id 56
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Tahkim Shiffin
awiyah bin Abi Sufyan terhadap Khalifah Ali bin Abi
Thalib mengenai qishash (hukum mati) bagi para pembunuh Utsman bin Affan
agar segera dilaksanakan berbeda dengan kebijakan khalifah yang lebih memilih
menunda pelaksanaan qishash sebelum kondisi negara stabil. Perbedaan
kepentingan inilah yang memicu lahirnya konflik yang tidak bisa dihindari. Pada
tahun 37 H pecahlah Perang Shiffin antara kedua belah pihak.
Sufyan mengenai qishash para pembunuh Khalifah Utsman bin Affan semakin
memanas. Perang diantara sesama umat muslim sudah tidak dapat dihindari lagi.
Pecahlah Perang Shiffin antara kedua pasukan. Banyak korban jiwa berjatuhan
dalam peperangan ini, akhirnya pa
adanya gencatan senjata dan perdamaian dengan mengangkat mushaf Al-
di atas tombak mereka. Gencatan senjata ini juga diterima oleh Khalifah Ali bin
Abi Thalib untuk menghindari semakin banyak jatuhnya korban diantara
keduanya belah pihak.
Pasukan sayap kanan Khalifah Ali bin Abi Thalib di bawah komando
Malik Al-
Sufyan hingga terdesak, yang memaksanya meminta gencatan senjata dan
berdamai dengan menjungjung Al-
menolak permintaan gencatan senjata ini. Tetapi, para pendukung terutama dari
orang-orang salih mendesak agar khalifah menerima permintaan gencatan senjata.
Mereka mendesak khalifah agar bersedia berunding dengan alasan bahwa satu
perbuatan tercela dan tidak sesuai dengan ajaran Islam menolak permintaan damai
apalagi sesama muslim yang sama-sama berpegang pada Al-
1985).
56
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Ramadhan. Usaha
al-Ash yang mereka lakukan mengalami kegagalan. Usaha untuk mengembalikan
persatuan umat dan menghindarkan perpecahan antara para sahabat Rasulullah
Saw sebagaimana dirancang oleh kedua juru penengah itu ternyata menemui
kegagalan (Amhazun, 1999).
2. Golongan Khawarij
Dalam kaidah Bahasa Arab, Khawarij berarti orang-orang yang keluar.
Khawarij berasal dari bentuk kata dasar Kharaja yang berarti keluar. Dalam
bentuk ism fail menjadi Khawarij jamak dari kata Kharij. Khawarij (mufrad :
Khariji) artinya ialah orang-orang yang pergi keluar atau memisahkan diri
(separatis), atau bisa juga diartikan dengan pemberontak (Shiddiqi, 1985).
Pengertian pada mulanya adalah orang yang membaca Al-Qu
menghafalnya, mengerti maknanya, memperhatikan ayat-ayatnya dan
mempraktekan akhlaknya. Ibnu Khaldun telah mendefinisikan dengan
sangat baik, merupakan sebutan untuk para penghafal Al-
adalah para pembaca Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw (Amhazun, 1999).
untuk menggulingkan Khalifah Utsman bin Affan dan ikut serta dalam Perang
Shiffin bersama Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Mereka menolak Tahkim (Arbitrase) dan kemudian menjadi Khawarij
yang merusak, membunuh dan merampas harta kaum muslimin dan
menganggapnya halal dengan alasan bahwa orang yang tidak sependapat dengan
mereka adalah bukan muslim. Rasulullah Saw seakan melihat mereka dari
terjadi pada mereka, dimana akan ada kelompok yang keluar dari umat dan
menumpahkan darah dengan jalan tidak benar. Beliau menceritakan keadaan
mereka, memberi peringatan agar mewaspadai mereka, bahkan memuji siapa yang
memerangi dan menghancurkan mereka (Amhazun, 1999).
