Anda di halaman 1dari 32

THAHARAH

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah adalah
bersih dari hadas  dan najis.
                                        
TUJUAN THAHARAH
1.      Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2.      Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.

PEMBAGIAN THAHARAH
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang besar yaitu:
Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi.

1.      Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan,
pakaian dan tempat shalat dari najis.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel baik pada
badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya bermacam-macam
tergantuk level kenajisannya.
a. bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja
b. bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali dan salah satunya dengan tanah.
c. bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara, mencusikanya dengan air biasa hingga
hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya dan hilang  rasa najisnya.

2.      Thaharah Hukmi.
thaharah hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik memang tidak ada kotoran
yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk melakukan ibadah ritual.Thaharah
secara hukmi dilakukan dengan cara wudhu atau mandi janabah.
3.   KLASIFIKASI AIR DAN PENGGUNAANYA DALAM BERSUCI
      
1.      Air mulak (air yang suci lagi mensucikan)
Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:
1.      Air hujan
2.      Air laut
3.      Air sungai
4.      Air sumur
5.      Air yang bersumber (dari mata air)
6.      Air es
7.      Air embun.
Air mutlak mempunyai tiga sifat , yaitu :
1)      Tha’mun (Rasa)
2)      Launun (Warna)
3)      Rihun (Bau)
Dan kalau dikatakan air itu berubah maka yang dimaksudkan ialah berubah sifatnya, air mutlak
itu terkadang berubah rasanya, warnanya, atau baunya sebab dimasuki oleh sesuatu benda dan
benda yang masuk kedalam air itu kadang-kadang mukhlath dan kadang-kadang mujawir,

2.      Air suci tidak mensucikan


air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya (seperti teh, kopi, dan
sirup). Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-lain yang biasanya terpisah dengan air.

3.   Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi makruh
memakainya)

1.      Air yang sangat panas


2.      Air yang sangat dingin
3.      Air yang berjemur
4.      Air musta’mal
Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau  mencuci najis) atau air
yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau memang tidak berubah dan
tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.

5.      Air  yang terkena najis


Apabila air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis yang dibuang dipinggirnya maka air
yang demikian ini tidak najis, sebab tidak bertemu langsung dengan najisnya. Dan yang
dimaksud dengan berubah andai kata air yang banyak tersebut tidak berubah dengan adanya najis
atau najisnya hanya sedikit dan hancur dalam air maka air yang demikian ini juga tidak najis.
Dan seluruh air itu boleh digunakan menurut mazhab yang shahih.

SHOLAT

Salah satu dari lima Rukun Islam adalah Shalat. Shalat ialah berhadap hati kepada Allah SWT
sebagai ibadah, yang diwajibkan atas tiap-tiap orang Islam (shalat wajib) baik laki-laki maupun
perempuan berupa perbuatan/perkataan dan berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun tertentu,
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam..

Syarat – Syarat Shalat


1. Beragama Islam.
2. Sudah baligh dan berakal.
3. Suci dari hadast atau najis.
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat.
5. Menutup aurat; laki-laki auratnya antara pusar sampa lutut, sedangkan wanita auratnya seluruh
anggota badan kecuali muka dan kedua telapak tangan.
6. Telah masuk waktu yang sudah ditentukan untuk masing-masing shalat.
7. Menghadap kiblat.
8. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnat
Rukun Shalat
1. Membaca niat
2. Takbiratul ihram.
3. Berdiri tegak bagi yang mampu, boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit.
4. Membaca surah Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at.
5. Ruku’ dengan thuma’ninah.
6. I’tidah dengan thuma’ninah.
7. Sujud dengan kali dan thuma’ninah.
8. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah.
9. Duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah.
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat Nabi pada tasyahud akhir.
12. Membaca salam yang pertama.
13. Tertib; berurutan dalam mengerjakan rukun-rukun shalat.
Yang Membatalkan Shalat
1. Bila sala satu syarat atau rukunnya tidak dikerjakan atau sengaja tidak dikerjakan.
2. Terkena najis yang tidak dimaafkan
3. Terbuka auratnya.
4. Berkata-kata dengan sengaja walau hanya satu huruf tapi yang memberi pengertian.
5. Mengubah niat; misalnya ingin memutuskan shalat.
6. Makan atau minum saat shalat walau hanya sedikit.
7. Tertawa terbahak-bahak.
8. Membelakangi kiblat.
9. Mendahului imamnya dua rukun (jika shalat berjamah).
10. Murtad (keluar dari Islam).
11. Menambah rukun yang berupa perbuatan seperti ruku’ dan sujud.
12. Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan dengan sengaja.

Sunnat Dalam Mengerjakan Shalat


1. Sunnat Hai’at
Sunaat Hai’at ialah apabila tidak dikerjakan, tertinggal, atau tidak diinginkan untuk
melakukannya tidak perlu melakukan sujuh sahwi.
 Membaca do’a iftitah setelah takbiratul ihram
 Membaca ta’awwudz ketika hendak membaca Al-Fatihah.
 Membaca “Aamiin” setelah selesai membaca Al-Fatihah.
 dll

2. Sunnat Ab’adh
Yakni sunnat dalam shalat yang apabila ditinggalkan maka disunnatkan untuk menggangantinya
dengan sujud sahwi. Cara melakukan sujud sahwi adalah dengan dua kali sujud sebagaimana
sujud biasa, dilakukan sebelum salam.
 Membaca tasyahud awal
 Membaca do’a Qunut pada shalat Subuh
 dll
Makruh Shalat
1. Memejamkan mata.
2. Menengadah ke langit.
3. Menahan hadast.
4. Meludah
5. Dll

Perbedaan Shalat Laki-laki dan Perempuan


Laki-laki
 Auratnya antara pusar sampai lutut.
 Merenggangkan kedua siku tangan dari kedua lambung saat ruku’ dan sujud.
 Saat ruku’ dan sujud mengangkat pertunya dari kedua paha.
 Menyaringkan suara bacaannya.
 Bila terdapat kesalahan maka menegur imam dengan ucapan tasbih Sunhaanallah.
Perempuan
 Auratnya seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
 Merapatkan satu anggota tubuh kepada anggota tubuh lainnya.
 Saat ruku’ dan sujud meletakkan perut pada kedua paha.
 Merendahkan suara bacaan di hadapan laki-laki yang bukan muhrim.
 Bila terdapat kesalahan maka menegur imam dengan tepuk tangan; yaitu telapak tangan kanan
dipukulkan ke punggung tangan yang kiri.

ZAKAT, PUASA, HAJI

A.        Zakat

Zakat secara bahasa artinya kesuburan, keberkahan, kesucian.


Secara istilah menurut Mazhab Maliki, Zakat adalah pengeluaran sebahagian dari
harta yang khusus yang telah mencapai nisab (batas kuantitas minimal yang mewajibkan
zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Landasan Hukum Zakat


Hukum-hukum mengenai zakat telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan
dijelaskan pula oleh Rasulullah  dalam As-Sunnah yang suci. Zakat hukumnya wajib ai’n
(fardhu ai’n) bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
oleh syari’at. Zakat, merupakan kewajiban yang disepakati oleh umat Islam dengan
berdasarkan dalil Al-Qur’an, Hadist, dan Ijma’ sebagai dasar tersebut

Orang yang berhak menerima zakat


1.      Fakir dan miskin
            Meskipun kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, akan tetapi
dalam teknis opersional sering dipersamakan, yaitu mereka yang tidak memiliki penghasilan
sama sekali, atau memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya
dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan pada kelompok ini dapat
bersifat konsumtif, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat pula bersifat
produktif, yaitu untuk menambah modal usahanya.[5]
2. Amil (pengurus zakat)
Diberikan sebagai upah telah mengurusi dan mengumpulkan zakat
3. Muallaf (orang-orang yang dibujuk hatinya)
Yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya, karena baru masuk
Islam.
4.      Riqab (Hamba sahaya)
Riqab adalah, golongan mukatab yang ingin membebaskan diri, artinya budak yang
telah dijanjikan oleh tuannya  akan dilepaskan jika ia dapat membayar sejumlah tertentu dan
termasuk pula budak yang belum dijanjikan untuk memerdekakan dirinya.
5.      Gharimin (orang-orang yang memiliki hutang)
Yaitu orang-orang yang menanggung hutang dan tidak sanggup untuk membayarnya
karena telah jatuh miskin.
6.      Fi sabilillah
fi sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah dalam pengertian luas sesuai
dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih.
7. Ibnu sabil
Musafir yang terputus bekalnya saat diperjalanan

C.        Puasa
Puasa merupakan terjemah dari shoum (bahasa Arab) yang berarti menahan diri dari
sesuatu. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).

Rukun Puasa
Puasa merupakan ibadah mahdhah yang pelaksanaannya harus sesuai dengan apa
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, kita tidak boleh semaunya
sendiri dalam mengerjakan puasa agar ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt.
Rukun puasa sendiri hanya ada 2, yakni niat dan imsak:
a.    Niat
            b.    Imsak

Syarat wajib puasa


a.    Beragama Islam
b.    Berakal sehat
c.    Baligh
d.    Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)
e.    Bermukim (tidak sedang bepergian jauh)
f.    Mampu (tidak sedang sakit)
4.    Perbuatan yang disunnahkan ketika puasa
Adapun amalan sunnah saat berpuasa adalah sebagai berikut:
a.      Menyegerakan Berbuka
b.      Makan Sahur
c.      Menggosok Pada Waktu pagi
d.      Membaca dan Menghatamkan Al-Quran
e.      Shalat lail
f.       Memperbanyak doa
g.      Memperbanyak sedekah
h.      I’tikaf
i.        Umroh
j.        Memperbanyak amal kebaikan

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa


a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena lupa atau paksaan
maka hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak membatalkan
puasa.
c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu tidak
dilaksanakan, puasanya batal.
d.  Megalami haid atu nifas.
e.  Keluar air mani karena memeluk atau mencium isteri/suami atau bermasturbasi.
f.   Bersenggama.
g.  Hilang akal.
h.  Merubah niat.

Perbuatan Makruh Ketika Berpuasa

a. Mandi dengan mengguyur atau berendam. Kalau dalam mandi tersebut secara tidak sengaja
tertelan air, hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Melakukan suntikan baik suntikan itu berupa obat atau makanan.
c. Bekam
d. Berkumur-kumur, sikat gigi setelah matahari tergelincir.
e. Memakai parfum.
D.        Haji
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 .Menurut istilah syara', haji ialah
menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah
tertentu pula.. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai
dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah
thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.
Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam
hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram
di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan
melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian
mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang sama.
Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
Haji qiran , mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan.
Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram
sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun
mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti
melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

Kegiatan Ibadah Haji


Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
 Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk melaksanakan
Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam memakai
pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji,
dan membaca bacaan Talbiyah . Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam
harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
 9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah . Kemudian jamaah melaksanakan
ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang.
Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
 10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan
ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai
simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa
Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah
sambungan (Ula dan Wustha).
 11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
 12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
 Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf
perpisahan).

