Anda di halaman 1dari 4

Kesultanan Aceh pernah memiliki kekuasaan yang membentang dari ujung utara Pulau

Sumatera hingga ke selatan menuju pesisir timur dan barat Sumatera dan semenanjung
Malaya hingga ke patani yang sekarang masuk wilayah Thailand.Pernah menjadi dinasti
politik yang berumur sangat panjang berbagai Catatan sejarah menyebutkan bahwa
kesultanan Aceh berlangsung dari awal abad ke-16 hingga ke permulaan abad ke-20
kesultanan Aceh yang berpusat di kutaraja tahun 1962 kutaraja diubah namanya menjadi
Bandar Aceh Sultan Ali mukhayat Syah dinobatkan sebagai sultan pertama Aceh pada
tahun 1514 masehi sultan pertama dari Aceh Darussalam ini sudah mulai membangun
pondasi kesultanannya menjelang kejatuhan Malaka oleh Portugis pada masa masa
kemunculannya kesultanan Aceh Darussalam hanya mencakup wilayah kecil di ujung utara
Pulau Sumatera jatuhnya Malaka ke tangan Portugis membuat sebagian pedagang
mengalihkan kapal-kapalnya ke Aceh komunitas pedagang dari Asia Barat seperti Arab dan
India tidak mau mengakui kekuasaan Portugis di Malaka pada tahun 1522 Sultan Ali
mukhayat Syah pun mulai memperluas kekuasaannya diawali penaklukan Pesisir Barat
Sumatera bagian utara dilanjutkan ke pesisir Timur Sumatera yang kaya akan emas dan
lada perluasan kekuasaan Sultan Ali mukhayat ini tentu saja membuka konflik militer dengan
penguasa Malaka saat itu yaitu Portugis Ali mukhayat Syah berhasil merebut pedir dan
Pasai setelah mengalahkan Portugis yang sebelumnya menguasai daerah tersebut tahun
1524 sebuah Armada Besar Angkatan Laut Portugis yang bermaksud merebut kembali pedir
dan Pasai berhasil dihancurkan oleh angkatan laut kesultanan Aceh setelah kemenangan itu
Sultan Ali Ali muhayatsyah pun mulai mengincar Malaka sayangnya upaya penyerangan ke
Malaka harus terhenti setelah Sultan Ali mukhayat Syah meninggal pada tahun 1533 tertua
almarhum Sultan Ali mukhayat pun meneruskan Tahta dengan gelar Sultan Salahuddin
Selat Malaka 1537 Masehi Sultan Salahuddin pun melancarkan serangan ke Malaka
armada angkatan laut dalam jumlah besar mengurung perairan Selat Malaka serangan ini
gagal Sultan Salahuddin sangat gelisah melihat kekalahan angkatan lautnya bukan hanya
Sultan Salahuddin yang bisa para perwira militer kesultanan Aceh pun sangat
kecewaBeberapa perwira tinggi menganggap Sultan Salahuddin tidak secakap pemimpin
sebelumnya .Tahun 1539 terjadi kudeta di kesultanan Aceh seorang perwira tinggi militer
dan masih saudara Sultan Salahuddin melakukan kudeta pada tahun tersebut Sultan
Alaudin Riayat Syah baru pulang dari memimpin pertempuran di wilayah Tapanuli melihat
kekalahan memalukan dari Portugis Sultan Alauddin pun segera melengserkan Sultan
Salahuddin dari Tahta Masa-masa kekuasaan Sultan Alaudin riayat Syah al-kahar dengan
ekspansi militer di wilayah yang dikuasai Portugis atau yang menjalin kerjasama dengan
Portugis. tidak lama setelah menduduki tahta Sultan Alauddin riayat Syah al-kahar mengirim
ekspedisi militer ke Aru yang masih merupakan wilayah Johor serangan ini berhasil
digagalkan oleh gabungan pasukan Johor dan Portugis Tahun 1547 Sultan Alaudin riayat
Syah al-kahar memimpin serangan ke Malaka serangan ini pun gagal serangan susulan ke
Aru pun kembali dilakukan pada masa 1560 an kali ini Serangan berhasil menguasai Aru
serta menangkap dan membawa Sultan Aru ke Aceh setelah berhasil di pasukan Aceh pun
kembali mengincar Portugis di Malaka Berapa kali terjadi pertempuran di Selat Malaka
