Makalah Perbandingan Madzhab.
Makalah Perbandingan Madzhab.
Perbandingan Madzhab
PERBANDINGAN MAZDHAB FIQIH IBADAH
Dosen Pengammpu:
Tamimi, M.Hi
Di susun oleh :
Ilham Aminulloh
Muhammad Syahril Sidiq
Nike Purnama Sari
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah yang maha Esa atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini
dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Tamimi,M.HI dosen mata
kuliah perbandingan madzhab yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali
ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perbaningan Madzhab Fiqih Ibadah” sehingga
dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami
dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima
kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini,
teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga
dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang
penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak
guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
Penyusun
A. Latar belakang
Dalam islam kita mengenal empat imam madzhab besar yang terkenal sampai
kepada seluruh umatdari zaman silam hingga zaman sekarang. Mereka adalah Imam Hanafi,
Imam Maliki, Imam Syafi’I dan imam Hambali. Karena pengorbanan, perjuangan serta bhati
merekayang besar terhadap islam khususnya dalam ilmu fiqih mereka mencapai level atau
kedukan yang tinggi dalam islam.
Peninggalan mereka merupakan amalan ilmu fiqih yang besar dan abadi yang
menjadi kemegahan bagi agama islam dan kaum muslimun umumnya. Pamdangan-
pandangan dari ke empat madzhab lebih dikenal dengan keterkatannya dalam studi ilmu
fiqih. Yang mana mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam menganalisa kedudukan
dan penerapan hukum islam.
Dalam makalah ini pokok permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana
perbedaan fiqih ibadah dari empat imam madzhab yaitu Imam Syafi’I, Imam Hambali,
Imam Hanafi, dan Imam Maliki.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perbandingan fiqih ibadah (Thaharah) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali ?
2. Bagaimana perbandingan fiqih ibadah (Sholat) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali ?
3. Bagaimana perbandingan fiqih ibadah (Puasa) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i,
dan Imam Hambali ?
4. Bagaimana perbandingan fiqih ibadah (Haji) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i,
dan Imam Hambali ?
C. Tujuan
1. Mengetahui perbandingan fiqih ibadah (Thaharah) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i dan Imam Hambali
2. Mengetahui perbandingan fiqih ibadah (Sholat) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali
3. Mengetahui perbandingan fiqih ibadah (Puasa) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali
4. Mengetahui perbandingan fiqih ibadah (Haji) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i,
dan Imam Hambali
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbandingan fiqih ibadah (Thaharah) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan
Imam Hambali
1. Bersuci
Definisi bersuci secara lughat (etimologi) adalah bersih dan terbebas dari kotoran.
Sedangkan secara syara’ (terminologi) adalah Menghilangkan najis atau hadats. Air
adalah salah satu hal yang utama bagi kehidupan sekaligus merupakan satu-satunya dzat
yang mampu menghilangkan hadats atau najis.
Klasifikasi air atau pembagian air ditinjau dari sah dan tidaknya di gunakan
bersuci ada tiga:
1. Suci dan dapat mensucikan perkara lain (suci mensucikan);
2. Suci tapi tidak dapat mensucikan yang lainnya (suci tidak mensucikan);
Air suci mensucikan yaitu setiap air yang turun dari langit atau yang keluar dari
mata air dan tidak berubah salah satu dari tiga sifatnya (warna, bau dan rasa) dengan
sesuatu yang bisa menghilangkan kemutlakannya air serta bukan air musta'mal (telah
digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis). Sebagian Ulama' madzhab Maliki
menyatakan bahwa air musta’mal boleh digunakan bersuci, seperti wudlu dan mandi,
hanya saja hukumnya makruh.
Imam Hanafi
Hukum air yang terkena najis adalah najis, baik dari air sedikit (kurang dari dua
kulah) atau banyak, berubah atau tidak, dengan catatan airnya diam (tidak
mengalir).
Imam Maliki
Hukum air yang terkena najis tetap suci, baik dari air sedikit (kurang dari dua
kulah) atau banyak, dengan catatan air tersebut tidak berubah dari salah satu dari
tiga sifatnya.
