Anda di halaman 1dari 2

TUGAS IPS

NAMA : MARIA SUSANTI DEMAYA

KELAS : IX-B

ETNOGRAFI DAYAK DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA-KALTIM

Dayak atau Daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi adalah
yang memmiliki budaya terrestrial (daratan, bukan budaya maritime). Sebutan ini adalah sebutan umum
karena orang Daya terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Dalam arti sempit, Dayak hanya mengacu
kepada suku Ngaju (rumpun Ot Danum) di Kalimantan Tengah, sedangkan arti yang luas suku Dayak
terdiri dari atas 6 rumpun suku. Suku Bukit di Kalimantan Selatan dan Rumpun Iban diperkirakan
merupakan suku Dayak yang menyeberang dari pulau Sumatera. Sedangkan suku Maloh di Kalimantan
Barat diperkirakan merupakan suku Dayak yang datang dari pulau Sulawesi.

Ada banyak pendapat tentang asal-usul orang Dayak. Sejauh ini belum ada yang sungguh
memuaskan. Pendapat umumnya menempatkan orang dayak sebagai salah satu kelompok suku asli
terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan. Gagasan (penduduk asli) ini didasarkan pada teori
migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu, diduga nenek moyang orang Dayak berasal
dari beberapa gelombang migrasi. Gelombang pertama terjadi kira-kira 1 juta tahun yang lalu tepatnya
pada periode Interglasial-Pleistosen. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia prehistoris
yang berasal dari Afrika). Pada zaman Preneolitikum, kurang lebih 40.000-20.000 tahun lampau, datang
lagi kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia modern, Homo sapiens ras Mongoloid).

Penggalian arkeologis di Niah-Serawak, Madai dan Baturong-Sabah membuktikan bahwa


kelompok ini sudah menggunakan alat-alata dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan
dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal tehknologi api. Kelompok ketiga datang
kurang lebih 5000 tahun silam. Mereka ini berasal dari daratan Asia dan tergolong dalam ras Mongoloid
juga. Kelompok ini sudah hidup menetap dalam satu komunitas rumah komunal (rumah panjang) dan
mengenal tehnik pertanian lahan kering (berladang). Gelombang migrasi itu masih terus berlanjut
hingga abad 20. Menurut Prof.Lambut dari Universitas Lambung Mangkurat, secara rasial, manusia
dayak dapat dikelompokkan menjadi: Dayak Mongoloid, Dayak Malayunoid, Dayak Austrolo-
Melanosoid, dan Dayak Heteronoid.

Budaya Dayak dapat memberikan informasi yang sangat berarti tentang munculnya suku bangsa
di Indonesia, asal-usul, kepercayaan (religi), cara mencari makan, seni, ilmu pengetahuan dan teknologi
dan lain sebagainya. Kehidupan suku Dayak dan budayanya dapat dipergunakan sebagai panduan dan
kunci dalam studi etnografi, arkeologi dan sejarah bangsa.
Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya Suku Dayak dalam Kehidupan mereka sebagai berikut:

1. Suku Dayak dan budayanya merupakan suatu bagian atau sempalan bangsa dan budaya besar
yaitu Austronesia yang juga merupakan nenek moyang suku-suku bangsa di Nusantara.

2. Nenek moyang suku Dayak pada awalnya bermukim di daerah Yunan, Tiongkok Selatan dan
Vietnam yang kemudian bermigrasi ke daerah bagian selatan melalui Vietnam, Kamboja,
Thailand, Malaysia, Sumtra dan Jawa terus ke daerah timur. Sebagian lagi ke timur melalui
Formosa, Philipina, Talaud, Sulawesi, Kalimantan dan terus ke timur, Ambon, Pasifik.

3. Suku Dayak berasal dari bangsa Austronesia yang merupakan penutur bahasa Austronesia yang
telah mengenal berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain ilmu perbintangan,
teknologi pembuatan alat batu, pembuatan gerabah, menguasai teknologi transportasi
(perahu), teknologi tuang logam, tenun, ukir, dan lain-lain. Kepercayaan pada awalnya adalah
pemujaan terhadap arwah nenek moyang yang dianggap merupakan zat tertinggi dan
menentukan kehidupan di dunia maupun di alam kematian.

4. Suku Dayak awal mulanya merupakan pemeluk tradisi/budaya megalitik yang telah mengenal
teknologi pembuatan bangunan-bangunan batu besar, seperti menhir (batu tegak), arca
megalitik, arca menhir, dolmen, teras berundak dan lain sebagainya yang diperlukan dalam
pemujaan leluhur. Setelah mereka sampai ke tempat bermukim sekarang, tidak tersedia bahan
baku yang berupa monolit (batu besar) untuk dibuat sarana memenuhi kebutuhan pemujaan
leluhur atau untuk penguburan. Oleh karena itu mereka membuat berbagai sarana dari kayu
yang bentuk-bentuknya sama dengan hasil tradisi megalitik.

5. Kehidupan suku Dayak didasari oleh kepribadian luhur yang mengedepankan persatuan,
gotong-royong, toleransi. Cara-cara dan cirri kehidupan ini telah dilambangkan dalam cara
bermukim di rumah lamin. Pola-pola hias yang satu dan lainnya tidak terputus yang merupakan
simbol satuan yang tidak terpisahkan antara satu dan lainnya. Berbagai sktifitas kehidupan
dilakukan secara bergotong-royong, seandainya ada yang tidak melaksanakan akan diberi sangsi
berupa benda atau binatang ternak.

6. Budaya Dayak mempunyai sifat multi sector, multidimensi dan multifungsi yang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan, untuk ilmu pengetahuan, budaya, pendidikan,
ideology, ekonomi, persahabatan dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai