Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3 TUTON SESI 7

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN BISNIS-


ADBI4443

NAMA : RUDI EXTRADA


NIM: 041522829
JURUSAN : ILMU ADMINISTRASI BISNIS
UPBJJ-BANDA ACEH
Tugas.3
1. Untuk mengembangkan suatu usaha tentu diperlukan tambahan modal,
baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Coba Anda
jelaskan:

a. Sumber-sumber modal internal maupun eksternal perusahaan (masing-


masing 2 (dua) sumber)!

b. Bentuk-bentuk sumber dana jangka pendek dan jangka panjang


(masing-masing 2 (dua) saja!

2. Setiap bentuk usaha pasti akan berhadapan dengan risiko dengan


segala variasinya. Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan harus dikelola
dengan baik, sehingga tidak menimbulkan kerugian bahkan “kehancuran”
terhadap perusahaan. Pengelolaan atau manajemen risiko dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Jelaskan alternatif cara yang ada dalam
mengelola risiko!

3. “Dalam jangka waktu Januari sampai dengan Oktober 2018 saja,


Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sudah melikuidasi lima BPR.
Sementara kalau dihitung dari tahun 2006 hingga 2018, ada 90 BPR yang
telah dilikuidasi LPS” (Sumber: https://keuangan. kontan.co.id/news/sejak-
2016-lps-sudah-melikuidasi-90-bpr). Coba Anda identifikasi faktor-faktor
penyebab utama yang mengakibatkan banyaknya BPR tidak mampu
bertahan dan akhirnya harus dilikuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) atau LPS! Berikan penjelasan secara singkat!

JAWABAN

1. A. Sumber dana yang ditinjau dari asalnya pada dasarnya dibedakan menjadi sumber internal
(internal sources) dan sumber dana eksternal (external sources).
a. Dana Internal (Sumber Internal)
Dana (modal) yang berasal dari sumber internal adalah dana atau modal yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri dalam perusahaan seperti laba ditahan (retained earning) dan penyusutan
(depreciation). Besarnya laba ditahan /cadangan dipengaruhi oleh besarnya laba yang
diperoleh selama periode tertentu, devident policy dan plowing back policy yang dijalankan
oleh perusahan. Meskipun jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi
oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut
dibagikan sebagai deviden, maka bagian laba yang ditahan akn kecil jumlahnya, dan
sebaliknya laba ditahan akan cenderung besar kalau perusahaan mengambil kebijakan
penanaman kembali dalam perusahaan yang besar.

Sumber internal selain berasal dari laba ditahan/cadangan juga berasal dari depresiasi.
Besarnya depresiasi setiap tahunnya tergantung pada metode depresiasi yang digunakan
oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum depresiasi tersebut digunakan
untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai
perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai pada penggantian aktiva tetap tersebut.
Selama waktu itu, depresiasi merupakan sumber dana atau modal didalam perusahaannya
sendiri. Dari uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dana (modal) yang berasal
dari internal didapat dari laba ditahan dan depresiasi.

b. Dana Eksternal (Sumber Eksternal)


Sumber ekstern (external sources) adalah sumber dana yang berasal dari luar perusahaan.
Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari para kreditur dan
pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Dana atau modal yang berasal
dari para kreditur merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang
berasal dari kreditur disebut sebagai modal asing. Metode pembelanjaan dengan
menggunakan modal asing disebut pembelanjaan asing atau pembelanjaan dengan hutang
(debt financing).
Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam
perusahaan adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang
bersangkutan, dan dana ini akan menjadi modal sendiri dalam perusahaan tersebut. Metode
pembelanjaan dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik atau calon pemilik
tersebut disebut pembelanjaan sendiri (equity financing). Dengan demikian maka dana yang
berasal dari sumber ekstern adalah terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Modal
eksternal bisa didapatkan suatu perusahaan dari dua sumber berikut yaitu:
1) Modal saham. Perusahaan meminta pemilik untuk menambahkan modal ke perusahaan.
Atau, perusahaan dapat menerbitkan saham di pasar modal untuk mengumpulkan dana.
2) Line of credit. Ini adalah pinjaman bank tanpa jaminan. Bank menentukan jumlah
maksimum pinjaman yang dapat ditarik oleh perusahaan selama periode tertentu, biasanya
satu tahun. Perusahaan harus membayar fee tertentu atau persentase tertentu dari
pinjaman di rekening koran (checking account) di bank.

B. BENTUK-BENTUK SUMBER DANA JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG

>>Sumber dana jangka pendek adalah pendanaan yang harus dilunasi atau dibayar pada waktu yang
cepat dalam tempo satu tahun atau kurang untuk memenuhi kegiatan operasional rutin perusahaan
Jenis jenis pendanaan jangka pendek yang menjadi akan sumber keuangan perusahaan umumnya
dikelompokkan kedalam dua jenis. Pendanaan spontan dan pendanaan tidak spontan.

a). Pendanaan Spontan Pendanaan spontan adalah tipe pendanaan yang bisa menyesuaikan secara
otomatis terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada kegiatan perusahaan. Pendanaan dari utang
yang timbul akibat adanya kegiatan atau transaksi oleh perusahaan. Jika tidak ada transaksi, maka tidak
akan muncul pendanaan spontan. Contohnya adalah utang dagang dan utang pajak.

1) Utang Dagang. Utang dagang bisa muncul karena perusahaan membeli pasokan barang
dagang atau bahan baku kepada supplier secara kredit. Jika tidak membeli secara kredit maka
utang dagang tidak akan muncul. Pendanaan spontan tidak akan terjadi. Setelah perusahaan
mendapatkan barang secara kredit, maka sejak tanggal tersebut perusahaan telah berhutang
kepada supplier (penjual). Kredit utang dagang ini umumnya harus dilunasi tidak lebih dari satu
tahun. Utang dagang berarti menunda pembayaran pembelian barang kepada supplier. Utang
dagang adalah berutang barang kepada supplier. Pendanaannya berupa barang, bukan uang.
Utang dagang pun umumnya memiliki biaya. Perusahaan yang membeli barang secara kredit
umumnya mendapatkan harga yang lebih tinggi dari harga pasarnya, tidak akan mendapatkan
diskon pembelian walau membeli dalam jumlah yang masif dan adanya bunga atau denda
apabila pembayaran yang tidak tepat waktu.

2) Utang Pajak. Utang pajak terjadi karena pajak yang muncul akibat aktivitas perusahaan yang
menghasilkan pendapatan atau laba dan harus dibayar oleh perusahaan pada tanggal tertentu
disetiap periode. Utang pajak otomatis muncul ketika perusahaan berhasil melakukan penjualan
dan mendapatkan laba. Besar kecilnya tergantung pada seberapa besar penjualan yang
dihasilkan.

b). Pendanaan Tidak Spontan Pendanaan tidak spontan adalah tipe pendanaan yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan aktivitas perusahaan. Manajemen membutuhkan waktu dan negosiasi untuk
mendapatkan, mengubah (menambah atau mengurangi) dana yang diinginkan. Contoh pendanaan tidak
spontan adalah pinjaman kredit dan Commercial Paper.

1) Pinjaman kredit adalah pinjaman utang yang berasal dari bank atau lembaga keuangan bukan bank.
Pinjaman kredit umumnya ada 2 jenis, kredit transaksi dan kredit lini. Kredit transaksi merupakan kredit
yang khususkan untuk tujuan yang spesifik, sedangkan kredit lini memungkinkan peminjam bisa
berutang pada nominal tertentu yang tidak melebihi plafon pinjaman (batas maksimum pinjaman)

2) Commercial Papper adalah utang jangka pendek tanpa jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan dan
dijual kepada calon investor. Umumnya jangka waktu pengembaliannya maksimal 3 bulan (90 hari) dan
commercial papper biasanya berbunga rendah.

2. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses manajemen risiko untuk membantu
organisasi merancang dan mengimplementasikan rencana manajemen risiko yang efektif dan
proaktif. Berikut adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Risk Identification.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemungkinan risiko yang dapat
terjadi pada organisasi atau perusahaan. Ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang akan
dihadapi oleh organisasi atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek seperti sosial,
hukum, ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap aspek akan
diklasifikasikan menurut kategorinya masing – masing agar mempermudah proses selanjutnya.

b. Risk Assessment
Setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi tersebut, selanjutnya akan
dinilai potensi keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap risiko – risiko
yang telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko berada pada prioritas yang tepat.

c. Risk Response
Proses ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan risiko.
Tantangan bagi manajer risiko adalah untuk menentukan portofolio yang tepat untuk
membentuk sebuah strategi yang terintegrasi sehingga risiko dapat dihadapi dengan baik.
Tanggapan risiko umumnya terbagi dalam kategori seperti berikut:
1) Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang dapat
menyebabkan risiko terjadi
2) Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampak atau
keduanya, biasanya melalui pengandalian di bagian internal perusahaan/organisasi
3) Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer beberapa risiko melalui
asuransi, outsourcing atau hedging.
4) Risk Acceptence, Tidak mengambil tindakan apapun untuk menganggulangi risiko,
melainkan menerima risiko tersebut terjadi.

d. Create a Risk Management Plan.


Membuat penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing kategori risiko.
Mitigasi perlu mendapat persetujuan oleh level manajemen yang sesuai.

e. Implementation.
Melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan untuk mengurangi atau
menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada.

f. Evaluate and Review.


Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya dapat berjalan dengan
lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak diprediksi sebelumnya akan
menyebabkan perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat, oleh karena itu perlu
dilakukan perubahan rencana untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin terjadi.

3. Faktor-faktor penyebab utama yang mengakibatkan banyaknya BPR tidak mampu bertahan dan
akhirnya harus dilikuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau LPS!
Otoritas Jasa Keuangan OJK maupun Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo)
menyatakan bahwa kebanyakan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang dicabut izin usahanya bukan
karena kalah dalam persaingan, melainkan lebih disebabkan fraud yang dilakukan pengurus BPR.

>>Fraud dalam Kegiatan Perbankan


Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 39/POJK.03/2019 Tahun 2019
tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum (“POJK 39/2019”), fraud adalah tindakan
penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau
memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan bank dan/atau
menggunakan sarana bank sehingga mengakibatkan bank, nasabah, atau pihak lain menderita
kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Fraud banyak terjadi salah satunya karena BPR tidak melaksanakan tata kelola perusahaan yang
baik atau good corporate governance (GCG).
Selain itu tidak adanya penerapan GCG dan manajemen risiko membuat banyak BPR melakukan
kecurangan atau fraud sehingga banyak BPR yang ditutup operasinya. Penerapan GCG dan
manajemen risiko yang baik tidak hanya menghindarkan BPR dari potensi fraud, tapi juga dapat
meningkatkan kinerja keuangan BPR. Penerapan tata kelola penting dilakukan karena risiko dan
tantangan yang dihadapi BPR tak hanya berasal dari eksternal, tapi juga internal BPR itu sendiri.
Selain itu, penerapan GCG sangat diperlukan agar perbankan dapat bertahan dan tangguh dalam
menghadapi persaingan yang makin ketat serta dapat menerapkan etika bisnis sehingga dapat
mewujudkan iklim usaha yang sehat dan transparan. Penerapan praktik GCG dan manajemen
risiko tak sebatas tuntutan regulasi, tapi sudah menjadi kebutuhan yang mendesak terhadap
perkembangan BPR pada masa yang akan datang. Komitmen BPR terhadap penerapan GCG akan
menjauhkan BPR dari berbagai masalah yang berisiko tinggi. Tanpa didukung praktik GCG, BPR
berpotensi menjadi tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai