Anda di halaman 1dari 4

Aliran New Criticsm berpendapat bahwa karya sastra merupakan kesatuan yang telah

selesai, sebuah gejala estetik yang bersifat objektif. Sastra sangat terhindar dari sifat
subyektif. Sastra sangat terhindar dari sifat subyektif. Menurut Wimsatt (dalam
Hartoko, 1989:52) sajak jangan dicampurbaurkan dengan kesan (affect ) yang
diperoleh oleh pembaca: bila kita mengikuti affect fallacy itu, maka kita terjerumus
dalam kritik subyektivis dan impresionis. Menurut Brooks (dalam Hartoko, 1989:53)
kesatuan yang merupakan ciri khas sebuah sajak tidak dapat diparafrasekan, diuraikan
dengan cara “biasa”.

DASAR GAGASAN NEW CRITISISM

Dasar gagasan New Kritisism adalah konsep tentang strukturalisme yang tidak
dapat dilepaskan dari teori psikologi.

Roland Barthes (dalam Damono, 1979:40-49) menyebutkan ciri khas


pendekatan ini yaitu (1) perhatian tertuju kepada keseluruhan pada totalitas, (2) tidak
hanya menelaah struktrur permukaan (lahir), tetapi juga struktrur batin, (3)
strukturnya bersifat anti kausal, yaitu tidak menyangkut karya sastra dengan sesuatu
yang lain.

Teeuw (1984: 123) menyebut prinsip struktur yakni: kesatuan, keseluruhan,


kebulatan, dan keterjalinan (Wholeness, unity, complexity, coherence). Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsur dalam suatu struktur tersebut membentuk
suatu totalitas dan bahwa antara unsur-unsur dalam suatu struktur tersebut terdapat
saling jalinmenjalin makna.

Alirara New Kritisism menganggap berbagai model kritik yang berorientasi kepada
aspek-aspek di luar karya sastra sebagai suatu penalaran yang sesat (intentional
fallacy). Makna sebuaH puisi juga jangan dikacaukan dengan kesan (affect) yang
diperoleh pembaca (affective fallacy) karena kita dapat terjerumus ke dalam struktur
sintaksis dan semantiknya. Arti sebuah puisi hendaknya dicaridi dalam struktur
sintaksis dan semantiknya. Untuk mengetahui arti itu kita harus mempergunakan
pengetahuan kita mengenai bahasa dan sastra.

CONTOH PENGGUNAAN ALIRAN NEW KRITISISM PADA KARYA SASTRA

Puisi Doa karya Chairil Anwar

Doa

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

HASIL ANALISIS PUISI LAGU GELANDANGAN MENGGUNAKAN ALIRAN


KRITISISM
1. Close Reading: Puisi ini memiliki religiusitas yang sangat kental. Puisi ini
menggambarkan kekalutan diri yang akhirnya membawanya kepada kesadaran
bahwa ia hanya bisa menggantungkan dirinya kepada Tuhan.

Tuhanku // Dalam termangu // Aku masih menyebut namaMu


Saat dalam kondisi kalut dan bingung semacam itu, dia masih berdzikir
(mengingat) kepada Tuhan. Ia ingat akan keagungan Tuhan. Tuhan-lah yang
kuasa atas segala yang ada. Dialah yang memberi pertolongan bagi setiap
manusia yang dalam kesusahpayahan serta membutuhkan perlindungan.

Biar susah sungguh // mengingat Kau penuh seluruh


Larik-larik di atas tampaknya merupakan sebuah penegasan dari larik-larik
sebelumnya. Dalam bait kedua tersebut pernyataan dia lebih diperjelas akan
kondisi pribadinya. Ia sungguh dalam kesusahpayahan saat itu. Saat suasana batin
semakin bertambah kalut, justru ia malah semakin mengingat akan eksistensi
tuhan dalam realitas kehidupan ini. Ia menyadari bahwa Tuhan-lah yang berkuasa
atas segalanya, sehingga tiada yang patut disebut dan dilantunkan kecuali nama
tuhan.

cayaMu panas suci // tinggal kerdip lilin di kelam sunyi


Kata cayaMu panas suci memiliki arti bahwa cahaya (petunjuk) ketuhananlah
yang memberikan kehidupan bagi setiap makhluk yang ada. Cahaya (petunjuk)
ketuhanan itulah yang menjadi penunjuk jalan manusia saat ia berada dalam
kegelapan, saat ia dalam permasalahan dan saat dalam penderitaan. Cahaya itulah
yang bakal menuntun ke jalan yang terang dan penuh dengan kebahagiaan.

Tuhanku // aku hilang bentuk // remuk


Dia saat itu benar-benar merasakan dirinya dalam kondisi terpuruk. Ia
tergambarkan dalam keadaan yang tidak berdaya.

Tuhanku // Aku mengembara di negeri asing


Larik-larik tersebut menggambarkan bahwa dia selama ini telah jauh dari Tuhan.
Ia seolah menyesali atas segala perbuatan yang telah dilakukannya. Ia berharap
agar Tuhan berkenan mengampuni segala dosa yang telah diukirnya dan berkenan
memberi pertolongan kepadanya. Sungguh, saat itu ia tak sanggup berpaling dari-
Nya, ia sangat membutuhkan pertolongan-Nya, sebab ia tahu hanya Tuhan-lah
yang sanggup menolongnya.

Tuhanku // di pintuMu aku mengetuk // aku tidak bisa berpaling


Puisi di atas menggambarkan realitas gemuruh batin yang terjadi saat itu.
Ketidakberdayaan dan kekalutan batin ketika terhimpit permasalahan yang
akhirnya membawanya pada kesadaran akan keberadaan dan kebesaran Tuhan.

2. Empiris: Puisi ini mencerminkan bagaimana seorang hamba yang memohon atau
berkomunikasi dengan sang Pencipta. Puisi Doa menampilkan kegelisahan-
kegelisahan manusia yang ingin kembali mendekatkan jarak yang sudah lama
berkarat. Dibutuhkan kehendak dan kesadaran kuat untuk kembali merekatkan
jarak tersebut.

3. Diksi: Pemilihan kata pada puisi ini bermakna konotasi dan menggunakan majas
metafora tercermin dalam teks Tuhanku aku hilang bentuk//remuk, makna dari
tertu bukan lah dia yang dalam keadaan secara fisik remuk, tetapi dia saat itu
benar-benar merasakan dirinya dalam kondisi terpuruk. Ia tergambarkan dalam
keadaan yang tidak berdaya.

4. Paradoks: Paradoks merupakan sebuah pertentangan yang menampilkan sebuah


kebenaran. Pada puisi ini tergambar pada teks Dalam termenung//Aku masih
menyebut nama-Mu, maknanya dia mengatakan bahwa dirinya seorang
termenung yang artinya sedang diam tapi kebenarannya dia sedang menyebut
nama Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai