Anda di halaman 1dari 96

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD KELAS RENDAH

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Puji dan syukur kami atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas

mata kuliah Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah ini dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Penulisan tugas ini telah semaksimal mungkin saya upayakan. Untuk itu

saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi

penyusunan Bahasa, materi, isi, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu,

saya meminta bantuan bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun

kritik demi memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penyusun sangat mengharapkan semoga dari tugas sederhana

ini dapat diambil manfaatnya dan dapat memberikan informasi untuk pembaca

serta bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Muara Bungo, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR …………………………… 1
A. Keterampilan Dasar Mengajar Matematika ................................................1
BAB II TEORI BELAJAR PENGERTIAN DAN PARADIGMA
MATEMATIKA ………………………………………………………11
A. Teori Belajar .............................................................................................11
B. Macam-macam Teori Belajar ................................................................... 11
BAB III KURIKULUM MATEMATIKA…………………………………… 16
A. Pengertian Kurikulum ...............................................................................16
B. Kurikulum Menurut UU Pendidikan Nasional .........................................16
C. Kurikulum Secara Etimologis ...................................................................17
D. KTSP Matematika .....................................................................................18
E. Kurikulum 2013 ........................................................................................18
BAB VI MEDIA, MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN
MATEMATIKA……………………………………………………… 24
A. Media dan Materi Mata Pelajaran Matematika Kelas Rendah .................24
B. Metode Pembelajaran Matematika ............................................................33
BAB III MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian ...............................................................37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ........................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44

iii
BAB I

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

A. Keterampilan Dasar Mengajar Matematika

Keterampilan Dasar Mengajar Guru Matematika Keterampilan dasar

mengajar bagi guru matematika diperlukan agar guru dapat melaksanakan

perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran

dapat berjalan secara efektif dan efesien. Dalam hal ini, terdapat 8 (delapan)

keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar-mengajar

yaitu; keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan,

keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan

membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi

kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar

kelompok kecil dan perseorangan.

1. Keterampilan Dasar Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan ucapan guru secara verbal yang

meminta respon dari peserta didik. Respon yang diberikan dapat berupa

pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Dengan

demikian, bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong

kemampuan berpikir peserta didik. Ada beberapa fungsi pertanyaan dalam

proses belajar-mengajar di antaranya:

a. Memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir dan memecahkan

masalah dengan kemampuan sendiri.

1
2

b. Memberikan motivasi kepada siswa untuk berperan aktif dalam

proses belajar-mengajar.

c. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu

masalah yang dihadapi atau dibicarakan.

d. Menuntun proses berpikir siswa karena dengan pertanyaan-

pertanyaan yang baik dapat membantu siswa untuk menentukan

jawaban yang baik

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap siswa yang di bahas.

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan peranan

penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik

pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang

baik di bagi menjadi dua jenis, yaitu: pertanyaan menurut maksudnya,

dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom. Pertanyaan menurut

maksudnya terdiri atas: pertanyaan permintaan (compliance question),

pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau

menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing

question). Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan

pengetahuan (recall question atau knowlagde question), pemahaman

(comprehention question), pertanyaan penerapan (application question),

pertanyaan sintetis (synthesis question), dan pertanyaan evaluasi

(evaluation question).

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu


3

mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Siswa

juga harus menghindari kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri,

mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan

pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus

menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam

proses belajar-mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya

atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah

pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dimasukkan

dalam golongan pertanyaan. Keterampilan bertanya dibedakan atas

keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.

Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang

perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-

komponen yang dimaksud adalah: pengungkapan pertanyaan secara jelas

dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran,

pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari

keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha

mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi

dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan

bertanya lanjut dibentuk atas landasan penguasaan komponen-komponen

bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih

dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun

komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah: pengubahan susunan


4

tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan

pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya

interaksi.

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) pada dasarnya adalah suatu respon yang

diberikan terhadap prilaku atau perbuatan baik yang dapat memacu

terulangnya perbuatan tersebut. Menurut pengertian yang dikemukakan

oleh Wina Sanjaya, keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk

respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap

siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau unpan balik atas

perbuatan atau respon siswa.5 Ada dua jenis penguatan yang diberikan

oleh guru, yaitu penguatan verbal dan non verbal.

a. Penguatan verbal

Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan

kata-kata baik, kata-kata pujian dan penghargaan atas kata-kata

koreksi. Melalui kata-kata itu siswa akan merasa puas dan terdorong

untuk lebih aktif belajar. Misalnya ketika diajukan sebuah pertanyaan

kemudian siswa menjawab dengan tepat, maka guru menmuji siswa

tersebut dengan mengatakan “bagus sekali”, “tepat sekali”, ”wah

hebat kamu” dan sebagainya.

b. Penguatan non verbal

Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan

melalui bahasa isyarat dan memberikan tanda-tanda tertentu. Adapun


5

jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan

non verbal antara lain sebagai berikut:

1) Mimik dan gerakan badan Mimik dan gerakan yang dilakukan

guru seperti: mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan

kepala, menggunakan ibu jari, tepukan tangan dan gerakan badan

lainnya.

2) Gerakan mendekati Gerakan mendekati dilakukan guru dengan

cara menghampiri siswa dan bahkan duduk bersama-sama dengan

siswa. Pada saat guru mendekati siswa merasa diperhatikan

sehingga siswa akan merasa senang dan aman.

3) Sentuhan Penguatan dalam bentuk sentuhan dilakukan dengan

adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing).

Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota

badan yang dianggap tepat dan bentuk lain yang sejenis.

4) Kegiatan yang menyenangkan Untuk meningkatkan perhatian dan

motivasi belajar, guru dapat melakukan penguatan dengan cara

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan

kemampuannya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

5) Pemberian simbol atau benda Simbol adalah tanda-tanda yang

diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar

siswa.

6) Penguatan tak penuh Penguatan tak penuh yaitu respon atau

sebagian prilaku belajar siswa yang belum tuntas.


6

3. Keterampilan Memberikan Variasi

Keterampilan memberikan variasi merupakan suatu proses

pengubahan dalam pengajaran yang menyangkut 3 (tiga) komponen, yaitu

variasi dalam gaya mengajar, variasi media dan bahan lain, dan variasi

interaksi. Komponen-komponen mengadakan variasi ada 3 (tiga) bagian

yaitu:

a. Variasi dalam gaya mengajar guru

1) Penggunaan variasi suara (teacher voice).

2) Pemusatan perhatian (focusing).

Dalam pemusatan perhatian dapat dibedakan 6 (enam) macam yaitu:

a) Verbal focusing yakni pemusatan perhatian melalui kata-kata

seperti: coba dengarkan,, amati baik baik gambar ini atau periksa

gambar ini dengan seksama.

b) Gestural focusing yaitu pemusatan perhatian melalui syarat

tertentu, seperti menunjukkan pada gambar yang tergantung di

dingding atau di papan tulis.

c) Kesenyapan atau kebisuan guru (teaching silence). Dalam hal ini

guru sengaja dan tiba-tiba menciptakan atau menimbulkan

kesenyapan atau kebisuan sejenak selagi menerangkan sesuatu

bahan kepada murid.


7

d) Mengadakan kontak pandang dengan gerakan (eye contac and

movement) Apabila guru berinteraksi dengan murid, sebaiknya

pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kepada mata

murid-murid.

e) Gerakan badan dan mimic Variasi ini menyangkut ekspresi wajah

guru, gerak kepala, dan gerak badan.

f) Pergantian posisi dalam kelas (teacher movement).

b. Variasi media dan bahan ajar

Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu:

1) Variasi media pandang Penggunaan media pandang seperti: buku,

majalah, globe, peta majalah dinding, film, tv dan lain-lain.

2) Variasi media dengar.

3) Variasi media taktil Maksudnya memberikan kesempatan kepada

anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan

ajar.

c. Variasi interaksi

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki

rentangan yang bergerak dari dua kutub yaitu:

1) Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan

dari guru.

2) Anak didik mendengarkan dengan pasif, situasi didominasi guru.

4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


8

Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan

guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi

siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar,

sehingga materi yang disajikan akan mudah mencapai kompetensi yang

diharapkan. Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka

pelajaran meliputi:

a. Menarik perhatian peserta didik.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian

peserta didik terhadap pelajaran yang akan disajikan yaitu melalui gaya

mengajar guru dan menggunakan media dan sumbetr belajar yang

bervariasi.

b. Membangkitkan motivasi

Cara yang dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar

peserta didik yaitu, kehangatan dan semangat, membangkitkan rasa

ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan

minat belajar peserta didik.

c. Memberikan acuan

Dalam memberi acuan dapat dilakukan seperti: mengemukakan tujuan

dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan

dilakukan, mengingatkan masalah pokok, mengajukan pertanyaan.

d. Membuat kaitan

Cara yang dapat dilakukan guru antara lain: mengajukan pertanyaan

apersepsi, mengulas sepintas garis besar isi pembelajaran yang telah


9

lalu, mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta

didik, menghubung-hubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan

berurutan.

Menutup pelajaran (closing) adalah kegiatan yang dilakukan oleh

guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Bentuk

usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai

berikut:

1) Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru di

bahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas

tentang makna serta esensi pokok persoalan yang baru saja

diperbincangkan.

2) Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal pokok dalam

pembelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah diterimanya

dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran

selanjutnya.

3) Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari

sehingga merupakan suatu kebutuhan yang berarti dalam memahami

materi yang baru dipelajari.

4) Memberikan tindakan lanjut (follow up) berupa saran-saran dan ajakan

agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan, dan agar dipelajari

kembali ke rumah.
10

5. Keterampilan Menjelaskan

Dalam kaitan dengan kegiatan belajar-mengajar atau pelatihan,

menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan

yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami

siswa. Keterampilan menjelaskan terdiri dari atas berbagai komponen

sebagai berikut:

a. Komponen merencanakan penjelasan mencakup:

1) Isi pesan (pokok-pokok materi yang dipilih dan disusun secara

sistematis di sertai dengan contoh-contoh.

2) Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan siswa.

b. Komponen menyajikan penjelasan sebagai berikut:

1) Kegiatan yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti: bahasa

yang jelas, berbicara yang lancar, mendefenisikan istilah-istilah

yang teknis dan berhenti sejenak untuk melihat respon siswa.

2) Penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat mengikuti pola pikir

induktif dan deduktif.

3) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara

penekanan suara, membuat iktisar dan mengemukakan tujuan.

4) Balikan tentang penjelasan yang disajikan melihat mimik siswa

atau pengajuan pertanyaan.

6. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam

menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna


11

terjadinya proses mengajar yang serasi dan efektif. Komponen dalam

mengelola kelas sebagai berikut:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal. Penciptaan pemeliharaan kondisi yang

optimal dapat dilakukan sebagai berikut: menunujukkan sikap tanggap,

membagi perhatian secara visual dan verbal, memusatkan perhatian,

memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur secara bijaksana dan

sebagainya.

b. Keterampilan yang berhubungan denga pengendalian kondisi belajar

yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap

gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar

yang optimal.

7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan

berbagai pengalaman atau informasi, pengampilan keputusan, atau

pemecahan masalah. Komponen-komponen keterampilan membimbing

diskusi sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.

Caranya: rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas, kemukakan

masalah-masalah khusus, catat perubahan atau penyimpangan.

b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat


12

c. Menganalisis pandangan siswa.

d. Meningkatkan urunan siswa.

e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.

f. Menutup diskusi.

g. Hal-hal yang harus dihindari.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

1) Prinsif dan tujuan

Mengajarkan kelompok kecil dan perseorangan terjadi dalam konteks

pengajaran klasikal. Di dalam kelas seorang guru mungkin menghadapi

banyak kelompok kecil serta banyak siswa, yang masingmasing diberi

kesempatan belajar secara berkelompok atau perseorangan. Penguasaan

keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

memungkinkan guru mengelola jenis kegiatan ini secara efektif dan

efesien serta memainkan perannya sebagai:

a. Organisator kegiatan belajar-mengajar.

b. Sumber informasi bagi siswa.

c. Motivator bagi siswa untuk belajar.

d. Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa.

e. Pendiagnosa dan pemberi bantuan bagi yang membutuhkan.

2) Komponen keterampilan

Ada 4 (empat) kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru,

dalam kaitan ini sebagai berikut:

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi


13

b. Keterampilan mengorganisasikan

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan

belajarmengajar.

3) Prinsip penggunaan

a. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok perorangan tujuan

yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas,

waktu serta kemampuan guru.

b. Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok

kecil dan perseorangan.

c. Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu

kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan laporan, dan

sebagainya.

d. Guru perlu mengenal siswa secara perseorangan agar dapat mengatur

kondisi belajar dengan tepat.

e. Dalam kegiatan belajar perseorangan siswa dapat bekerja secara

bebas dengan bahan yang disiapkan.


BAB II

TEORI BELAJAR PENGERTIAN DAN PARADIGMA MATEMATIKA

A. Teori Belajar

Pengertian Teori Belajar Teori belajar merupakan suatu kegiatan

seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu

diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, ketrampilan dan sikap,

pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya.

Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan

perubahan afektif. Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya bbberkaitan

dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan

proses dan tahapan serta kematangan si belajar. Belajar lebih baik dan efektif

didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan

berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Di dalam banyak hal, belajar adalah proses mencoba dengan

kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuasn belajar seseorang

harus bisa diperhitungkan dan menentukan isi pelajaran. Belajar bisa

dilakukan melalui beberapa cara yaitu diajar secara langsung, kontrol

penghayatan, kontak pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau

peniruan. Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada

melakukan hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar

seseorang. Bahan belajar yang bermakna lebih mudah dan menarik untuk

dipelajari dibandingkan bahan yang kurang bermakna. Informasi mengenai

11
12

kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan belajar akan

banyak membantu kelancaran dan semnagat belajar siswa. Belajar sedapat

mungkin diubah ke dalam aneka ragam tugas sehingga murid yang belajar

bisa melakukan dialog dengan dirinya sendiri.

B. Macam-macam Teori Belajar

1. Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar

yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik

pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan

semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan

dan akan menghilang bila dihukum. Berikut ini adalah gambar proses

belajar mengajar menurut teori belajar Behavioristik. Teori belajar

Behavioristik ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

a. Proses belajar yang kompleks tidak terjelaskan;

b. Asumsi “stimulus-respon” terlalu sederhana.

Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh aplikasi Teori Belajar

Behavioristik.

1) Menentukan tujuan-tujuan instruksional


13

2) Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk

mengidentifikasi pengetahuan awal mahasiswa

3) Menentukan materi pelajaran

4) Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil

5) Menyajikan materi pelajaran

6) Menyajikan stimulus berupa pertanyaan, tes, latihan, dan tugastugas

7) Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan

8) Memberikan penguatan positif ataupun negatif

9) Memberikan stimulus baru, dst.

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai

protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.

Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik

memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,

menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan

yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan

pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori

kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Berikut ini adalah gambar

proses belajar mengajar menurut teori belajar Kognitivisme.

Teori belajar Kognitivisme ini mempunyai beberapa kelemahan

antara lain:

a. lebih dekat ke psikologi;

b. sulit melihat “struktur kognitif” yang ada pada setiap individu.


14

Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh aplikasi Teori Belajar

Kognitivisme menurut beberapa ahli.

1) Contoh Aplikasi Teori Kognitivisme (Piaget) - Menentukan tujuan

instruksional - Memilih materi pelajaran - Menentukan topik yang

mungkin dipelajari secara aktif oleh mahasiswa

2) Contoh Aplikasi Teori Kognitivisme (Bruner) - Menentukan tujuan

instruksional - Memilih materi pelajaran - Menentukan topik yang bisa

dipelajari secara induktif oleh mahasiswa

3) Contoh Aplikasi Teori Kognitivisme (Ausubel) - Menentukan tujuan

instruksional - Mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, dan

struktur kognitif) - Memilih materi pelajaran dna mengaturnya dalam

bentuk penyajian konsep-konsep kunci - Mengidentifikasi prinsip-

prinsip yang harus dikuasai mahasiswa dari materi tersebut

3. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan

utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk

mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu

dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan

bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan

pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
15

berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang

paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar

dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya,

seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun

dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai

aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Teori belajar Humanistik ini mempunyai kelemahan yaitu lebih

dekat ke filsafat daripada pendidikan. Jadi susah untuk dijelaskan dan

lebih bersifat abstrak. Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh

aplikasi Teori Belajar Humanistik menurut beberapa ahli.

a. Menentukan tujuan instruksional

b. Menentukan materi pelajaran

c. Mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa

d. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan mahasiswa untuk

belajar

e. Mendesain wahana untuk belajar mahasiswa

f. Membimbing mahasiswa belajar secara aktif

g. Membimbing mahasiswa memahami hakikat makna dari pengalaman

belajar mereka

h. Membimbing mahasiswa membuat konseptualisasi pengalaman tersebut

i. Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu mengaplikasikan

konsep-konsep baru ke situasi yang baru

j. Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar


16

4. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya

membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme

merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu

bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-

konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau

kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dalam mengkonstruksi pengetahuan baru membutuhkan pancaindera

dan pengalaman. Kedua komponen tersebut didapat melalui objek

lingkungan. Proses belajar mengajar tersebut juga perlu didukung dengan

strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Belajar aktif;

b. Belajar mandiri;

c. Belajar kooperatif dan kolaboratif.

Selain strategi pembelajaran juga diperlukan model pembelajaran

yang efektif antara lain:

1) Problem based learning;

2) Discovery learning;

3) Cognitive strategies;

4) Project based learning.


17
BAB III

KURIKULUM MATEMATIKA

A. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh

pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai

sekarang. Secara umum kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang

disusun untuk memperlancar proses belajar-mengajar dibawah bimbingan dan

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya

meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-

peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Selain kegiatan

kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal atau kokurikuler/ ekstra

kurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).

Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan, kurikulum adalah jantung

pendidikan, artinya segala gerak kehidupan yang dilakukan di sekolah

didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah

adalah kehidupan yang dirancang berdasarkan apa yang diinginkan

kurikulum. Pengembangn potensi peserta didik menjadi kualitas yang

diharapakan didasarkan pada kurikulum. Berikut ini, merupakan beberapa

pengertian kurikulum dari berbagai referensi yang kami ambil antara lain,

B. Kurikulum Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional

16
17

Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I

pasal 1, menyebutkan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum

merupakan merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk

mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan,

dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Pasal 9).

C. Kurikulum Secara Etimologis

Kurikulum berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah

“currere”, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut

ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian

tersebut dijabarkan bahwa bahan ajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana

mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai

bahan agar dapat mencapai gelar. Dengan kata lain, suatu kurikulum

dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir

dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan gelar tertentu. Akibat dari

berbagai perkembangan, terutama perkembangn masyarakat dan kemajuan

teknologi, konsep kurikulum selanjutnya diterapakan sesuai dengan waktu

dan tempat. Artinya kurikulum mengambil bahan ajar dan berbagai

pengalaman belajar tidak hanya terbatas pada waktu sekarang saja, tetapi juga
18

memperhatikan bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar pada waktu

lampau dan yang akan datang.

Dengan demikian kurikulum merupakan program pendidikan bukan

program pengajaran, yaitu program yang direncanakan diprogramkan dan

dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik

yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang.

Berbagai bahan ajar tersebut direncanakan secara sistematik., artinya

direncanakan dengan ,memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan

secara harmonis. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi tenaga

pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar

dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada

tujuan pendidikan.

Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai

bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan

dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang

dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan

peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

D. KTSP matematika

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang ada dalam standar

isi tahun 2006 diberikan mulai dari TK sampai Sekolah Menengah Atas

Umum dan kejuruan. Hal ini tertuang secara jelas dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang


19

standar Isi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar

nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk

jenis Pendidikan Umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah terdiri atas:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Kelompok mata pelajaran estetika.

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.

Kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran, muatan lokal dan

pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi

daerah dan kearifan lokal. Substansi mata mata pelajaran IPA dan IPS SD/MI

merupakan IPA terpadu dan IPS terpadu, pembelajaran pada kelas rendah

dilaksanakan melalui pendekatan tematik termasuk Matematika, sedangkan

kelas tinggi dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Alokasi waktu

satu jam pembelajaran 35 menit.

E. Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013, khususnya yang berkaitan dengan sekolah dasar

(SD), pendekatan dan landasan yang digunakan sebagai pijakan

pengembangan kurikulum tersebut secara eksplisit menganut pendekatan

terintegrasi melalui pendekatan tematik. Secara garis besar, kurikulum 2013

memiliki karateristik sebagai berikut.


20

1. Pendekatan

Dari sisi pendekatan, kurikulum 2013 menganut pendekatan eklektif,

yaitu pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang memadukan

berbagai desain dalam pengembangannya. Ini antara lain tercemin dalam

kurikulum untuk pendidikan dasar (SD) yang menekankan pada desain

yang berpusat pada masalah (problem centered design). Menurut Print

(1993:101), salah satu varian dalam desain ini adalah desain tematik

(thematic design).

Untuk sekolah menengah peratama (SMP), desain yang diterapkan

adalah desain yang berpusat pada bidang studi (subject matter design)

dengan varian desain berdasarkan pengelompokan bidang studi (board

field design), misalnya adanya pengelompokan mata pelajaran kedalam

ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan social (IPS).

Sementara itu, sekolah menengah atas (SMA) menerapkan desain bidang

keilmuan (academic diciplines design), isi kurikulum dipilih kedalam

bidang studi, seperti matematika, biologi, kimia, fisika, bahasa dalam

struktur kurikulum SMA. Pendekatan ekletik ini tampak pula dalam

landasan yang digunakan pengembangannya. Misalnya, untuk kurikulum

sekolah dasar termuat secara eksplesit pendekatan ini baik pada landasan

filosofis maupun teoritisnya. Berikut kutipan Permendikbud No.67 tentang

kerangka dasar dan struktur kurikulum SD/MI.

Kurikulum 2013 untuk SD dari sisi landasan filosofis menerapkan

pandangan sebagai berikut :


21

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan

bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan

kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia

yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan

untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik

dimasa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa

depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung

makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk

mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.

Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa

menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan

kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, kurikulum 2013

mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan

luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan

bagi kehidupan dimasa kini dan masa depan, dan pada waktu

bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai

pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan

masyarakat dan bangsa masa kini.

b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut

pandangan filosofi ini, prestasi bangsa diberbagai bidang kehidupan

dimasa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum

untuk dipelajari oleh peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu

proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk


22

mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berfikir rasional

dan kecermelangan akademik dengan memberikan makna terhadap

apa yang dilihat, didengar, bibaca, dipelajari dari warisan budaya

berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai

dengan tingkat kematangan psikologi serta kematangan fisik peserta

didik. Selain mengembangkan kemampuan berfikir rasional dan

cemerlang dalam akademik, kurikulum 2013 memposisikan

keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa

bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,

dalam interaksi social dimasyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan

berbangsa masa kini.

c. Pendidikan ditunjukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual

dan kecermelangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan

pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).

Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran

yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan intelektual dan kecermelangan

akademik.

d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan

yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan

intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap social, kepedulian, dan

berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa


23

yang lebih baik. Dengan filosofi ini, kurikulum 2013 bermaksud untuk

mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam

berfikir reflektif bagi penyelesaian masalah social dimasyarakat, dan

untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.

Sementara itu, dari segi teoritis, kurikulum 2013 unutk SD

menerapkan panduan sebagai berikut.

a. Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan

standar”, dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan

berdasarkan standar meneteapkan adanya standar nasional sebagai

kualitas minmal warga Negara yang dirinci menjadi standar isi,

standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,

berketerampilan, dan bertindak.

b. Kurikulum 2013 menganut:

1) Pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang

dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas,

dan masyarakat; dan

2) Pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar

belakang , karateristik, dan kemampuan awal peserta didik.


24

Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi

hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta

didik menjadi hasil kurikulum.

2. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar

a. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi

Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki

oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran

mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek

sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta

didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi Inti harus dan wajib menggambarkan kualitas yang

seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,

Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan

organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal

Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar

satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga

memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang


25

berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi

Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata

pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas

yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling

terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1),

sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan

penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu

menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam

setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang

berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara

tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik

belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan

pengetahuan (Kompetensi Inti 4).

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi

Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti

yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan

dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,

serta ciri dari suatu mata pelajaran.


26

Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai

kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan

berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi

esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan

organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau

non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi

sosial, progresifisme atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut

dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian

landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran

untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada

kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi

Dasar SD/MI untuk setiap mata pelajaran mencakup mata pelajaran:

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, dan

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.


BAB IV

MEDIA, MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Media dan Materi Pembelajaran Kelas Rendah

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima

pesan, banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi

dan komunikasi pendidikan (Association of Education and Communication

Technologi/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne

(1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs

(1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, buku, film, kaset, film

bingkai adalah contoh-contohmya.

Asosiasi Pendidikan Nasional (Nation Education Association/NEA)

memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi

yang baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya

dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apapun batasan yang

diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan person dari pengirim

ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Scanland (2012) memberikan definisi tentang media pembelajaran

meliputi semua bahan dan peralatan fisik yang digunakan instruktur untuk

27
28

melaksanakan pembelajaran dan memfasilitasi prestasi peserta didik. Media

pembelajaran termasuk bahan – bahan tradisional seperti papan tulis, handout,

grafik, slide, overhead, benda nyata, dan rekaman video atau film, serta bahan-

bahan baru dan metode seperti computer, DVD, CD-ROM, internet, dan

konferensi video interaktif.

Gbamanja (1991:212) juga mengambarkan media pembelaran sebagai:

perangkat apa saja dengn konten atau fungsi pembelajaran yang digunakan

untuk tujuan pengajaran, termasuk buku, bahan tambahan bacaan, audiovisual,

dan bahan sensorik lainnya, script untuk pembelajaran melalui radio dan

televise, program perangkat materi pembelajaran yang diatur dan dikelola

melalui komputer. Berdasarkan definisi yang diberikan diatas, maka yang

dimaksud dengan media pembelajaran adalah semua peralatan fisik, bahan,

atau perangkat yang digunakan untuk memfasilitasi terciptanya efektivitas dan

efisiensi belajar.

Materi pembelajaran matematika kelas rendah diantaranya:

1. Bilangan Cacah

Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai:

a. Himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}.

b. Himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus

bertanda positif. Himpunan bilangan cacah : C = {0, 1, 2, 3, 4, ....}

c. Bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau

kardinalitas suatu himpunan. Maksudnya, jika suatu himpunan yang

karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka


29

cacah anggota himpunan itu “nol” dan dinyatakan dengan lambang

atau angka “0”. Jika anggota dari suatu himpunan hanya terdiri dari

satu anggota saja maka cacah anggota tersebut adalah “satu” dan

dinyatakan dengan lambang atau angka “1”, dan demikian seterusnya.

Jadi, singkatnya bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari

angka nol. Bilangan cacah biasanya disimbolkan dengan huruf “C” (cacah)

ataupun “W” (whole). Sehingga apabila kita ingin menuliskan himpunan

bilangan cacah ataupun seluruh unsur bilangan cacah kita bisa

menuliskannya seperti ini C= (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,...dst.)

Himpunan bilangan cacah juga memuat beberapa himpunan

bilangan lainnya, seperti:

1) Himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, ...}

2) Himpunan bilangan genap = {0, 2, 4, 6, ...}

3) Himpunan bilangan ganjil = {1, 3, 5, 7, ...}

4) Himpunan bilangan kuadrat = {0, 1, 4, 9, ...}

5) Himpunan bilangan prima = {2, 3, 5, 7, ...}

6) Himpunan bilangan tersusun (komposit) = {4, 6, 8, 12, ...}

2. Operasi Hitung Bilangan Cacah

1. Penjumlahan

Pada awalnya siswa belajar penjumlahan dengan menggunakan

obyek, misalnya: jika dua apel dan tiga buah apel  yang diambil dari

suatu keranjang buah maka banyak apel yang terambil dari keranjang
30

adalah penjumlahan 2 + 3. Ide mengambil bersama dan

menggabungkan merupakan makna dari penjumlahan.

Adapun dalam hal ini, definisi pada bilangan cacah  adalah jika

suatu R memiliki r elemen, dan himpunan S merupakan himpunan

saling lepas maka penjumlahan r dan s dinyatakan dengan r + s yang

merupakan elemen dari gabungan himpunan R dan S.

Selanjutnya dapat digunakan cara yang lebih praktis, yaitu

dengan menggunakan penjumlahan bersusun sebagaimana ditunjukan

berikut ini:

325

256+

    11

5          +  

5  8  1

2. Sifat operasi pada penjumlahan bilangan cacah:

a. Bilangan cacah bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan.

Makna dari sifat tertutup operasi penjumlahan pada bilangan cacah

adalah jika suatu bilangan cacah dijumlahkan suatu bilangan cacah

maka hasilnya merupakan bilangan cacah.

b. Memiliki identitas penjumlahan yaitu nol. Identitas adalah jika

suatu bilangan a dioperasikan dengan bilangan lain misal b dan


31

hasilnya bilangan itu sendiri (a) maka dikatakan b sebagai identitas.

Maka, b + 0 = 0 + b= b

c. Berlaku sifat asosiatif (pengelompokkan) pada operasi

penjumlahan untuk sembarang bilangan cacah a, b, c berlaku: a +

(b + c) =(a + b) + c

d. Sifat komulatif pada penjumlahan a + b = b + a

3. Pengurangan

Pengurangan dapat dipahami sebagai pengambilan suatu obyek

dari suatu kumpulan obyek. Proses pengambilan atau pengurangan dapat

dinyatakan sebagai kebalikan dari proses penggabungan atau

penjumlahan. Jika dalam penjumlahan, jumlahnya dan salah satu

penjumlahnya sudah diketahui,  maka proses penentuan unsur

penjumlahan yang lainnya menuntut operasi pengurangan. Oleh karena

itu, dalam prakteknya jika sebuah bilangan cacah a dikurangi dengan

bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan a-b = c),

maka operasi bilangan yang terkait adalah b+c = a.

Pada operasi pengurangan tidak memenuhi sifat- sifat yang

dimiliki oleh  operasi penjumlahan, kecuali sifat tertutup. Sifat–

sifat pengurangan antara lain seperti berikut:

a. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat tertutup, sebab tidak

setiap a dan b bilangan cacah menghasilkan a-b bilangan cacah pula.

b. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sebab tidak

untuk setiap a dan b akan berlaku a – b = b -  a. Pengurangan a – b =


32

b – a hanya akan dipenuhi oleh bilangan-bilangan yang sama, yakni

a = b.

c. Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat identitas, sebab kita

dapat menentukan sembarang bilangan cacah a sehinga a – 0 ≠ 0 – a.

Misalnya a = 2, maka 2 – 0 ≠ 0 – 2.

b. Begitu juga operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat

pengelompokkan. Sebab bisa diperoleh bilangan-bilangan cacah a,b

dan c sehingga menghasilkan ketidaksamaan (a - b) - c ≠ a - (b - c).

Contohnya jika a = 8, b = 4, c = 2, maka nilai untuk pengurangan (a -

b) - c =  (8 - 4) - 2 = 4 -2 = 2, sedangkan nilai untuk pengurangan 8 -

(4 - 2)= 8 – 2 = 6. Sehingga jelas, 2 ≠ 6.

Ada juga beberapa macam konsep pengurangan pada bilangan cacah, di

antaranya :

1) Konsep mengambil

Contoh: Ada 9 telur di dalam kulkas. Jika 3 telur diambil oleh ibu,

berapa banyak telur yang tersisa?

9 – 3 = 6 Jadi, ada 6 telur yang tersisa di dalam kulkas.

2) Konsep membandingkan

Contoh: Zahrok memiliki 12 sosis, sedangkan Alik memiliki 5

sosis. Berapa lebihnya sosis Zahrok dari sosis Alik?

12 – 5 = 7 Jadi, Zahrok mempunyai 7 sosis lebih banyak dari Alik.

3) Konsep menambahkan bilangan yang sesuai


33

Di dalam keranjang sudah ada 5 buah apel. Jika Vivi ingin mengisi

keranjang tersebut dengan 10 buah apel, maka berapa banyak apel

yang harus ditambahkan Vivi ke dalam keranjang tersebut?

5 +...= 10  jadi 10 - 5 = 5 Jadi, apel yang harus ditambahkan pada

keranjang tersebut adalah 5 buah.

Pengurangan bilangan cacah meliputi pengurangan bilangan

satu digit, pengurangan bilangan dua digit dengan bilangan satu digit,

dan pengurangan multidigit.

a) Pengurangan bilangan satu digit dengan bilangan satu digit dapat

digunakan bantuan tongkat, lidi, sedotan, ataupun jari tangan.

b) Pengurangan bilangan dua digit oleh bilangan satu digit dapat

digunakan hitung mundur atau melengkapkan sampai dengan

bilangan yang dimaksud. Sebagai contohnya 13 – 5, dapat

diselesaikan dengan cara berhitung mulai dari angka 5 dan

berhenti pada angka 13. Setiap kali berhitung satu, jari ditekuk

satu dan banyaknya jari yang ditekuk merupakan hasil dari

pengurangan yang dimaksud.

c) Pengurangan multi digit Untuk mengilustrasikan pengurangan

dapat digunakan benda konkrit sebagaimana pada penjumlahan.

Model untuk pengurangan bilangan dua digit dikurangi bilangan

dua digit dapat  digunakan tongkat ataupun pengurangan bersusun

yang dapat dilakukan berdasarkan nilai tempatnya.


34

4. Perkalian

Untuk bilangan cacah r dan s, hasil dari r dan s adalah jumlah s

sebanyak r kali. Hal ini ditulis sebagai: r x s = s + s + s + s......+ s

sebanyak r. Alogaritma (urutan langkah-langkah logis penyelesaian

masalah yang disusun secara logis dan sistematis) menggunakan

perkalian bersusun untuk perkalian 3 x 145 dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Pertama  kalikan lima 5 dengan 3. Tuliskan 5 pada digit satuan

dan 1 puluhan pada digit puluhan seperti tampak pada gambar dibawah

ini. Selanjutnya 4 dikalikan 3 sehingga diperoleh 12. Sisa 1 puluhan pada

pengerjaan sebelumnya ditambahkan pada 12 sehingga diperoleh 13 dan

ditulis 3 pada digit puluhan dan menyimpan 1 pada digit ratusan . Pola

itu dilanjutkan sehingga diperoleh hasil 435. Proses tersebut dapat

diamati dibawah ini:

11

1 4  5

      3 x

4  3  5

Adapun sifat-sifat operasi perkalian bilangan cacah adalah

sebagai berikut:

a. Operasi perkalian pada bilangan cacah bersifat tertutub

b. Ada unsur identitas pada perkalian

c. Berlaku sifat komutatif pada operasi perkalian seperti a x b = b x a


35

d. Berlaku sifat asosiatif pada operasi perkalian seperti a x (b x c) = (a

x b) x c

5. Pembagian

Operasi pembagian pada dasarnya merupakan kebalikan dari

operasi perkalian. Jika sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan cacah b

menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan a : b = c), maka

konsep perkalian yang bersangkutan adalah c x b = a. operasi pembagian

pada dasarnya juga merupakan suatu proses pencarian tentang bilangan

yang belum diketahui. Karena bentuk pembagian dapat dipandang

sebagai suatu bentuk operasi perkalian dengan salah satu faktornya

belum diketahui.

Sebagaimana operasi pengurangan maka operasi pembagian

juga tidak memenuhi sifat komutatif (pertukaran), assosiatif

(pengelompokan), identitas, dan juga tidak memenuhi sifat distributif

(penyebaran), akan tetapi memenuhi sifat tertutup.

Operasi` pembagian dalam bilangan cacah memiliki memiliki

beberapa sifat, seperti yang tertera di bawah ini:

Untuk semua bilangan bulat p, q, dan r berlaku sifat-sifat:

1) Pembagian dengan bilangan 0

0÷p=0

2) Pembagian dengan bilangan 1

         p ÷ 1 = p

3) Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)


36

         (q + r) ÷ p = (q ÷ p) + (r ÷ p)

4) Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)

        (q - r) ÷ p = (q ÷ p) - (r ÷ p)

Untuk setiap a, b, c, p, q dan r bilangan cacah berlaku

a. Sifat bilangan 0 dalam pembagian

0 : a = 0 untuk a ≠ 0

a : 0 = tak didefinisika

0 : 0 = tidak tentu

b. ( a:b ) : c = a : ( b: c) syarat : b faktor dari a dan c faktor dari b

c. ( abc) : ( pqr) = a/p x b/q x c/r    ; syarat  : a, b, c,p, q, r merupakan

bilangan    asli.

p faktor dari a

q faktor dari b

r faktor dari c

d. a : b = ( ca) : ( cb) ; syarat : c≠ 0 dan b faktor dari a

e. a : b = [ a/c] : [b/c]; syarat  b faktor dari a dan c faktor dari b

f. ( a : b) : c = a : ( b: c); syarat : b dan c faktor-faktor dari a

g. ( a : b) : c = ( a :c ) : b; syarat : b dan c faktor-faktor dari a

h. Sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan:

( a + b) : c = [ a/c] + [b/c]; syarat : c faktor dari a dan b

i. Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan:

( a – b) : c = a/c – b/c; syarat : a > b dan c faktor dari a dan b

j. Jika a < b , c faktor dari a dan b maka a/c < b/c


37

Dalam operasi bilangan cacah, pembagian juga memiliki dua

konsep  yaitu yang pertama adalah konsep partisi, dimana proses untuk

menentukan hasil pembagian 22 : 2 diilustrasikan memiliki 2 puluhan

dan 2 satuan, kemudian 2 puluhan tadi dipisahkan kedalam 2 tempat

sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 puluhan. Begitupun dengan 2 satuan

dipisahkan kedalam 2 tempat sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 satuan.

Sehingga pada akhirnya masing-masing kelompok memiliki anggota 1

puluhan dan 1 satuan, jadi hasil dari 22 : 2 = 11 (1 puluhan + 1 satuan

10 + 1).  Dan yang kedua adalah konsep pengukuran atau juga biasa

disebut pengurangan berulang sehingga sisanya nol. Misalnya 10 : 2 =

10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2. Hasil dari pembagian tersebut adalah jumlah

pengulangan angka yang dikurangkan, pada contoh diatas hasilnya

adalah 5. Seperti halnya di dalam operasi pengurangan bilangan cacah,

di dalam operasi pembagian ini juga tidak berlaku sifat-sifat pertukaran,

identitas, pengelompokan, dan distributif.

6. Penjumlahan

a. Penjumlahan Tanpa Menyimpan

Penjumlahan tanpa menyimpan bukanlah materi yang sulit

diajarkan di Sekolah Dasar, tapi dalam mengajarkan materi tersebut

guru harus menggunakan media pembelajaran yang tepat.

b. Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan

Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam

mempelajari penjumlahan dengan Teknik Menyimpan adalah


38

penjumlahan tanpa teknik Menyimpan. Penggunaan media, bimbingan

serta pengalaman guru akan menjadikan teknik Menyimpan ini bukan

menjadi materi yang terlalu sulit dipahami siswa Sekolah Dasar.

2. Pengurangan

a. Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam

Pengurangan tanpa teknik meminjam bukanlah materi yang sulit

untuk diajarkan di Sekolah Dasar, sama seperti penumlahan tanpa

teknik menyimpan, tapi dalam mengajarkan materi tersebut guru

sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang tepat, supaya siswa

dapat menemukan sendiri teknik menyelesaikannya.

b. Pengurangan dengan Teknik Meminjam

Pengurangan dengan teknik meminjam termasuk materi yang

agak sulit dipahami siswa Sekolah Dasar tingkat awal, jika siswa

kurang emahami keterampilan pengurangan dengan teknik meminjam,

maka bisa dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi pengurangan selanjutnya.

3. Perkalian

Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara

berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat harus dimiliki siswa

sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.

Perkalian termasuk materi yang sulit dipahami sebagian siswa. Ini

dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkat Sekolah Dasar
39

belum menguasai materi perkalian, sehingga siswa banyak mengalami

kesulitan dalam mempelajari materi matematika yang lebih tinggi. Melalui

penggunaan media pembelajaran yang efektif diharapkan dapat membantu

siswa dalam mempelajari materi ini.

4. Pembagian

Pembagian merupakan lawan dari perkalian. Pembagian disebut juga

pengurangan berulang sampai habis. Kemampuan prasyarat yang harus

dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan

dan perkalian.

Pembagian termasuk topik yang sulit untuk dimengerti siswa. Oleh

karena itu, banyak ditemukan kasus ketika siswa dikelas tinggi SD bahkan

sampai SMP, kurang memiliki keterampilan dalam pembagian. Hal ini

merupakan penyebab mengapa siswa banyak mengalami kesulittan dalam

mempelajari matematika atau mata pelajaran lain yang berkaitan dengan

pembagian.

5. Operasi Hitung Campuran

Oprerasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan

yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi.

Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian

tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti

manapun yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih

dahulu. Begitu pula halnya dengan perkalian atau pembagian setingkat,

yang berarti manapun yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu yang
40

dikerjakan terlebih dahulu, kecuali terdapat tanda dalam kurung.

Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi dibandingkan

dengan penjumlahan dan pengurangan. Artinya, perkalian dan pembagian

harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Selain telah disyaratkan dalam perjanjian,

kita juga dapat menunjukkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan

berulang, dan pembagian merupakan pengurangan berulang.

a. Penjumlahan dan pengurangan

Dalam kegiatan berikut akan ditekankan mengenai hasil yang

didapat dalam menyelesaikan operasi hitung campuran antara

penjumlahan dan pengurangan, baik penjumlahan maupun pengurangan

yang dikerjakan terlebih dahulu.

b. Penjumlahan dan Perkalian

Berbeda dengan operasi hitung campuran antara penjumlahan dan

pengurangan, pada operasi hitung campuran penjumlahan dan perkalian

ini akan diperoleh hasil yang berbeda, ketika penjumlahan maupun

perkalian yang dikerjakan terlebih dahulu.

6. Pembelajaran Geometri

Sebenarnya, pengenalan berbagai bentuk bangun datar bukan

merupakan topik yang terlalu sulit untuk diajarkan. Hanya saja, selama ini

guru sering kali kurang memerhatikan batasan-batasan sejauh mana materi

yang perlu diberikan pada siswa. Berdasarkan pengamatan dilapangan,

sering kali siswa Sekolah Dasar sudah diberikan berbagai definisi yang
41

sebenarnya tidak perlu, sepertidefinisi sudut siku-siku, ciri ciri spesifik

bentuk bangun datar tersebut, dan sebagainya.

a. Persegi

Terkadang guru langsung memberikan drill informasi tentang

suatu bentuk bangun datar, . Hal ini sebenarnya kurang efektif,

alangkah baiknya siswa langsung mengalami proses pengidentifikasian

berbagai bentuk bangun datar terebut. Pada intinya, pengalaman bangun

datar bagi siswa Sekolah Dasar hanya ditekankan pada pengenalan

bentuk bangun, dan analisis ciri bangun tersebut melalui pengamatan.

b. Persegi Panjang

Kegiatan pembelajaran pengenalan persegi Panjang tidak jauh

berbeda dengan pengenalan persegi. Hanya saja selama ini terjadi

ketidaktepatan penanaman konsep dalam topik sebelumnya, yaitu

persegi. Dikarenakan topik persegi Panjang sangat erat kaitannya

dengan topik persegi, dan merupakan sebuah topik yang berkelanjutan,

maka secara langsung hal ini akan memengaruhi pemahaman siswa

selanjutnya tentang konsep persegi Panjang.

Sama halnya pada topik persegi terkadang guru juga langsung

memberikan drill informasi tentang bangun persegi Panjang. Hal ini

kurang efektif, karena seharusnya siswa mengalami langsung proses

pengidentifikasian bentuk bangun datar ini

c. Segitiga

Sama halnya seperti pada topik persegi dan persegi panjang,


42

dalam pengajaran konsep segitiga sering kali guru berangkat dari

konsep dan melalui cara yang kurang tepat. Siswa sering kali langsung

diberikan drill informasi tentang ciri ciri bangun segitiga tersebut, tanpa

mengalami dan mengetahui proses terbentuknya segitiga. Hal ini sangat

penting, karena konsep segitiga juga terkait dengan konsep persegi

sebelumnya dalam hal penentuan luas yang akan dipelajari nanti.

Pengenalan segitiga dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya penentuan tiga buah titik dengan letak berbeda. Ketiga titik

tersebut kemudian dihubungkan dengan garis, sehingga terbentuklah

segitiga, seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini:

d. Trapesium

Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai dua sisi

yang sejajar. Pada umumnya, trapezium terbagi atas tiga jenis, yaitu

trapesium sembarang, trapesium sama kaki dan trapesium siku- siku.

Dalam mengajarkan topik trapesium, selama ini juga guru

langsung memberikan drill informasi berupa ciri-ciri bangun, dan

selanjutnya memberikan rumus secara langsung. Hal ini

menggambarkan kurangnya penguasaan materi oleh guru. Seharusnya,

siswa mengetahui asal terbentuknya bangun trapesium, melalui

pengalaman yang mereka peroleh sendiri. Dengan cara ini, di kemudian

waktu mereka mempunyai pemahaman yang kuat tentang trapesium


43

khususnya, dan berbagai bangun datar lain pada umumnya.

e. Jajar Genjang

Jajar genjang adalah bangun bersegi empat yang sisi sisinya

berhadapan dan sama panjang. Konsep bangun jajar genjang berangkat

dari konsep bangun persegi panjang, maka pemahaman yang baik

tentang konsep persegi panjang akan membantu siswa dalam

memahami topik jajar genjang ini.

Sama halnya pada topik persegi maupun persegi panjang,

terkadang juga guru langsung memberikan drill informasi tentang

bangun jajar genjang. Hal ini kurang efektif, karena siswa seharusnya

mengalami langsung proses pengidentifikasian bentuk bangun datar ini,

f. Belah Ketupat

Belah ketupat disebut juga sebagai jajar genjang yang memiliki

semua sisi sama panjang. Belah ketupat juga dibentuk dari dua buah

segitiga sama kaki yang kongruen dan alasannya berhimpitan. Agar

siswa dapat memahami konsep belah ketupat, pembelajaran sebaiknya

dilakukan setelah siswa terlebih dahulu memahami konsep bangun

persegi, persegi panjang, dan jajar genjang. Dengan ini, siswa pun tidak

akan mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran.

7. Pengenalan Geometri Ruang

Dalam pengenalan geometri ruang, selama ini guru sering kali

langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun geometri


44

ruang tersebut. Sebenarnya, hal ini menunjukkan kekurangpahaman guru

dalam penyampaian topik geometri ruang melalui metode dan Teknik

pembelajaran matematika yang benar.

Dalam banyak kasus, guru hanya mengagambar bangun geometri

ruang tersebut dipapan tulis, atau cukup hanya dengan menunjukkan

gambar yang ada dalam buku sumber yang digunakan siswa. Bahkan,

walaupun menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja bangun

ruang yang ditunjukkan guru tersebut. Kegiatan pembelajaran ini memang

efisien karena tidak membutuhkan waktu dan alat yang banyak. Akan

tetapi, keefektifannya bagi pengalaman belajar siswa harus dipertanyakan,

karena siswa tidak dituntun untuk mencari dan menemukan sendiri ciri-

ciri bangun geometri ruang yang dipelajari.

a. Prisma

Sebelum membahas tentang berbagai bangun ruwang, siwa harus

terlebih dahulu diperkenalkan dengan konsep prisma. Prisma adalah

bangun ruang yang dibatassi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa

bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar. Dua bidang

sejajar tersebut dinamakan bidang alas dan bidang atas. Bidang-bidang

lainnya disebut bidang tegak, sedangkan jarak antaraa kedua bidang.

(bidang alas dan bidang atas prisma tersebut) disebut tinggi prisma.
45

b. Kubus

Bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus

mempunyai ciri-ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama. Pengajaran

topik kubus ini kepada siswa bukanlah hal yang sulit, tetapi lagi-lagi

permasalahannya bersumber dari pemberian drill secara langsung,

mengenai bentuk dan ciri-ciri kubus.

Pada akhirnya, hal ini akan menyulitkan siswa dalam

mendapatkan pengertian yang utuh dan benar tentang bangun ini.

Serangkaian kegiatan berikut akan memberi panduan pengajaran topik

kubus yang benar dan bermakna, dan dengan menggunakan alat peraga

yang dapat ditemukan disekeliling kita.

c. Balok

Bagi siswa sekolah dasar, pengenalan bangun ruang balok sama

halnyah dengan pengenalan bangun kubus, yaitu melalui identifikasi

bentuk bangun serta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, tetap

diperlukan konsep pembelajaran yang benar, serta dengan

menggunakan media peraga yang dapat digunakan sendiri oleh siswa.


46

d. Prisma Segitiga

Perbedaan antara prisma segitiga dan prisma (kubus dan balok)

terletak pada sisi alas dan sisi atas bangun prisma tersebut. Sisi alas dan

sisi atas prisma segitiga berbentuk segitiga, dan mempunyai sisi tegak

yang sama, yaitu berbentuk persegi panjang. Inilah konsep yang penting

untuk diketahui siswa, agar berbentuk pemahaman yang benar.

Meskipun demikian, sama halnya dengan pemebelajaran pengenalan

bangun sebelumnya, pengenalan bangun prisma segitiga ini juga hanya

berupa identifikasi bentuk bangun beserta ciri- cirinya.

e. Limas Persegi Panjang

Penanaman „limas‟ bergantung dari bentuk alasnya. Apabila

alasnya berbentuk persegi panjang, maka limas tersebut disebut limas

persegi panjang (termasuk juga limas persegi). Limas persegi panjang

merupakan bangun ruang yang memiliki sisi tegak berbentuk segitiga,

dan sisi alas berbentuk persegi panjang. Oleh karena sisi tegaknya

berbentuk segitiga, maka limas tidak mempunyai sisi atas, tapi memiliki

titik puncak.

Pengenalan bangun limas bagi siswa Sekolah dasar sama dengan

pengenalan bangun ruang sebelumnya, yaitu hanya berupa identifikasi


47

bentuk bangun beserta ciri-cirinya

f. Tabung

Bagi siswa Sekolah Dasar, pengenalan bangun tabung hanya

berupa identifikasi bentuk bangun beserta analisis ciri-cirinya.

Meskipun demikian, selama ini pengajaran bangun tabung khususnya,

dan berbagai bangun ruang lain pada umumnya, sering kali tidak

membuat siswa benar-benar paham. Hal ini dikarenakan siswa tidak

mendapatkan pengalaman dalam membuat bangun ruang tersebut,

melainkan hanya pemberian materi berupa drill langsung.

g. Kerucut

Pengenalan bangun kerucut bagi siswa Sekolah Dasar hanya

berupa identifikasi bentuk bangun beserta analisis ciri-cirinya.