Imam Syafi'i
Air sedikit (kurang dari dua kolah) dihukumi najis dengan sebab terkena najis,
berubah salah satu sifatnya atau tidak, begitu juga air banyak apabila salah satu
sifatnya berubah, namun bila salah satu sifatnya tidak berubah, tetap suci dan
mensucikan.
Imam Hambali
Air banyak (dua kolah atau lebih) yang terkena najis dan tidak berubah salah satu
dari sifatnya (bau, warna, rasa), maka hukumnya tetap suci dan mensucikan.
2. Wudlu
Wudlu adalah syarat (tatanan) agama yang mempunyai makna bersıh, baik bersih dari
kotoran, najis, dosa atau lainnya. Dengan melakukan wudlu seseorang diperbolehkan
melakukan ibadah yang asalnva dilarang sebab hadats kecil seperti shalat, memegang
atau membawa Al Qur'an dan thowaf.
Dengan melakukan wudlu sesuai dengan kriteria yang ada disalah satu madzhab
empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) berarti penghalang ma'nawi melarang
melakukan hal yang disyaratkan suci telah Sirna, sehingga diperbolehkan melaksanakan
shalat, thawaf, atau yang lainnya dari hal-hal yang dilarang sebab hadats kecil.
Penghalang ma'nawi dapat kembali sebab melakukan hal-hal yang membatalkan wudlu,
diantaranya mengeluarkan sesuatu dari salah satu dua jalan (depan dan belakang), namun
beragam perbedaan dikalangan madzahib al arba'ah mengenai hal-hal yang termasuk
kategori membatalkan wudlu vang akan dikupas dalam pembahasan berikut ini
3. Mandi
Pengertian mandi menurut lughat (etimology) yaitu mengalirnya air secara
mutlak, baik di badan atau lainnya. Sedangkan menurut syara (terminology) yaitu
mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan syarat-syarat tertentu dan di sertai niat.
Kewajiban bagi seseorang untuk mandi dari hadats besar, yaitu ketika akan melaksanakan
hal-hal yang disyaratkan suci dari hadas besar seperti shalat, thawaf dan lain-lain.
Hal-hal yang mewajibkan mandi
Versi Imam Hanafi
1. Keluar sperma secara tersendat-sendat dan disertai rasa nikmat
2. Masuknya khasafah (penis) kedalam farji lubang
3. jalan depan atau belakang)
4. Terputusnya darah haid.
5. Terputusnya darah nifas.
Rukun-rukun mandi
Versi Imam Hanafi
1. Madmadlah (berkumur)
2. Istinsyak (Menghirup air kehidung dan mengeluarkannya)
3. Meratakan air keseluruh badan yang tampak (kulit dan rambut).
C. Perbandingan fiqih ibadah (Puasa) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan
Imam Hambali
Pengertian puasa menurut lughat adalah menjaga sedangkan menurut syara'
adalah menjaga dari hal-hal vang dapat membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar
shodiq sampai terbenamnya matahari dengan beberapa svarat dan rukun yang telah
ditentukan.
Syarat-Syarat Puasa menurut Madzahib Al Arba’ah
Versi imam Hanafi
Menurut imam hanafi, syarat-syarat puasa terbagi menjadi tiga, yaitu:
syarat wajib puasa, syarat sah puasa, dan syarat wajib melakukan puasa.
Penjelasannya adalah sebagai :
Syarat wajib puasa
Islam
Baligh
Berakal
Syarat sah puasa
Suci dari haidl dan nifas
Niat, waktu pelaksanaannya adalah mulai tenggelamnya matahari sampai
sebelum tengah hari (dzuhur).
Syarat wajib melakukan puasa
Sehat dari semua penyakit
Iqomah (tidak dalam keadaan bepergian)
Versi imam Maliki
Menurut imam Maliki, syarat-syarat puasa terbagi menjadi tiga, yaitu:
syarat wajib, syarat sah, syarat wajib dan sahnya. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
Syarat wajib puasa
Baligh
Mampu untuk melakukan puasa
Syarat sah puasa
islam
niat dilakukan pada hari yang sah untuk berpuasa
Syarat wajib dan sahnya puasa
berakal
suci dari haidfl dan nifas
sudah masuk bulan ramadlan
Versi imam syafi’i
Menurut imam syafi'i, syarat-syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu:
syarat wajib puasa dan syarat sah puasa. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Syarat wajib puasa
Islam
Baligh
Berakal
Mampu untuk melaksanakan puasa, (baik ditinjau dari sudut pandang
syara' seperti suci dari haidl dan nifas, atau kondisi fisik semisal sehat,
belum lanjut usia).
Syarat sah puasa
Islam
Tamyiz (dapat membedakan hal yang baik dan buruk)
Suci dari haidl dan nifas
Dilakukan pada hari yang sah untuk berpuasa.
Versi imam Hambali
Menurut imam Hambali, syarat-syarat puasa terbagi menjadi tiga, yaitu:
syarat wajib puasa, Syarat sah puasa, syarat wajib dan sahnya puasa.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Syarat wajib puasa
Islam
Baligh
Mampu untuk melakukan puasa
Syarat sah puasa
niat
suci dari haidl dan nifas
Syarat wajib dan sahnya puasa
Islam
Berakal
Tamyiz
D. Perbandingan fiqih ibadah (Haji) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan
Imam Hambali
Definisi haji secara lughat (bahasa) adalah menyengaja, sedangkan menurut syara'
adalah menyengaja ka'bah dengan tujuan beribadah. Hukum melakukan ibadah haji bagi
setiap individu muslim adalah wajib sebanyak satu kali selama hidup, kecuali ada hal
yang menuntut harus lebih dari satu kali, seperti karena adanya nadzar. Haji adalah salah
satu rukun Islam yang dampaknya sangat tampak bagi seorang muslim, hal ini
disebabkan karena haji termasuk ibadah yang memerlukan pengorbanan fisik dan materi.
Haji hanya diwajibkan bagi orang yang telah mencapai taraf istitha'ah (mampu) dengan
norma dan kriteria yang telah ditentukan oleh syara'.
RUKUN-RUKUN HAJI
Rukun haji adalah suatu ritual haji yang apabila ditinggalkan salah satunya tidak
bisa diganti dengan dam (denda) dan hukum hajinya batal
Rukun-rukun haji versi madzahib al arba'ah:
Versi imam Hanafi
1) Wukuf di Arafah;
2) Thawaf Ifadlah.
Sedangkan ihrom merupakan syarat sahnya haji, dan sa'i merupakan wajib
haji.
Versi imam Maliki dan imam Hambali
1) Ihrom
2) Wukuf di Arafah
3) Thawaf Ifadlah
4) Sai di antara Shafa dan Marwa.
Versi imam Syafi'i
1) Ihrom
2) Wukuf di Arafah
3) Thawaf Ifadlah
4) Sa'i di antara Shafa dan Marwa
5) Mencukur atau memotong rambut
6) Tartib (berurutan) di sebagian besar rukun haji.
BAB III
KESIMPULAN
Definisi bersuci secara lughat (etimologi) adalah bersih dan terbebas dari kotoran.
Sedangkan secara syara’ (terminologi) adalah Menghilangkan najis atau hadats.
Pengertian shalat secara lugbat (etimologi) adalah do'a, sedangkan menurut istilah
syara’ (terminologi) adalah beberapa ucapan dan gerakan yang di mulai dengan takbir
dan di akhiri salam, dengan syarat dan rukun tertentu.
Pengertian puasa menurut lughat adalah menjaga sedangkan menurut syara' adalah
menjaga dari hal-hal vang dapat membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar shodiq
sampai terbenamnya matahari dengan beberapa svarat dan rukun yang telah ditentukan.
Definisi haji secara lughat (bahasa) adalah menyengaja, sedangkan menurut syara'
adalah menyengaja ka'bah dengan tujuan beribadah. Hukum melakukan ibadah haji bagi
setiap individu muslim adalah wajib sebanyak satu kali selama hidup. Haji adalah salah
satu rukun Islam yang dampaknya sangat tampak bagi seorang muslim, hal ini
disebabkan karena haji termasuk ibadah yang memerlukan pengorbanan fisik dan materi