FIQH
Fiqh artinya faham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqh (fuqaha). Fiqh itu
ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalilnya
yang terperinci. Dengan demikian berarti bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an
dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya.
Hukum yang diatur dalam fiqh Islam itu terdiri dari
hukum wajib, sunat, mubah, makruh dan haram

Ilmu fiqh membicarakan hubungan itu yang meliputi kedudukannya, hukumnya, caranya,
alatnya dan sebagainya. Hubungan-hubungan itu ialah:
a. Hubungan manusia dengan Allah, Tuhannya dan para Rasulullah;
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya;
d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia;
e. Hubungan manusia dengan orang lain vang tidak seagama dengan dia;
f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan lainnya;
g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta;
h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya;
i. Hubungan manusia dengan akal fikiran dan ilmu pengetahuan; dan
j. Hubungan manusia dengan alam gaib seperti syetan, iblis, surga, neraka, alam barzakh,
yaumil hisab dan sebagainya.
Menurut yang umum dikenal di kalangan ulama fiqh secara awam, topik (bab) pembahasan
fiqh itu adalah empat, yang sering disebut Rubu’:
- Rubu’ ibadat;
- Rubu’ muamalat;
- Rubu’ munakahat; dan
- Rubu’ jinayat.
Ada lagi yang berpendapat tiga saja; yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat, bab ’uqubat. Menurut
Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan menjadi 8
(delapan) topik (bab):
a. Ibadah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok persoalan berikut ini:
1. Thaharah (bersuci);
2. Ibadah (sembahyang);
3. Shiyam (puasa);
4. Zakat;
5. Zakat Fithrah;
6. Haji;
7. Janazah (penyelenggaraan jenazah);
8. Jihad (perjuangan);
9. Nadzar;
10. Udhiyah (kurban);
11. Zabihah (penyembelihan);
12. Shayid (perburuan);
13. ’Aqiqah;
14. Makanan dan minuman.
b. Ahwalusy Syakhshiyyah ( Munakahah )
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok persoalan pribadi (perorangan), kekeluargaan, harta warisan, yang meliputi
persoalan:
1. Nikah;
2. Khithbah (melamar);
3. Mu’asyarah (bergaul);
4. Nafaqah;
5. Talak;
6. Khulu’;
7. Fasakh;
8. Li’an;
9. Zhihar;
10. Ila’;
11. ’Iddah;
12. Rujuk;
13. Radla’ah;
14. Hadlanah;
15. Wasiat;
16. Warisan;
17. Hajru
18. Perwalian
c. Muamalah Madaniyah

Biasanya disebut muamalah saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah
yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta
kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakan, yang meliputi masalah:
1. Buyu’ (jual-beli);
2. Khiyar;
3. Riba (renten);
4. Sewa-menyewa;
5. Hutang-piutang;
6. Gadai;
7. Syuf’ah;
8. Tasharruf;
9. Salam (pesanan);
10. Jaminan (borg);
11. Mudlarabah dan Muzara’ah;
12. Pinjam-meminjam;
13. Hiwalah;
14. Syarikah;
15. Wadi’ah;
16. Luqathah;
17. Ghasab;
18. Qismah;
19. Hibah dan Hadiyah;
20. Kafalah;
21. Waqaf*;
22. Perwalian;
23. Kitabah; dan
24. Tadbir.
*Dari segi niat dan manfaat, waqaf ini kadang-kadang dimasukkan dalam kelompok ibadah;
tetapi dari segi barang/benda/harta dimasukkan ke dalam kelompok muamalah.

d. Muamalah Maliyah
Kadang-kadang disebut Baitul mal  saja. Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-
masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik
bersama, baik masyarakat kecil atau besar seperti negara (perbendaharaan negara = baitul mal).
Pembahasan di sini meliputi:
1. Status milik bersama baitul mal;
2. Sumber baitul mal;
3. Cara pengelolaan baitul mal;
4. Macam-macam kekayaan atau materi baitul mal;
5. Obyek dan cara penggunaan kekayaan baitul mal;
6. Kepengurusan baitul maal; dan lain-lain.

e. Jinayah dan ’Uqubah (pelanggaran dan hukuman)


Biasanya dalam kitab-kitab fiqh ada yang menyebut jinayah saja. Dalam bab ini di bicarakan
dan dibahas masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan
pelanggaran, kejahatan, pembalasan, denda, hukuman dan sebagainya. Pembahasan ini
meliputi:
1. Pelanggaran;
2. Kejahatan;
3. Qishash (pembalasan);
4. Diyat (denda);
5. Hukuman pelanggaran dan kejahatan;
6. Hukum melukai/mencederai;
7. Hukum pembunuhan;
8. Hukum murtad;
9. Hukum zina;
10. Hukuman Qazaf;
11. Hukuman pencuri;
12. Hukuman perampok;
13. Hukuman peminum arak;
14. Ta’zir;
15. Membela diri;
16. Peperangan;
17. Pemberontakan;
18. Harta rampasan perang;
19. Jizyah;
20. Berlomba dan melontar.

     Fiqih Muamalah
fiqh muamalah adalah mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha-usaha
memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan jasa penitiapan diantara
anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan mereka, yang dapat dipahami dan dalil-dalil syara’
yang terinci.

Ruang Lingkup Fiqih Muamalah

Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah ijab kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan
dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, dan segala
sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

Al-Muamalah Al-Madiyah, akad akad dalam bermuamalah.


1.       Jual beli (Al-bai’ at-Tijarah)
2.       Gadai (rahn)
3.       Jaminan/ tanggungan (kafalah)
4.       Pemindahan utang (hiwalah)
5.       ijarah
6. Wadiah ( penitipan barang )

FIQH MUNAKAKAT ( NIKAH )


PERNIKAHAN
Pernikahan dalam islam ialah suatu akad atau perjanjian mengikat antara seorang laki-
laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan
suka rela dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang
diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman (sakinah) dengan cara-cara yang di ridhloi Allah
SWT.

a. Syarat-Syarat Sah Perkawinan/Pernikahan


1.      Mempelai Laki-Laki / Pria
   Agama Islam
  Tidak dalam paksaan
  Pria / laki-laki normal
  Tidak punya empat atau lebih istri
  Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh
  Bukan mahram calon istri
  Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi
  Cakap hukum dan layak berumah tangga
  Tidak ada halangan perkawinan[2]
2.      Mempelai Perempuan / Wanita
   Beragama Islam
  Wanita / perempuan normal (bukan bencong/lesbian)
  Bukan mahram calon suami
  Mengizinkan wali untuk menikahkannya
  Tidak dalam masa iddah
  Tidak sedang bersuami
  Belum pernah li'an
 Tidak dalam ibadah ihram haji atau umrah

3.      Syarat Wali Mempelai Perempuan


a. Pria beragama islam
b. Tidak ada halangan atas perwaliannya
c. Punya hak atas perwaliannya
4.   Syarat Bebas Halangan Perkawinan Bagi Kedua Mempelai
 Tidak ada hubungan darah terdekat (nasab)
 Tidak ada hubungan persusuan (radla'ah)
 Tidak ada hubungan persemendaan (mushaharah)
 Si pria punya istri kurang dari 4 orang dan dapat izin istrinya
 Tidak dalam ihram haji atau umrah
 Tidak berbeda agama
 Si wanita tidak dalam masa iddah
 Si wanita tidak punya suami
5.   Syarat-Syarat Syah Bagi Saksi Pernikahan/Perkawinan
  Pria / Laki-Laki
  Berjumlah dua orang
  Sudah dewasa / baligh
  Mengerti maksud dari akad nikah
  Hadir langsung pada acara akad nikah
6.   Syarat-Syarat/Persyaratan Akad Nikah Yang Syah :
  Ada ijab (penyerahan wali)
  Ada qabul (penerimaan calon suami)
  Ijab memakai kata nikah atau sinonim yang setara.
   Ijab dan kabul jelas, saling berkaitan, satu majelis, tidak dalam ihrom haji/umroh.

b. Rukun-Rukun Pernikahan/Perkawinan Sah


      Ada calon mempelai pengantin pria dan wanita
      Ada wali pengantin perempuan
      Ada dua orang saksi pria dewasa
      Ada ijab (penyerahan wali pengantin wanita) dan ada qabul (penerimaan dari pengantin pria)
c. Pantangan / Larangan-Larangan Dalam Pernikahan/Perkawinan
  Ada hubungan mahram antara calon mempelai pria dan wanita
   Rukun nikah tidak terpenuhi
  Ada yang murtad keluar dari agama islam
 d. Menurut Undang-Undang Perkawinan
         
Umur atau usia minimal untuk menikah untuk pria/laki-laki berusia 19 tahun dan untuk
wanita/perempuan berumur paling tidak 16 tahun

AYAT AYAT HUKUM EKONOMIS SYARIAH

1.Mudharobah(Akad_Bagi_Hasil)
( ‫ا‬NN‫انَ بِ ُك ْم َر ِحي ًم‬NN‫اض ِم ْن ُك ْم َوال تَ ْقتُلُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َك‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل ِإال َأ ْن تَ ُكونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن تَ َر‬
٢٩

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.(Q.S An - Nisa : 29)

2. Wadi'ah (Titipan )

‫ ِميعًا‬N‫انَ َس‬NN‫ ِه ِإ َّن هَّللا َ َك‬Nِ‫ ْد ِل ِإ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم ب‬N‫وا بِ ْال َع‬NN‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُم‬ ِ ‫ا‬NNَ‫َؤ ُّدوا األ َمان‬NNُ‫ِإ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن ت‬
ِ َّ‫ا َوِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬NNَ‫ت ِإلَى َأ ْهلِه‬
)٥٨( ‫صيرًا‬ ِ َ‫ب‬
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S : An-Nisa :
58)

3. Ijarah (Sewa Menyewa )


٢٦( ُ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ِإ َّن خَ ْي َر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ األ ِمين‬ ِ َ‫ت ِإحْ دَاهُ َما يَا َأب‬
ْ َ‫قَال‬
Artinya : salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (Q.S : Alqashah : 26 )
ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ َو َستُ َر ُّدونَ ِإلَى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
١٠٥( َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan. (QS : At - Taubah : 105)

3. Rahn (Gadai)
ِ َّ‫هُ َو ْليَت‬Nَ‫َؤ ِّد الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَت‬NNُ‫ا فَ ْلي‬N‫ْض‬
‫وا‬N‫ق هَّللا َ َربَّهُ َوال تَ ْكتُ ُم‬ ُ ‫ِإ ْن َأ ِمنَ بَع‬Nَ‫ضةٌ ف‬
ً ‫ ُك ْم بَع‬N‫ْض‬ َ ‫َان َم ْقبُو‬
ٌ ‫وَِإ ْن ُك ْنتُ ْم َعلَى َسفَ ٍر َولَ ْم تَ ِجدُوا َكاتِبًا فَ ِره‬
٢٨٣( ‫ال َّشهَا َدةَ َو َم ْن يَ ْكتُ ْمهَا فَِإنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملونَ َعلِي ٌم‬
ُ
Artinya : jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh
yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S : Al-Baqarah : 283)

4. Musyarokah (Perkongsian / Kerja Sama)


‫ت‬ َّ ‫وا‬Nُ‫وا َو َع ِمل‬NNُ‫ْض ِإال الَّ ِذينَ آ َمن‬
ِ ‫الِ َحا‬N‫الص‬ ُ ‫ا ِء لَيَ ْب ِغي بَع‬Nَ‫يرًا ِمنَ ْال ُخلَط‬NNِ‫ ِه َوِإ َّن َكث‬N‫ك ِإلَى نِ َعا ِج‬
ٍ ‫هُ ْم َعلَى بَع‬N‫ْض‬ َ ‫قَا َل لَقَ ْد ظَلَ َم‬
َ Nِ‫َؤ ا ِل نَ ْع َجت‬N‫ك بِ ُس‬
٢٤( ‫َاب‬ ‫َأ‬ ْ َّ َّ ‫َأ‬ َ
َ ‫َوقَلِي ٌل َما هُ ْم َوظ َّن دَا ُو ُد ن َما فَتَناهُ فَا ْستَغفَ َر َربَّهُ َو َخ َّر َرا ِكعًا َو ن‬
Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah
mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada
Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (Q.S : Shaad : 24)

5. Salam (Pesanan )

ُ ‫ هُ هَّللا‬N‫ا َعلَّ َم‬NN‫ب َك َم‬َ ُ‫اتِبٌ َأ ْن يَ ْكت‬NN‫ب َك‬َ ‫ْأ‬Nَ‫ ْد ِل َوال ي‬N‫اتِبٌ بِ ْال َع‬NN‫ا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َك‬NNَ‫ ّمًى ف‬N‫ ٍل ُم َس‬N‫ َد ْي ٍن ِإلَى َأ َج‬Nِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم ب‬
‫تَ ِطي ُع َأ ْن‬N‫ ِعيفًا َأوْ ال يَ ْس‬N‫ض‬ َ ْ‫فِيهًا َأو‬N‫ق َس‬ ُّ N‫ ِه ْال َح‬N‫انَ الَّ ِذي َعلَ ْي‬NN‫ق هَّللا َ َربَّهُ َوال يَ ْب َخسْ ِم ْنهُ َش ْيًئا فَِإ ْن َك‬ ِ َّ‫ق َو ْليَت‬
ُّ ‫فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ْال َح‬
‫َأ‬
‫هَدَا ِء ْن‬N‫الش‬ ُّ َ‫وْ نَ ِمن‬N‫ض‬ َ ْ‫ا ِن ِم َّم ْن تَر‬NNَ‫ ٌل َوا ْم َر ت‬N‫ا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج‬NNَ‫يُ ِم َّل ه َُو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهُ بِ ْال َع ْد ِل َوا ْستَ ْش ِهدُوا َش ِهي َد ْي ِن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم فَِإ ْن لَ ْم يَ ُكون‬
‫َأ‬
ُ‫ط‬N ‫ ِه َذلِ ُك ْم َأ ْق َس‬N ِ‫يرًا ِإلَى َأ َجل‬NNِ‫ص ِغيرًا َأوْ َكب‬ َ ُ‫ب ال ُّشهَدَا ُء ِإ َذا َما ُدعُوا َوال تَ ْسَأ ُموا َأ ْن تَ ْكتُبُوه‬ َ ‫األخ َرى َوال يَْأ‬ ْ ‫َض َّل ِإحْ دَاهُ َما فَتُ َذ ِّك َر ِإحْ دَاهُ َما‬ ِ ‫ت‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ ِهدُوا ِإ َذا‬N‫ا َو ْش‬NNَ‫ا ٌح ال تَ ْكتُبُوه‬NNَ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجن‬ َ ‫ ِديرُونَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬Nُ‫ َرةً ت‬N‫اض‬ ِ ‫ِع ْن َد هَّللا ِ َوَأ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َوَأ ْدنَى َأال تَرْ تَابُوا ِإال ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً َح‬
‫َأ‬
٢٨٢( ‫ق بِ ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هَّللا ُ َوهَّللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬
ٌ ‫ضا َّر َكاتِبٌ َوال َش ِهي ٌد َوِإ ْن تَ ْف َعلُوا فَِإنَّهُ فُسُو‬ َ ُ‫تَبَايَ ْعتُ ْم َوال ي‬

Artinya :  Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika
seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan
di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. ( Q.S : Al-Baqarah : 282 )

6. Qard (Utang Piutang)


َ ِ‫ضا ِعفَهُ لَهُ َأضْ َعافًا َكث‬
٢٤٥( َ‫يرةً َوهَّللا ُ يَ ْقبِضُ َويَ ْب ُسطُ َوِإلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬ َ ُ‫َم ْن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬
Artinya : Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki)
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Q.S : Al-Baqarah : 245 )

Riba :
َ‫ضا َعفَةً َواتَّقُوا هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬ ْ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َءا َمنُوا الَ تَْأ ُكلُوا ال ِّربَا َأ‬
َ ‫ض َعافًا ُّم‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat-ganda
dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapatkeberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130).

HADITS HADITS HUKUM EKONOMI SYARIAH


      1.         Jual Beli
)‫عن ابي هريرة رض عن النبي ص م قا ل ال يخترقن اثنا ن اال عن تراض (رواه ابوداود والتر مذى‬
Artinya:
Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi saw. bersabda: “jangan;ah dua orang yang jual beli berpisah,
sebelum saling meridhai” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi).

      2.         Riba


ِّ ‫ِدرْ هَ ُم ِربَا يَا ً ُكلُهُ ال َّر ُج ُل َوهُ َو يَ ْعلَ ُم أ َش ُّد ِم ْن ِس‬
)‫ت َو ثَالَثِ ْينَ ِز ْينَةً (رواه احمد‬
Artinya:
“Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang, sedangkan orang tersebut mengetahuinya,
dosa perbuatan tersebut lebih berat daripada dosa enam puluh kali zina (HR. Ahmad)

      3.         Pinjaman


َ َ‫فَِإ َّن خَ ي ِْر ُك ْم أ حْ َسنَ ُك ْم ق‬
)‫ (رواه البخارى و مسلم‬ ‫ضا ًء‬
Artinya:
Sesungguhnya di antara orang-orang yang terbaik dari kamu adalah orang yang sebaik-
baiknya dalam membayar utang. (HR. Bukhari dan Muslim).

      4.         Gadai


 )‫اَلظَّ ْه ُريُرْ َكبُ أ َذا َكانَ َمرْ هُوْ نًا َولَبَنُ ال َّد ِّريَ ْش َربُ إ َذا َكانَ َمرْ هُوْ نًا َو َعلَى الَّ ِذىْ يَرْ َكبُ َويَ ْش َربُ نَفَقَتُهُ (رواه البخارى‬
Artinya:
Binatang tunggangan bleh ditunggangi karena pembiayaannya apabila digadaikan, binatang
boleh diambil susunya untu diminum karena pembiayaannya bila digadaikan bagi orang
yang memegang dan meminum wajib memberikan biaya.

      5.         Pembayaran Upah


َّ ‫اُ ْعطُوااَأل ِجي َْر أجْ َرهُ قَ ْب َل اَ ْن ي َِّج‬
ُ‫ف ُع ُرقُه‬
 
Artinya:
Berikanlah upah sebelum keringat pekerja itu kering.

     6. Musaqah
َ N‫ا ِم ْن َأ ْم‬NNَ‫هَا َعلَى اَ ْن يَ ْع َملُوْ ه‬N‫ض‬
ْ ‫والِ ِه ْم َو‬N
‫أن‬ َ ْ‫ر َوَأر‬N ْ ‫َأ ْعطَى َخ ْيبَ َر بِ َش‬
ٍ ْ‫ط ِر َمايَ ْخ ُر ُج ِم ْنهَا ِم ْن ثَ َم ٍر َأوْ زَر‬
َ Nَ‫ع َوفِى ِر َوايَ ٍة َدفَ َع إلَى اليَهُوْ ِد َخ ْيب‬
ْ ‫لِ َرسُوْ ِل هّللا ص م َش‬
‫ط َرهَا‬
Artinya:
Memberikan tanah Khaibar dengan bagian separoh dari penghasilan, baik buah-buahan
maupun (tanaman). Pada riwayat lain dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan tanah Khaibar
itu kepada Yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya, penghasilan separohnya untuk
Nabi.”

      7.         Mukhabarah  dan Muzara’ah


‫ِإ َأبَى‬Nَ‫ اهُ ف‬Nَ‫ا اَخ‬NNَ‫ا َأوْ ِليَ ْمنَحْ ه‬NNَ‫هُ أرْ ضٌ فَ ْليَ ْز َر ْعه‬Nَ‫َت ل‬
ْ ‫ان‬NN‫من َك‬
ْ ‫ ِه‬Nِ‫ْض بِقَوْ ل‬
ِ ‫هُ ْم بِبَع‬N‫ْض‬ َ ُ‫ِإ َّن النَّبِ ِّى ص م لَ ْم ي َُح ِّر ِم ال ُمزَا َر َعةُ َولَ ِك ْن اَ َمريَرْ ف‬
ُ ‫ق بَع‬
)‫ (رواه البخارى‬  ُ‫ضه‬ ُ ْ‫فَ ْليُ ْم ِس ْك اَر‬
Artinya:
Sesungguhnya Nabi saw. menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah bahkan beliau
menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi sebagian yang lain, dengan katanya,
barangsiapa yang memiliki tanah, hendaklah ditanaminya atau diberi faedahnya kepada
saudaranya, jika ia tidak mau, maka boleh ditahan saja tanah itu.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan suatu lembaga keuangan yang prinsip
operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang harus terhindar dari unsur riba,
gharar, maisir dan akad yang bathil.

A. LKS BANK
Berdasarkan fungsinya jenis bank di Indonesia dapat dikelompokkan atas:
1.      Bank sentral yaitu Bank Indonesia sebagaimana dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral, kemudian dicabut dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
2.      Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
3.      Bank perkreditan rakyat yaitu bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
4.      Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan
perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.
B.  LKS NON BANK
1.  Asuransi
2.  Stock Exchange
3.  Saham
4.  Lembaga Wakaf Modern
5.  Lembaga Zakat Modern
6.  Badan Arbitrase Syariah Nasional
7.  Reksadana
8.  Obligasi
AKAD AKAD BISNIS DALAM ISLAM (FIQH MUAMALAH
KONTEMPORER)

Fiqh muamalah kontemporer adalah aturan aturan Allah SWT yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitnnya dengan harta benda dalam bentuk
transaksi-transaksi yang modern.
Hukum bisnis syariah haruslah memenuhi ciri sebagai berikut :
a. Hokum asal muamalah adalah boleh
b. Tujuannya untuk kemaslahatan manusia
c. Hokum muamalah terdiri dari hokum yang tetap dan berubah
d. Objeknya haruslah halal dan tayyib
e. Terhindar dari maghrib
Dalam berbisnis syariah juga menghendaki agar para pelaku bisnis senantiasa berakhlak yang
baik dalam setiap tingkah laku dan ucapan. Akhlak baik yang dimaksud adalah :
a. Kejujuran
b. Keterbukaan
c. Kasih saying
d. Kesetiakawanan
e. Persamaan
f. Tanggung jawab
g. Professional
h. Suka sama suka

RUANG LINGKUP MUAMALAT KONTEMPORER

a. Persoalan transaksi bisnis kontemporer yang belum dikenal zaman klasik. Lingkup ini
membahas setiap transaksi yang baru bermunculan pada saat ini. Seperti uang kertas, saham,
Obilgasi, reksadana, MLM, Asuransi.

b. Transaksi bisnis yang berubah karena adanya perkembangan atau perubahan kondisi, situasi,
dan tradisi/kebiasaan. Perkembangan tekhnologi yang semakin cepat dan canggih menghadirkan
berbagai fasilitas dengan berbagai kemudahannya begitu pula dalam hal bisnis. Contohnya
penerimaan barang dalam akad jual beli (possesion/qabd), transaksi e-bussiness, transaksi sms

c. Transaksi Bisnis Kontemporer yang menggunakan nama baru meskipun subtansinya seperti
yang ada zaman klasik, misalnya bunga bank yang sejatinya adalah sama dengan riba, Jual beli
Valuta Asing. Walaupun Riba telah berganti nama yang lebih indah dengan sebutan Bunga,
namun pada hakikatnya substansinya tetaplah sama dimana ada pihak yang mendzalimi dan
terdzalimi, sehingga hokum bunga sama dengan riba yang telah jelas keharamannya dalam al-
Qur’an. 
d. Transaksi bisnis modern yang menggunakan beberapa akad secara berbilang, seperti IMBT,
Murabahah Lil Amiri Bi Syira. Dalam lingkup ini membahas bahwa pada masa Kontemporer ini
ada beberapa akad yang dimodifikasikan dalam suatu transaksi bisnis.

Berikut ini adalah beberapa modifikasi akad Klasik yang terjadi pada Masa Kontemporer:
a. Hak intifa’ (memanfaatkan), contohnya Wadhi’ah yad Dhamanah
b. Uang Administrasi, contohnya Qardhul Hasan
c. Ujrah (fee), contohnya L/C, transfer
d. Kredit, contohnya Murabahah
e. Muazzi (Paralel) + Kredit (Muajjal / Taqsith), contohnya Salam
f. Jaminan (Rahn + Kafalah), contohnya Mudharabah
g. Perubahan sifat akad, contohnya Wadi’ah (awalnya bersifat tidak mengikat menjadi mengikat)
h. Janji (wa’ad), contohnya Ijarah Mutahiya bi Tamlik
i. Wakalah

KAIDAH FIQIH MUAMALAT KONTEMPORER 

Kaidah umum dalam muamalat yang berbunyi: 

‫األصل في المعملة اإلباحه ااّل ان يدل الدليل على تحرمها‬


Al-Ashlu fil muamalah al-ibahah illa an yadulla ad-dalilu ′ala tahrimiha.

Yaitu pada dasarnya semua praktek muamalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

SKEMA-SKEMA AKAD DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Mata kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
Fiqh keuangan dan mengkaji pendapat ulama fiqh tentang akad-akad yang diaplikasikan dalam
lembaga kauangan syariah.
Terdapat  beberapa macam akad-akad yang diaplikasikan dalam lembaga keuangan
syariah diantaranya yaitu:

1.      Akad Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)


2.      Akad Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)
3.      Akad Murabahah (Deferred Payment Sale)
4.      Akad Salam (In-Front Payment Sale)
5.      Akad Istishna’ (Purchase By Order Or Manufacture)
6.      Akad Ijarah (Operational Lease)
7.      Akad Wadi’ah
8.      Akad Qardh (Soft And Benevolent Loan)
9.      Akad Sharf
10.  Akad Rahn (Mortgage)
11.  Akad Wakalah (Deputyship)
12.  Akad Kafalah (Guaranty)
13.  Akad Hawalah (Transfer Service)

       Berikut adalah skema-skema akad dan penjelasan mengenai proses pengaplikasian akad
dalam lembaga keuangan syariah:

1.   Akad Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)

Penjelasan:
1. Akad musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan
bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut;
2. setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil
keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah) yang telah disepakati.

