Anggota Kelompok 3 :
Bella Febrilia (0120005)
Moh. Thoriqul Anwar (0120022)
Ulfatun Nisa (0120035)
Wahyuningsih Putri Erna (0120037)
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SKLERODERMA” . Penyusunan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II . Kami
berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta
pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya Asuhan keperawatan
pasien dengan scleroderma.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapai segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................ 3
BAB I
Pendahuluan.................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................... 4
1.3. Tujuan..................................................................................................................... 4
BAB II
Pembahasan....................................................................................................................5
a. Pengertian pemasangan cairan infus .....................................................................5
b.Cara pemasangan infus pada bayi dan anak.................................................................7
c. Pengertian transfusi darah ...........................................................................................9
d. Maanfat transfusi darah...............................................................................................9
BAB IV
Penutup.......................................................................................................................11
Daftar Pustaka...........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan informasi dari Scleroderma Foundation. Scleroderma adalah sekelompok
penyakit yang menyebabkan kulit dan organ kadang-kadang internal untuk menjadi keras dan
ketat. Sebenarnya, kata scleroderma sebenarnya berarti "kulit keras”. Scleroderma terjadi
ketika tubuh terlalu banyak membuat kolagen, protein yang membentuk jaringan ikat atau
Scleroderma dapat dikatakan sebagai penyakit autoimun kronis yang ditandai oleh fibrosis
(atau pengerasan), perubahan pembuluh darah dan autoantibodi. Ini mempengaruhi
pembuluh darah kecil yang dikenal sebagai arteriol dalam semua organ. Penyakit ini
ditemukan di antara semua ras di seluruh dunia, tetapi perempuan empat kali lebih mungkin
mengembangkan skleroderma daripada pria. Di Amerika Serikat, sekitar satu orang di 1.000
terpengaruh. Anak-anak jarang menderita jenis sistemik, tetapi scleroderma lokal adalah
umum. Penyakit ini memiliki tingkat tinggi di antara suku Choctaw asli Amerika dan wanita
Afrika-Amerika
Mengutip dari Info Sehat tabloid Nyata edisi April 2005, beberapa ahli menduga penyakit
ini disebabkan oleh faktor pencetus berupa hormon terutama hormon estrogen, zat kimia
seperti vinyl chloride atau trichloroehylene dan infeksi virus seperti Human Cytomegalovirus
dan Human Herpes Virus. Penyakit ini diduga tidak menular dan tidak bersifat turunan.
Faktor resiko terjadinya skleroderma adalah pemaparan debu silika dan polivinil klorida. Para
ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar 250 dari 1 juta orang mengalami beberapa bentuk
Scleroderma. Scleroderma dapat terjadi dalam keluarga yang memiliki kecenderungan atau
riwayat penyakit ini, tetapi dalam banyak kasus juga terjadi di keluarga yang dikenal tidak
memiliki kecenderungan untuk penyakit ini. Sekedar pengetahuan, Scleroderma tidak
dianggap menular, tetapi bisa sangat mempengaruhi aktifitas penderita. Pada dasarnya
Scleroderma merupakan hasil dari overproduksi dan akumulasi kolagen dalam jaringan
tubuh. Kolagen adalah sejenis protein berserat yang membentuk tubuh jaringan penghubung,
termasuk kulit.
Walaupun dokter tidak yakin apa yang mendorong produksi kolagen yang tidak normal
ini, sistem kekebalan tubuh tampaknya memainkan peran. Untuk alasan yang tidak diketahui,
sistem kekebalan tubuh berbalik melawan tubuh, menghasilkan peradangan dan kolagen yang
berlebih.
Motivasi dari penulis adalah memberikan penyuluhan atau pembelajaran pada pasien
Scleroderma berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap masalah atau
resiko terhadap penyakit Scleroderma.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari skleroderma?
2. Bagaimana etiologi skleroderma?
3. Bagaimana patofisiologis skleroderma?
4. Bagaimana manifestasi klinis skleroderma?
5. Apa saja komplikasi dari skleroderma?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang skleroderma?
7. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan skleroderma?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari skleroderma.
2. Untuk mengetahui etiologi skleroderma.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis skleroderma.
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis skleroderma.
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari skleroderma.
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang skleroderma.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan keperawatan skleroderma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Scleroderma adalah suatu bentuk gangguan kulit akibat berkurangnya/rusaknya jaringan
penyangga kulit, terutama serat-serat kolagen. Kelainan ini bisa terjadi setempat (localized
scleroderma, atau “Morphea”), bisa pula menyeluruh sehingga menyerang berbagai organ tubuh
(systemic sclerosis). (Carpenito 2004). Scleroderma adalah penyakit langka yang menyerang
pertahanan tubuh yang ditandai oleh fibrosis (atau pengerasan), perubahan pembuluh darah, dan
autoantibody. Scleroderma ialah pengentalan patologis dan pengerasan kulit yang mempengaruhi
sirkulasi pembuluh darah, jaringan penghubung dan organ dalam tubuh.
Scleroderma adalah penyakit yang langka menyerang pertahanan tubuh. Terbagi dua
jenis Scleroderma yaitu Scleroderma systemic yang dapat mempengaruhi seluruh bagian tubuh
seperti kulit, pembuluh darah dan organ bagian dalam lainnya yang sering disebut systemic
sclerosis. Yang kedua Jenis localized hanya mempengaruhi kulit tetapi tidak mempengaruhi
harapan hidup seseorang. Scleroderma systemic menyebabkan fibrosis yaitu perusakan
jaringan,terbentuk dikulit maupun organ-organ bagian dalam lainnya. Fibrosis akan mengubah
kulit atau organ lainnya mengeras. Sampai saat ini belum ada obat maupun perawatan yang telah
terbukti menyembuhkan Scleroderma.
