Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS KELOMPOK I

BLOK 16
Perbandingan Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Vital
Pada Gigi Sulung dengan Bahan Ferric Sulphat dan
Kalsium Hidroksida

Disusun Oleh:
Kelompok 3

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
ANGGOTA KELOMPOK:
● Ima Thresia Putri Sitorus (200600022)
● Indah Alifia (200600023)
● Maria Militya Cristy Zebua (200600024)
● Krisdawinito Silalahi (200600025)
● Luthfia Faradina (200600026)
● Lidya Natalia Boangmanalu (200600027)
● Mayvira Annisa (200600028)
● Melvi Hafizah Daulay (200600029)
● Michelle Ivanna Adeline (200600030)
● Nuraini Aqikah Putri (200600031)
● Grace Ribka Misyel Manullang (200600144)
● Elisha Angela Br Sitepu (200600145)
● Muhammad Fathur Ridho (200600146)
● Fifia Eltha Zahrani Ginting (200600147)
● Raidiandwiadara Indirahani (200600148)
● Muhammad Sayyid Dasuqi Fadly Syah (200600149)
● Putri Pacrista (200600150)
● Meishe Tasya Yosephine Tampubolon (200600151)
● Ribka Setiawati Peranginangin (200600152)
● Premita A P Thana Balan (200600244)
BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan struktur anatominya, gigi sulung memiliki perbedaan dengan gigi permanen,
dimana gigi sulung cenderung memiliki ketebalan enamel dan dentin yang lebih tipis jika
dibanding dengan gigi permanen. Selain itu, gigi sulung umumnya dipersarafi oleh serabut
saraf yang tidak bermyelin, sehingga sering ditemukan lesi pada gigi sulung yang juga
disertai dengan lesi pada bagian pulpanya (terbukanya pulpa), baik oleh karena karies, trauma
dari suatu benturan, ataupun akibat kesalahan dalam preparasi kavitas. Hal ini membutuhkan
suatu perawatan pulpa yang bertujuan untuk menghilangkan infeksi dan melindungi gigi
tersebut dari infeksi bakteri di kemudian hari.

Salah satu perawatan pulpa yang dapat dilakukan pada gigi sulung tersebut adalah pulpotomi
vital. Pulpotomi vital merupakan suatu tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal
yang mengalami inflamasi, dengan melakukan anastesi sebelum perawatan, dan selanjutnya
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa di bagian radikular tetap
vital. Perawatan ini bertujuan untuk mempertahankan gigi sulung selama mungkin di dalam
rongga mulut sampai gigi permanennya erupsi schingga dapat mencegah terjadinya maloklusi
akibat loss premature.

Perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung lebih kompleks dibanding dengan gigi permanen.
Hal ini disebabkan adanya hubungan gigi sulung dengan gigi permanen yang sedang
berkembang. Oleh karena itu, dokter gigi diharapkan mampu memilih bahan medikasi yang
tepat untuk perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung agar dapat meningkatkan proses
penyembuhan pulpa dan tidak mencederai benih gigi permanen yang berada di bawah gigi
sulung tersebut.

Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pulpotomi vital pada gigi sulung diantaranya yaitu
ferric sulphat dan kalsium hidroksida.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Indikasi Perawatan
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa
bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian
memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular
tetap vital.1

Indikasi pulpotomi pada gigi sulung yaitu karies yang hampir mengenai pulpa, gejala
klinis berupa nyeri ringan apabila terkena rangsangan, tidak ada nyeri spontan, tidak
ada kelainan jaringan periodontal, tidak terdapat nyeri tekan saat perkusi, gambaran
radiografi menegaskan tidak adanya patologi radikuler, dan gigi yang masih bisa
direstorasi.2

Indikasi perawatan pulpotomi vital:1


1. Karies mencapai pulpa
2. Gejala klinis asimptomatik atau sakit ringan tidak bertahan lama
3. Gambaran radiologi; tidak terdapat tanda infeksi atau resorpsi patologis
4. Masih dapat ditambal
5. Terbukanya pulpa gigi sulung saat penyingkiran karies dengan kondisi pulpa
normal atau pulpitis reversible atau terbukanya pulpa akibat trauma.

Indikasi Ferric Sulfat:


Sifat hemostatis dari ferric sulfat dan respon pulpa yang baik membuatnya menjadi
bahan medikamen pulpotomi yang menjanjikan. Ferric sulphate sebagai agen
terapeutik memiliki rasio keberhasilan pada pulpotomi 74%-99%. Analisa terhadap
hasil radiograf dan klinis serta histologi menunjukkan keberhasilan yang jauh lebih
baik dibandingkan penggunaan formokresol namun efek jangka panjang pemberian
ferric sulfat terhadap gigi dan tubuh belum diketahui secara pasti.1

Indikasi Kalsium Hidroksida:


Penggunaan kalsium hidroksida saat ini selain untuk perawatan pulp capping,
pulpotomi, perawatan gigi non vital yang akarnya masih terbuka, perawatan saluran
akar sebagai obat antar kunjungan, dan sebagai semen saluran akar. Di samping itu
juga untuk perawatan saluran alar pada gigi dengan kelainan periapeks luas, kelainan
endo-perio, resorbsi interna dan eksterna perforasi akar atau fraktur akar.2

B. Isi Bahan
Ferric sulphate
Formula Molekul: Fe2(SO4)3

Ciri-ciri morfologi: bubuk kuning muda, Ferric sulfate muncul sebagai padatan kristal
kuning atau bubuk putih keabu-abuan, mudah larut dalam air, 10% (berat) larutan
berair sebagai larutan transparan berwarna coklat kemerahan.

Besi (3+) sulfat adalah senyawa besi dan sulfat dengan perbandingan ion besi (3+)
terhadap sulfat adalah 3:2. Ferric sulfate memiliki peran sebagai katalis, mordant dan
astringent.3

Kalsium Hidroksida
Formula molekul: Ca(OH)₂

Kalsium hidroksida terdapat dalam berbagai bentuk seperti bubuk yang


penggunaannya dicampur dengan air, larutan anastesi, larutan salin, metilselulose,
gliserin, sampai berbentuk pasta. Kalsium hidroksida bentuk pasta seperti Pulpdent
merupakan kalsium hidroksida dengan metilselulose.1

C. Mekanisme Kerja Bahan


Ferric sulphate
Ferric sulphate adalah sulfat besi yang memiliki rumus kimia Fe 2(SO4)3. Ferri sulfat
banyak digunakan dalam kedokteran gigi sebagai agen hemostatik. Awalnya ferri
sulfat digunakan dalam pulpotomi sebagai bantuan untuk hemostasis sebelum
penempatan kalsium hidroksida. Ferri sulfat diperkirakan bereaksi dengan jaringan
pulpa, membentuk lapisan pelindung superfisial kompleks besi-protein.4

Ferri sulfat biasanya digunakan dalam kedokteran gigi untuk mengontrol perdarahan
selama operasi atau untuk retraksi gingiva. Ketika diterapkan langsung ke jaringan
pulpa, kompleks ion-protein besi yang terbentuk akan menghalangi pembuluh yang
dipotong secara mekanis. Meskipun bukan fiksatif dan hanya memiliki sifat
bakteriostatik, ferri sulfat digunakan untuk mengontrol perdarahan dengan aplikasi
intermiten lembut larutan 15,5% hingga 15 detik. Basis zinc oxide–eugenol kemudian
ditempatkan untuk menutupi pulpa, sebelum restorasi koronal.5

Ferri sulfat dioleskan ke pulpa (tempat pulpotomi) menggunakan microbrush selama


15 detik, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan. Perdarahan persisten setelah
aplikasi ferri sulfat merupakan indikasi untuk pulpektomi atau ekstraksi.4

Kalsium Hidroksida
Posser dkk menyatakan bahwa efek terapeutik kalsium hidroksida bergantung pada
pelepasan ion Ca+ dan ion OH-. Respon jaringan pulpa dan jaringan ikat pada daerah
periapeks terhadap kalsium hidroksid tidak akan sama karena selain stimulasi
pembentukan odontoblast pulpa yang merupakan proses yang unik, preparat kalsium
hidroksid yang digunakan pada berbagai perawatan tidak sama.

Jaringan pulpa yang berkontak dengan kalsium hidroksid akan mengalami nekrosis
koagulasi superfisial yang terdiri dari 3 lapis zona nekrosis setebal 1-1,5 mm. Ini akan
mengakibatkan iritasi ringan pada jaringan vital di bawahnya. Keadaan ini
menghasilkan reaksi yang mula-mula terbentuk jaringan keras atau kalsifikasi yang
tidak teratur dan tidak padat. Kemudian baru terbentuk dentin tubuler di bawahnya
oleh odontoblast dari jaringan pulpa vital di bawahnya. Pembentukan jaringan keras
atau jembatan kalsifikasi pada pulpa yang terbuka merupakan substansi seperti tulang
yang disebut dengan pembentukan jembatan osteodentin atau osteoid. Sedangkan,
pada jaringan periapeks atau periodontal, akan terbentuk jaringan keras seperti semen
atau sementoid.

Mula-mula Zander dan Glass menyatakan bahwa kalsium dalam osteodentin atau
reparatif dentin berasal dari kalsium hidroksida, tetapi kemudian dibuktikan oleh
Sciasky dan Pisanti, Atalla dan Noujaim bahwa pada osteodentin tidak terdapat
endapan Ca+ yang berasal dari kalsium hidroksid, tetapi terjadi karena remineralisasi
secara sistemik. Hal ini menunjukkan bahwa kalsium hidroksida sendiri tidak
berperan langsung dalam pembentukan jaringan.

Dengan pH 12, kalsium hikdroksida dapat menetralisasi aktifitas enzim osteoklast dan
proses resorpsi dapat dihambat dan dihentikan. Jangkauan dalam menghentikan
resorpsi cukup luas, bahkan dapat mencapai jaringan periodontal, terutama bila
lapisan sementumnya telah hilang. Di samping itu, pH yang tinggi dapat mendorong
aktifitas alkalin fosfatase yang diduga keras merupakan faktor penting dalam
pembentukan jaringan keras. Matriks kolagen berperan dalam pembentukan jaringan
keras, sedangkan ion Ca+ sangat berperan pada reaksi enzim dalam sintesa kolagen.
Salah satu enzim yang berperan dalam proses produksi jaringan keras adalah
pyrofosfatase. Pyrofosfat juga dapat berubah menjadi ortofosfat oleh pyrofosfatase.
Ion Ca+ dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan peran enzim pyrofosfatase,
mengaktifasi ATP sehingga dapat mendorong terjadinya mekanisme pertahanan
dengan terjadinya perbakan atau remineralisasi dentin.

Efek anti bakteri kalsium hidkrosida secara langsung dipengaruhi oleh banyaknya ion
OH yang dilepaskan sehingga menyebabkan terjadinya hidrolisa lipid
lipopolisacharida dari bakteri, meningkatkan permebalitas membran sel, denaturasi
protein, inaktivasi enzim dan kerusakan DNA yang menyebabkan kematian bakteri.
Kamampuan kalsium hidroksida dalam mengabsorpsi CO2 secara tidak langsung
dapat membantu potensi antimikroba terhadap bakteri anaerob obligat maupun
fakultatif. Selain itu, kalsium hidroksida juga mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan sisa jaringan pulpa sehingga kemampuan pembersihan saluran akar
akan lebih baik.1

D. Keuntungan dan Kekurangan Bahan


Ferric sulphate
Keuntungan:6,7
 Ferri sulfat diperkirakan bereaksi dengan jaringan pulpa, membentuk lapisan
pelindung superfisial kompleks besi-protein.
 Ferri sulfat mengaglutinasi protein darah dan mengontrol perdarahan dalam proses
tanpa pembentukan gumpalan
 Mengurangi perubahan inflamasi dan resorpsi internal
 Agen hemostatik yang sangat baik, membentuk kompleks ion-protein besi saat
berkontak dengan darah, yang kemudian menghentikan perdarahan lebih lanjut
dengan menyegel pembuluh darah
 Dapat mencegah masalah pembentukan blood clot setelah penghilangan mahkota
pulpa
Kekurangan:6,7
Pulpotomi yang dilakukan dengan ferric sulfat memiliki konsekuensi yang tidak
menguntungkan dari resorpsi akar. Namun, ferric sulfat tidak memiliki kekurangan
secara spesifik.

Kalsium Hidroksida
Kuntungan:8,9
 Unggul dalam hal kerapatan penutupan apeks
 Relative mudah dalam penggunaannya dan adaptasinya baik
 Dapat mengurangi resiko kebocoran foramen apikal
 Mampu memperbaiki kondisi patologis lesi periapical
 Sebagai antibakteri dan penginduksi pembentukan jaringan keras gigi pada gigi
dengan lesi periapeks yang luas.

Kekurangan:8,9
 Pada pulpotomi vital gigi sulung dapat menyebabkan resorpsi interna
 Mempunyai sifat alkali yang dapat berperan sebagai iritan yang mampu
menyebabkan inflamasi yang sebelumnya sudah ada
 Harganya relative mahal
 Terbentuknya resorpsi interna yang tinggi

E. Prosedur Kerja (Tahap Perawatan)


Teknik pulpotomi vital satu tahap:10
1. Informed consent mengenai prosedur dan medikamen harus disetuji pasien
terlebih dahulu
2. Gigi dianastesi
3. Rubber dam dipasang
4. Semua jaringan karies disingkirkan dan enamel dibuang sedikit untuk
mendapatkan akses kavitas yang adekuat
5. Setelah pembersihan atap kamar pulpa dengan bur, ekskavator dan bur yang
bersih digunakan untuk mengeksisi pulpa ke orifice untuk memastikan ujung
pulpa memiliki area permukaan yang minimal dan menghindari penyingkiran
dentin dari dasar kamar pulpa dan saluran akar
6. Cotton pellet steril ditempatkan ke dalam kamar pulpa koronal yang sudah
diekskavasi dibawah tekanan ringan sekitar 2-3 menit untuk mengendalikan
perdarahan inisial. Jika perdarahan menetap, evaluasi kembali teknik untuk
menjamin penyingkiran jaringan pulpa yang sempurna dari kamar pulpa.
Hemostasis harus dicapai dalam waktu 4 menit.
7. 15,5 % larutan ferric sulphate (Astringedent) diberikan pada ujung akar dengan
mikrobrush selama 15 detik untuk mencapai hemostasis, diikuti pencucian dan
pengeringan. Jika perdarahan menetap, aplikasikan kembali ferric sulphate selama
lebih dari 15 detik.

Prosedur kerja (tahap perawatan) dengan Kalsium Hidroksida:10


1. Ro-foto.
2. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.
3. Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies (Gambar 3-A).
4. Untuk mengangkat sisa –sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai bur besar
dan bulat. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah terangkat (Gambar
3-B, C).
5. Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi purulent
(Gambar 3-D).
6. Jaringan pulpa diangkat dengan file endodonti (Gambar 3-E). Mulai dengan file
ukuran no. 15 dan diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan
hanya untuk mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk memperluas saluran akar.
7. Irigasi saluran akar dengan bahan H2O2 3%. Keringkan dengan gulungan kapas
kecil dan paper point. Jangan sekali – kali mengalirkan udara langsung ke saluran
akar (Gambar 3-F).
8. Apabila perdarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran akar
diisi dengan semen kalsium hidroksida. Campur pada pad, angkat dengan
amalgam carrier dan masukkan ke dalam ruang pulpa (Gambar 3-G).
9. Gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk
memadatkan semen kalsium hidroksida.
10. Metode alternatif lainnya adalah menggunakan campuran tipis kalsium hidroksida
pada file atau paper point dan menempatkannya pada saluran akar. Bentuklah
campuran tebal kalsium hidroksida seperti cone dan padatkan pada saluran akar
dengan menggunakan gulungan kapas lembab sebagai kondensor.
11. Roentgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan kalsium
hidroksida. Karena kalsifikasi saluran akar, kalsium hidroksida tidak mencapai
apeks gigi, tetapi gigi - geligi ini sering tetap berfungsi sebelum molar permanen
pertama erupsi.
12. Pasien diminta datang lagi dalam satu atau dua minggu untuk mengevaluasi
keberhasilan perawatan. Gigi – geligi yang menunjukkan gejala bebas penyakit
secara klinis dan radiografis dengan eksfolisasi dalam batas – batas waktu normal
dianggap sukses.

F. Perbandingan Evaluasi Keberhasilan dari Kedua Bahan

Pulpotomi adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang


mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian memberikan medikamen
di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital. Teknik
pulpotomi menjadi pilihan yang efektif yang dapat digunakan pada gigi decidui dan
dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan dengan menggunakan bahan medikasi
yang sesuai. Pemilihan teknik perawatan kamar pulpa itu sendiri tergantung dari
kondisi kamar pulpa yang sesuai indikasi perawatan. Pulpotomi mempunyai tujuan
untuk mempertahankan vitalitas dan fungsi gigi decidui yang terkena karies atau
trauma mekanis dengan mengangkat pulpa bagian korona dan meninggalkan jaringan
pulpa bagian akar yang sehat.
Indikasi pulpotomi pada gigi sulung yaitu karies yang hampir mengenai pulpa, gejala
klinis berupa nyeri ringan apabila terkena rangsangan, tidak ada nyeri spontan, tidak
ada kelainan jaringan periodontal, tidak terdapat nyeri tekan saat perkusi, gambaran
radiografi menegaskan tidak adanya patologi radikuler, dan gigi yang masih bisa
direstorasi. Kontraindikasi perawatan pulpotomi yaitu adanya rasa sakit spontan, sakit
pada malam hari, sakit saat diperkusi, adanya mobilitas patologis, adanya fistula,
resorbsi internal saluran akar, radiolusen pada daerah periapikal dan interadikuler,
adanya pembengkakan serta pasien yang tidak kooperatif. Gigi yang dilakukan
pulpotomi tidak boleh memiliki kelainan periapikal. Pulpotomi dapat dilakukan pada
gigi decidui jika saat dilakukan pembersihan jaringan karies menyebabkan pulpa
terbuka pada gigi normal atau kondisi pulpitis reversibel. Pulpotomi gigi sulung dapat
dilakukan dengan bahan ferric sulfate dan kalsium hidroksida.11

Adapun perbandingan di antara kedua bahan tersebut dalam perawatan gigi sulung
vital ialah:

Komposisi:
 Ferric sulfat: larutan 15,5 % di bawah merk dagang Astringedent
 Kalsium hidroksida: kalsium hidroksida ini tersedia sebagai puder kering, suatu
pasta yang dicampur dengan air, atau suatu pasta yang dikemas secara komersial:
seperti pulpdent, Dycal, atau life. Puder/serbuk kalsium hidroksida dapat
digunakan sendiri atau dengan suatu bahan radiopak, seperti bariumsulfat, agar
campuran lebih dapat dilihat pada gambaran radiografi.

Indikasi:
 Ferric sulfat: dapat digunakan pada gigi dengan pulpitis reversible.
 Kalsium hidroksida: diindikasikan pada gigi permanen anak-anak yang
melibatkan pulpa dengan apeks akarnya belum terbentuk sempurna.

Keuntungan:
 Ferric sulfat: memberikan hasil yang sama secara radiografi, menghasilkan respon
inflamasi lokal tetapi reversible pada jaringan lunak mulut. Pulpotomi ferric
sulfate lebih menguntungkan karena waktu kerja yang lebih cepat dengan pasien
anak.
 Kalsium hidroksida :
- Mempunyai efek dapat mengubah dan melarutkan jaringan
- Memiliki sifat antimikroba dengan menghambat pertumbuhan bakteri saluran
akar dan mengubah kandungan biologis lipopolisakarida bakteri
- Dapat membentuk suatu *jembatan* yang menutup dan melindungi pulpa
sehinggadapat memelihara vitalitas pulpa
- Mudah dibersihkan

Kerugian:
 Ferric sulfat: Belum ada penelitian mengenai adanya efek toksik atau merugikan
dari ferric sulfate sampai saat ini
 Kalsium hidroksida :
- Tidak mempunyai kemampuan untuk membantu permbersihan bila diletakkan
padasisa jaringan pulpa di saluran akar
- Adanya resorpsi internal pada gigi yang dirawat yang disebabkan oleh adanya
bekuan darah ekstravaskuler
- Adanya pembentukan celah di bawah jembatan dentin akibat degradasi yang
terjadi sejalan dengan waktu
- Memiliki kemampuan penutupan yang buruk

Penggunaan bahan ferric sulfate dapat mengontrol hemoragik dan meminimalkan


inflamasi serta resorpsi internal. Hal ini terjadi saat bahan ferric sulfate berkontak
dengan jaringan dan akan terbentuk ion ferric kompleks dan protein aglutinasi yang
secara mekanik menghambat aliran darah kapiler di orifisi sehingga terjadi
pengontrolan hemoragik, meminimalkan inflamasi serta resorpsi internal.

Selain itu, penggunaan bahan ferric sulfate tidak menimbulkan adanya celah (poreus)
dibawah jembatan dentin yang terbentuk. Hal ini berbeda dengan calcium hidroxide
yang dapat menyebabkan adanya celah (poreus) dibawah jembatan dentin akibat
degradasi yang terjadi sejalan dengan waktu.

Penggunaan calcium hidroxide juga dapat menyebabkan terjadinya tunnel deffect,


yaitu dentin reparatif yang terbentuk menipis dengan ditandai adanya fibroblas dan
kapiler.11

Oleh karena itu, dari kedua bahan diatas, bahan yang paling unggul untuk digunakan
dalam perawatan pulpotomy vital pada gigi sulung adalah ferric sulfate.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta W. Penggunaan Kalsium Hidroksida di Bidang Konservasi Gigi. Journal of


Dentistry Indonesia 2015; 7: 435- 43.
2. Sadiyah, Salis J, Kaswindiarti S.Perawatan Pulpotomi Pada Gigi Desidui Posterior
Maksila: laporan kasus. Prosiding dental seminar universitas muhammadiyah surakarta
(densium): 93-4.
3. Sayers EW, Beck J, Bolton EE, Bourexis D, Brister JR, Canese K, Comeau DC, Funk K,
Kim S, Klimke W, Marchler-Bauer A. Database resources of the national center for
biotechnology information. Nucleic acids research. 2021;49(D1): D10.
4. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry E-Book. Elsevier Health
Sciences; 2021.
5. A. O'Donnell. Harty's Endodontics in Clinical Practice. 6 th ed. Elsevier Health Sciences;
2010.
6. Shen C. Phillips’ science of dental meterials. 2022.
7. Casas MJ, Kenny DJ, Judd PL, Johnston DH. Do we still need formocresol in pediatric
dentistry?. JCDA 2005; 71(10): 749-51.
8. Kaya C, Elbay Ü.Ş, Elbay M, et al. The comparison of calcium hydroxide + 
biostimulation, calcium hydroxide, formocresol, and MTA pulpotomies without
biostimulation in primary teeth: 12-months clinical and radiographic follow-up. Lasers
Med Sci 2022: 2545-54.
9. Winters J, Cameron A, Widmer R. Handbook of pediatric dentistry (fourth edition): Pulp
therapy for primary and immature permanent teeth. Elsevier, 2013: 103-4.
10. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8 th ed.
St.Louis: CV Moisby Co., 2000: 46.
11. Sa'diyah JS, Kaswindiarti S. (2021). Perawatan pulpotomi pada gigi desidui posterior
maksila: Laporan Kasus. Prosiding Dental Seminar Universitas Muhammadiyah
Surakarta (Densium) 5, 2021.

Anda mungkin juga menyukai