Anda di halaman 1dari 4

148 Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia vol. 3, no.

2 tahun 2018

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA DI ERA


DIGITAL

Nur Sanny Rahmawati


Pustakawan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Korespondensi: nsannyrahmawati@gmail.com

Abstrak
Kajian ini membahas tentang peran pustakawan untuk meningkatkan minat baca di era digital. Tujuan dari
penelitian ini yaitu mengidentifikasi hal-hal yang dilakukan oleh pustakawan untuk membangun budaya baca di
masa sekarang. Penelitian ini merupakan kualitatif dengan menggunakan pendekatan kajian kepustakaan. Kajian
kepustakaan digunakan untuk mendapatkan analisa yang deskriptif. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa
untuk membangun minat baca di era digital, pustakawan harus dapat mengidentifikasi kebutuhan pemustaka,
meningkatkan ketersediaan koleksi yang berkualitas, membangun komunikasi dengan pemerintah, dan turut
serta dalam organisasi profesi demi meningkatkan kompetensinya.

Kata kunci: Peran Pustakawan, Minat Baca, Informasi, Kajian Kepustakaan

Abstract
This study discusses the role of librarians to increase reading interest in the digital era. The purpose of this
study is to identify the things which should be done by librarians to build a reading culture in the present. This
research is using qualitative method. Literature review is a research approach which is used to obtain descriptive
analysis. The results of this study note that to build interest in reading in the digital era, librarians must be
able to identify the needs of users, increase the availability of quality collections, build communication with
the government, and participate in professional organizations to improve their competence.

Keywords: Librarian’s Role, Reading Interest, Information, Literature Review


Peran Perpustakawan dalam Menumbuhkan Minat Baca di Era Digital 149
Pendahuluan menurut Haryono (2012), untuk meningkatkan
Membaca sangat penting dalam era digital kompetensinya, pustakawan harus memiliki
seperti saat ini. tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan antara lain:
pengetahuan, tetapi juga dapat mempertajam analisa 1. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pengguna
seseorang dan melatih untuk terus berpikir kritis. akan informasi.
Membaca juga merupakan upaya untuk mendapatkan 2. Memiliki keahlian dalam menilai sumber -
informasi dari berbagai bidang. Namun, pada sumber informasi yang dibutuhkan
kenyataannya, masyarakat secara umum masih 3. Mampu menggunakan teknologi untuk
belum budaya membaca itu sendiri. menghimpun, mengolah, dan mendiseliminasi
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar informasi.
1945 alinea ke-4, perpustakaan turut memiliki andil 4. Mampu menciptakan alat bantu yang cukup
dalam proses pencerdasan bangsa. Lebih lanjut, hal untuk melengkapi keperluan pengguna dalam
tersebut didukung pula dalam pasal 4 ayat 5 Undang- pemanfaatan layanan informasi.
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem 5. Mampu menyelenggarakan dan mengembangkan
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa layanan informasi yang nyaman, mudah didapat
pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan tetapi dengan harga yang terjangkau.
budaya baca, menulis dan berhitung bagi segenap 6. Melakukan evaluasi secara regular tentang
warga masyarakat akademis. Undang-Undang penggunaan informasi dan melakukan reset
tersebut merupakan pedoman untuk membangun terhadap masalah pengelolaan informasi.
kesadaran membaca. Menyadari hal tersebut, 7. Meningkatkan jasa informasi untuk menjawab
pustakawan memiliki peran untuk memfasilitasi dan kebutuhan yang selalu berkembang secara
mewujudkannya. Pustakawan dituntut untuk proaktif sinambung.
dan kreatif dalam menjalankan misi pembangunan
minat baca. 2.2 Minat Baca
Minat adalah suatu dorongan keinginan dan
Masalah dan Tujuan Penelitian kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
Berdasarkan penjelasan di atas, masalah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 56).
penelitian ini yaitu bagaimana peran pustakawan Minat baca berarti suatu dorongan dari dalam
dalam menumbuhkan minat baca di era digital? diri seseorang untuk membaca (Sutarno, 2006 :
Adapun tujuan penelitiannya yakni mengetahui 22). Seseorang yang mempunyai minat membaca
peran pustakawan dalam menumbuhkan minat yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya
baca di era digital. untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
Tinjauan Literatur membacanya atas kesadaran sendiri (Rahim,
2.1 Pustakawan 2008 : 28). Untuk membangun minat baca, tidak
Pustakawan, menurut Undang-Undang No. 43 boleh dilakukan dengan keterpaksaan sehingga
tahun 2007 tentang Perpustakaan, adalah seseorang diharapkan nantinya didapatkan pengalaman
yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui yang mengasyikkan dari kegiatan membaca itu
pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan sendiri.
serta mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan 2.2.1 Faktor-Faktor Pendorong Minat Baca
perpustakaan. Mengacu pada kode etik pustakawan, Keberhasilan minat baca bergantung terhadap
pustakawan harus berupaya melaksanakan tugas pada motivasi seseorang. Biasanya motivasi tersebut
sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya didasari pada rasa ingin tahu dalam membaca. Ada
dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada pula orang yang termotivasi untuk membangun
khususnya, berupaya membedakan antara pandangan minat baca karena ingin mendapatkan pengakuan
atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi, menjamin dari pihak lain (Wigfield, Guthrie, Tonks, dan
bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan Perencevich, 2004 : 301). Akan tetapi, membangun
pertimbangan profesional, berupaya mempertahankan minat baca tersebut bukan tanpa halangan. Terdapat
keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan minat
berkewajiban mengikuti perkembangan. Lebih baca (Sutarno, 2006: 70), antara lain:
lanjut, berkaitan dengan kompetensi pustakawan,
150 Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia vol. 3, no. 2 tahun 2018
a. Faktor Pendukung beli masyarakat terhadap sumber informasi yang
Faktor yang mendukung perkembangan minat berkualitas. Sebagai contoh, berikut statistik survei
baca datang dari lingkungan sekitar. Mulai dari nasional CSIS perihal penetrasi milenial terhadap
keluarga, lingkungan, hingga tempat belajar seperti sumber informasi.
sekolah ataupun universitas. Tersedianya bahan
bacaan yang berkualitas di rumah merupakan faktor
pendukung minat baca. Adapun tersedianya akses
untuk informasi di linkungan misalnya perpustakaan,
akan turut pula mendukung pembangunan minat
baca.
b. Faktor Penghambat
Faktor yang menghambat perkembangan minat
baca misalnya penggunaan gawai yang berlebihan.
Lebih lanjut, adanya acara hiburan di televisi juga Terlihat bahwa frekuensi membaca, baik dari
merupakan salah satu faktor penghambat minat milenial maupun non milenial, pada tahun 2017,
baca seseorang. Terakhir, faktor ekonomi seperti dapat dilihat bahwa minat baca surat kabar relatif
rendahnya daya beli masyarakat terhadap sumber lebih rendah dibandingkan dengan minat terhadap
informasi yang berkualitas juga menjadi faktor media elektronik.
penghambat minat baca seseorang. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan
pustakawan dalam meningkatkan minat baca
Metode Penelitian masyarakat yakni sebagai berikut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian 1. Mengidentifikasi kebutuhan informasi pemustaka
kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan dan bersikap proaktif.
pentingnya meletakkan makna tentang sesuatu 2. Meningkatkan ketersediaan koleksi yang
dalam konteks ketika sesuatu diteliti (Pendit, 2003 berkorelasi dengan kebutuhan informasi di
: 262). Penelitian kualitatif sangat memperhatikan masa sekarang agar terbangun eksistensi dan
kenyataan bahwa apa yang dilihat dan dipahami keberdayaan dari perpustakaan itu sendiri.
oleh seseorang – baik ia peneliti, maupun seorang Berkenaan dengan amanah Undang-Undang
yang diteliti – merupakan konstruksi subjektif Dasar 1945, pustakawan wajib membangun
(Pendit, 2003 : 266). Adapun dalam penelitian komunikasi dengan pihak pemerintah untuk
ini, peneliti menggunakan pendekatan kajian bersama mewujudkan komitmen tanah air untuk
kepustakaan. Dengan menerapkannya, akan mencerdaskan kehidupan bangsa demi edukasi
dianalisis aspek yang berkaitan dengan peran generasi penerus bangsa.
pustakawan dalam menumbuhkan minat baca di Meningkatkan potensi dan kompetensinya dengan
era digital. mengikuti bimbingan teknis maupun organisasi
profesi agar dapat bertukar pengetahuan.
Analisis dan Pembahasan
Ketika poin-poin di atas sudah dapat
Rendahnya minat baca di kalangan masyarakat
dilaksanakan oleh pustakawan, maka usaha untuk
menjadi persoalan penting. Dampak dari tradisi
peningkatan minat baca bukan tidak mungkin
lisan yang telah tertanam bertahun-tahun lamanya
akan terbangun dengan baik. Lebih lanjut, dengan
membuat akses informasi yang sebenarnya kian
mengimplementasikan hal tersebut di atas, citra
banyak menjadi teracuhkan. Padahal, akses informasi
terhadap eksistensi profesi pustakawan akan semakin
yang melimpah tersebut dapat mendorong masyarakat
meningkat di mata masyarakat luas.
untuk meningkatkan minat baca masyarakat, terutama
di kalangan milenial. Untuk itu, peran pustakawan
Kesimpulan
sangat penting untuk pembudayaan membaca atau
Dalam menjalankan perannya untuk
reading society. Sebagaimana yang telah dipaparkan
pembudayaan membaca dan meningkatkan minat
di atas, rendahnya minat baca seseorang disebabkan
baca masyarakat, pustakawan masih mengalami
oleh beberapa faktor yang menghambat minat baca
tantangan. Rendahnya tingkat minat baca disebabkan
itu sendiri seperti penggunaan gawai yang terlampau
oleh beberapa faktor seperti penggunaan gawai
lama, konsumsi acara televisi, dan minimnya daya
yang berlebihan, seringnya menonton tayangan di
Peran Perpustakawan dalam Menumbuhkan Minat Baca di Era Digital 151
media elektronik, dan daya beli masyarakat yang Sulistyo-Basuki. (2006). Kemampuan Lulusan
kurang terhadap sumber informasi yang berkualitas. Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Oleh karena itu, pustakawan yang sebagai pihak di Era Globalisasi Informasi. Pustaha: Jurnal Studi
yang ikut melaksanakan amanah UUD 1945 yakni Perpustakaan dan Informasi, 2(2), 52-64.
mencerdaskan kehidupan bangsa, harus dapat Sutarno. (2006). Gemar Membaca. Jakarta: Jala
mengidentifikasi kebutuhan informasi pemustaka Permata.
dan bersikap proaktif, meningkatkan ketersediaan Sutarno, NS. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat.
koleksi yang berkorelasi dengan kebutuhan informasi Jakarta: CV Sagung Seto.
di masa sekarang, membangun komunikasi dengan Wigfield, A., Guthrie, Tonks, dan Perencevich, K.C.
(2004). Children’s motivation for reading domain
pihak pemerintah untuk bersama mewujudkan
specificity and instructional influences. The
komitmen tanah air untuk mencerdaskan kehidupan
Journal of Educational Research, 97, 299-309.
bangsa demi edukasi generasi penerus bangsa, dan
Diakses pada 13 September 2018, pukul 18:05
meningkatkan potensi dan kompetensinya dengan WIB)
mengikuti bimbingan teknis maupun organisasi
profesi agar dapat bertukar pengetahuan. Nur Sanny Rahmawati, lahir di Tangerang,
19 Oktober 1994. Ia adalah alumnus dari Jurusan
Daftar Pustaka
Ilmu Perpustakaan FIB UI angkatan 2012. Kegiatan
Centre for Strategic and International Studies. (2017).
yang pernah diikutinya yaitu menjadi Staf Humas di
Ada Apa dengan Milenial? : Orientasi Sosial,
Ekonomi dan Politik Rilis dan Konferensi Pers
IMASIP UI periode 2014-2015 dan Radio Announcer
“Survei Nasional CSIS 2017”. Diakses pada di RTC UI FM periode 2013-2015. Saat ini, ia bekerja
13 September 2018, dari https://www.csis. di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
or.id/uploaded_file/event/ada_apa_dengan_ Reformasi Birokrasi RI. Sanny dapat dihubungi di
milenial____paparan_survei_nasional_csis_ nsannyrahmawati@gmail.com
mengenai_orientasi_ekonomi__sosial_dan_
politik_generasi_milenial_indonesia__notulen.
pdf
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches
(4th). USA: Sage Publications.
Haryono, Tisyo. (2012). Kompetensi profesional
pustakawan dan penerapannya di perpustakaan
khusus bidang standarisasi. Media Pustakawan. 19
(1). http://www.pnri.go.id/magazine/kompetensi-
profesional-pustakawan-danpenerapannya-
di-perpustakaan-khusus-bidang-standardisasi/
(Diakses 12 September 2018).
Indonesia. (2007). Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2007). Jakarta: Balai
Pustaka.
Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Suatu Pengantar
Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta:
JIPFSUI.
Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmat, P.S. (2009). Penelitian Kualitatif.
EQUILIBRIUM, Januari-Juni 1-8

Anda mungkin juga menyukai