Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Masa Diaspora Yahudi”


(Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Agama Yahudi)

Dosen Pengampu : Dr. Khotimah M.Ag

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8
Handimas Amirullah Pasaribu (12030316608)

STUDI AGAMA AGAMA / LOKAL 4A

FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Masa Diaspora Yahudi” ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari
akhir kelak.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari ibu Dr. Khotimah M.Ag pada
mata kuliah Agama Yahudi di UIN SUSKA RIAU. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai Masa Diaspora
Yahudi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen


mata kuliah Agama Yahudi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Baik dalam pengejaan dan juga
kesalahan – kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penulis yang masih terbatas.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan – masukan
yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah yang
akan datang.

Pekanbaru, 20 Mei 2022

Handimas Amirullah Pasaribu


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 6

A. Pengertian Diaspora Yahudi ................................................... 6


B. Sejarah Masa Diaspora Yahudi................................................ 7
C. Masa Diaspora Pra-Romawi……............................................ 9
D. Masa Diaspora Setelah Romawi…………………………...... 11

BAB III : PENUTUP............................................................................. 15

A. Kesimupulan............................................................................ 15
B. Kritik dan Saran....................................................................... 15

KEPUSTAKAAN................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diaspora Yahudi adalah suatu istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
terjadinya perpindahan, penyebaran, keterpencaran, atau penyerakan suatu suku bangsa
dari daerah asalnya ke daerah yang lain. Istilah ini semula dipakai untuk menjelaskan
keterpencaran orang-orang Yahudi dari daerah asal mereka keberbagai negara lain di
kawasan Benua Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia karena terusir oleh penguasa atau
kerajaan tertentu, dan dalam sejarahnya peristiwa ini sudah dimulai sejak orangorang
Yahudi terusir oleh Kerajaan Asyiria, Babilonia, Mesir kuno, Romawi, hingga masa-
masa sesudahnya. Kemudian, ruang lingkup dan istilah diaspora berkembang dan juga
digunakan untuk menggambarkan proses terjadinya penyebaran suku bangsa atau etnis
lain keberbagai kawasan, seperti diaspora orang-orang Afrika, diaspora orang-orang
Arab, diaspora bangsa Palestina, diaspora bangsa Indonesia, dan lain-lain.
Paskah runtuhnya negara Israel di bawah gempa dan orang-orang assyria,
penduduk Yahudi berpencar-pencar dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, serta tidak
terdapat suatu hal yang patut disebut dalam sejarah. Sedangkan orang-orang Yahudi
yang lari ke Babilonia setelah keruntuhan kerajaan yahuda ialah mereka yang sempat
kembali ke Betlehem (baiat al-maqdis) pada maaa Quraisy. Tadi sudah di singgung
bahwa orang-orang Yahudi tunduk pada kekuasaan Mesir, Babilonia, Persia, bathalisah
dan Romawi. Mereka kemudian bersekongkol dan melancarkan pemberontakan
terhadap raja dan pemimpin-pemimpinnya.
Oleh karena perbuatan dan tingkah laku mereka sendiri itulah para raja dan
pemimpin kemudian tidak segan-segan menghancurkan dan menyiksanya. Tahun 135 m
merupakan tahun tamatnya riwayat kehidupan Yahudi di Palestina. Mereka mengerti
dan memahami sepenuhnya bahwa tidak ada tempat yang layak lagi baginya untuk
tinggal di negeri itu, maka mereka pun berniat mengembara di muka bumi tinggal
berbagai tempat (tidak menetap dan selalu berpindah-pindah).
Mulailah mereka mengalami masa-masa pengembaraan yang panjang, yang oleh
Rane sedillot digambarkan bahwa sejatinya orang-orang Yahudi tersebut sedang
kembali kepada jalan hidupnya yang pertama pasca keluarnya mereka dari Mesir
bersama Musa. Dalam pengembaraan yang panjang itulah banyak dari mereka yang
akhirnya mendiami beberapa kawasan Eropa sebagaimana pula mereka mendiami
Mesir, Afrika Utara, Yaman dan lain sebagainya.1

1
Prof Dr. Syalabi, Sejarah Yahudi dan Zionisme, Alih bahasa Anang Rikza Masyhadi, dkk. (Jakarta: CV
Arti Bumi Intaran, 2005), hlm.198.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas pada makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana Pengertian diaspora yahudi ?
2. Bagaimana Sejarah masa diaspora yahudi?
3. Bagaimana Masa diaspora pra-romawi ?
4. Bagaimana Masa diaspora setelah masa romawi?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah dari rumusan masalah diatas yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian diaspora yahudi.
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah masa diaspora yahudi
3. Untuk mengetahui dan memahami masa diaspora pra-romawi
4. Untuk mengetahui dan memahami masa diaspora setelah romawi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diaspora Yahudi

Mulanya, diaspora merupakan istilah yang merujuk pada deskripsi kondisi


orang-orang Yahudi yang berada dalam pembuangan, melintasi multi etnis, religi, dan
komunitas Negara yang hidup di luar wilayah historis akar mereka. Diaspora
diposisikan pula bersama dengan konsep-konsep lainnya yang memiliki kemiripan
makna, seperti hibriditas, perpindahan, dan kreolisasi, untuk merayakan kekuatan
progresif seperti posisi, mengatasi percampuran, serta berbagai asumsi yang diperlukan
mengenai identitas dan wilayah. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, istilah
diaspora mengalami pergeseran.
Berdasarkan beberapa referensi yang membahas tentang diaspora dijelaskan,
bahwa secara etimologi diaspora berasal dari bahasa Yunani yaitu diaspeiro yang
berarti penyebaran atau penaburan benih. Istilah diaspeiro semula digunakan oleh
orangorang Yunani merujuk kepada warga suatu kota kerajaan atau wilayah yang
bermigrasi ke wilayah jajahan, dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasikan
wilayah itu menjadi bagian dari atau ke dalam kerajaan. Setidaknya, kata diaspeiro
mulai digunakan pada awal abad ke 5 SM oleh Sophocles, Herodotus, dan Thucydides.
Sedangkan penggunaan kata diaspora sendiri sebagai kata baru digunakan oleh para
sarjana Yahudi di Alexandria pada abad ke 3 SM ketika mereka menerjemahkan Al-
Kitab Ibrani ke dalam Bahasa Yunani.2
Dalam perkembangannya kemudian, kata diaspora yang dimaknai sebagai
penyebaran manusia dimaksud, mulai dipergunakan oleh para ahli sejak pertengahan
abad ke-20. Dalam konteks ini, mereka cenderung menyatakan bahwa tahun 1965
merupakan tahun awal kemunculan istilah Jewish diaspora (diaspora orang-orang
Yahudi) dan African diaspora (diaspora orang-orang Afrika). Sehingga, kajian

2
Imam Santoso, Diaspora: Globalisme, Keamanan, dan Keimigrasian, (Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2014), h.1.
mengenai pergerakan dan penyebaran orang Yahudi keberbagai wilayah serta situasi
kehidupan orangorang Afrika (kulit hitam) di luar negara mereka, mendominasi dan
semakin luas. Namun demikian, kajian mengenai diaspora orang-orang Palestina dan
orang-orang China juga ada dan dilakukan, tetapi masih dalam lingkup yang terbatas.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian diaspora adalah masa
tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia dan bangsa
tersebut tidak memiliki negara, misalnya bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri
pada tahun 1948.4

B. Sejarah Masa Diaspora Yahudi


Diaspora Yahudi (bahasa Ibrani: Tefutzah, "tersebar", atau Galut ‫גלות‬,
"pembuangan") merupakan penyebaran orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Secara
umum pengertian diaspora dianggap telah dimulai dengan pembuangan di Babel pada
597 SM, setelah sejumlah komunitas Yahudi Timur Tengah terbentuk pada waktu itu
sbg dampak dari kebijakan yang toleran dan kesudahan dijadikan pusat-pusat kehidupan
Torah dan Yudaisme yang penting selama abad-abad berikutnya. Kekalahan orang-
orang Yahudi pada Pemberontakan Akbar Yahudi pada tahun 70 dan Pemberontakan
Bar Kokhba pada 135 dalam menghadapi Kekaisaran Romawi merupakan salah satu
faktor penting yang menyebabkan akbarnya jumlah dan daerah pemukiman di diaspora,
karena banyak orang Yahudi yang tersebar setelah hilangnya negara mereka Yudea atau
dijual dalam perbudakan di seluruh kekaisaran.
Istilah ini juga digunakan - dalam pengertian rohani - untuk orang-orang
Yahudi yang nenek-moyangnya bertukar agama dengan agama-agama di luar Israel,
meskipun misalnya orang-orang itu tidak bisa dikata hidup di dalam pembuangan.

3
Imam Santoso, Diaspora: Globalisme, Keamanan, dan Keimigrasian, (Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2014), h.2.
4
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2012), h.325.
Secara historis, istilah diaspora digunakan untuk merujuk secara khusus kepada
penduduk Yahudi yang di buang dari Yudea pada 586 SM oleh Babel, dan Yerusalem
pada 135 M oleh kekaisaran Romawi. Istilah ini digunakan berganti-ganti untuk
merujuk kepada gerakan historis dari penduduk etnis Israel yang tersebar,
perkembangan budaya penduduk itu, atau penduduk itu sendiri.5
Baik orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Israel maupun orang-orang
Yahudi Diaspora lainnya punya sejarah penyerakan yang panjang ke seluruh penjuru
dunia. Lebih dari 2.700 tahun yang lalu, kerajaan Asiria kuno menaklukkan Samaria
(tahun 722 s.M.), ibu kota Israel kuno, dan mengusir 27.000 penduduknya sekitar 2.400
tahun yang lalu, kerajaan Babilonia kuno menawan dan mengasingkan penduduk
kerajaan Yehuda di selatan Israel kuno dari tanah leluhurnya (pada tahun 597 dan 586
S.M.). Sebagian kecil dari mereka di Babilonia kuno, setelahnya dikuasai kerajaan
Media-Persia kemudian diizinkan kembali ke Israel kuno, tapi sebagian besar dari
mereka kehilangan identitasnya, tetap tinggal di Babilonia kuno atau merantau ke Timur
sejauh China, Jepang, dan bahkan ke suatu kawasan di Sumatera sebagai penginjil. Pada
masa kekaisaran Roma kuno, jumlah total orang Yahudi di dalam dan di luar kekaisaran
itu antara 7 dan 8 juta orang; sekitar 75 persen dari mereka tinggal di luar kekaisaran
itu, termasuk di Babilonia kuno dan Mesir kuno. Ketika Kaisar Roma kuno, Vespasian,
dan puteranya, Titus, menghancurkan Yerusalem pada tahun 66 M dan 72 M, orang-
orang Yahudi di kota itu ditawan dan diserak-serakkan dengan paksa keberbagai
penjuru kekaisaran itu. Masa penyerakan atau penyebaran orang-orang Yahudi zaman
kuno itu dikenal dengan istilah diaspora dan galut. Diaspora mengacu pada penyerakan
mereka oleh Asiria kuno, Babilonia kuno, dan kemudian oleh berbagai bangsa lain di
Eropa, Afrika Utara, dan Asia keempat benua: Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Galut
mengacu pada penyerakan mereka secara paksa oleh Roma kuno zaman Vespasian dan
Titus. Akan tetapi, dalam sejarah perantauan orang Yahudi, istilah diasporalah yang

5
Eman Surachman, “Edukasi Migran Berkualitas dan Diaspora Indonesia: Dimensi Kependudukan dalam
Berkelanjutan Pembangunan”, Jurnal SPATIAL, Volume 9, Nomor 1, 2011, h.50-51.
lebih dikenal. Sehingga, orang-orang Yahudi perantauan lalu dikenal sebagai Yahudi
Diaspora.6

