BLOK 16
Perbandingan Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Vital
Pada Gigi Sulung dengan Bahan Ferric Sulphat dan
Kalsium Hidroksida
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Berdasarkan struktur anatominya, gigi sulung memiliki perbedaan dengan gigi permanen,
dimana gigi sulung cenderung memiliki ketebalan enamel dan dentin yang lebih tipis jika
dibanding dengan gigi permanen. Selain itu, gigi sulung umumnya dipersarafi oleh serabut
saraf yang tidak bermyelin, sehingga sering ditemukan lesi pada gigi sulung yang juga
disertai dengan lesi pada bagian pulpanya (terbukanya pulpa), baik oleh karena karies, trauma
dari suatu benturan, ataupun akibat kesalahan dalam preparasi kavitas. Hal ini membutuhkan
suatu perawatan pulpa yang bertujuan untuk menghilangkan infeksi dan melindungi gigi
tersebut dari infeksi bakteri di kemudian hari.
Salah satu perawatan pulpa yang dapat dilakukan pada gigi sulung tersebut adalah pulpotomi
vital. Pulpotomi vital merupakan suatu tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal
yang mengalami inflamasi, dengan melakukan anastesi sebelum perawatan, dan selanjutnya
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa di bagian radikular tetap
vital. Perawatan ini bertujuan untuk mempertahankan gigi sulung selama mungkin di dalam
rongga mulut sampai gigi permanennya erupsi schingga dapat mencegah terjadinya maloklusi
akibat loss premature.
Perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung lebih kompleks dibanding dengan gigi permanen.
Hal ini disebabkan adanya hubungan gigi sulung dengan gigi permanen yang sedang
berkembang. Oleh karena itu, dokter gigi diharapkan mampu memilih bahan medikasi yang
tepat untuk perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung agar dapat meningkatkan proses
penyembuhan pulpa dan tidak mencederai benih gigi permanen yang berada di bawah gigi
sulung tersebut.
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pulpotomi vital pada gigi sulung diantaranya yaitu
ferric sulphat dan kalsium hidroksida.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indikasi Perawatan
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa
bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular
tetap vital.1
Indikasi pulpotomi pada gigi sulung yaitu karies yang hampir mengenai pulpa, gejala
klinis berupa nyeri ringan apabila terkena rangsangan, tidak ada nyeri spontan, tidak
ada kelainan jaringan periodontal, tidak terdapat nyeri tekan saat perkusi, gambaran
radiografi menegaskan tidak adanya patologi radikuler, dan gigi yang masih bisa
direstorasi.2
B. Isi Bahan
Ferric sulphate
Formula Molekul: Fe2(SO4)3
Ciri-ciri morfologi: bubuk kuning muda, Ferric sulfate muncul sebagai padatan kristal
kuning atau bubuk putih keabu-abuan, mudah larut dalam air, 10% (berat) larutan
berair sebagai larutan transparan berwarna coklat kemerahan.
Besi (3+) sulfat adalah senyawa besi dan sulfat dengan perbandingan ion besi (3+)
terhadap sulfat adalah 3:2. Ferric sulfate memiliki peran sebagai katalis, mordant dan
astringent.3
Kalsium Hidroksida
Formula molekul: Ca(OH)₂
Ferri sulfat biasanya digunakan dalam kedokteran gigi untuk mengontrol perdarahan
selama operasi atau untuk retraksi gingiva. Ketika diterapkan langsung ke jaringan
pulpa, kompleks ion-protein besi yang terbentuk akan menghalangi pembuluh yang
dipotong secara mekanis. Meskipun bukan fiksatif dan hanya memiliki sifat
bakteriostatik, ferri sulfat digunakan untuk mengontrol perdarahan dengan aplikasi
intermiten lembut larutan 15,5% hingga 15 detik. Basis zinc oxide–eugenol kemudian
ditempatkan untuk menutupi pulpa, sebelum restorasi koronal.5
Kalsium Hidroksida
Posser dkk menyatakan bahwa efek terapeutik kalsium hidroksida bergantung pada
pelepasan ion Ca+ dan ion OH-. Respon jaringan pulpa dan jaringan ikat pada daerah
periapeks terhadap kalsium hidroksid tidak akan sama karena selain stimulasi
pembentukan odontoblast pulpa yang merupakan proses yang unik, preparat kalsium
hidroksid yang digunakan pada berbagai perawatan tidak sama.
Jaringan pulpa yang berkontak dengan kalsium hidroksid akan mengalami nekrosis
koagulasi superfisial yang terdiri dari 3 lapis zona nekrosis setebal 1-1,5 mm. Ini akan
mengakibatkan iritasi ringan pada jaringan vital di bawahnya. Keadaan ini
menghasilkan reaksi yang mula-mula terbentuk jaringan keras atau kalsifikasi yang
tidak teratur dan tidak padat. Kemudian baru terbentuk dentin tubuler di bawahnya
oleh odontoblast dari jaringan pulpa vital di bawahnya. Pembentukan jaringan keras
atau jembatan kalsifikasi pada pulpa yang terbuka merupakan substansi seperti tulang
yang disebut dengan pembentukan jembatan osteodentin atau osteoid. Sedangkan,
pada jaringan periapeks atau periodontal, akan terbentuk jaringan keras seperti semen
atau sementoid.
Mula-mula Zander dan Glass menyatakan bahwa kalsium dalam osteodentin atau
reparatif dentin berasal dari kalsium hidroksida, tetapi kemudian dibuktikan oleh
Sciasky dan Pisanti, Atalla dan Noujaim bahwa pada osteodentin tidak terdapat
endapan Ca+ yang berasal dari kalsium hidroksid, tetapi terjadi karena remineralisasi
secara sistemik. Hal ini menunjukkan bahwa kalsium hidroksida sendiri tidak
berperan langsung dalam pembentukan jaringan.
