Terlambat
07.10 WIB
“Bocah satu ini memang gak berubah ya, selalu ngaret. Padahal
kan dia tau hari ini hari pertama aku kerja” Selly mondar
mandir di teras rumahnya sambil terus menghubungi Raka.
“Raka nya udah sampai mana nak? Udah mau siang loh ini,
nanti kamu terlambat” ucap ibu sambil merapikan kemeja Selly
yang kusut.
“Selly gak tau Raka udh dimana bu, dari tadi Selly telfonin gak
diangkat-angkat” jawab Selly sambil melirik jam di handphone
nya.
“Kamu berangkat duluan aja nak, naik ojek didepan aja biar gak
kena macet. Biar ibu yg nungguin Raka disini” ucap ibu lagi.
“Kamu dari mana toh nak Raka, kok lama sekali datangnya.
Selly sudah berangkat duluan pakai ojek, dari tadi dia mondar
mandir nungguin kamu. Trus kamu ditelfonin kenapa gak
diangkat?” jawab ibu sambil mengarahkan tongkatnya ke kaki
Raka, ia hendak memukulkan tongkatnya tersebut.
“Iya Raka tau bu, karena itu Raka ingin mengantar nya ke
kantor. Tapi alarm Raka malah mati bu” jawab Raka dengan
wajah memelas.
“Yo wes lah, mau bagaimana lagi toh anaknya juga udah
berangkat. Kamu pasti belum sarapan kan? Ayo kedalam
sarapan sama ibu” ucap ibu sambil mencoba berdiri dari
duduknya.
“Ibu masak apa? Raka sengaja gak sarapan dari rumah karena
pengen makan masakan ibu” ucap Raka sambil menggoda ibu,
semoga ibu tidak kesal lagi sama aku pikirnya.
“Kamu ini ya paling bisa ngambil hati ibu, ibu gak pernah bisa
lama marah sama kamu. Ibu masak nasi uduk pakai telur
balado, oseng teri tempe sama sambel terasi” jawab ibu sambil
membuka tudung saji dimeja makan.
“Ibu kenapa makan nya sedikit sekali? “ tanya Raka yang masih
sibuk mengunyah nasi uduknya.
“Ibu sudah kenyang liat kamu makan nak, kamu habiskan saja
nasi uduknya. Ibu sengaja masak banyak karena tau kamu akan
kesini” jawab ibu dengan senyuman.
“Nanti sore ibu Raka jemput ya? Kita jemput Selly kekantornya
sekalian Raka traktir makan untuk merayakan hari pertama
Selly bekerja” tanya Raka sambil membereskan piring di meja
makan.
“Waah ... Ibu senang sekali nak. Selly juga pasti senang, nanti
kamu hubungi Selly ya” jawab ibu sumringah
“Terimakasih ya nak Raka, kamu selalu ada untuk Ibu dan Selly.
Ibu tidak tahu bagaimana cara membalas semua kebaikan Raka
sama kami” ujar ibu dengan mata berkaca-kaca
“Aduuh ... Ibu kok jadi sedih begitu. Raka ikhlas dan senang
melakukan semuanya bu. Ibu juga sangat baik dan menerima
Raka dengan segala sifat anaeh Raka. Ibu dan Selly udah Raka
anggap seperti keluarga Raka sendiri. Jadi ibu jangan pernah
merasa sungkan, Raka ingin melihat ibu bahagia” jawab Raka
sambil menghapus air mata ibu.
2. Hari Pertama
“Sepuluh menit lagi jam masuk kantor nih” ujar Selly sambil
melihat jam tangan nya.
Selly merasa terkejut dan malu karena dari tadi ternyata Pak
Roni melihat nya.
“Iya pak, maaf pak saya terlalu senang karena bisa sampai tepat
waktu dikantor” jawab Selly sambil menunduk malu.
Pak Roni tertawa mendengar jawaban Selly. Dari awal interview
memang Selly lah yang paling cerdas dan antusias terhadap
posisi pekerjaan ini. Makanya Pak Roni sangat kagum dengan
kegigihan anak ini.
“Ayo, ikut keruangan saya dulu. Ada beberapa hal yang mau
saya jelaskan sebelum kamu mulai bekerja” ujar Pak Roni
dengan ramah
“Selly duduk disana dulu ya, saya mau ambil berkas-berkas nya
dulu” ucap Pak Roni sembari menunjuk kursi didepan meja
kerjanya.
“Selly kalau ada yang bingung atau mau ditanya jangan sungkan
ya, kita ini tim jadi harus saling membantu” ucap Ratna yg meja
kerjanya tepat disamping Selly.
“Iya Selly, tanya sama Abang Andes juga boleh” tambah Andes
tidak mau kalah yang tentu saja diiringi dengan tawa rekan-
rekan yang lainnya.
