Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dias Aji Cucu Darma

NIM : 043410358
Mata Kuliah : Perencanaan dan Pengembangan Bisnis
1. Untuk mengembangkan suatu usaha tentu diperlukan tambahan modal, baik yang
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Coba Anda jelaskan:
a. Sumber-sumber modal internal maupun eksternal perusahaan (masing-masing 2
(dua) sumber)!
b. Bentuk-bentuk sumber dana jangka pendek dan jangka panjang (masing-masing 2
(dua) saja!
2. Setiap bentuk usaha pasti akan berhadapan dengan risiko dengan segala variasinya.
Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan harus dikelola dengan baik, sehingga tidak
menimbulkan kerugian bahkan “kehancuran” terhadap perusahaan. Pengelolaan
atau manajemen risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jelaskan alternatif
cara yang ada dalam mengelola risiko!
3. “Dalam jangka waktu Januari sampai dengan Oktober 2018 saja, Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) sudah melikuidasi lima BPR. Sementara kalau dihitung dari tahun
2006 hingga 2018, ada 90 BPR yang telah dilikuidasi LPS” (Sumber:
https://keuangan. kontan.co.id/news/sejak-2016-lps-sudah-melikuidasi-90-bpr). Coba
Anda identifikasi faktor-faktor penyebab utama yang mengakibatkan banyaknya BPR
tidak mampu bertahan dan akhirnya harus dilikuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) atau LPS! Berikan penjelasan secara singkat!

JAWABAN!
1. (a) Modal pada dasarnya berasal dari dua sumber yaitu dari dalam perusahaan
(internal) dan dari luar perusahaan (eksternal).
- Internal
Sumber modal internal berasal dari setiap aktivitas atau pun kegiatan usaha yang
dijalankan oleh perusahaan yang menghasilkan keuntungan. Beberapa sumber
modal internal perusahaan yang dapat digunakan yaitu laba ditahan, akumulasi
penyusutan dan beberapa sumber modal lainnya.
Beberapa contoh modal internal adalah gedung, saham, kendaraan, laba yang
diinvestasikan kembali, dll.
- Eksternal
Sumber modal eksternal adalah sumber modal yang diperoleh dari luar perusahaan
atau dana yang didapat dari para kreditur atau para pemegang saham. Dengan
adanya keterbatasan yang ada pada modal internal, membuat modal eksternal
penting karena sifatnya tidak terbatas. Umumnya, modal eksternal ini bisa didapat
dari pinjaman bank, koperasi atau sumber lainnya. Modal juga bisa didapat dari para
investor yang menanamkan dananya pada perusahaan.
Contoh lain dari modal eksternal adalah utang dagang, gaji karyawan yang belum
terbayar, dll.
(b) - Sumber dana jangka pendek, Sumber dana perusahaan jangka pendek biasanya
akan digunakan oleh perusahaan untuk modal kerja. Dana yang tergolong dalam
kelompok jangka pendek harus dikembalikan dalam jangka waktu satu tahun atau
satu periode akuntansi. Pengembalian sumber dana jangka pendek tidak boleh lebih
dari satu periode akuntansi. Sumber dana jangka pendek dapat diperoleh dari
pinjaman bank jangka pendek, pendanaan persediaan, dan kredit perdangangan.
- Sumber dana jangka panjang, Jika perusahaan melakukan ekspansi secara masif
dalam skala perusahaan maka dapat menggunakaan pendanaan jangka panjang.
Tempo pengembalian sumber dana jangka panjang umumnya dilakukan lebih dari
lima tahun buku. Jenis pendanaan jangka panjang diantaranya adalah penerbitan
obligasi dan hipotik.

2. – Identifikasi toko
Pelaku usaha perlu mengidentifikasi dan membuat daftar risiko apa saja yang akan
dihadapi dan bisa merugikan usaha. Sebagai contoh sebuah usaha sepatu, dapat
membuat daftar risiko usaha sebagai berikut:
-Risiko bahan baku (kulit) yang tidak selalu tersedia
-Risiko karena selera konsumen yang selalu berubah
Risiko kenaikan harga bahan baku lainnya, dan seterusnya
Yang perlu dipahami dalam tahap ini adalah, bahwa setiap pelaku usaha memiliki risiko
yang bisa saja sama dengan usaha yang lain (risiko kenaikan harga misalnya), namun
juga bisa berbeda antara satu jenis usaha dengan jenis usaha lainnya.

- Analisis dan Urutkan Risiko


Menganalisis dan mengurutkan risiko-risiko dalam daftar yang sudah dibuat,
mulai dari yang paling penting (karena paling berbahaya atau karena potensi
ruginya paling besar) sampai jenis risiko yang tidak terlalu penting.
- Langkah mengatasi risiko
Risiko karena adanya perubahan selera konsumen harus di atas dengan diversifikasi
dan ide-ide kreatif untuk produk sepatu yang diproduksi, kesulitan bahan baku
diatasi dengan memperbanyak sumber pemasok, dan persediaan yang cukup dan
seterusnya.

Beberapa tips yang dapat dilakukan adalah:


- Kalau risiko tersebut sering terjadi dan bila terjadi dampaknya besar, lebih baik
hindari saja melakukan usaha tersebut, karena potensi ruginya menjadi sangat
besar.
- Kalau risiko tersebut jarang terjadi namun sekali terjadi dampaknya besar, lebih
baik diasuransikan. Misalnya adanya pencurian.
- Kalau risiko tersebut sering terjadi namun dampaknya kecil, lakukan langkah
pencegahan saja. Misalnya terjadinya hujan di tengah–tengah jam operasional
usaha.
- Kalau risiko tersebut jarang terjadi dan dampaknya juga kecil, hadapi saja risiko
tersebut. Kehabisan persediaan plastik pembungkus misalnya.
- Action
Lakukan apa yang sudah direncanakan dan dipilih untuk mengatasi berbagai risiko
yang ada tersebut. Percuma saja, ketiga langkah di atas sudah baik dan tepat namun
tidak dilaksanakan. Bila ini terjadi maka potensi mengalami kerugian tetap akan terjadi.
-Evaluasi
Bila sudah dilaksanakan berbagai upaya untuk mengelola dan mengurangi risiko
usaha, maka evaluasi harus selalu dilakukan untuk melihat dan mengetahui apakah
pilihan upaya untuk mengatasi berbagai risiko yang ada sudah efektif atau belum.
Benarkah potensi kerugian sudah bisa dikurangi, masih tetap saja, atau bahkan malah
menjadi semakin besar.

3. – Adanya kecurangan / fraud


Tidak adanya penerapan GCG dan manajemen risiko membuat banyak BPR
melakukan kecurangan atau fraud sehingga banyak BPR yang ditutup
operasinya. Fraud yang terjadi di sistem manajemen BPR bisa mengakibatkan
penurunan aset perusahaan hingga perusahaan tersebut gulung tikar karena
tidak bisa membayar pajak yang sudah di tetapkan.

- Kalah dalam persaingan


Selain karena fraud, faktor lain yang bisa menyebabkan sebuah Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dilikuidasi karena kalah dalam persaingan. Di
Indonesia ada banyak sekali BPR yang sudah berdiri dan saling bersaing.
Dimana persaingan ini bisa sangat ketat antar bank mengingat penggunanya
juga semakin meningkat.
Bahkan Bank Perkreditan Rakyat tidak hanya harus bersaing dengan sesama
BPR namun juga harus bersaing dengan bank umum yang ada di Indonesia.
Besaran bunga bank dan fasilitas yang disediakan oleh bank tersebut menjadi
hal yang sangat penting. Apabila perusahaan mengabaikan fasilitas yang akan
mereka tawarkan untuk nasabah maka BPR jenis ini harus siap gulung tikar.
Biasanya ketika sebuah BPR sudah kalah dalam bersaing maka bank ini tidak
bisa mengembalikan dana nasabah yang sudah masuk ke perusahaannya. Bisa
jadi dana nasabah yang sudah masuk habis untuk biaya operasional
perusahaan namun tidak ada investor yang tertarik untuk menanam saham di
dalam bank tersebut. Alhasil BPR tadi akan dilikuidasi dari daftar BPR yang ada.

- Tidak mampu membayar pajak yang ada


Sebelum sebuah BPR didirikan maka akan di evaluasi atau di cek terlebih
dahulu oleh OJK dan juga LPS. Dimana pengecekan ini bertujuan untuk melihat
apakah BPR yang akan di buat bisa membayar pajak yang di tetapkan.
Sehingga tidak sembarang pihak bisa membuat sebuah Bank Pekreditan
Rakyat.
Harus ada modal awal yang dimiliki seseorang untuk bisa membuat sebuah BPR
nantinya. Setelah BPR di buat maka pemilik harus bisa mengatur manajemen
bank tadi dengan sebaik mungkin. Karena jika BPR tidak mampu membayar
pajak yang sudah di tetapkan sebelumnya maka OJK ataupun LPS berhak
menutup BPR tersebut

Anda mungkin juga menyukai