Nashir Al-Aql dikutip oleh Ali Muhammad Ash-Shalabi (2012),
-orang mengkafirkan para pelaku dosa
Ada pula ulama
yang berpendapat Khawarij sudah muncul dan berkembang sejak era Rasulullah
Saw. Tokoh khawarij pertama adalah Dzul Khuwaishirah yang menentang
kebijakan Rasulullah Saw dalam pembagian emas yang dibawa Ali bin Abi Thalib
dari Yaman dalam sebuah kantong kulit yang disamak dengan daun Qarazh.
-Khudri dari Al-Bukhari yang dikutip oleh Ibnu
Katsir (2002), ia bercerita :
Ali bin Abi Thalib menyerahkan emas dari Yaman kepada Rasulullah Saw
di dalam kantong kulit yang disamak dengan daun qarazh, yang tidak dapat
diperoleh dari tanahnya.
Kemudian Rasulullah Saw membagi-baginya di antara empat orang yaitu
Uyainah bin Hishn, Al- -Khail dan yang
keempat bisa jadi Alqamah bin Alatsah atau Amir bin Ath-Thufail. Melihat
bertakwalah ke Celakalah
engkau, bukankah aku penduduk bumi yang paling pantas untuk bertakwa
Lantas lelaki itu pergi. Khalid bin Al-Walid angkat
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
Ibnul Jauzi yang dikutip oleh Ibnu Katsir (2002) menyatakan, tokoh
utama Khawarij sekaligus yang paling buruk adalah Dzul Khuwaishirah. Itulah
tokoh pertama Khawarij yang muncul dalam sejarah Islam. Kebejatannya adalah
ia menyukai pendapat hawa nafsunya, padahal kalau ia mau mencermati tentulah
ia mendapati tiada yang lebih tepat daripada pendapat Rasulullah Saw. Para
pengikut orang itulah yang kelak memerangi Ali bin Abi Thalib (hlm.9).
Menyebut gerombolan massa yang memberontak terhadap Utsman bin
Affan dan membunuhnya sebagai khawarij. Dalam mengemukakan sejarah
tentang pembunuhan Utsman bin Affan, datangnya Khawarij yang menguras harta
di Baitul Mal yang jumlahnya berlimpah. Meski ada hubungan antara Dzul
Khuwaishirah serta kelompok pemberontak yang membunuh Utsman bin Affan
dan kelompok yang memberontak kepada Ali bin Abi Thalib terkait kebijakan
Tahkim yang diambilnya, tetapi pendapat yang paling bisa
dipertanggungjawabkan mengenai kemunculan Khawarij untuk pertama kalinya
dan istilah Khawarij yang serta identik hanya cocok untuk menyebut kelompok
yang memberontak kepada Ali bin Abi Thalib terkait kebijakan Tahkim.
Keberadaan mereka pada masa itu sebagai kelompok yang memiliki orientasi
politik dan pendapat tersendiri (Ibnu Katsir, 2002).
Kelompok penting dari kubu Ali bin Abi Thalib, sebagian besarnya Ahlul
dari Banu Tamim memprotes hasil perundingan Tahkim dengan
La Hukma Illa Lillah
Allah Swt). Slogan ini dikemudian hari menjadi masyhur sebagai slogan
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
Abi Thalib dan Utsman bin Affan beserta keturunannya dan memerangi mereka.
Apabila sampai mengkafirkan mereka, itulah Khawarij ekstrim (hlm. 13).
Khawarij adalah sekelompok orang yang menyatakan keluar; mereka adalah para
Mengetahui Khalifah Ali bin Abi Thalib berniat menugasi Abu Musa al-
hakam, Khawarij meminta khalifah membatalkan niatnya. Tetapi
khalifah menolak permintaan tersebut seraya mengingatkan bahwa sikap mereka
itu tergolong sebagai pembelotan, kekurangan iman, da pelanggaran perjanjian.
Akhirnya, Khawarij menyatakan melepaskan diri dari pemerintahan khalifah dan
mengangkat pemimpin baru bagi mereka.