“Yakin gak mau ikut pulang bareng aku?” tanya Sisil yang
ternyata rumah mereka searah.
“Janji ya, aku duluan ya” ucap Sisil sambil menghidupkan mesin
mobilnya.
“Rakaaaa .... kebiasaan ya, untung aku gak jatuh” ucap Selly
kesal sambil mencubit lengan Raka.
“Ibuuu ..... Selly rindu” ucap Selly sambil masuk ke mobil bagian
belakang dan memeluk ibu nya.
“Oalah anakku ini sangat lebay sekali. Baru beberapa jam kamu
pergi kerja nak” jawab ibu sambil membalas pelukan Selly.
“Jadi Raka duduk didepan sendiri nih? Gak ada yang mau
nemanin Raka?” ucap Raka sedikit merajuk.
“Subuh opo toh mas, ini sudah jam tujuh. Katanya mas mau
ngantar non Selly kerja” ucap bibi sambil membuka gorden agar
cahaya matahari masuk.
“Bibik kok gak bangunin Raka sih bik?” ucap Raka dengan kesal
sambil masuk kekamar mandi, dia hanya menggosok gigi nya.
“Oalah mas, kamar mas ini saksi bisu nya. Dari jam setengah 6
bibik bangunin mas, mulai dari ngetok pintu, gedor pintu
sampai bibi minta ke mang jajat duplikat kunci kamar mas.
Besok beliin bibi toa deh mas, biar bibi bangunin mas pake toa,
toa mesjid kalau bisa ya mas” jawab bibi dengan nyeleneh
sambil keluar dari kamar Raka.
“Mandi pakai parfum aja sekalian mas, mau bibi ambilin ember
sama gayung gak” ledek bibi Ani sambil meletakan sarapan
Raka di meja disamping tempat tidurnya.
“Diminum dulu teh nya mas, kalau keburu makan juga sedikit
roti nya” seru bibi Ani sambil merapikan tempat tidur Raka.
“Raka minum teh nya aja ya bi, roti nya kasih mang jajat aja”
ucap Raka sambil meneguk teh yang disiapkan oleh bibi Ani.
“Raka pergi dulu ya bi” ucap Raka sambil mencium tangan Bibi
Ani.
“Hati-hati mas, jangan ngebut-ngebut ingat buat injak rem nya”
celetuk bibi Ani kepada Raka.
Bibi Ani sudah bekerja dengan orangtua Raka sejak Raka masih
umur 2 tahun. Dari Raka masuk SD sampai Raka tamat kuliah,
bibi Ani lah yang selalu mengurus keperluan Raka. Bibi Ani
sudah menganggap Raka sebagai anaknya, karena bibi Ani tidak
mempunyai anak. Suaminya meninggal dunia saat pernikahan
mereka masih seumur jagung, sejak saat itu Bibi Ani tidak
mempunyai keinginan untuk menikah lagi. Ia memutuskan
merantau ke Jakarta dan bekerja di rumah orangtua Raka.
“Waaah ..... harum sekali masakan bibi, bibi masak apa? Lama-
lama berat badan Raka naik nih kalau bibi masak enak terus”
goda Raka
“Ya bagus toh mas kalau berat badan mas naik, masak mau
kurus kerempeng begitu” celetuk bi Ani sambil melihat Raka
dari atas kepala sampai ujung kaki nya.
“Sudah jangan ngoceh terus mas, ayo makan siang. Bibi sudah
masak makanan kesukaan mas Raka, makan yang lahap yo”
ucap bibi sambil menyendokan nasi ke piring Raka.
“Bibi juga duduk disini temani Raka makan ya, sekalian bibi
panggil Mang Jajat, kita makan sama-sama” ucap Raka sambil
mengambil mangkok sayur bayam kesukaannya.
“Bi nanti sore gak usah masak ya, bibi beli atau delivery
makanan saja. Nanti Raka mau makan malam diluar sama Selly
dan ibu nya” ucap Raka sambil membantu bibi membereskan
meja makan. Lalu ia mengeluarkan dompetnya dan
mengeluarkan beberapa lembar uang merah dan menyerahkan
nya ke bibi.
“Banyak sekali uang nya mas, ini mah bisa untuk traktir satu
komplek. Bibi cuma berdua aja sama Mang Jajat mas, satu
lembar saja sudah cukup” ucap bi Ani sambil mengembalikan
beberapa lembar uang merah.
“Gak papa bi, lebih nya bibi simpan saja buat nambah-
nambahin biaya nikah sama Mang Jajat” goda Raka sambil
berlari menuju kamarnya.
“Ayuk kak, sebentar ya Selly save dulu file nya” jawab Selly
sambil menyimpan file yang sudah dibuatnya dan mematikan
komputer.
“Kak Ratna, Bang Andes ayuk ikutan makan siang” ajak Selly
kepada senior-seniornya yang lain.