2.    Akad Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Penjelasan:

1. Akad Musyarakah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan;


2. dalam praktiknya, pihak bank menyediakan seluruh 100% modal, sedangkan pihak
nasabah menjadi pengelola;
3. keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak;

3.    Akad Murabahah (Deferred Payment Sale)


Penjelasan:

1. Murabahah umumnya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang.


2. sebelum melakukan akad, antara pihak bank dan nasabah melakukan negosiasi terlebih
dahulu
3. Setelah Negosiasi dan persyaratan disetujui, bank memenuhi permintaan atas barang
yang dibutuhkan oleh pihak nasabah;
4. Bank  membeli barang kepada suplier yang kemudian akan dikirim kepada pihak
nasabah;
5. setelah pihak nasabah menerima barang beserta dokumen atas pembelian barangnya,
pihak nasabah membayar kepada pihak bank sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
4.    Akad Salam (In-Front Payment Sale)

Penjelasan:

1. Akad salam biasanya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu
yang relatif pendek, yaitu  2-6 bulan;
2. Dalam praktiknya, pihak nasabah dan bank melakukan negosiasi sesuai kriteria pesanan;
3. Kemudian bank melakukan pemesanan kepada pihak ketiga (Produsen) dan membayar
secara tunai;
4. Setelah melakukan pemesanan, pihak bank menerima dokumen atas barang pesanan yang
telah dipesan;
5. setelah produsen selesai memproduksi barang pesanan, barang yang dipesan  akan
dikirim langsung kepada pihak Nasabah; dan
6. Pihak nasabah membayar kepada bank atas barang yang telah dipesan baik secara
mengangsur ataupun tunai.
5.    Akad Istishna' (Purchase By Order Or Manufacture)

Penjelasan:

1. Dalam kontrak ini, bank penjual menerima pemesanan barang dari pembeli;
2. kemudian Bank penjual melalui produsen pembuat untuk membuat atau membeli barang
menurut spesifikasi yang telah disepakati; dan
3. menjualnya kembali kepada nasabah konsumen (pembeli)

6.    Akad Ijarah (Operational Lease)

Penjelasan:

1. Ijarah merupakan perpaduan antara jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang
dikahiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa (nasabah)
2. dalam praktiknya, pihak nasabah melakukan pemesanan objek sewa kepada Bank;
3. selanjutnya pihak Bank membeli objek sewa atas pesanan pihak nasabah yang kemudian
pihak nasabah melakukan sewa beli atas objek sewa tersebut sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat.

7.    Akad Wadi'ah

       a) Al-Wadi'ah Yad al-Amanah

Penjelasan:

1. Dalam praktiknya, pihak nasabah menitipkan barang ke bank yang kemudian bank
membebankan biaya penitipan atas barang yang dititipkan
2. akad diatas menerapkan sistem dimana pihak yang menerima (penyimpan) tidak boleh
menggunakan dan memanfaatkan barang yang dititippkan, tetapi harus benar-benar
menjaganya sesuai kelaziman.

     b) Al-Wadi'ah Yad Adh-Dhamanah


Penjelasan:

1. Dalam konsep diatas, pihak yang menerima (penyimpan) boleh menggunakan dan
memanfaatkan barang yang dititipkan oleh pihak Nasabah (penitip)
2. pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat
memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

8.Akad_Qardh

Penjelasan:

1. Nasabah yang memerlukan dana meminjam uang kepada bank untuk memenuhi
kebutuhan dana proyek usahanya;
2. Nasabah mengembalikan dana yang dipinjam secepatnya sebesar jumlah uang yang
dipinjamnya tanpa ditambahkan imbalan apapun.
9.Akad_Sharf

Penjelasan:

1.Bank menerima pembelian mata uang oleh nasabah


2.Disisi lain Bank juga menjual mata uang kepada Nasabah
3.Dari jual beli tersebut Bank mendapatkan keuntungan atas selisih Kurs jual dan Kurs beli
matauang
 

10.Akad_Rahn
Penjelasan:

     1. Dalam akad Rahn Nasabah menyerahkan Marhun atau Jaminan kepada pihak Bank sebagai
titipan atau gadai atas pembiayaan yang diajukan.
     2. Selanjutnya pihak Bank akan memberikan pembiayaan kepada Nasabah dengan syarat
barang yang ditahan oleh pihak bank memiliki nilai ekonomis.
     3. Kemudian pihak Bank dan Nasabah melakukan akad atas pembiayaan yang diajukan oleh
nasabah.
     4. Setelah akad tersebut disetujui oleh pihak bank dan nasabah, pihak bank menyerahkan
pembiayaan tersebut kepada Nasabah 

11.Akad_Wakalah

 Penjelasan:

      1. Dalam akad tersebut bank melaksanakan permintaan pelaksanaan pekerjaan atas ajuan
pihak
          nasabah dan juga investor yang mana dalam kontrak kerja tersebut bank mendapatkan fee
atas pekerjaannya tersebut.
12.Akad_Kafalah

Penjelasan:

     1. Penanggung memberikan jaminan kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung (mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin).
     2. Dalam hal ini bank secara fisik tidak memegang barang apapun, tetapi bank berharap
penanggung tersebut dapat mengusahakan pembayaran ketika nasabah yang dibiayai mengalami
kesulitan.

13.Akad_Hawalah
Penjelasan:

     1. Pembeli memberi pinjaman kepada penyuplai, sedangkan penyuplai masih mempunyai


piutang_kepada_bank     
     2. Ketika penyuplai tidak mampu membayar utangnya kepada pembeli, ia lalu mengalihkan
beban_utangnya_tersebut_kepada_bank.
     3. Dengan demikian, bank harus membayar utang penyuplai kepada pembeli, sedangkan
utang bank sebelumnya pada penyuplai dianggap selesai.

Anda mungkin juga menyukai