C. Masa Diaspora Pra-Romawi


Setelah kerajaan Yehuda dikalahkan oleh bangsa Khaldea pada 588 SM (lihat
pembuangan Babel), dan diangkutnya sejumlah akbar penduduknya ke lembah Sungai
Efrat, orang-orang Yahudi mempunyai dua titik berkumpul yang utama: Babel dan
Tanah Israel.
Meskipun biasanya orang Yahudi, khususnya keluarga-keluarga kaya, tinggal di
Babel, kehidupan mereka, di bawah rentetan pemerintahan dinasti Akhemenid,
Kekaisaran Seleukus, Partia, dan dinasti Sasani, suram dan tidak berarti secara politik.
Unsur yang paling miskin namun hidup dari orang-orang yang hidup di pembuangan ini
kembali ke Tanah Israel pada pemerintahan dinasti Akhemenid. Di sana, dengan
dibangunnya kembali Bait Suci Yerusalem sbg pusatnya, gugusan ini menata kembali
dirinya dijadikan sebuah komunitas, yang diwarnai oleh semangat keagamaan yang kuat
dan ikatan yang akrab dengan Torah, yang sejak itu dijadikan pusat identitasnya. Tak
lama kesudahan gugusan kecil ini makin lebih akbar dengan datangnya kelompok-
kelompok tambahan dari berbagai tempat, lalu bangkitlah suatu kesadaran akan dirinya
sendiri, dan mereka mulai berjuang untuk membentuk ikatan politik.
Setelah berbagai perubahan, khususnya yang disebabkan oleh pertikaian internal
dalam dinasti Seleukus di satu pihak, dan karena dukungan pihak Roma yang
berkepentingan di pihak lain, perjuangan kemerdekaan Yahudi akhir-akhirnya menang.
Di bawah para pangeran Hasmonea yang mula-mula merupakan imam luhur dan
kesudahan raja, negara Yahudi berjaya dan merebut sejumlah wilayah. Namun, tak lama
sesudah itu, terjadilah pertikaian di kalangan keluarga kerajaan. Ditambah dengan
ketidakpuasan yang kian lebih dari orang-orang yang saleh, jiwa bangsa itu, terhadap
para penguasa yang tidak lagi memperlihatkan penghargaan terhadap aspirasi sejati
bangsanya, menjadikan negara Yahudi itu mangsa yang empuk untuk ambisi-ambisi

6
Laevi dan Swedenburg, dalam Arie Setyaningrum, 2004, 182.
Roma, pengganti dinasti Seleukus. Pada 63 SM, Pompeyus menyerbu Yerusalem, dan
Gabinius memaksa orang-orang Yahudi membayar upeti.
1) Populasi diaspora awal
Pada pertengahan zaman ke-2 SM, penulis Yahudi yang mengarang buku ketiga
Oracula Sibyllina, cakap kepada "bangsa pilihan", katanya: "Setiap daratan penuh
dengan engkau, demikian pula setiap samudra." Saksi-saksi yang sangat beraneka
ragam, seperti misalnya Strabo, Filo, Seneca, pengarang Kisah para Rasul, dan Yosefus,
semuanya memberikan kesaksian terhadap kenyataan bahwa bangsa Yahudi tersebar di
seluruh bidang dunia yang dikenal pada waktu itu.
Raja Agripa I, dalam suratnya kepada Caligula, menyebutkan di selang provinsi-
provinsi yang dihuni oleh diaspora Yahudi hampir semua negara Helenis dan non-
Helenis di Timur. Penyebutan ini sama sekali tidak lengkap, karena Italia dan Kirene
tidak diikutsertakan. Penemuan epigrafi dari tahun ke tahun menambah jumlah dari
komunitas-komunitas Yahudi yang dikenal. Hanya aci sedikit sekali informasi
mengenai seberapa akbar sesungguhnya komunitas-komunitas Yahudi yang beraneka
ragam ini; dan informasi ini mesti diperlakukan dengan hati-hati. Setelah Tanah Israel
dan Babel, menurut Yosefus di Suriah terdapat populasi Yahudi yang paling padat;
khususnya di Antiokhia dan kesudahan di Damsyik. Di Damsyik inilah, pada waktu
terjadi pemberontakan akbar, 10.000 (menurut sebuah versi yang lain 18.000) orang
Yahudi dibantai. Filo menyebutkan bahwa jumlah orang Yahudi di Mesir mencapai
1.000.000 orang; seperdelapan dari seluruh populasinya. Dibandingkan dengan tempat-
tempat yang lain, Alexandria merupakan komunitas Yahudi yang paling penting. pada
masa Filo, orang Yahudi menghuni dua dari lima bidang kota itu. Menilai dari laporan-
laporan mengenai pembantaian besar-besaran pada 115, jumlah penduduk Yahudi di
Kirenaika di Siprus, dan di Mesopotamia tentunya juga akbar. Di Roma, pada
permulaan pemerintahan Kaisar Augustus, aci lebih dari 8.000 orang Yahudi. Inilah
jumlah yang mendampingi para utusan yang datang untuk menuntut digulingkannya
Arkhelaus. Akhirnya, bila jumlah orang-orang yang ditangkap oleh propraetor Flakus
pada tahun 62 benar-benar mewakili pajak didrakhma per kepala selama satu tahun,
barangkali bisa kita simpulkan dengan terjamin bahwa di Asia Kecil penduduk Yahudi
berjumlah 45.000 laki-laki, atau jumlah semuanyanya setidak-tidaknya 180.000 orang.
Bila laporan-laporan ini bisa dipercaya, tampaknya tidak terhindari bahwa
komunitas Yahudi yang begitu banyak di daerah-daerah seperti Alexandria tidak
seluruhnya terdiri dari emigran. Probabilitas akbar beberapa akbar dari mereka
merupakan orang-orang yang berubah agama dijadikan Yahudi. Perlu dikenal bahwa
sebelum kehancuran Bait Allah, komunitas Yahudi melakukan aktivitas yang
dipekerjakan misioner. Salah seorang terkenal yang dijadikan Yahudi merupakan
Herodes Luhur, seorang Idumaea.

