Anda di halaman 1dari 2

Perkem

ahan Saya, rafli Muhammad rayhan ingin menceritakan pengalaman

Golaga
saya. Tentang pengalaman saya saat mengikuti kemah besar
dalam rangka penyambutan dan penerimaan penggalang baru di
sekolah saya.

Cerita dimulai ketika di pagi hari dimana semua teman-teman


saya yang menjadi panitia kemah besar tersebut serta kakak
Pembina menyiapkan barang di halaman sekolah untuk
menunggu truk berangkat. Setelah selesai dan beristirahat kurang
lebih selama satu jam, truk pun datang dan kami pun segera
menaikkan barang-barang keperluan kemah ke atas truk.

Truk kemudian berangkat dari sekolah, saya mulai membaca beberpa doa ketika truk
tersebut melaju meninggalkan gerbang sekolah. Perjalanan dihiasi dengan pemandangan
pepohonan, hutan, sawah, serta aktivitas keseharian warga desa, singkat cerita kami pun
tiba di bumi perkemahan yang berada di Kandangan, Kare, Jawa timur. Saya mengucap
Alhamdulillah dan mulai membantu teman saya untuk menurunkan semua peralatan kemah
dari truk.

Kemudian kita semua melaksanakan sholat zuhur dan makan bersama-sama, setelah makan, kakak-kakak
Pembina kami menyampaikan beberapa peraturan dan peringatan yang harus kami patuhi, diantaranya
adalah; saya harus menjaga sikap, perkataan, jangan sembarangan berbuat, dan tidak boleh gegabah,
karena kia berada di tempat tidak dikenal dan terletak di sekitaran hutan. Karena saya sedang asyik
dengan teman saya mengobrol sehingga saya tidak menghiraukan perkataan kakak Pembina saya. Saya
pun banyak berlaku tidak sopan, kurang menjaga ucapan, dan sembarangan bertindak.

Hingga pada suatu malam ketika para DPP sedang membina calon DPPnya. Malam itu bertepatan tengah
malam, saya diminta untuk memilih salah seorang CDPP bersama dengan teman saya bernama Alvito.
Saya dan Vito setuju untuk memilih ananda yang akan saya bina. Kakak-kakak Pembina memberi
kebebasan untuk memilih tempat membina. 

Saya dan Vito berniat membawa ke tempat yang sepi dan gelap untuk melatih mental CDPP binaan kami.
Kami memilih tempat di sebuah pinggir depan rumah kosong yang kelihatannya adalah bekas bangunan
Belanda. 

Saya dan Vito mulai membina CDPP dengan memberinya beberapa pertanyaan terkait kepramukaan
hingga sampai pada suatu pertanyaan adik kelas bimbingan kami menatap dengan tatapan kosong, saya
pun penasaran dan melihat ke arah apa yang dia tatap, seketika itu saya melihat sesosok wanita yang
sedang duduk di dahan pohon, dia berpakaian serba putih dan wajahnya tidak terlihat, agak lama saya
mengamati kemudian dia melambai-lambai pada kami. Sontak saja saya memerintahkan Alvito dan
Ananda, CDPP binaan kami untuk kembali ke tempat tadi kakak Pembina mengumpulkan kami.
Kemudian saya menanyai Ananda terkait apa yang baru saja saya alami. Dia menjawab tidak melihat apa-
apa. Saya menceritakan hal yang sama pada Vito, Vito pun merinding. 
Dari kejadian itu, saya mengambil pelajaran bahwa ketika kita berada di tempat baru dan tidak kita kenal,
kita harus senantiasa menjaga semua ucapan, sikap, maupun perbuatan. Disana saya juga belajar untuk
agar selalu fokus dan tida terjebak halusinasii yang didasari ketakutan saya, saya juga belajar bahwa kita
tidak boleh meremehkan nasihat orang siapapun orangnya.

Yah... itu kurang lebih cerita saya, semoga bermanfaat bagi kalian semua

Anda mungkin juga menyukai