sangat


beruntung mendapatkan bos dan rekan-rekan kerja yang baik.
Pada saat jam makan siang tadi pun mereka keluar makan
bersama-sama, mereka sudah sangat akrab. Selly sangat
bahagia hari itu ditambah ia mendapat pesan dari Raka kalau
ibunya dan Raka akan datang menjemputnya dikantor, mereka
akan merayakan hari pertamanya bekerja.
Tiba jam pulang kantor, Selly dan rekan-rekan kerjanya keluar
gedung bersama-sama dan mereka berpisah didepan pintu
masuk kantor.

“Yakin gak mau ikut pulang bareng aku?” tanya Sisil yang
ternyata rumah mereka searah.

“Gak sil, makasih ya tawarannya lain kali aj kita pulang bareng.


Aku dijemput sama ibu dan teman ku” jawab Selly sambil
tersenyum.

“Janji ya, aku duluan ya” ucap Sisil sambil menghidupkan mesin
mobilnya.

“Iya, aku janji. Kamu hati-hati” jawab Selly sambil melambaikan


tangannya.

Tiba-tiba Selly dikejutkan dengan suara klakson mobil. Dia


sangat mengenal suara klakson mobil ini, dengan muka kesal
dia membalikan badannya ke sumber suara tersebut.

“Rakaaaa .... kebiasaan ya, untung aku gak jatuh” ucap Selly
kesal sambil mencubit lengan Raka.

Yang dicubit hanya bisa tertawa dan menunjukan ekspresi


pura-pura pasrah. Dia selalu senang menggoda Selly, wajah
Selly yang cemberut itu sangat imut menurutnya.

“Ibuuu ..... Selly rindu” ucap Selly sambil masuk ke mobil bagian
belakang dan memeluk ibu nya.
“Oalah anakku ini sangat lebay sekali. Baru beberapa jam kamu
pergi kerja nak” jawab ibu sambil membalas pelukan Selly.

Raka tersenyum melihat adegan tersebut, rasanya seperti


menonton drama korea. Dia selalu iri melihat kedekatan Selly
dengan ibu nya. Kenapa keluarga ku tidak bisa seperti itu ?.

“Jadi Raka duduk didepan sendiri nih? Gak ada yang mau
nemanin Raka?” ucap Raka sedikit merajuk.

“Udah kamu nyetir aja yang benar, jarang-jarang kan nyetirin


dua bidadari. Nyetirnya yang cepat ya pak tapi jangan ngebut
karena saya sudah lapar” jawab Selly berlagak seperti majikan
yang sedah memberi perintah kepada supirnya.

Raka hanya bisa tertawa mendengar jawaban Selly. Yaah


begitulah Selly, gadis yang selalu ceria. Dari dulu dia kenal Selly
tidak ada yang berubah dari gadis itu, selalu bisa membuat
orang-orang disekelilingnya merasa nyaman didekatnya.

Mereka makan malam disebuah resto mewah milik keluarga


Raka. Awalnya Selly menolak karena pasti harganya sangat
mahal. Namun Raka berdalih makan malam kali ini selain
merayakan Selly bekerja juga sebagai permintaan maaf karena
dia telat menjemput Selly tadi pagi. Akhirnya seperti biasa, Selly
selalu kalah dengan Raka. Selly tidak sanggup melihat Raka
memohon-mohon seperti itu. Dia amat sangat menyayangi
sahabatnya ini. Yah sahabat, Selly tidak mau berharap lebih
dengan Raka. Seperti ini saja Selly sudah sangat bahagia.
3. Keresahan

“Mas bangun sudah siang” ucap Bibi Ani sambil menggoyang-


goyangkan badan Raka.

“Bentar lagi bik, masih subuh bik” jawab Raka ngelantur.

“Subuh opo toh mas, ini sudah jam tujuh. Katanya mas mau
ngantar non Selly kerja” ucap bibi sambil membuka gorden agar
cahaya matahari masuk.

“Selly ......” ucap Raka panik sambil melompat dari tempat


tidur. Dia ingat kalau pagi ini dia sudah janji mau mengantar
Selly kekantor.

“Bibik kok gak bangunin Raka sih bik?” ucap Raka dengan kesal
sambil masuk kekamar mandi, dia hanya menggosok gigi nya.

“Oalah mas, kamar mas ini saksi bisu nya. Dari jam setengah 6
bibik bangunin mas, mulai dari ngetok pintu, gedor pintu
sampai bibi minta ke mang jajat duplikat kunci kamar mas.
Besok beliin bibi toa deh mas, biar bibi bangunin mas pake toa,
toa mesjid kalau bisa ya mas” jawab bibi dengan nyeleneh
sambil keluar dari kamar Raka.

Raka tertawa cekikikan mendengar celotehan panjang bibi Ani.


Dia tidak punya waktu untuk menggoda bibi Ani karena dia
harus buru-buru menjemput Selly. Raka mengambil kaus
berkerah dan celana jeans dari dalam lemari baju nya, tak lupa
memakai jam tangan dan memberi sedikit sentuhan pomade
dirambut nya. Sentuhan terakhir nya ia menyemprotkan
hampir satu botol parfum ke badannya. Walaupun tidak mandi
harus tetap wangi.

Bibi Ani masuk ke kamar Raka, beliau hendak mengantarkan


sarapan untuk nya. Bibi Ani hanya bisa geleng-geleng kepala
melihat Raka hampir menyemprotkan seluruh isi botol parfum
nya.

“Mandi pakai parfum aja sekalian mas, mau bibi ambilin ember
sama gayung gak” ledek bibi Ani sambil meletakan sarapan
Raka di meja disamping tempat tidurnya.

Raka hanya tersenyum sinis dan mencubit lengan bibi Ani


dengan lembut. Bibi Ani sudah seperti pengganti mama nya
dirumah ini, karena mama nya sangat jarang dirumah.

“Diminum dulu teh nya mas, kalau keburu makan juga sedikit
roti nya” seru bibi Ani sambil merapikan tempat tidur Raka.

“Raka minum teh nya aja ya bi, roti nya kasih mang jajat aja”
ucap Raka sambil meneguk teh yang disiapkan oleh bibi Ani.

Dengan tergesa-gesa Raka menghabiskan seluruh isi gelas


tersebut, lalu dia bergegas memakai sepatu dan mengambil
kunci mobil yang tergeletak di meja komputernya.

“Raka pergi dulu ya bi” ucap Raka sambil mencium tangan Bibi
Ani.
“Hati-hati mas, jangan ngebut-ngebut ingat buat injak rem nya”
celetuk bibi Ani kepada Raka.

Bibi Ani sudah bekerja dengan orangtua Raka sejak Raka masih
umur 2 tahun. Dari Raka masuk SD sampai Raka tamat kuliah,
bibi Ani lah yang selalu mengurus keperluan Raka. Bibi Ani
sudah menganggap Raka sebagai anaknya, karena bibi Ani tidak
mempunyai anak. Suaminya meninggal dunia saat pernikahan
mereka masih seumur jagung, sejak saat itu Bibi Ani tidak
mempunyai keinginan untuk menikah lagi. Ia memutuskan
merantau ke Jakarta dan bekerja di rumah orangtua Raka.

Raka memasuki mobil sedan biru metalik miliknya dengan


tergesa-gesa. Dia menghidupkan mesin dan langsung tancap
gas menuju rumah Selly. Namun sial bagi Raka, dia terjebak
macet panjang dan nyaris tak bergerak. Dia ingin menghubungi
Selly tapi dia baru sadar kalau hp nya ketinggalan dirumah.

“Sial .. Maceet lagi, hp juga ketinggalan. Selly pasti marah besar


nih” ucap Raka sambil memukul-mukul stir mobil nya.