2.2. ETIOLOGI
Penyebab skleroderma tidak diketahui tapi dokter percaya scleroderma disebabkan oleh
sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Serangan sistem
kekebalan tubuh menyebabkan peradangan dan berlebihan dari kolagen.. Terlalu banyak kolagen
menyebabkan kulit, dan kadang-kadang organ-organ internal, untuk menjadi keras dan ketat.
Para peneliti tidak yakin apa yang memicu respons autoimun. Namun para peneliti telah
menemukan beberapa bukti bahwa gen adalah faktor penting, meskipun lingkungan tampaknya
juga memainkan peran pada penyakit ini. Akibatnya penyakit ini menyerang sistem kekebalan
tubuh, menyebabkan cedera pada jaringan yang mengakibatkan cedera serupa dengan bekas luka
pembentukan jaringan.
3.3. PATOFISIOLOGI
Diduga patogenesisnya berdasarkan kelainan vascular. Dugaan ini timbul karena sebelum
terjadi perubahan pada dermis dan epidermis, telah ada reaksi peradangan vascular dan
perivaskular pada jaringan subkutan. Reaksi peradangan dan perubahan vascular subkutan ini
akan menyebabkan hilangnya kapiler-kapiler kulit (devaskularisasi) yang selanjutnya
mengakibatkan atrofi epidermis dan penebalan dermis. Hipotesis yang diajukan berdasarkan hasil
observasi pada biakan jaringan, ternyata pada scleroderma, fibroblast kulit mensintesis koleagen
lebih banyak dengan fibroblast kulit normal. Peningkatan produksi kolagen yang dideposit pada
jaringan ikat disekitar tunika adventisia akan mengekang arteri kecil/arteriol yang bersangkutan,
sehingga kontraktilitas dan vasodilatasi arteri kecil dan arteriol terganggu. Akibatnya timbul
gangguan vasomotor seperti yang terlihat pada syndrome raynaud dan sclerosis sistemik
progresif. Kolagen ini dapat melekat pada endotel pembuluh darah. Kemudian terjadi adhesi
antara trombosit dan kolagen, atau antara trombosit dan leukosit, yang menyebabkan kerusakan
endotel dan membrane basal. Peristiwa ini akan diikuti oleh fibrosis reaktif berupa proliferasi
intima yang sangat menoniol pada aklerosis sistemik progresif. Penipisan tunika intima media
mungkin terjadinya sekunder terhadap perubahan distensibilitas struktur mikrovaskular yang
terjepit diantara materi fibrotik yang terdapat pada intima dan adventisia. Dengan demikian,
gangguan metabolisme kolagen pada fibroblast dapat menerangkan baik manifestasi vascular
maupun manifestasi fibrosis pada sclerosis sistemik progresi.
2.5. KOMPLIKASI
Hal ini tidak selalu mudah untuk mendiagnosa scleroderma mungkin perlu melihat
baik rheumatologist (spesialis arthritis) dan seorang dermatolog (spesialis kulit). Dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik, memeriksa area menebal dan mengeras.. Dokter juga bisa
menekan tendon yang terkena dan sendi Dokter juga dapat melakukan prosedur berikut:
a. Pemeriksaan darah - mungkin menemukan tingkat yang lebih tinggi dari antibodi yang
dibuat oleh sistem kekebalan tubuh.
b. Biopsi Kulit - mungkin menemukan masalah kulit.
c. Dada sinar X atau tes fungsi paru - mungkin menemukan kerusakan paru-paru.
d. MRI atau CT scan - sering menemukan tanda-tanda awal kerusakan pada otot dan organ
internal.
e. Tes-tes lain, studi fungsi gastrointestinal, dan elektrokardiografi (EKG dari jantung)
dapat dilakukan untuk menentukan keparahan penyakit dan efek pada organ internal.
2. Nonmedis
a. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan hal yang tak boleh dilupakan pada penatalaksanaan scleroderma.
Latihan range of motion aktif/pasif, pemanasan. Keduanya bermanfaat untuk memperbaiki
peredaran darah dan kontraktur yang disebabkan oleh fibrosis pada sendi dan kulit.
Pencegahan vasokonstriksi karena dingin dan usaha mempertahankan pembuluh darah dalam
keadaan sedikit vasodilatasi dilakukan misalnya dengan melindungi tubuh terhadap dingin
dan melakukan latihan jasmani bertahap.
b. Terapi fisik dan latihan olah raga dapat membantu mempertahankan kekuatan otot, tapi
tidak dapat secara keseluruhan mencegah sendi yang terfiksasi pada posisi fleksi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SKLERODERMA
1. PENGKAJIAN
a. Biodata pasien
b. Riwayat kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan terdahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Pemeriksaan fisik head to toe
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d ketidaknyamanan nyeri d.d proses inflamasi. D.0077
b. Gangguan integritas kulit d.d kerusakan permukaan kulit. D.0129
c. Gangguan citra tubuh d.d rasa malu dan frustasi terhadap penampilan diri. D.0083
d. Defisit Nutrisi b.d ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d.d
penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat fibrosis pada usus halus. D.0019
e. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d program terapi tidak efektif d.d
pengetahuan yang tidak memadai mengenai penyebab, jalannya penyakit,
pencegahan, dan perawatan kulit. D.0115
3. PROSES KEPERAWATAN