Anda di halaman 1dari 45

INDUSTRI FARMASI

FORMULASI OBAT

Bahan Baku Obat Jadi + limbah


Obat

Dikelola
dan dipantau

1
LIMBAH INDUSTRI FARMASI
FORMULASI OBAT

1. Lmbah Cair
- Hasil pencucian
- Obat rusak
- Obat kembalian
- Obat kadaluarsa

2. Limbah Padat
- Serbuk (waktu pencetakan tablet)
- Limbah domestic (limbah dari kantor, kantin)
- Obat rusak
- Obat kembalian
- Obat kadaluarsa

3. Debu
- Debu saat mencetak tablet
- Debu saat pengisian kapsul
- Saat pencampuran serbuk

4. Kebisingan
- Suara mesin
- Genset

2
Proses Pembuatan Tabl dan Limbah yang Dihasilkan
PENIMBANGAN

PENCAMPURAN DEBU

SERBUK
CETAK LANGSUNG & DEBU GRANULASI BASAH

PENGERINGAN DENGAN
SUHU 60°C

GRANULASI KERING

LUBRIKASI
PENAMBAHAN BAHAN PELICIN

PENCETAKAN SERBUK
IN PROCESS CONTROL & DEBU
- KESERAGAMAN BOBOT
- WAKTU HANCUR
- DIAMETER & TEBAL
- KEKERASAN
- WAKTU LARUT PENGEMASAN
- KADAR ZAT BERKHASIAT

FINISHED PACK
KARANTINA
ANALYSIS

3
GUDANG HASIL JADI

4
Proses Pembuatan Kapsul dan Limbah yang Dihasilkan

PENIMBANGAN

PENGERINGAN BAHAN TAMBAHAN

ZAT BERKHASIAT DAN BAHAN


TAMBAHAN LAIN

PENCAMPURAN DEBU

IN PROCESS CONTROL
KADAR ZAT BERKHASIAT

SUHU 25°C
SERBUK PENGISIAN KE DALAM KELEMBABAN 50 %
& DEBU KAPSUL

IN PROCESS CONTROL
- KESERAGAMAN BOBOT
- WAKTU HANCUR

SELEKSI

PENGEMASAN

FINISHED PACK ANALYSIS KARANTINA

GUDANG HASIL JADI

5
Proses Pembuatan Cairan dan Limbah yang Terjadi

PENIMBANGAN

PELARUTAN

IN PROCESS CONTROL
- pH
- BERAT JENIS
- KADAR ZAT BERKHASIAT
- VISKOSITAS

PENCAMPURAN

PENCUCIAN DAN PENGERINGAN


WADAH

PENGISIAN KE DALAM
WADAH

IN PROCESS CONTROL
KESERAGAMAN VOLUME
KEBOCORAN WADAH

PENGEMASAN

FINISHED PACK KARANTINA


ANALYSIS

GUDANG HASIL JADI

6
Limbah Dikelola Dipantau

Pengelolaan limbah padat


Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan Limbah debu
Pengelolaan kebisingan

7
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT. KIMIA FARMA
TANJUNG MORAWA MEDAN
INFLUENT
Bak
(antibiotika) destruksi

INFLUENT
BOD, TSS

EFLUENT
BOD masih
tinggi

1. Bak Ekualisasi
- Mengurangi Laju Air
- Penahan Buangan dengan Konsentrasi Ekstrin

2. Bak Netralisasi
3. Bak Aerasi
- Dipelihara mikroba aerob
- Terdapat aerator (mengaerasi limbah)
- Untuk menguraikan zat organik
4. Bak Sedimentasi (pengendapan)
5. Bak Biokontrol (dipelihara ikan)

8
Bak aerasi (bak 3)
Respirasi
Zat-zat organik + O2 CO2 + H20 + energi
- Protein mikroba
- Lemak
- Karbohidrat

Bak sedimentasi
- Pengendapan zat-zat yang tidak larut (talkum, Mg
stearat)
- Ditambahkan tawas untuk membantu pengendapan

Limbah yang mengandung antibiotika yang berasal dari ruang


produksi
Antibiotka lebih dahulu didestruksi dengan asam/basa kuat lalu
dialirkan ke bak 1.
Antibiotika tidak boleh dibuang ke perairan

Limbah dari lab. Mikrobiologi


Media didestruksi dulu sebelum dibuang

9
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT. LAFI DITKESDA

Tahapan pengolahan air limbah di IPAL LAFI DITKESAD adalah sebagai berikut :
a. Bak Penampungan Awal
Air limbah yang masuk dari produksi Betalaktam yang telah mengalami destruksi
akan ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak ini Kemudian dialirkan ke
bak pengendapan (sedimentasi pertama).
b. Bak Sedimentasi Pertama
Disini terjadi proses pengendapan kembali. Didalam bak ini terdapat sekat– sekat
yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan berlangsung lama.
Air limbah dari bak ini mengalir ke bak equalisasi.
c. Bak Equalisasi
Disini terjadi proses fisika. Di bak ini material padat dihancurkan dengan
menggunakan Communitor, pasir terbawa diendapkan. Bak ini dilengkapi dengan
pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu
pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini juga terdapat pengaduk untuk
mengaduk bahan organik agar tidak mengendap.
d. Bak Aerasi dan Stabilitas
Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara kontinyu.
Di dalam bak ini limbah diolah menggunakan bakteri aerob (jenis SGP – 50) yang
berguna untuk menghancurkan zat – zat organik. Bak ini dilengkapi dengan aerator
untuk memasukkan oksigen dari udara yang dihasilkan oleh blower dan ditransfer
ke dalam air limbah, sehingga mikro organisme manpu melanjutkan dekomposisi
bahan pencemar menjadi gas yang tidak mencemari. Didalam bak ini dilakukan juga
pengadukan untuk menjamin seluruh material yang ada didalam limbah cair dalam
kondisi tersuspensi.
e. Bak Sedimentasi Kedua (Clarifier)
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak sedimentasi kedua. Dalam bak ini
air mengalami penjernihan. Bak ini memiliki dinding pemisah bergerigi untuk
menahan pengotor dan dasar yang berbentuk kerucut untuk mengendapkan
sediment sehingga air yang mengalir ke bak koagulasi hanya cairannya saja.
f. Bak Koagulasi
Cairan dari bak sedimentasi kedua masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak
ini ditambahkan koagulan PAC ( Poly Aluminium Chloride) dengan
menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk, dimana koagulasi
berfungsi untuk mengikat protein berantai panjang. Konsentrasi PAC yang
diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi
berfungsi sebagai bak penampung koagulan.

Guna polyaluminium klorida: Untuk mengkoagulasi partikel muatan negatif

10
g. Bak Flokulasi
Dari bak koagulasi cairan dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk
mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak ini air limbah
mengalami penambahan flokulan berupa polimer elektrolit sebagai polianionik
dengan konsentrasi 1 kg polianionik dalam 1000 L air sehingga terbentuk flok–
flok yang kemudian diendapkan di bak sedimentasi kedua. Untuk air yang sudah
jernih akan langsung menuju ke bak penampungan akhir melalui bidang miring.

Guna polianionik _ Untuk memflokulasi partikel muatan positif

h. Bak Pengendapan akhir (Bak Sedimentasi Ketiga)


1) Dari bak flokulasi, cairan yang masih mengandung endapan dialirkan ke
dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian bawah bak.
Pada bak ini di beri karung yang berfungsi sebagai penyaring untuk
menampung endapan, sedangkan cairan yang lebih jernih masuk ke dalam
bak penampung cairan.
2) Bak Cairan
Cairan yang masih mungkin mengandung limbah dialirkan kembali ke bak
sedimentasi pertama untuk diolah kembali sampai limbah tersebut benar–
benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
i. Bak Bidang Miring
Bak bidang miring berbentuk miring ke satu arah menghubungkan bak flokukasi
dan bak control yang gunanya untuk menahan endapan dan partikel lain yang masih
terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi.Melalui bak bidang miring, air dari bak
flokulasi mengalir ke bak control.
j. Bak Kontrol (Bak Pembuangan Akhir)
Cairan yang sudah jernih dialirkan ke bak control yang berisi ikan sebagai control
biologi untuk diperiksa kadar COD dan BOD serta TDS (jumlah zat padat total), pH
dan angka fenol. Jika hasilnya memenuhi syarat air dapat dibuang ke saluran
pembuangan umum.

11
12
PARAMETER YANG DIPANTAU UNTUK LIMBAH CAIR
Limbah diambil dari effluent untuk diperiksa
1. pH
2. Suhu
3. Total suspended solid (TSS)
4. Total dissolved solid (TDS)
5. Biological Oxygen demand (BOD)
6. Chemical Oxygen demand (COD)
7. Minyak/lemak

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI


FARMASI
(Kep-51/MENLH/10/1995)

Parameter Proses pembuatan Formulasi


Bahan Formula (Pencampuran)
(mg/L) (mg/L)

BOD 100 75
COD 300 150
TSS 100 75
Total-N 30 -
Fenol 1,0 -
PH 6,0-9,0 6,0-9,0

13
TSS (total suspension solid)
BOD (Biological oxygen demand)= Kebutuhan oxigen mikroba
COD (Chemical oxygen demand)
BOD/COD masih tinggi artinya didalam limbah masih banyak
terdapat zat organik.

TSS (total suspension solid): padatan yang tersuspensi (tidak larut)


TSS tinggi menyebabkan air keruh. Air keruh mengurangi
masuknya cahaya ke dalam air. Akibatnya proses fotosintesa oleh
fitoplankton berkurang. Hasil fotosintesa adalah zat organik
(karbohidrat) yang merupakan makanan ikan di air.

14
Pengelolaan Limbah Menurut CPOB

 Limbah dan bahan sisa hendaklah


ditampung dalam wadah yang tertutup
rapat dan diberi tanda yang jelas yang
menyatakan jenis dan penggolongan
resiko limbah tersebut.
 Pemusnahan limbah dan bahan sisa
hendaklah dilaksanakan tanpa
menimbulkan pencemaran lingkungan
 Bahan beracun hendaklah disimpan
dalam lemari terkunci
 Bahan mudah terbakar disimpan dalam
lemari khusus yang tahan api

15
PENGOLAHAN LIMBAH KIMIA

Limbah kimia yang dimusnahkan dengan proses khusus yang tak dapat
dilakukan oleh laboratorium, perlu dikumpulkan secara terpisah sesuai
dengan kelompoknya dalam wadah/botol bertutup. Masing-masing label
diberi penandaan : (a) Kelompok limbah, (b) Laboratorium asal, (c) Tanggal
penyerahan ke Sub. Bagian Tata Usaha. Limbah tersebut terdiri dari 6
kelompok, yaitu:
a. Limbah persisten
Contoh limbah persisten adalah senyawa halogen, hidrokarbon organik,
yang terdiri atas :
- CCL4
- CHCl3
- Pestida (DDT dan lain-lain)
- Metilen klorida
- Senyawa hidrokarbon poliaromatik (benzopiran, dll.)
(tidak termasuk garam halogen anorganik)
b. Limbah yang dapat terbakar (Ignitable)
Limbah dapat dibakar (ignitable), contoh: Biasanya pelarut organik
- Asetanilid - Etil eter
- Asetonitril - Heptan
- Benzen - Piridin
- Sikloheksan - Toluen

16
- Etil asetat - Dll.
c. Limbah reaktif
Contoh:
- KCN, Natrium Sulfida
- Senyawa asetilen
- Asam pikrat kering
- Dll.

d. Limbah Korosif
Limbah korosif, contoh : Larutan zat dalam air dengan pH <2
atau>12,5.
- Asam klorida - Asam nitrat
- Asam sulfat - Asam asetat
- Asam fosfat - Dll.
- Asam sufat
e. Limbah Karsinogen
Contoh:
- Aflatoksin
- Benzen, dll.
f. Limbah Toksik
Contoh:
- Pestisida - Arsen
- Logam berat - Anilin
- Fenol - Dll.

17
Limbah kimia yang dapat ditangani di masing-masing laboratorium
dengan cara diencerkan seencer mungkin kemudian dibuang ke dalam
bak cuci dengan dialiri air sebanyak mungkin, yaitu:
a. Larutan asm/basa encer
Untuk larutan pekat dalam jumlah yang banyak sebaiknya
dinetralkan lebih dahulu sebelum dibuang dengan cara tersebut
diatas.

b. Senyawa Anorganik
1) Garam dengan kation Na+, Al3+, Mg2+, Ca2+, Ce2+, Fe2+, Fe3+,
NH4+.
2) Garam dengan Anion Cl-, SO42-, Br-, J-, Borat, CO32-, CN-.
c. Senyawa Organik
Senyawa organik contoh:
1) Dietanolamin
2) Etilen glokol
3) Formaldehid
4) Gliserol
5) Asam heptan/Oktan/Pentan Sulfonat
6) Asam Suksinat

