Bahasa Melayu merupakan cikal bakal atau sebagai embrio lahirnya bahasa
Indonesia. Bahasa Melayu sudah digunakan di kawasan Asia Tenggara sejak
abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu adalah ditemukannya Prasasti Kedukan
Bukit dan Prasasti Talang Tuwo di Palembang, Prasasti Kota Kapur di Bangka
Barat, dan Prasasti Karang Berahi di Jambi. Prasasti-prasasti tersebut
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuno.
Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei 1918
bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua,
disamping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama.
Sebagai bahasa yang terlahir dari bahasa Melayu, bahasa Indonesia terus
berkembang sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak berlangsung secara liar, melainkan
terjadi dan terlaksana dengan perencanaan yang cermat melalui kongres
bahasa Indonesia yang ditetapkan pelaksanaannya selama lima tahun sekali
di tempat atau daerah yang berbeda.