48

Meskipun demikian, dalam pengenalan bentuk kerucut ini, siswa sering

kali tidak benar-benar memahami topik yang diberikan. Hal ini

dikarenakan siswa tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat

bangun ruang tersebut, melainkan hanya pemberian materi berupa drill.

B. Metode Pembelajaran Matematika

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,

yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dibawah ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang

bisa digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran matematika, antara lain:

1. Metode Brainstorming

Muhaimin, dkk. (2011) berpendapat bahwa Metode Brainstorming

digunakan untuk menyimpulkan sejumlah

pendapat dalam satu tim pada kerangka pikir yang sama. Menurut definisi

tersebut, Metode Brainstorming dirancang untuk menyimpulkan pendapat

dari beberapa kelompok dalam kegiatan belajar, hasil dari kegiatan belajar

ini dapat dijadikan sebagai ide-ide baru yang dapat dikembangkan.

Dananjaya (2010) memaparkan bahwa Metode Brainstorming adalah

suatu proses diskusi yang dirancang untuk mendorong kelompok untuk

mengekspresikan berbagai macam ide. Jadi, Metode Brainstorming


49

merupakan kegiatan diskusi yang akan menghasilkan sebuah ide-ide baru.

Dan ide-ide tersebut akan menjadikan kegiatan belajar lebih menyenangkan.

Sutikno (2014) menjelaskan bahwa Metode Brainstorming adalah

suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,

informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Di mana gagasan

dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak

disepakati) oleh peserta lain.

4) Langkah-langkah Metode Brainstorming

Brainstorming merupakan teknik yang sangat membantu dalam

mencari solusi. Brainstorming akan sangat baik jika dilakukan pada

kelompok dengan anggota 5-10 anggota. Tahap pertama adalah :

1) Tuliskan berbagai langkah solusi untuk menyelesaikan suatu masalah;

2) Masing-masing anggota kelompok menuliskan ide terbaiknya;

3) Fasilitator harus mendorong dan menjamin seluruh anggota tim untuk

mengeluarkan ide. Dengan demikian, pada tahap ini setiap anggota

kelompok mampu mengeluarkan pendapatnya.

Tahap kedua adalah fasilitator memberikan kesempatan kepada

seluruh anggota untuk mengecek bahwa berbagai rekaman yang telah

dituliskan pada papan tulis tadi dipahami secara tepat. Pada tahap ini

seluruh anggota menghasilkan ide yang sudah dipahami secara bersama.

Tahap ketiga adalah :

1) Ide-ide yang telat dicatat tersebut kemudian dilakukan tinjauan ulang;

2) Keseluruhan ide tersebut dievaluasi dengan mendasarkan pada kriteria


50

yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini bahwa setiap kelompok

melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang sudah disepakati

sebelumnya.

Tahap Keempat adalah hasil ini merupakan ide-ide potensial yang

dapat digunakan sebagai langkah perbaikan, atau sebagai dasar dalam

diskusi-diskusi selanjutnya. Hasil dari tahap ini adalah perbaikan

terhadap hasil yang sudah didapat sebelumnya (Muhaimin. Suti‟ah &

Sugeng, 2011, h. 124).

Jadi, dapat disimpulkan pada tahap ini ide-ide yang didapat selama

proses diskusi dapat dijadikan langkah perbaikan dalam diskusi-diskusi

selanjutnya.

Sedangkan Dananjaya (2010) menjelaskan bahwa Brainstorming

dirancang untuk mendorong kelompok untuk mengekspresikan berbagai

macam ide. Setiap orang menawarkan ide yang dicatat, kemudian

dikombinasikan dengan berbagai macam ide yang lain. Pada akhirnya

kelompok setuju dengan hasil akhirnya.

Tahap pertama adalah sediakan kartu atau potongan kertas kecil

yang digulung rapi. Pada tahap ini awali dengan kegiatan yang

menyenangkan.

Tahap kedua adalah tuliskan ide anda pada kartu- kartu tersebut,

demikian seterusnya sehingga anda kehabisan ide. Pada tahap ini biarlah

setiap siswa mengeluarkan semua idenya.

Tahap ketiga adalah tiga prinsip dasar:


51

1) Menuliskan sebanyak-banyaknya ide tanpa mengeveluasinya;

2) Setelah selesai, lakukanlah satu pemilahan dan evaluasi ide-ide;

3) Batasi diri untuk tidak menciptakan ide baru.

Hasil dari tahap ini evaluasi ide-ide yang sudah didapat

sebelumnya (Dananjaya, 2010, h. 79). Dari definisi tersebut, pada

kegiatan diskusi dilakukan evaluasi ide-ide yang didapat selama proses

diskusi berlangsung dan ide-ide tersebut dikembangkan.

5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming

Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa

kelebihan seperti:

1) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat;

2) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis;

3) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan

dengan masalah yang diberikan oleh guru;

4) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran;

5) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai

atau dari guru;

6) Terjadi persaingan sehat;

7) Anak-anak merasa bebas dan gembira;

8) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

Adapun kekurangan dari metode Brainstorming yang perlu diatasi

adalah :

a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir
52

dengan baik;

b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan;

c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

saja;

d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan;

e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah;

f) Tidak menjamin pemecahan masalah;

g) Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak

diharapkan.

C. Konsep-Konsep Pembelajaran Matematika SD

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD/MI dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman

konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang tujuan

akhir pembelajaran matematika di SD/MI yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan

tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkahlangkah

benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD/MI, diharapkan terjadi

reinvention (penemuan kembali). Karena setiap konsep matematika yang

abstrak yang baru dipahami oleh siswa segera diberi penguatan, sehingga

mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat

dalam pola pikirnya. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara


53

penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun

penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah

mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD/MI penemuan tersebut

merupakan sesuatu hal yang baru. Bruner dalam metode penemuannya

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus

menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. “Menemukan”

di sini terutama adalah ‘menemukan lagi’ (discovery), atau dapat juga

menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa

materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara

penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan

sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru

diperlukan.Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan

semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas

siswa.Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori

Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori

belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner

(dalam Carin & Sund, 1975).

1. Individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia

menggunakan pikirannya.

2. Dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa

akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau

penghargaan intrinsik.
54

3. Satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam

melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan

penemuan.

4. Dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang

diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori

piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan

perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur

mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual

beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (baldwin, 1967).

D. Tujuan Penemuan Metode Pembelajaran

Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan

dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa,

merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Adapun

tujuan mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar, dan dapat dicapai

dengan cara yang tidak perlu sama bagi setiap siswa. Selain belajar penemuan,

pada pembelajaran matematika harus terjadi pula belajar secara

“konstruktivisme" Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi pengetahuan

dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan

menciptakan iklim yang kondusif. matematika bagi siswa SD/MI berguna

untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, untuk mengembangkan pola

pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian.

Kegunaan atau manfaat matematika bagi para siswa SD/MI adalah


55

sesuatu yang jelas dan tidak perlu dipersoalkan lagi, lebih-lebih pada era

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Keberhasilan

pembelajaran matematika di sekolah akan dapat mencetak generasi yang

memiliki kemampuan berpikir kritis, logis dan rasional. Keberhasilan

pembelajaran matematika ini sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajarannya yang mengacu kepada standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam mata pelajaran

matematika.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas,

penggunaan metode mengajar, strategi belajar- mengajar, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses belajarmengajar, bertindak selaku

administrator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga

memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran

dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran

yang menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk

memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar-

mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar

karena siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi

belajar-mengajar yang efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi

dalam pembelajaran matematika.


BAB V

MODEL PENGEMBANGAN PENILAIAN

A. Model Pengembangan Penilaian

Hasil belajar dapat diukur dari tinggi rendahnya kemampuan seseorang

dalam belajar yang ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai hasil

pengalaman. Perubahan perilaku sebagai akibat dari belajar dapat

diklasifikasikan dalam aspek-aspek tertentu.Bloom (1979) mengelompokkan

hasil belajar atas tiga aspek, yaitu:

1) Aspek kognitif berhubungan dengan perubahan

pengetahuan,

2) Aspek afektif berhubungan dengan perkembangan atau perubahan sikap,

dan

3) Aspek psikomotor berhubungan dengan penguasaan

keterampilan motorik.

Aspek kognitif dibagi menjadi enam tingkatan yaitu: ingatan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek ini

dapat dinyatakandalam bentuk perilaku akhir yang mengisyaratkan kinerja

siswa yang akan didemonstrasikan pada akhir pembelajaran.

1. Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan

56
57

dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan

menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan

kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek

atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan

jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud

adalah:

a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat- ingat kembali

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-

rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses

berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif

pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-Ashar,

menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai

salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru

Pendidikan Agama Islam di sekolah.

b) Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,

memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya

dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami


58

sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian

yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya

sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang

setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang

pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru

Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna

kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-„Ashar secara lancar dan

jelas.

c) Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-

prinsip, rumus-rumus, teori- teori dan sebagainya, dalam situasi yang

baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir

setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan

misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep

kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik

dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang


59

lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian

atau faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi

ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: peserta didik dapat merenung dan

memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang

siswa dirumah, disekolah dan dalam kehidupan sehari-hari ditengah-

tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran islam.

e) Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk

pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi

daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang

sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang

pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif

dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada

beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang

terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.


60

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah:

peserta didik mampu menimbang- nimbang tentang manfaat yang dapat

dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan

mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang

yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai

pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah

Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam sehari-hari.

B. PENILAIAN KURIKULUM 2013

Pengertian penilaian mengacu pada pengertian penilaian yang tertuang

dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 dan 81 tahun

2013. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut

dijelaskan bahwa pengertian penilaian sama dengan pengertian assesmen,

sehingga hanya 3 kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk melihat

perkembangan peserta didik, yaitu:

1. Penilaian Pencapaian Kompetensi Pengetahuan

Penilaian pencapaian kompetensi peserta didik mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara

berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif

setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Adapun

penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilaian potensi intelektual

yang mencakup pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognisi. Jenjang kognitif peserta didik yang dinilai adalah: mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta


61

(Anderson & Krathwohl, 2001).

Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk mengetahui

pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian terhadap

pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga

digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan

proses pembelajaran. Pedoman penilaian kompetensi pengetahuan ini

dikembangkan sebagai rujukan teknis bagi pendidik untuk melakukan

penilaian sebagaimana dikehendaki dalam Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013.

2. Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap

Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan

seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi

dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap

dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari

nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan

diwujudkan dalam perilaku.

Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik

sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga

merupakan aplikasi suatu standar atau system pengambilan keputusan

terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari


62

pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap

peserta didik secara individual. Cakupan penilaian sikap dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

3. Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan

Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian

yang dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana

pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi keterampilan.

Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan dalam

ranah konkret mencakup aktivitas menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan membuat. Sedangkan dalam ranah abstrak,

keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang.

Pada setiap akhir tahun pelajaran, sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum kompetensi inti keterampilan (KI-4), yang

menjadi tagihan di masing-masing kelas adalah sesuai dengan satuan

pendidikan. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan

memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri

dari suatu mata pelajaran. Ranah keterampilan diperoleh melalui aktivitas

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

a. Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan

1) Penilaian Praktik
63

Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon

berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai

dengan tuntutan kompetensi. Penilaian praktik dilakukan dengan

mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang

menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di

laboratorium, praktik shalat, praktik olahraga, bermain peran,

memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi atau deklamasi,

dan sebagainya.

2) Penilaian Berbasis Projek

Penilaian berbasis projek adalah tugas-tugas belajar (learning

tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan

pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas

yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.Tugas

tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,

pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,

kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan

peserta didik pada mata pelajaran dan indikator atau topik tertentu

secara jelas.

Pada penilaian projek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu

dipertimbangkan:
64

a) Kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam

memilih indikator atau topik, mencari informasi dan mengelola

waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,

b) Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator atau

topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,

pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan

c) Keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan

hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru

berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.

3) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan

dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam

bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui

minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik

dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk

tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik

terhadap lingkungannya. Penilaian portofolio merupakan penilaian

berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu

periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta

didik atau hasil ulangan dari proses pembelajaran yang dianggap

terbaik oleh peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut

dikumpulkan dan dinilai oleh guru. Berdasarkan informasi


65

perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat

menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus

melakukan perbaikan.
66

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi

Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja”

dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan

kata stratos (militer) dengan “ego” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego

berarti merencanakan (to plan).Dengan demikian strategi adalah suatu pola

yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan

atau tindakan. Strategi  mencakup tujuh kegiatan, siapa yang terlibat dalam

kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instructions) bermakna

sebagai upaya untuk mebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui

berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan.Pembelajaran merupakan proses

utama yang diselenggarakan dalam kehidupan  di sekolah sehingga antara

guru yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut untuk provit

tertentu.

Maka, strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam

suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka

kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari

pandangan falsafah atau teori belajar tertentu. Adapun pengertian strategi

pembelajaran menurut para ahli sebagai berikut :


67

1. Kemp, menjelaskan  bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan gurudan peserta didik agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2. Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana dan

cara – cara membawakan pengajaran dapat dicapai secara efektif.

3. Hamalik, strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur

yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam  proses belajar –

mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Makmum, merumuskan strategi pembelajaran sebagai prosedur, metode,

dan teknik belajar – mengajar (teaching methods) yang sebagaimana

yang dipandang paling efektif dan efisien serta produktif sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan

mengajarnya.

Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup penggunaan

pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar,

pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara

pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan terhadap proses, hasil,

dan/atau dampak kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini, strategi pembelajaran di artikan sebagai perencanaan

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan

dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan

rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan


68

pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang

disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran.

Stretegi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu

sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan

untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dijabarkan dari pendangan

falsafah atau teori belajar tertentu. Berikut pendapat beberapa ahli berkaitan

dengan pengertian strategi pembelajaran.

Menurut Kozma dalam Majid (2015:7) secara umum menjelaskan

bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang

dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta

didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Wina

Sanjaya dalam Majid (2015:) menyatakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan

metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam

pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan atau rangkaian kegiatan

yang dipilih guru mencakup penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

sumber daya yang ditujukan untuk siswa, yang bertujuan agar tercapainya

tujuan pembelajaran.Hal ini bahwa berarti di dalam penyusunan suatu strategi

baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai tindakan.

Strategi disusun untuk  mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua


69

keputusan penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai

fasilitas dan sumber belajar, semua diarahkan dalam pencapaian tujuan.

B. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar

berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada

strategi ini termasuk didalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan

didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.

Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas

informasi atau mengembangankan ketrampilan langkah demi langkah.

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)

Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan

siswa yang tinggi dalam observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi

berdasarkan data, atau pembentukanhipotesis.Dalam pembelajaran tidak

langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator,

pendukung, dan sumber personal (resourse person).Guru merancang

lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan

memungkinkan memberikan umpanbalik kepada siswa ketika meraka

melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mengisyaratkan

bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Intruction)

Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi

dan saling berbagi diantara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989)
70

mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan,

pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta

mencoba mencari alternatif dalam berfikir.Strategi pembelajaran

interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-

metode interaktif. Didalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas,

diskusi kelompok kecil atau pengkerjaan tugas berkelompok, dan kerja

sama siswa secra berpasangan.

4. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (Experiential Learning)

Strategi pembelajaran melalui pengalaman menggunakan bentuk

sekuensi induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada

aktivitas.Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah

pada proses belajar, dan bukan hasil belajar.Guru dapat menggunakan

strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di

dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas

dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran

pendapat umum.

5. Strategi Pembelajaran Mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan

untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.

Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik

dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman

atau sebagan dari kelompok kecil. Kelebihan dari pembelajaran ini


71

adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab.

Sedangkan kekurangannya adalah peserta belum dewasa, sulit

menggunakan pembelajaran mandiri.

6. Strategi Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dianggap para

siswa sebagai pelajaran yang cukup susah. Mata pelajaran ini sulit karena

terdapat banyak rumus dalam mengerjakan suatu persoalan.Setiap materi

matematika ini memiliki rumus yang berbeda dengan tingkat kesulitan

yang berbeda.Untuk meminimalisir rasa kesulitan yang dirasakan oleh

setiap siswa sehingga dibutuhkan suatu strategi.Strategi pembelajaran

matematika harus menitik beratkan supaya bisa mempengaruhi anak

didik untuk menghasilkan suatu prestasi yang baik.Terdapat 3 aspek yang

bisa dilakukan dalam memenuhi strategi pembelajaran matematika.

Aspek pertama adalah kemampuan khusus dimana seseorang

pengajar memiliki skill baik dalammenguasai materi yang akan

disampaikan kepada murid.

Aspek kedua adalah wawasan dan kemampuanwawasan seorang

guru dalam menyampaikan materi menajdi hal penting yang bisa

mempengaruhi cara berpikir seorang murid.

Aspek ketiga adalah kemampuan dalam komunikasiini sangat

ditekankan agar guru dan murid bisa berkomunikasi dengan baik

sehingga jika murid merasa kesulitan berani berkonsultasi kepada guru.


72

Strategi yang berkaitan dalam pembelajaran matematika adalah suatu

siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, yang berkenaan dengan

segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan

dengan lancar dan tujuan yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara

optimal. Strategi pembelajaran matematika ini hampir sama dengan metode

pembelajaran matematika karena pengertian dari strategi itu sendiri adalah

suatu siasat atau suatu metode.

Strategi yang Umum dipakai pada pembelajaran matematika adalah:

a. Strategi Inquiri   

Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya denga penuh percaya

diri. Sasaran  utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah:   

1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial

emosional.

2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pengajaran. 

3) Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief) pada diri

siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Untuk menyusun strategi yang terarah perlu diperhatikan

kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara


73

maksimal. Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya

inkuiri bagi siswa adalah:

a)      Aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang

siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam

kelas, setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan

untuk mengemukakan pendapatnya.Kebebasan berbicara dan

penghargaan terhadap pendapat yang berbeda walaupun pendapat itu

tidak relevan.

b)      Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa ada

dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif, tidak ada kebenaran

yang bersifat mutlak. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang

yang berbeda diantara siswa, maka dimungkinkan adanya variasi

penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended, ada

berbagai kesimpulan yang berbeda dari masing-masing siswa dengan

argumen yang benar. Disamping inkuiri terbuka dikenal juga inkuiri

tertutup yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar

sebagaihasil proses inkuiri.

c)      Penggunaan fakta. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan

reliabilitas tentang fakta sebagimana dituntut dalam pengujian

hipotesis pada umumnya.Untuk menciptakan kondisi diatas, maka

peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai

pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun

hal itu sangat diperlukan.


74

Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai

berikut:

a) Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah

berpikir.

b) Fasilisator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam

proses berpikir siswa.

c) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka

perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.           

d) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di

dalam kelas.

e) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan

yang diharapkan.

f) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

g) Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam

rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat

melakukan perananya secara efektif maka pengenalan kemampuan

siswa sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka

menanggapi, dan sebagainya.

b.  Strategi Penyelesaian Masalah (PROBLEM SOLVING)       

Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah memberi tekanan

pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini

berlangsung secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari


75

lingkungan sampai pada memberi respons yang tepat terhadapnya.

Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1) Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam

hal ini penyelesaian masalah kurang (tidak) rasional.

2) Penyelesaian masalah secara intuitif masalah diselesaikan tidak

berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.    

3) Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah

dilakukan dengan coba-coba ,percobaan yang dlakukan tidak

berdasar hipotesis tetapi secara acak.

4) Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah

dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.           

5) Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang

dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip

yang bersumber pada dunia supranatural atau dunia mistik atau dunia

gaib.           

6) Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah

secara rasional melalui proses deduksi dan induksi.

Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah

penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan

pelajaran yang memiliki permasalahan, materi pelajaran tidak terbatas

hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber

lingkungan yang ada.Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa

criteria sebagai berikut:


76

a) Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau controversial. Bahan

seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam

bentuk audo visual atau kliping atau disusun sendiri oleh guru.    

b) Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi

siswa.

c) Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam

masyarakat.

d) Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan

dalam kurikulum sekolah.

e) Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah

pada tujuan yang dikehendaki.

f) Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.

C. Penggolongan Strategi Pembelajaran Matematika

1. Berdasarkan Bentuk dan Pendekatan

a. Expository

“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya

memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau

dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima

saja informasi yang diberikan oleh guru.Pengajaran telah diolah oleh

guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan

belajar dari informasi yang diterimanya.Hampir tidak ada unsur

discovery (penemuan).Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru

menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih


77

dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran. Guru

dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan

berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru

ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Contoh strategi

ekspositorik : Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada

anak-anak, tentang bangun datar dengan menggunakan gambar

untuk menunjukkan sifat atau ciri dari benda datar tersebut, seperti :

menunjukkan gambar segitiga dan menunjukkan sudut-sudut yang

dimilki segitiga tersebut. Gurumengemukakantersebut secara detail

dan mengharap anak-anak akan memahami hal tersebut.

b. Discovery dan Inquiry

Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya

dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses

mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu

prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan,

mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan

konsep, misalnya; bundar, segitiga, kubus dan balok. Inquiry,

merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan

lebih mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang

lebih tinggi tingkatannya.

Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men,

melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan


78

sebagainya.Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan

discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas

rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas

yang lebih tinggi.DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan

kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi.guru ke

situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar

pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu

bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan

penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:   

Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan

pernyataan atau pertanyaan:   

a) Jelas tingkat atau kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat

siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III).

b) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui

kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.

c) Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa

dalam melaksanakan kegiatan.

d) Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan

kegiatan.

e) Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa

penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.


79

f) Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan

adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam

kegiatan.

g) Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

h) Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal

yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

terutama kalau penyelidikan mengalamikegagalan atau tak

berjalan sebagaimana mestinya.

Sedangkan langkah-langkah inquiry meliputi:

a)      Menemukan masalah

b)      Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan

c)      Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan

d)     Perumusan keterangan yang diperoleh

e)      Analisis proses inquiry.

c. Pendekatan Konsep

Istilah “concept” (konsep) ditunjukkan melalui tingkah laku

individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti :

bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal

seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu

menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete

concept).Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa

kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui


80

definisi/batasan, karena merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya

iklim, massa, bahasa atau konsep matematis.Bila seseorang telah

mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut

dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di

dalam kehidupan. Proses menghubungkan dan mengorganisasikan

konsep yang satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan

kognitif.         

d. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, bahwa di

dalam kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa

(melibatkan siswa secara aktif).Hanya saja siswa itulah yang

berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta,

informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini

dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan

siswa. Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan

yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk

merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu,

meskipun sederhana.Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-

keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya,

sehingga mereka memperoleh konsep.

Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan

memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan

mengembangkan sendi fakta dan konsep serta mengembangkan


81

sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah

yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.

D. Berdasarkan Pertimbangan Proses Pengolahan Pesan

1. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan

pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan,

ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian.Bagian itu dapat berupa

sifat, atribut atau ciri-ciri.Strategi Deduktif dapat digunakan dalam

mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep

terdefinisi.

2. Strategi Induktif Dengan Strategi Induktif materi atau bahan

pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke

yang umum, generalisasi atau rumusan.Strategi Induktif dapat

digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret

maupun konsep terdefinisi.

E. Berdasarkan Pertimbangan Pihak Pengolah Pesan

1. Strategi Ekspositorik.

Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran

diolah oleh guru.Siswa tinggal “terima jadi” dari guru.Dengan

Strategi Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah bahan

pelajaran, yang kemudian menyampaikannya kepada siswa.Strategi

Ekspositorik dapat digunakan di dalam mengajarkan berbagai

materi pelajaran, kecuali yang sifatnya pemecahan masalah.


82

2. Strategi Heuristik.

Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran

diolah oleh siswa.Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan

pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan,

dan bimbingan. Strategi Heuristik dapat digunakan untuk

mengajarkan berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan

masalah. Dengan Strategi Heuristik diharapkan siswa bukan hanya

paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk

sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka.

Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan Inkuiri.

F. Berdasarkan Pertimbangan Pengaturan Guru

1. Strategi Seorang Guru

Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.

2. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching).

Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar

sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam

mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran

yang terpusat kepada suatu topik tertentu.

G. Berdasarkan Pertimbangan Jumlah Siswa

1. Strategi Klasikal

Strategi klasikal adalah model pembelajaran yang biasa kita

lihat sehari-hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa,


83

biasanya antara 30-40 siswa di dalam sebuah ruangan.Dalam kondisi

seperti ini, kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut

kecepan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sukar untuk

diperhatikan oleh guru. Pada umumnya cara guru dalam menentukan

kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi pada informasi

kemampuan siswa secara umum.

Guru tapaknya sangat mendominasi dalam menentukan

semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan

diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar dan

lain-lain sepenuhnya ada ditangan guru. Metode pembelajaran

klasikal konvensional biasanya menuntut disiplin yang tinggi dari

para siswa, dan guru memiliki otoritas penuh di ruang kelas.

Pelajaran klasikal cenderung digunakan oleh guru apabila dalam

proses pelajarannya lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru.

Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang

belum diketahui atau dipahami siswa. Metode yang digunakan

cenderung metode ceramah dan tanya jawab bervariasi.

Pembelajaran klasikal akan memberi kemudahan bagi guru

dalam mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pelajaran

klasikal secara umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh

siswa. Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi

pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Proses pembelajaran

klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau


84

mendengarkan, membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan

kemampuan dalam bertanya.

2. Model pengajaran klasikal    

Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok-

pokok pemikiran bahwa hasil proses pembelajaran. Selain berupa

penguasaan siswa terhadap kompetensi, kemampuan dasar dan

materi pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lainnya yang

secara implisit diperoleh melalui pengalaman belajar.hasil samping

yang positif atau bermanfaat.

3. Tujuan Pengajaran Klasikal

Pengajaran klasikalmerupakan kemampuan belajar yang

utama.Hal itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan

kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara

ekonomis,pembiayaan kelas studi lebih murah, oleh karena itu ada

jumlah minimum pembelajar atau siswa dalam kelas.Jumlah

pembelajar atau siswa tiap kelas pada umumnya berkisar antara 10-

45 orang.Dengan jumlah tersebut seorang pembelajar atau siswa

masih dapat belajar secara klasikal berarti melaksanakan dua

kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan pelajaran.Pengelolaan kelas

adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya

kegiatan belajar. Contoh pengajaran klasikal:   terdapat pada

sekolah tingkat SD,SMP, SMA sederajat yang di lakukan oleh guru

dalam kehidupan sehari-hari.


85

4. Strategi Kelompok Kecil

Strategi kelompok kecil adalah kegiatan belajar bersama

dimana seorang guru membagi murid menjadi sebuah kelompok-

kelompok kecil dimana didalam kelompok tersebut terdiri atas 3-5

orang.Adanya strategi ini dilakukan agar siswa dapat

mmemecahkan suatu persoalan secara bersama.

Keuntungan strategi belajar kelompok:

a) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu.

b) Berbagi informasi dan pengalaman suatu masalah

c) Mengambangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi

d) Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok

e) Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting

dalam pembelajaran.

Kelemahan strategi belajar kelompok:

a) Memerlukan waktu yang cukup panjang dan sangat

ketergantungan dengan kemampuan siswa tersebut.

b) Keberhasilan tergantung kepada kemnampuan siswa

memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri

c) Strategi ini terkadang menuntut pengaturan tempat duduk

yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula. 


86

5. Strategi Individual.

Strategi individual adalah kegiatan mengajar pembelajaran yang

menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing

individual. Strategi individual ini memiliki berbagai ciri-ciri, diantaranya:

Kecerdasan, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, pada

umumnyabelajarnya lebih lamban khususnya anak reterdasi mental,

mereka memerlukan banyak latihan yang bermakna dan membutuhkan

lebih bnayk waktu untuk belajar berikutnya.

a) Bakat. Bakat mempunyai pengruh yang besar terhadap

perkembangan seseorang, untuk mengetahui bakat siswa

diperlukan tes bakat.

b) Keadaan jasmani---kondisi badan, gangguan penyakit, misalnya

penglihatan kurang jelas dan lain-lain, akan mempengaruhi

efisiensi dan kegairahan dalm belajar.

c) Penyesuaian sosial dan emosional---penyeuaian sosial dan

emosional adalah dua sifat yang erat kaitannya antara satu dengan

yang lainnya, berbagai alternatif kondisi sosial dan emosional dapat

terjadi di kalangan siswa.

d) Latar belakang keluarga--eadaan keluarga mempunyai individu

siswa, banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat

menimbulkan perbedaan individual seperti kultur dalam keluarga.


87

e) Hasil belajar---perbedaan hasil belajar dikalangan para siswa di

sebabkan oleh berbagai alternatif. Faktor yang mempengaruhinya

antara lain faktor kematangan.

f) Siswa yang cerdas dan lamban belajar---ciri-ciri siswa yang cerdas

yaitu mempunyai energy yang lebih besar, dorongan ingin tahunya

lebih besar, sikap sosialnya lebih baik, aktif dan lain sebagainya.

Contoh pengajaran individual: Pengajaran pada anak-anak kuliah

yang harus belajar sendiri atau mandiri (individual).

H. Berdasarkan Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa

1. Strategi Tatap Muka.

 Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.

2. Strategi Pengajaran Melalui Media.

     Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru

“mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.


DAFTAR PUSTAKA

Awiria, dkk. 2020. Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah. Jakarta: CV


Bianglala Kreasi Mandiri.

Ahmadi, Khoiru. 2011. Strategi Pembelajaran KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Akbar, Sa‟dun dkk. 2003 Laporan Penelitian Pengembangan Model


PembelajaranTerpadu. Malang: Lemlit.

Anitah, W., Manoy & Susanah. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Arsyad, Azhar. 2015. Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contektual Teaching and learning)


Jakarta: Depdiknas Dirjen

Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Iis Nuraisiyyah. Maret 2013. Kelebihan dan kekurangan Metode Brainstorming.

Diaksesdarihttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21131/2/IIS
%20NURAISIYYAHFITK.pdf

Nggili, Ricky Arnold. 2015. Belajar Any Where. Salatiga: Guepedia.

Sadiman, Arief, dkk. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sundayana, Wachyu. 2014. Pembelajaran Berbasis Tema. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Jusmawati, S. Pd., M. Pd, dan Satriawati, S. Pd., MPd, dan Irman R, S. Pd., MPd.
Strategi belajar mengajar. Makassar:Rizky Artha Mulia, 2018

88

Anda mungkin juga menyukai