18
AMDAL DAN UKL DAN UPL

 PP No. 27 Tahun 1999


 Kepmen No. 17 Tahun 2001
 Kepmen No. 86 Tahun 2002
 Kepmen No. 11 Tahun 2006

AMDAl: Analisis mengenai dampak lingkungan


Dokumen AMDAL:
Ka ANDAL: Kerangka Acuan ANDAL
ANDAl : Analisis Dampak Lingkugan
RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan


UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

19
USAHA
(KEGIATAN)

WAJIB AMDAL TIDAK WAJIB


 POTENSI DAMPAK AMDAL
PENTING
 KETIDAKPASTIAN TEKNOLOGI
YANG TERSEIA UNTUK
MENANGGULANGI DAMPAK
NEGATIF YANG AKAN TIMBUL

Ka ANDAL WAJIB
ANDAL UKL & UPL
RKL
RPL

20
UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
(UKL DAN UPL)

KEPMEN LH NOMOR : 86 TAHUN 2002

UKL DAN UPL

Adalah upaya yang dilakukan dalam


pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penananggung jawab usaha dan atau
kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL

21
FORMULIR ISIAN UKL UPL

BERISIKAN INFORMASI

Identitas pemrakarsa
Rencana usaha dan atau kegiatan

22
Dampak lingkungan yang akan terjadi
Program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Tanda tangan dan cap

FUNGSI UKL -UPL

1. Sebagai acuan dalam melakukan pengelolaan dan


pemantauan lingkungan hidup suatu usaha dan atau
kegiatan.

2. Sebagai syarat untuk memperoleh ijin melakukan


usaha dan atau kegiatan

23
FORMULIR ISIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN UKL-UPL

A. IDENTITAS PEMRAKARSA
1. Nama perusahaan
2. Nama penanggung jawab rencana usaha dan
atau kegiatan
3. Alamat kantor

B. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN


1. Nama rencana usaha dan atau kegiatan

2. Lokasi rencana usaha dan atau kegiatan

24
 Nama Jalan
 Desa
 Kecamatan
 Kabupaten/Kota
 Propinsi

3. Skala usaha dan atau kegiatan


Misalnya: Bidang industri
 Jenis dan kapasitas produksi
 Jumlah bahan baku dan penolong
 Jumlah penggunaan energi
 Jumlah penggunaan air

4. Garis besar komponen rencana usaha dan atau


kegiatan
Uraian komponen-komponen rencana atauusaha
kegiatan yang diyakini akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.
 Saat prakonstruksi
 Saat konstruksi
 Saat operasi

25
C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN
TERJADI
Uraian :
 Sumber dampak
 Jenis dampak
 Ukuran yang menyatakan besaran

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan


Tuliskan kegiatan yang Tuliskan komponen Tuliskan ukuran yang dapat Tuliskan informasi lain yang
menghasilkan dampak lingkungan yang akan menyatakan besaran dampak. perlu disampaikan untuk
terhadap lingkungan mengalami perubahan akibat menjelaskan dampak
adanya sumber dampak lingkungan yang akan terjadi

Contoh: Kegiatan Peternakan


pada tahap Operasi

Pemeliharaan ternak
menimbulkan limbah berupa:
1.Limbah cair

Terjadinya penurunan
kualitas air Sungai XYZ
akibat pembuangan limbah
cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan
adalah 50 liter/hari.

2. Limbah padat (kotoran)

Limbah padat yang


Penurunan kualitas udara dihasilkan adalah 1,2
3. Limbah gas akibat akibat pembakaran m3/minggu.
pembakaran sisa
makanan ternak

26
D. ROGRAM PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Uraian:
1. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencegah dan mengelola dampak termasuk
upaya untuk menangani dan menanggulangi
keadaan darurat.
2. Kegitan pemantauan yang dilakukan
3. Tolok ukur yang digunakan

E. TANDA TANGAN DAN CAP


 Penganggung jawab usaha

27
SIAPAKAH PENYUSUN/PENGISI FORMULIR
UKL-UPL ?

UKL-UPL disusun oleh pemrakarsa/Penanggung


Jawab/Pemilik suatu rencana usaha dan ataukegiatan,
dengan cara mengisi formulir UKL-UPL.

KAPAN DAN BAGAIMANAKAH PENGISIAN


FORMULIR UKL-UPL DILAKUKAN ?

1. Formulir UKL-UPL diisi oleh


pemrakarsa sebelum rencana usaha
dilaksanakan.

28
2. Formulir UKL-UPL menjadi dasar bagi
pemberian rekomendasi.
3. UKL-UPL wajib dilaksanakan sejak
tahap perencanaan, konstruksi, sampai
operasi dan pasca operasi.

BAGAIMANAKAH MEKANISME UKL-UPL ?

1. Pemrakarsa mengisi formulir UKL-UPL.

2. Formulir yang telah diisi disampaikan kepada


instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengelolaan lingkungan.

3. Rekomendasi diterbitkan paling lambat dalam 7


hari kerja.

4. Sebelum menerbitkan rekomendasi, instansi


yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan
lingkungan hidup berkoordinasi dengan
instansi/Dinas teknis yang membidangi untuk
melakukan pemeriksaan bersama terhadap

29
formulir. Bila ternyata masih memerlukan
perbaikan/penyempurnaan maka kepadanya
diberikan arahan dan masukan dalam rangka
perbaikan dan penyempurnaan formulir tersebut.

5. Pemrakarsa memperbaiki isian formulir dan


menyerahkannya kembali kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang pengelolaan
lingkungan. Masa waktu perbaikan 7 hari kerja.

6. Apabila formulir tidak ada perbaikan maka


instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengelolaan lingkungan menerbitkan
rekomendasi selambat-lambatnya 14 hari.

7. Rekomendasi ini, oleh pemrakarsa digunakan


sebagai salah satu kelengkapan untuk
mendapatkan ijin operasional.

30
APAKAH YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM MEMERIKSA FORMULIR ISIANUKL-
UPL ?

1. Uraian yang terdapat dalam formulir isian


sesuai dengan format yang ditetentukan.
2. Uraian yang terdapat dalam formulir isian
harus sesuai dengan kenyataan lapangan.
3. Uraian jenis dampak, cara pengelolaan dan cara
pemantauan harus cukup jelas.
4. Harus ada keterkaitan antara jenis dampak
dengan cara pengelolaan dan cara pemantauan.
5. Lokasi rencana usaha/kegiatan sesuai dengan
tata ruang,

31
DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI

Kegiatan yang Komponen


No Tahap berpotensi lingkungan Jenis Tolok
Kegiatan menimbulkan yang terkena dampak ukur
dampak dampak
1 Pra Kons- Pembebasan Pemilik lahan Keresa- Ada ti-
truksi lahan tanaman dan han daknya
bangunan karena keresa-
ganti han
rugi
tidak
sesuai
4 Konstruksi Land clearing Tanah
Lokasi Erosi

5 Pasca Pengoperasian Udara


Konstruksi pabrik Badan
Air
Sungai Pence- SOX
Tanah maran NOx
Udara CO
Penuru pH,
nan BOD
kualitas COD
badan
air
sungai
Pence-
maran
tanah
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL)
Tahap Konstruksi
No Jenis Sumber Upaya Pengelolaan Dampak
Dampak dampak
Cara pe- Spesifikas Lokasi
ngelolaan idesign

1 Penurunan Limbah cair Memakai Belaka-


kualitas dari instalasi ng pa-
air pengoperasi pengolahan brik
an pabrik limbah cair

2 Limbah Obat rusak Dibakar Belaka-


padat Obat kada- dalam ng
luarasa incinerator pabrik
3 Debu Pencetakan Dihisap Ruang cetak
Tablet dan dengan dust
pengisian colector lalu
kapsul dibakar
dalam
Incenerator
4 Bising Memakai Mesin tablet/ pengi-
peredam
pabrik sian kapsul
suara
Sumbersuara

5. Menyelesai-
Jika ada
kan sumber
konflik
konflik

Menyiapkan
dana CSR
(Cooperate
Social
Responsibi-
lity)

31
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

PASCA KONSTRUKSI

No. Jenis Para- BML Lokasi Waktu/ Cara Pelak-


dam- meter Freku- sana

1 Penurunan pH 6-9 Sam- PT X


kualitas air BOD 150 mg/l Out let Juni & ling
COD 150 mg/l Des./
TSS 75 mg/l 2x1thn