dengan korban tak terhitung dari kedua belah pihak namun hingga akhir hayatnya Sultan
Alauddin riayat Syah al-kahar tidak pernah mampu merebut Malaka dari Portugis pada
tahun 1571 Sultan Alaudin riayat Syah al-kahar tutup usia perjuangannya selama bertahun-
tahun untuk merebut Malaka dari Portugis berakhir sudah selanjutnya Tahta kesultanan
Aceh diduduki oleh Sultan Sri alam Meskipun masih menjadi kekuatan militer yang tangguh
di sekitaran perairan Malaka namun kondisi internal kesultanan Aceh sungguh
memprihatinkan kudeta militer membuat Sultan Sri alam hanya bertahta selama setahun
dalam kurun waktu dari 1571 hingga 1607 kesultanan Aceh Mengalami berbagai konflik
politik hingga kudeta militer setelah Sultan Sri alam lensa berturut-turut beberapa
penggantinya adalah Sultan Zain al Abidin,Sultan ala al Abidin, Sultan Buyung, Sultan ala al
din riayat syah sayyid al mukammil dan Sultan Ali riayat Syah Situasi politik Kesultanan
membuat beberapa wilayah mampu melepaskan diri dan Portugis berhasil mencapai
daratan Aceh pada masa masa ini 1 bangsa Eropa lainnya telah berhasil menemukan jalan
ke nusantara sebuah Armada kapal Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman
berhasil memasuki perairan nusantara untuk mencari harta karun yang dipuja bangsa Eropa
yaitu rempah-rempah ketika hendak kembali ke Belanda tepatnya tahun 1599 di masa
Sultan Alauddin riayat Syah Sayyid Al Mukammil Armada Cornelis de Houtman terlibat
bentrok dengan angkatan laut kesultanan Aceh. Cornelis de Houtman tewas dalam
pertempuran tersebut melalui pertarungan duel melawan Laksamana MalahayatiTapi jalan
menuju Nusantara sudah terlanjur terbuka bagi bangsa Eropa yang ketika itu sibuk
Memburu kekayaan. tahun 1607 setelah masa kepemimpinan Sultan Alauddin riayat Syah
berakhir Tahta Kesultanan akhirrnya dipegang oleh Perkasa alam penguasa terbesar dalam
sejarah Aceh.Perkasa Allah bergelar Sultan Iskandar Muda berhasil membersihkan Portugis
yang ketika itu sudah mulai merembes masuk ke daratan kesultanan Aceh dengan
kecakapannya dalam kepemimpinan dan kemiliteran Sultan Iskandar Muda berhasil
meluaskan wilayah hingga seberang lautan pasukan Portugis yang terdesak di mana-mana
oleh Aceh pun akhirnya mundur ke Malaka Sultan Iskandar Muda berhasil membangun
kekuatan militer yang sangat mengagumkan di masanya pasukan gajah pasukan kavaleri
dengan menggunakan kuda-kuda Persia kapal-kapal perang yang mampu mengangkut
hingga 800 prajurit serta pasukan Infanteri yang dilengkapi dengan meriam. di puncak
kebesarannya kesultanan Aceh menjalin hubungan diplomatik dengan sejumlah kerajaan
dari barat seperti Inggris Perancis Belanda dan Turki meskipun terjalin hubungan diplomatik
yang erat namun Sultan Iskandar Muda tidak mengizinkan Inggris Belanda dan Perancis
untuk membuka perwakilan dagang di Aceh Sultan Iskandar Muda belajar banyak dari
kejatuhan Malaka akibat ulah Portugis tahun 1629 sebuah Armada angkatan laut Aceh
berkekuatan ratusan kapal dan dukungan 19.000 prajurit berangkat menuju Malaka Sultan
Iskandar Muda sudah berfikir saatnya menguasai daratan Malaka dan menggantikan
Portugis untuk selama-lamanya Perang besar 2 Armada berlangsung selama berhari-hari
kapal kapal terbakar tenggelam ribuan nyawa prajurit melayang namun Portugis sudah
memperkuat pasukannya yang didatangkan dari kekuasaan mereka di timur serta bantuan
dari beberapa kerajaan yang berusaha melepaskan diri dari Aceh pasukan Aceh pun
terpaksa mundur dengan kerugian yang sangat besar ketika situasi di Selat Malaka semakin
Genting dengan beberapa wilayah yang hendak melepaskan diri Sultan Iskandar Muda
mulai sakit-sakitan meskipun dalam kondisi mulai sakit-sakitan Sultan Iskandar Muda Masih
sempat mengirimkan dua kali ekspedisi militer di Semenanjung Malaka tahun 1630 sebuah
ekspedisi militer dikirim ke untuk memadamkan pemberontakan di Pahang. ekspedisi militer
ini berulang pada tahun 1635. Di usianya yang ke 43 tahunTepatnya tahun 1636 Sultan
Iskandar Muda akhirnya wafat Setelah mengalami sakit selama beberapa tahun di usia yang
masih terbilang muda itu Sultan Iskandar Muda harus melepaskan Tahta pada saat
kesultanan Aceh dan Semenanjung Malaka semakin memanas terutama setelah
kedatangan Belanda Dibawah Bendera VOC. tidak lama setelah Sultan Iskandar Muda
wafat Sultan Iskandar sani segera dilantik menjadi penguasa tertinggi kesultanan Aceh
Darussalam. Sultan Iskandar tsani Alauddin mukhayat Syah menantu dari Sultan Iskandar
Muda mewarisi situasi politik kesultanan Aceh dan Semenanjung Malaka di masa
berkuasanya Sultan Iskandar tsani kekuatan militer memang Mengalami penurunan
kekuatan namun begitu kedaulatan kesultanan Aceh masih bisa terjaga bahkan hingga
beberapa ratus tahun kedepannya tidak ada lagi ekspedisi militer Istana Kesultanan lebih
merupakan pusat pengajaran ilmu pengetahuan kekuasaan Sultan Iskandar tsani tidak
berlangsung lama tahun 1641 atau setelah 5 tahun naik tahta sultan Iskandar tsani tutup
usia istri dari mendiang Sultan Iskandar tsani pun ditunjuk untuk meneruskan tahta putri Sri
alam naik tahta dengan gelar Paduka Sri Sultan Ratu safiatuddin Tajul Alam Syah Johan
berdaulat Silalahi Villa alam binti almarhum Sri Sultan Iskandar Muda mahkota alam Syekh
naiknya sultanah safiatuddin pun Mengalami berbagai penolakan sehingga menimbulkan
beberapa pemberontakan ancaman sultanah safiatuddin tidak hanya dari dalam ancaman
besar dari luar datang seiring jatuhnya Malaka ke tangan VOC kemenangan VOC di Malaka
membuat pengaruh mereka semakin menguat di seluruh perairan barat nusantara adalah
sebuah perusahaan dagang Belanda yang Diberi wewenang oleh kerajaan Belanda untuk
melakukan perdagangan di timur jauh hingga ke nusantara mengambil Jalan Tengah dari
situasi yang genting sultanah safiatuddin mengadakan perjanjian dengan Kesultanan Johor
Untuk tidak saling menyerang serta tidak mencampuri urusan masing-masing pelan tapi
pasti Sultan as safiatuddin berhasil mengendalikan situasi dalam negeri dan menjaga Aceh
dari ancaman di Semenanjung Malaka kekisruhan politik di dalam istana pun berhasil
diredakan sultanah safiatuddin juga berhasil menjaga hubungan persahabatan dengan
beberapa kerajaan lainnya sehingga kewibawaan Aceh tetap terjaga Meskipun tidak lagi
melakukan ekspedisi militer sultanah safiatuddin juga memberikan perhatian dalam bidang
ekonomi hukum seni hingga ilmu pengetahuan pada zaman beliau bertahta muncullah
beberapa intelektual dan sastrawan seperti Hamzah Fansuri, narudin ar-ramiri ,dan Syekh
abdurrauf .Tahun 1675 setelah bertahta selama 34 tahun sultanah safiatuddin tutup usia
sepeninggal Sultanah safiatuddin Tahta Kesultanan masih Diteruskan oleh beberapa
sultanah dalam beberapa puluh tahun sesudahnya Sultanah naqi Al dinBertahta dari tahun
1675 hingga 1678. Sultan zaqi Al din inayat syah bertahta dari tahun 1678-1688Setelah
kepemimpinan para Sultan Tahta Kesultanan dilanjutkan oleh Sultan Badar Al alam pada
masa-masa selanjutnya kesultanan Aceh tidak mampu lagi membangun kebesarannya
seperti masa Sultan Iskandar Muda Pengaruh VOC semakin menguat di Semenanjung
Malaka dan Sumatera namun kedaulatan kesultanan Aceh masih terjaga pada tahun 1799
VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan oleh pemerintah kerajaan Belanda memasuki
abad ke-19 2 kekuatan Eropa bercokol di nusantara yaitu Inggris dan Belanda Inggris
berhasil mendapatkan izin dari Kesultanan Johor untuk membuka tumasek sebagai
Pelabuhan bebas Tumasik kemudian disebut dengan nama Singapura Belanda merasa
keberatan dengan pembukaan tumasik karena menganggap Inggris mencampuri
kekuasaannya ketika itu Inggris di nusantara dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles yang
berkedudukan di Bengkulu sengketa Inggris dan Belanda mengenai tumasik pun akhirnya
bisa diselesaikan dengan adanya traktat London perjanjian bilateral Inggris Belanda yang
ditandatangani pada 17 Maret 1824 selain masalah tumasik traktat London juga
menyebutkan bahwa Belanda tidak akan memperluas kekuasaannya di Sumatera Utara
hingga Aceh .Inggris menyebutkan bahwa kesultanan Aceh berada dalam protektorat
kerajaan Inggris Raya Ketika traktat London disahkan kesultanan Aceh dipimpin oleh Sultan
Muhammad Syah beberapa puluh tahun setelah traktat London situasi politik di Eropa
mengalami perubahan-perubahan politik di Eropa ini ikut mempengaruhi kedudukan Inggris
dan Belanda di nusantara pada 2 November 1871 Inggris dan Belanda kembali
mengadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Traktat Sumatera inti dari traktat
Sumatera adalah Inggris mengizinkan Belanda memperluas wilayah mereka hingga seluruh
Sumatera termasuk kesultanan Aceh Inggris menganggap lebih baik Aceh jatuh ke tangan
Belanda daripada ke negara besar lainnya seperti Amerika Serikat atau Perancis traktat
Sumatera dibuat ketika kesultanan Aceh dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah. pagi hari 27
Maret 1873 Citadel van antwerpen menembakkan meriam nya ke sebuah benteng di
pelabuhan Aceh Tembakan dari kapal perang Belanda itu secara berbalas tembakan dari
benteng di tepi pantai itu di masa pemerintahan gubernur jenderal james loudon pemerintah
kolonial Hindia Belanda Memulai aksi agresinya terhadap kesultanan Aceh pasukan
Belanda yang dipimpin Mayor Jenderal Kohler berhasil merangsek masuk hingga kutaraja
perlawanan sengit dari pasukan Aceh terjadi di depan Masjid Baiturrahman bukan pekerjaan
mudah bagi Belanda. pada 14 April kohler dan ratusan anak buahnya harus meregang
nyawa di tempat itu Van Daalen wakil Mayor Jenderal Kohler segera Menyelamatkan anak
buahnya yang tersisa mereka mundur ke pantai dan selanjutnya dievakuasi melalui kapal-
kapal perang Belanda kegagalan itu menyadarkan Belanda bahwa mereka menghadapi
kekuatan paling terorganisir paling tangguh semangat juangnya dan paling mumpuni
persenjataan militer nya upaya Belanda menguasai Aceh tidak berhenti hingga berbulan-
bulan berikutnya bala tentara Belanda secara bergelombang menyerbu Aceh tekanan
pasukan Belanda yang sedemikian kuat akhirnya membuat pasukan Aceh mundur dari
kutaraja pada bulan Januari 1874 mereka membangun Basis Basis pertahanan di hutan dan
pegunungan dalam masa-masa sulit itu Sultan Mahmud Syah terserang kolera hingga
menyebabkan kematiannya pada tahun 1875. cucu dari mendiang Sultan Mansyur Syah
kemudian melanjutkan kepemimpinan dengan gelar Sultan Ibrahim Mansyur Syah.
meskipun Belanda sempat Merayakan kemenangan dengan menguasai kutaraja, namun
perlawanan rakyat Aceh belum berhenti pasukan Belanda harus kehilangan banyak tentara
Akibat serangan serangan rakyat Aceh .Belanda yang terus-menerus mendapatkan
perlawanan rakyat Aceh pun mencoba strategi baru dengan mengirim Snouck Hurgronje
pada Juli 1891 dia bukan ahli militer namun seorang akademis universitas leiden yang
sangat paham mengenai Islam.Snouck Hurgronje bahkan pernah Tinggal di Mekah serta
pura-pura masuk Islam dan mengganti namanya sebagai Abdul Ghofur rakyat Aceh
terutama para ulama menerima kedatangan senegaranya dengan tangan terbuka
penampilan hurgronje serta kemampuannya dalam bahasa Arab dan Islam Membuat rakyat
Aceh percaya bahwa dia adalah orang Arab dan rakyat Aceh memanggilnya dengan nama
Haji Gofur.Snouck Hurgronje tidak lama tinggal di Aceh Pada Februari 1892 kembali ke
Batavia dan bertemu dengan Van heutsz yang ketika itu menjabat sebagai panglima
Operasi Militer di Aceh. Snouck Hurgronje menyarankan agar Belanda tidak melakukan
praktik Bumi hangus merampas makanan penduduk dan yang terpenting adalah bagaimana
Belanda bisa memecah belah antara ulama dengan Uli bala atau pemimpin adat melihat
salah satu semangat perang rakyat Aceh adalah karena Belanda membakar Masjid
Baiturrahman di masa Kohler. kuatnya semangat juang rakyat Aceh Karena pengaruh kaum
ulama Snouck Hurgronje menekankan pentingnya Belanda mendekati Kaum uli balang. Van
heust tidak menyia-nyiakan nasehat Snouck Hurgronje Dia melakukan semua apa yang
dikatakan oleh Snouck Hurgronje. sebagian besar uleebalang melakukanKompromi dengan
Belanda .saran Snouck Hurgronje mulai memperlihatkan hasilnya pasukan Aceh yang
berada di hutan-hutan semakin terdesak pada tahun 1903 Sultan Mansyur Syah akhirnya
menyerah setelah bertahun-tahun memimpin perlawanan menyerahnya Sultan Mansyur
syah ini menandai berakhirnya era kesultanan Aceh yang sempat menjadi kekuatan besar di
perairan Selat Malaka. Jatuhnya kesultanan Aceh serta menyerahnya Sultan Mansyur Syah
tidak membuat perjuangan rakyat terhenti. perlawanan rakyat terus berlangsung muncullah
beberapa pemimpin seperti Teukuku Umar ,Cut Nyak Dien, serta Cut Mutia yang Terus
membangkitkan semangat rakyat melawan kaum penjajah .

Anda mungkin juga menyukai