Dengan pH 12, kalsium hikdroksida dapat menetralisasi aktifitas enzim osteoklast dan
proses resorpsi dapat dihambat dan dihentikan. Jangkauan dalam menghentikan
resorpsi cukup luas, bahkan dapat mencapai jaringan periodontal, terutama bila
lapisan sementumnya telah hilang. Di samping itu, pH yang tinggi dapat mendorong
aktifitas alkalin fosfatase yang diduga keras merupakan faktor penting dalam
pembentukan jaringan keras. Matriks kolagen berperan dalam pembentukan jaringan
keras, sedangkan ion Ca+ sangat berperan pada reaksi enzim dalam sintesa kolagen.
Salah satu enzim yang berperan dalam proses produksi jaringan keras adalah
pyrofosfatase. Pyrofosfat juga dapat berubah menjadi ortofosfat oleh pyrofosfatase.
Ion Ca+ dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan peran enzim pyrofosfatase,
mengaktifasi ATP sehingga dapat mendorong terjadinya mekanisme pertahanan
dengan terjadinya perbakan atau remineralisasi dentin.
Efek anti bakteri kalsium hidkrosida secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya ion
OH yang dilepaskan sehingga menyebabkan terjadinya hidrolisa lipid
lipopolisacharida dari bakteri, meningkatkan permebalitas membran sel, denaturasi
protein, inaktivasi enzim dan kerusakan DNA yang menyebabkan kematian bakteri.
Kamampuan kalsium hidroksida dalam mengabsorpsi CO2 secara tidak langsung
dapat membantu potensi antimikroba terhadap bakteri anaerob obligat maupun
fakultatif. Selain itu, kalsium hidroksida juga mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan sisa jaringan pulpa sehingga kemampuan pembersihan saluran akar
akan lebih baik.1
Kalsium Hidroksida
Kuntungan:8,9
Unggul dalam hal kerapatan penutupan apeks
Relative mudah dalam penggunaannya dan adaptasinya baik
Dapat mengurangi resiko kebocoran foramen apikal
Mampu memperbaiki kondisi patologis lesi periapical
Sebagai antibakteri dan penginduksi pembentukan jaringan keras gigi pada gigi
dengan lesi periapeks yang luas.
Kekurangan:8,9
Pada pulpotomi vital gigi sulung dapat menyebabkan resorpsi interna
Mempunyai sifat alkali yang dapat berperan sebagai iritan yang mampu
menyebabkan inflamasi yang sebelumnya sudah ada
Harganya relative mahal
Terbentuknya resorpsi interna yang tinggi
Adapun perbandingan di antara kedua bahan tersebut dalam perawatan gigi sulung
vital ialah:
Komposisi:
Ferric sulfat: larutan 15,5 % di bawah merk dagang Astringedent
Kalsium hidroksida: kalsium hidroksida ini tersedia sebagai puder kering, suatu
pasta yang dicampur dengan air, atau suatu pasta yang dikemas secara komersial:
seperti pulpdent, Dycal, atau life. Puder/serbuk kalsium hidroksida dapat
digunakan sendiri atau dengan suatu bahan radiopak, seperti bariumsulfat, agar
campuran lebih dapat dilihat pada gambaran radiografi.
Indikasi:
Ferric sulfat: dapat digunakan pada gigi dengan pulpitis reversible.
Kalsium hidroksida: diindikasikan pada gigi permanen anak-anak yang
melibatkan pulpa dengan apeks akarnya belum terbentuk sempurna.
Keuntungan:
Ferric sulfat: memberikan hasil yang sama secara radiografi, menghasilkan respon
inflamasi lokal tetapi reversible pada jaringan lunak mulut. Pulpotomi ferric
sulfate lebih menguntungkan karena waktu kerja yang lebih cepat dengan pasien
anak.
Kalsium hidroksida :
- Mempunyai efek dapat mengubah dan melarutkan jaringan
- Memiliki sifat antimikroba dengan menghambat pertumbuhan bakteri saluran
akar dan mengubah kandungan biologis lipopolisakarida bakteri
- Dapat membentuk suatu *jembatan* yang menutup dan melindungi pulpa
sehinggadapat memelihara vitalitas pulpa
- Mudah dibersihkan
Kerugian:
Ferric sulfat: Belum ada penelitian mengenai adanya efek toksik atau merugikan
dari ferric sulfate sampai saat ini
Kalsium hidroksida :
- Tidak mempunyai kemampuan untuk membantu permbersihan bila diletakkan
padasisa jaringan pulpa di saluran akar
- Adanya resorpsi internal pada gigi yang dirawat yang disebabkan oleh adanya
bekuan darah ekstravaskuler
- Adanya pembentukan celah di bawah jembatan dentin akibat degradasi yang
terjadi sejalan dengan waktu
- Memiliki kemampuan penutupan yang buruk
Selain itu, penggunaan bahan ferric sulfate tidak menimbulkan adanya celah (poreus)
dibawah jembatan dentin yang terbentuk. Hal ini berbeda dengan calcium hidroxide
yang dapat menyebabkan adanya celah (poreus) dibawah jembatan dentin akibat
degradasi yang terjadi sejalan dengan waktu.
Oleh karena itu, dari kedua bahan diatas, bahan yang paling unggul untuk digunakan
dalam perawatan pulpotomy vital pada gigi sulung adalah ferric sulfate.
DAFTAR PUSTAKA