Raka pasrah, sudah setengah jam dia terjebak macet dan


sampai sekarang pun belum ada perubahan. Mau putar balik
pun sudah tidak bisa karena sudah penuh dengan mobil dan
motor. Yang ada dipikirannya saat ini adalah mencari alasan
yang tepat agar Selly tidak marah padanya. Dia sangat tahu
watak Selly, dia paling tidak suka kalau Raka berbohong. Dan
ajaibnya Selly selalu tahu kalau Raka sedang berbohong.
07.45 WIB, Raka sampai dirumah Selly tetapi dia tidak melihat
Selly diteras rumah nya yang dia lihat hanya ibu duduk sendiri
diteras itu. Raka sudah pasrah dirinya akan kena omel oleh ibu
dan benar saja ibu mengomeli dirinya karena terlambat
menjemput Selly. Untuk mencairkan suasana, Raka pun
berinisiatif mengajak ibu untuk menjemput Selly pulang kantor
nanti.

Raka sudah kembali kerumahnya lagi, sampai dirumah dia


melihat Bibi Ani sedang sibuk didapur. Bibi Ani selalu memasak
makan siang dengan porsi banyak walaupun dirumah itu
mereka hanya tinggal bertiga. Terkadang Raka tidak tega
melihat masakan Bibi tidak habis makanya setiap jam makan
siang Raka selalu berusaha untuk pulang kerumah.

“Waaah ..... harum sekali masakan bibi, bibi masak apa? Lama-
lama berat badan Raka naik nih kalau bibi masak enak terus”
goda Raka

“Ya bagus toh mas kalau berat badan mas naik, masak mau
kurus kerempeng begitu” celetuk bi Ani sambil melihat Raka
dari atas kepala sampai ujung kaki nya.

“Enak aj kurus kerempeng, badan sixpack begini masak bibi


bilang kurus. Ini berat badan ideal bi” jawab Raka sambil
memamerkan otot lengan nya.

Bibi Ani hanya tersenyum, beliau sibuk menata masakan nya


dimeja makan. Hari ini dia masak makanan kesukaan Raka yaitu
semur ayam, dendeng balado dan sayur bening bayam. Dia
tahu saat ini pasti perasaan Raka sedang kacau karena tadi pagi
dia telat menjemput Selly. Yah Non Selly adalah segala-gala nya
buat Mas Raka, jika Non Selly marah pasti Mas Raka akan sedih.

“Sudah jangan ngoceh terus mas, ayo makan siang. Bibi sudah
masak makanan kesukaan mas Raka, makan yang lahap yo”
ucap bibi sambil menyendokan nasi ke piring Raka.

“Bibi juga duduk disini temani Raka makan ya, sekalian bibi
panggil Mang Jajat, kita makan sama-sama” ucap Raka sambil
mengambil mangkok sayur bayam kesukaannya.

Yah begitulah Raka, dia tidak mau makan siang sendirian di


meja makan sebesar itu dan dengan banyak nya lauk pauk yang
disediakan Bibi Ani. Dia selalu mendambakan makan siang
seperti keluarga harmonis lainnya, namun itu tak akan pernah
terwujud. Makanya setiap jam makan siang dia selalu mengajak
Bibi Ani dan Mang Jajat untuk makan dimeja makan
bersamanya. Nafsu makan nya bertambah melihat Bibi Ani dan
Mang Jajat makan dengan lahapnya, terkadang Raka sampai
menambah nasi saking nikmatnya.

“Bi nanti sore gak usah masak ya, bibi beli atau delivery
makanan saja. Nanti Raka mau makan malam diluar sama Selly
dan ibu nya” ucap Raka sambil membantu bibi membereskan
meja makan. Lalu ia mengeluarkan dompetnya dan
mengeluarkan beberapa lembar uang merah dan menyerahkan
nya ke bibi.
“Banyak sekali uang nya mas, ini mah bisa untuk traktir satu
komplek. Bibi cuma berdua aja sama Mang Jajat mas, satu
lembar saja sudah cukup” ucap bi Ani sambil mengembalikan
beberapa lembar uang merah.

“Gak papa bi, lebih nya bibi simpan saja buat nambah-
nambahin biaya nikah sama Mang Jajat” goda Raka sambil
berlari menuju kamarnya.

Bibi Ani hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Mas


Raka. Dari dulu dia selalu ingin Bibi Ani dan Mang Jajat
menikah, karena menurutnya mereke berdua itu cocok. Namun
baik Bibi Ani maupun Mang Jajat tidak ada keinginan untuk itu,
keduanya sudah sangat sepuh rasanya sudah tidak pantas
untuk menikah lagi. Mereka ingin menghabiskan masa tua nya
dirumah ini merawat dan mengurus Mas Raka.

Raka duduk mematung di ujung tempat tidur sambil melihat-


lihat foto yang terpasang didinding kamarnya. Raka
merindukan kehadiran kedua orangtua nya dirumah ini.
Orangtua Raka saat ini tinggal di Jepang, keduanya memilih
tinggal di negara sakura itu untuk mengurus bisnis restoran
yang sudah mereka geluti berpuluh-puluh tahun. Orang tua
Raka pulang ke Indonesia hanya satu atau dua kali dalam
setahun, terkadang dalam setahun pun mereka tidak pulang.
Raka sudah terbiasa dengan suasana sepi dirumah namun
terkadang dia juga ingin seperti keluarga yang lainnya, hidup
dengan bahagia bersama kedua orangtuanya.
Tiba-tiba Raka dikejutkan dengan dering handphone nya.
Namun begitu melihat nama yang tertera di layar ponsel, ia
langsung menghela napas panjang.

“Hallo ... “jawab Raka dengan ketus.

“Selly sudah bekerja diperusahaan seperti yang kamu inginkan,


sekarang papa harap kamu menepati janji kamu” ucap Papa
dengan tegas dan menutup sambungan teleponnya.

Riki terdiam dan menatap layar hp nya dengan penuh


kebencian. Dia harus menepati janjinya yang sudah
disepakatinya bersama papa.
4. Hidup Normal

Sudah hampir sebulan Selly bekerja dan dia sudah merasa


nyaman dengan pekerjaan dan teman sekantornya. Senior-
senior nya dikantor selalu membantu ketika Selly ada masalah
atau bingung dengan pekerjaannya.

“Selly, makan siang bareng yuk?” Ajak Hilda yg duduk


dibelakang Selly. Hilda adalah senior yang paling perhatian
kepada semua rekan-rekan kerjanya. Sehingga dia sering
dipanggil “ibu peri”.

“Ayuk kak, sebentar ya Selly save dulu file nya” jawab Selly
sambil menyimpan file yang sudah dibuatnya dan mematikan
komputer.

“Kak Ratna, Bang Andes ayuk ikutan makan siang” ajak Selly
kepada senior-seniornya yang lain.

Ternyata senior-senior itu sudah berdiri menunggu Selly,


mereka dari tadi hanya menunggu anak bawang itu untuk
mematikan komputernya. Selly suka lupa waktu kalau sudah
asyik dengan pekerjaannya, makanya senior-seniornya selalu
mengajak Selly untuk makan siang.

“Kami dari tadi sedang menunggu anak bawang untuk makan


siang, kamu kalau udah serius suka lupa waktu.” jawab Andes
sambil menarik kursi Selly dan menyuruh Selly untuk lebih
cepat bergerak.
Selly dan yang lainnya tertawa melihat tingkah Andes. Andes
adalah satu-satu nya lelaki di tim mereka, ya diluar Pak Roni
sebagai pimpinan. Karena Pak Roni hanya sesekali ikut
bergabung bersama mereka, maklumlah bos selalu disibukkan
dengan jadwal rapat.

Mereka ber empat makan siang di sebuah resto didekat kantor,


resto langganan karyawan kantor karena selain enak dan juga
harganya murah. Selly pun suka dengan masakan resto ini, dia
tidak pernah bosan walaupun setiap hari makan di resto ini.

Anda mungkin juga menyukai