Golongan Khawarij meninggalkan pasukan khalifah di Kufah pergi ke
luar kota menuju Desa Harura yang tidak jauh dari Kufah. Dari nama Desa Harura
inilah, maka untuk pertama kali mereka dikenal dengan nama golongan al-
Haruriyah, al-Muhakkimah. Di Harura mereka membentuk organisasi sendiri
(Shiddiqi, 1985). Khawarij mengirim utusan kepada Zaid bin Hishn ath-
menawarkan untuk menjadi pemimpin mereka, akan tetapi ditolak. Kemudian
menawarkan kepada Harqush bin Zuhair, akan tetapi juga ditolak. Hamzah bin
Sinan dan Syuraih bin Abu Aufa al-Abasi juga menolak. Kesemua nama tersebut
merupakan tokoh-tokoh Khawarij. Akhirnya diangkatlah Abdullah bin Wahb ar-
Rasibi sebagai pemimpin mereka (Ash-Shalabi, 2012).
Khawarij menuju al-Madain untuk menguasainya dan menjadikannya
sebagai basis kekuatan mereka. Mereka memotivasi kawan-kawan mereka dan
basis simpatisan yang sependapat dengan mereka, baik dari penduduk Bashrah
maupun lainnya, untuk bergabung dengan mereka ke tempat tersebut dan
menjadikannya sebagai pusat pergerakan mereka. Mereka berusaha untuk
mengumpulkan pasukan dengan mengajak seluruh pengikutnya dari penduduk
Bashrah menjadi suatu kekuatan besar dan solid yang mempu melakukan
perlawanan. Berbagai pendukung dan simpatisan Khawarij menuju pusat
pergerakan yang telah mereka tentukan. Mereka semua berkumpul di Nahrawan
hingga kemudian menjadi markas komando mereka (Ash-Shalabi, 2012).
Ketika kedua delegasi baik dari pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib
npa berhasil mencapai
kesepakatan, khalifah menulis surat kepada Khawarij yang sudah berkumpul di
Nahrawan untuk menginformasikan bahwa delegasi kedua belah pihak tidak
berhasil mencapai kesepakatan, dan menghimbau mereka untuk kembali seperti
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
sedia kala dan bergerak bersama untuk memerangi Syam. Khawarij menolak
imbauan khalifah tersebut, serta menyebut bahwa khalifah telah kafir. Deklarasi
Khawarij bahwa Ali bin Abi Thalib telah kafir dan harus bertaubat tidaklah dapat
dipastikan riwayat-riwayat yang ada, hanya saja semua riwayat tersebut selaras
dengan paham Khawarij yang mengkafirkan Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin
Affan dimana keduanya merupakan Amirul mukminin (Ash-Shalabi, 2012).
Upaya yang dilakukan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk
menyadarkan kaum Khawarij mengalami kegagalan. Sehingga khalifah
memutuskan untuk membiarkan para pembangkang itu dan melanjutkan
perjalanannya bersama pasukan yang tersisa untuk menyerang Syam hingga
pasukan khalifah secara tidak sengaja bertemu dengan Khawarij dan akhirnya
menumpas mereka (Ash-Shalabi, 2012).
Akan
keluar darinya sekelompok orang yang membaca Al-
melewati tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam seperti tembusnya anak
panah keluar dari tubuh binatang yang dipanah -Shalabi, 2012).
Ketiga hadist ini secara tegas mencela dan mengutuk Khawarij.
Rasulullah Saw menyatakan mereka sebagai kelompok yang keluar dari Islam,
bersikap kaku dalam agama tidak pada tempatnya. Bahkan, mereka menembus
keluar dari agama, mereka memasuki agama lantas keluar lagi darinya dengan
sangat cepat tanpa berpegangan pada sesuatu pun darinya.
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
perpecahan. Ada suatu kaum yang pandai berbicara tetapi buruk dalam pekerjaan.
Mereka membaca Al-
Mereka lepas dari agama seperti lepasnya anak panah dari busurnya. Kemudian
mereka tidak kembali lagi dan murtad. Mereka adalah makhluk yang paling jelek,
berbahagialah orang yang memerangi mereka dab diperangi mereka. Mereka
mengajak kepada Al- -
siapa yang memerangi mereka, ia lebih terpuji menurut Allah
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw; Bagaimana tanda-tanda mereka?
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
mengatakan ketika kaum al-Haruriyah keluar, waktu itu Ubaid ibn Rafi bersama
Rasulullah Saw, demi Allah, aku lebih suka dijatuhkan dari langit daripada
berdusta atas namanya. Sedangkan ketika aku menyampaikan kepada kalian
tentang apa yang terjadi antara aku dan kalian maka perang adalah tipu daya. Aku
benar-
sekelompok anak muda yang lemah akal budi, mereka berkata-kata (slogan) dari
ayat Al-
keluar dari agama layaknya anak panah yang menembus keluar dari tubuh
-Shalabi, 2012).
Kedua hadist ini mengandung kutukan terhadap Khawarij, iman mereka
dinyatakan hanya sekedar kata-kata belaka. Hadist pertama menunjukkan bahwa
mereka beriman hanya dengan mulut belaka, tidak dengan hati. Sedangkan dalam
hadist kedua yang diriwayatkan Zaid bin Wahb Al-Jauhani dari Ali bin Abi
Thalib, iman mereka diindikasikan dalam shalat. Sehingga dari kedua hadist
tersebut ditarik kesimpulan bahwa keimanan mereka hanya sebatas di bibir saja
dan tidak sampai melewati tenggorokan mereka, sebuah gambaran paling parah
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
4. Karakteristik Khawarij
Ibnu Hazm menerangkan sifat Khawarij, mereka adalah para
terdahulu yang terdiri dari orang-orang Badui yang membaca Al- an sebelum
mengerti sunnah Rasulullah Saw dan tidak seorangpun dari mereka mengerti fiqih
(paham ilmu agama) serta tidak sebagai salah satu ulama sahabat seperti Umar bin
Darda, Abu Musa, Zaid bin Tsabit, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Salman Al-Farisi dan
lainnya. Oleh karena itu mereka saling mengkafirkan diantara mereka sampai
dalam fatwa yang paling kecil (Amhazun, 1999).
Karakteristik utama Khawarij pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
seperti : bersikap ekstrim dalam agama; tidak tahu hakekat agama; berpayah-
payah dalam ibadah; mengkafirkan muslim yang melakukan dosa besar;
menghalalkan darah dan harta kaum muslimin; menghujat, menuding sesat,
berburuk sangka, dan keras terhadap kaum muslimin (Ash-Shalabi, 2012). Secara
umum, ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah:
1. Kaum muslimin yang melakukan dosa besar adalah kafir.
2. Kaum muslimin yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara
Aisyah, Thalhah, dan Zubair melawan 'Ali ibn Abi Thalib dan pelaku
arbitrase (termasuk yang menerima dan membenarkannya) dihukumi
kafir.
3. Khalifah harus dipilih rakyat serta tidak harus dari keturunan Nabi
Muhammad SAW dan tidak mesti keturunan Quraisy. Jadi, seorang
muslim dari golongan manapun bisa menjadi kholifah asalkan mampu
memimpin dengan benar (Hamid, 2002).
Ibnu Hajar menjuluki Khawarij sebagai sumber malapetaka. Sebagian
penduduk Irak mengecam perilaku sebagian kerabat Khalifah Utsman bin Affan,
sehingga mereka membunuh khalifah dan mereka sering dijuluki para ,
karena kerasnya usaha mereka dalam menakwilkan Al-
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
mereka setelah kelompok ini menumpahkan darah yang haram dan merampas
harta benda kaum muslimin, sehingga ia memerangi mereka untuk menghentikan
kezhaliman dan kesesatan mereka, juga setelah mereka menunjukkan kepadanya
segala kebejatan perilaku dan ucapan mereka (Ash-Shalabi, 2012).
Muir dikutip oleh Nourouzzaman Shiddiq (1985) menyatakan bahwa :
Inilah salah satu dampak terburuk pemberontakan Khawarij terhadap Khalifah Ali
bin Abi Thalib (Ash-Shalabi, 2012).
Menurut pandangan Khawarij, pada asasnya, keimanan itu tidak
diperlukan jika seandainya masyarakat dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Konsekuensinya, jika keimanan tidak diperlukan, maka imam pun bukanlah suatu
hal yang wajib hadir. Dibentuknya suatu keimanan bagi kaum Khawarij bukan
atas dasar perintah wahyu (Shiddiqi, 1985). Bagi Khawarij, imamah maupun hal
lain bukanlah hak istimewa suku Quraisy, melainkan siapa saja yang berkompeten
sebagai imam boleh menduduki jabatan tersebut tanpa memandang silsilah
keturunannya (Ash-Shalabi, 2012).
Khawarij dapat menerima kehadiran imamah, maka imam itu harus
dipilih oleh rakyatnya di kalangan mereka sendiri. Tidak ada seorang pun yang
mempunyai hak lebih hanya karena adanya tali hubungan darah dengan seseorang.
Hanya ketaqwaan dan kecakapan serta kemampuannya saja yang membuat
seseorang lebih berhak menjadi imam. Jabatan imam adalah jabatan duniawai
yang dijabat oleh manusia biasa. Dia bisa berbuat salah seperti juga manusia yang
lain. Sehingga, rakyat berhak pula memecatnya jika imam tersebut sudah tidak
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Misalnya imam tersebut telah berbuat
sesuatu yang dikualifikasikan sebagai dosa besar, seperti membunuh sesama
muslim. Imam yang sudah melanggar itu bukan saja berhak dipecat, bahkan wajib
dibunuh (Shiddiqi, 1985).
Doktrin politik Khawarij adalah kaum muslimin harus dipimpin oleh
seseorang yang berkualitas terbaik. Hanya orang yang berkualitas terbaik saja
yang boleh berambisi untuk menduduki jabatan imam. Orang yang tidak
berkualitas terbaik yang berusaha untuk merebut jabatan imam, termasuk para
pendukungnya dianggap sebagai orang yang berbuat jahat dan dosa. Kriteria yang
dipakai dalam mengukur baik buruknya kualitas seseorang ialah kadar
ketaqwaannya kepada Allah Swt seperti yang termaktub dalam Al-
pribadi dan etika negara adalah sama. Orang yang berperilaku baik pasti akan baik
pula dalam mengelola negara (Shiddiqi, 1985).
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
dosa. Iman tidak cukup dengan adanya sikap batin saja. Dia harus diwujudkan
dalam perbuatan lahir. Oleh karena itu, biarpun seseorang telah mengucapkan
-
perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan-Nya, serta berbuat dosa besar,
orangn itu menjadi kafir, ke luar dari masyarakat Islam (Shiddiqi, 1985).
Basis posisi teologik Khawarij adalah perbedaan antara dosa besar dan
dosa kecil. Orang yang berbuat dosa besar menjadi tidak mukmin lagi.
Konsekuensinya, keluar dari Islam. Ini yang menjadi dasar pandangan mereka
bahwa Utsman bin Affan, Al
lainnya telah keluar dari Islam. Oleh karena itu bagi Khawarij mereka wajib
dibunuh (Shiddiqi, 1985).
Khawarij mencari inspirasi dalam masalah agama dan kehidupan sosial
pada contoh-contoh yang diperbuat oleh Rasulullah Saw pada masa awal Islam.
dapat memberi syafaat, maka hal itu berlawanan dengan kebenaran mutlak dan
keadilan Tuhan (Shiddiqi, 1985).
Jihad adalah fundamental dalam doktrin Khawarij, sehingga dijadikannya
kewajiban perorangan yang harus ditunaikan oleh setiap pribadi muslim tanpa
pendang jenis kelamin dan usia. Seseorang yang tidak mau ikut ambil bagian
dalam berjihad biarpun ia seorang anak yang masih dibawah umur ataupun
seorang perempuan menjadi kafir karena telah keluar dari Islam (Shiddiqi, 1985).
Khawarij yang terlihat tidak memiliki kesatuan militer dan aksi politik,
tidak pula memiliki kesamaan doktrin, kecuali pandangan mereka tentang
keimanan atau kekhalifahan yang berasaskan demokrasi murni. Doktrin-doktrin
mereka tampaknya bersifat pandangan khusus dari masing-masing kelompok yang
berasal dari pemikiran seorang pemimpinnya. Sebagiannya memperlihatkan
pemikiran madzhab teologik dan juga gerakan politik yang berkarakter kolektif.
Sedang sebagian yang lain membatasi diri hanya dalam mengekspresikan
perbedaan pendapat pribadi diantara teoritikus Khawarij (Shiddiqi, 1985).
C. Terhadap
Golongan Khawarij
legitimasi. Khawarij pada sistem pemilihan bebas dan tidak perlu hanya seorang.
Quraisy) dan hanya seorang seperti pada masa Rasulullah Saw dan masa
Khulafaur Rasyidin dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi (Shiddiqi,
1985).
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
menurut sebagian ulama, dosa itu adalah dosa menyekutukan Allah Swt
(Ash-Shalabi, 2012).
imam, sehingga
mengangkat imam hukumnya wajib.
Syariat Islam mewajibkan umatnya untuk menaati imam selama
tidak memerintahkan kemaksiatan. Apabila ia memerintahkan
kemaksiatan dan kedurhakaan terhadap Allah Swt maka ia tidak boleh
ditaati. Sikap kaum muslimin terhadap pemimpin adalah memberikan
nasehat kepadanya. Nasehat tersebut diwujudkan dengan membantu imam
dalam mengemban tugas, menyadarkan ketika mereka lalai, melengkapi
kekurangan mereka, menyatukan suara untuk mendukung imam, salah satu
nasehat terbaik untuk mereka adalah mencegah mereka berbuat dzalim
dengan cara-cara yang bijak.
Ibnu hajar dikutip Ash-Shalabi (2012), menjelaskan bahwa :
Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin, maksudnya adalah membantu
mereka mengemban tugas, menyadarkan mereka ketika lalai, melengkapi
kekurangan mereka, menyatukan suara untuk mendukung mereka, dan
menyadarkan orang-orang yang menolak mereka. Salah satu nasehat terbaik
untuk mereka adalah mencegah mereka berbuat zalim dengan cara-cara yang
bijak. Yang juga tergolong para imam kaum muslimin adalah para imam ijtihad,
nasehat untuk mereka dilakukan dengan cara menyebarkan ilmu mereka,
memopulerkan biografi mereka dan berbaik sangka kepada mereka (hlm. 78).
Khawarij mengingkari kaidah dan prinsip mendasar ini. Khawarij
berkeyakinan bahwa para imam kaum muslimin harus ditentang atau
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
dikudeta hanya karena kesalahan kecil, seperti yang mereka lakukan pada
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Khawarij juga menumpahkan darah,
merampas harta benda, menyia-nyiakan hak dan kewajiban, melemahkan
kesatuan dan persatuan umat Islam hingga mudah dikalahkan musuh-
musuhnya. Inilah dampak terburuk pemberontakan Khawarij terhadap
Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Mereka memandang khalifah tidak terbatas pada kaum mereka
sendiri. Setiap muslim boleh menjadi khalifah selama telah memenuhi
syarat-syaratnya, seperti keimanan, keilmuan, dan konsisten terhadap
pembaitannya. Tidak menjadi masalah jika khalifah berasal dari Bangsa
Persia, Turki, atau Habsyi. Dalam pemikiran mereka tidak mengenal
kefanatikan aristokrat, bahkan kefanatikan yang mengkhususkan
kekhilafahan hanya kepada Bangsa Arab bertentangan dengan manhaj dan