2 Kebising- Inten- 85 dBA Dua Idem Pengu- Idem


an sitas titik kuran
bising di ha- lang-
laman sung

3 Debu Kadar 260 Idem Idem Idem Idem


debu g/m3

4 Jika ada Keresah Adanya Lingkungan


an keresahan pabrik
konflik
masyrak masyarakat
at

32
33
34
KEGIATAN RUMAH SAKIT

1. Dampak Positif Meningkatkan Kesehatan


Masyarakat melalui :
- pelayanan preventif
- pelayanan kuratif
- pelayanan rehabilitatif

2. Dampak Negatif Dapat Menimbulkan Penyakit


Yang Disebabkan Limbah

LIMBAH RUMAH SAKIT DAPAT BERSIFAT


 Racun
 Infeksius
 Limbah radioaktif

35
KARAKTERISTIK LIMBAH RUMAH SAKIT

Limbah medis (klinis)


1. Limbah benda tajam
Limbah yang sudut, sisi atau ujung yang tajam yang dapat

memotong atau menusuk kulit, seperti:

- perlengkapan intravena
- jarum hipodermik
- pipet pasteur
- pecahan gelas
- pisau bedah

2. Limbah infeksius
 Limbah yang berkaitan dengan pasien penyakit
menular
 Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi penyakit menular

36
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah,

dan cairan tubuh yang biasanya dihasilkan pada saat

pembedahan atau otopsi.

4. Limbah sitotoksik
Limbah yang terkontaminasi oleh bahan sitotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

5. Limbah farmasi
Limbah yang merupakan obat-obat kadaluarsa, obat-obat yang

dibuang pasien, obat-obat yang tidak diperlukan rumah sakit

dan yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6. Limbah kimia
Limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan medis, laboratorium, sterilisasi dan riset.

7. Limbah radioaktif
Limbah yang terkontaminasi oleh bahan radioisotop pada saat

tindakan medis atau peenelitian.

37
Limbah Non-Medis (Non-Klinis)
Limbah yang berasal dari :
- kantor, berupa kertas
- unit pelayanan, berupa karton, kaleng dan botol
- ruang pasien, berupa sampah, sisa makanan
- dapur, berupa sisa pembungkus, sisa bahan
makanan, dll.

PENGGOLONGAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Limbah padat (Klinis)


Dibagi atas 5 kelompok :
Golongan A :
1. Dressing bedah dan semua limbah yang terkontaminasi dari
kamar bedah.
2. Bahan kimia dari kasus penyakit infeksi
3. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak).

Golongan B :
Syringe bekas, jarum, pecaahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.

Golongan C :
Limbah dari ruang laaboratorium dan post partum kecuali yaang
termasuk golongan A

Golongan D :
Limbah bahan kimia daan bahan-bahan farmasi tertentu.

38
Golongan E
Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad.

Limbah cair
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair
yang beral dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun dan radioaktivitas.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN


RUMAH SAKIT
(Kep-58/MENLH/12/1998)

Pasal 3

Bagi setiap rumah sakit yang :


a. telah beroperasi sebelum dikeluarkannya Keputusan ini,
berlaku Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut
dalam Lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Limbah
Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran B selambat-
lambatnya tanggal 1 Januari Tahun 2000.

b. tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya


Keputusan ini, dan beroperasi setelah dikeluarkannya Keputusan
ini, berlaku Mutu Limbah Cair Lampiran A danwajib memenuhi
Baku Mutu Limbah Cair Lampiran B selambat-lambatnya
tanggal 1 Januari
2000.

39
c. Tahap perencanaanya dilakukan dan beroperasi setelah
dikeluarkannya Keputusan ini berlaku Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam Lampiran B.

Pasal 7

Setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib


:
a. melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke
lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke
lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang
ditetapkan.
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap
air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah
dengan saluran limpahan air hujan.
c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan
pencatatan debit harian limbah cair tersebut.
d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini kepada
laboratorium yang berwewenang sekurang-kurangnya satu kali
dalam sebulan.
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar
parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dimaaksud
huruf c dan d sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada
Gubernur dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, Direktur
Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional, instansi teknis yang
membidangi rumah sakit serta intansi lain yang dianggap perlu
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

40
41
42

Anda mungkin juga menyukai