D. Masa Diaspora Setelah Romawi

1. Yudea Dihancurkan Romawi


Di Roma Gapura Titus sedang berdiri, menggambarkan orang-orang Yudea
yang dijadikan budak dan barang-barang dari Bait Allah yang diangkut ke Roma.
Pemerintahan Romawi berlanjut hingga pecahnya pemberontakan pada 66-70, yang
berkesudahan dengan direbutnya Yerusalem dan dihancurkannya Bait Allah, pusat
kehidupan nasional dan keagamaan orang Yahudi di di seluruh dunia. Setelah bencana
ini, Yudea membentuk sebuah provinsi Romawi yang terpisah, yang dipimpin oleh
seorang wakil resmi pemerintah, pertama-tama sebagai "pro prætore," dan belakang,
"pro consule," yang juga merupakan panglima tentara pendudukan. Penghancuran total
atas Yerusalem, dan pembangunan sejumlah pemukiman Yunani dan Romawi di Yudea,
menunjukkan rencana buka pemerintah Romawi untuk mencegah regenerasi politis
negara Yahudi itu. Namun, 40 tahun kesudahan orang-orang Yahudi melakukan usaha
untuk merebut kembali kemerdekaan mereka yang telah hilang. Dengan hilangnya
Palestina, pertama-tama mereka berusaha membangun di atas persemakmuran
Helenisme di Kirene, Siprus, Mesir, dan Mesopotamia. Usaha-usaha ini dijalankan
dengan tegas, namun tidak ahli, dan ditindas oleh Trayanus (115-117); dan di bawah
Hadrianus nasib yang sama pun terjadi pada upaya terakhir dan agung dari orang-orang
Yahudi Palestina untuk merebut kembali kemerdekaan mereka (133-135). Sejak masa
ini, meskipun terdapat sejumlah gerakan yang tidak penting di bawah Antoninus,
Markus Aurelius, and Severus, orang-orang Yahudi di Palestina, yang kini jumlahnya
telah jauh menjadi kurang, miskin, dan kalah, kehilangan dominasi mereka di dunia
Yahudi. Orang-orang Yahudi tidak lagi mempunyai argumen untuk berpaut pada suatu
tanah cairan di mana kenangan akan masa lampau mereka yang luhur hanya
menciptakan gamaran yang lebih pahit dan memalukan tentang masa kini mereka, di
mana Yerusalem, dengan nama "Ælia Capitolina," sebuah koloni Romawi, telah
dijadikan kota yang sama sekali kafir, dan orang Yahudi sendiri dilarang memasukinya,
dengan ancaman hukuman mati.
2. Penyebaran Orang Yahudi
Penghancuran Yudea menimbulkan pengaruh yang menentukan terhadap
penyebaran orang Yahudi di seluruh dunia, karena pusat peribadahan berubah dari Bait
Allah kepada wibawa rabinik.
Beberapa orang Yahudi dijual sebagai budak atau diangkut sbg tawanan setelah
jatuhnya Yudea. Yang yang lain bergabung dengan diaspora yang sudah aci, sementara
yang yang lain lagi tinggal di Yudea dan mulai menyusun Talmud Palestina. Orang-
orang Yahudi yang hidup di diaspora pada umumnya diterima di dalam Kekaisaran
Romawi. Namun kebangkitan agama Kristen menyebabkan munculnya berbagai
pembatasan. Pengusiran paksa dan penganiayaan muncul di pusat-pusat internasional
kehidupan Yahudi yang seringkali dicari oleh komunitas-komunitas yang tersebar jauh.
Orang Yahudi tidak selalu bersatu, karena penyebaran mereka, yang pindah dari Yudea
ke Babel ke Spanyol ke Polandia ke Amerika dan akhir-akhirnya kembali ke Israel.
Pada Zaman Pertengahan, orang Yahudi dibagi dijadikan beberapa gugusan
regional yang pada masa kini biasanya diisikan ke dalam dua kelompok besar: orang
Yahudi Ashkenazi (orang Yahudi Eropa Utara dan Timur) dan orang Yahudi Sefardim
(orang Yahudi Spanyol, Mediterania, dan Timur Tengah). Pengelompokan ini
menggabungkan sejarah-sejarah yang paralel penganiayaan dan pengusiran paksa yang
sama-sama dialami yang akhir-akhirnya berpuncak pada peristiwa-peristiwa pada
zaman ke-20 yang menyebabkan terbentuknya Negara Israel.7

Awal mula berdirinya negara Israel yang pada masanya itu dimana akhirnya
Inggris memang benar-benar telah berhasil melakukan proses " yaudinasi" atas
Palestina, dan mengajukan pemikiran-pemikiran perlunya pembagian kekuasaan. Lalu
Inggris bersama para sekutunya menggunakan seluruh wibawa dan kekuatan materinya
di perserikatan bangsa-bangsa (PBB), sehingga mereka berhasil memperoleh dukungan
suara mayoritas. Inggris selalu mendeklarasikan bahwa dirinya akan segera menarik diri
dari Palestina pada tanggal 15 Mei 1948, di mana pada saat yang sama ia menyerahkan
Palestina kepada Yahudi setelah mereka benar-benar yakin bahwa kaum Yahudi di sana
dapat membentuk dan menguasai pemerintahan.
Negara-negara Arab pun segera memprotesnya dan berupaya untuk tetap
mempertahankan arabisme Palestina, hingga mengobarkan beberapa peperangan
melawan Yahudi. Namun kemudian perlawanan dan kobaran perang pun mulai redup
bersamaan dengan intervensi yang dilakukan oleh para imperialis terhadap bangsa-
bangsa Arab untuk menghentikan perang hingga beberapa waktu. Kesempatan ini tidak
disia-siakan oleh negara-negara imperialis barat yaitu dengan cara membekali dan
mempersenjatai Yahudi di Palestina, sehingga menyebabkan Yahudi memperoleh
kemenangan pada peperangan peperangan berikutnya.
Kesalahan bangsa Arab yang paling besar adalah dengan mempercayakan
kepemimpinan militer kepada para tentara Yordania, yang komandan tertingginya
dipegang oleh seorang bernama globe Pasya, seorang berkewarganegaraan Inggris yang
sudah tentu akan melakukan apa saja demi mendahulukan kepentingan ke negerinya
sendiri.
Demikianlah negara Israel berdiri dan Amerika pun segera mengakuinya,
bersama Rusia dan negara-negara barat. Orang-orang Yahudi di Israel bergegas
membereskan peran orang-orang Arab di sana,serta merampas semua harta benda dan

7
Sergio DellaPergola, Yehezkel Dror, and Shalom S. Wald. Annual Assessment 2005: A Rapidly
Changing World. Jerusalem: Jewish People Policy Planning Institute. (Summary, pdf)
jabatan mereka. Orang-orang Yahudi melontarkan para pengungsi Palestina, dan
membiarkan pula mereka hidup di perkemahan di tengah-tengah pasir. Israel pun
menolak secara terang-terangan keputusan dan resolusi PBB yang mewajibkan
melindungi dan memberi bagi para pengungsi. Pada tahun 1966, Israel bersekutu
dengan Perancis dan Inggris untuk memerangi Mesir.8
3. Diaspora Dalam Kehidupan Yahudi
Selang penghancuran Yudea oleh kekaisaran Romawi dengan pembentukan
kembali sebuah negara Yahudi, yaitu Israel pada 1948, semua orang Yahudi dianggap
hidup di Diaspora. Masa ini, istilah ini digunakan untuk mengacu kepada orang-orang
Yahudi yang hidup di luar Israel.
Berbagai pembuangan dan penganiayaan maupun kondisi dan kesempatan
politik dan ekonomi memengaruhi jumlah dan dinamika diaspora Yahudi. Pada 2005,
jumlah terbesar orang Yahudi hidup di Amerika Serikat (5.280.000), Kesan Uni Soviet
(1.000.000), Perancis (494.000), Argentina (395.000) Kanada (372.000), dan Britania
Raya (298.000).9

8
Prof Dr. Syalabi, Sejarah Yahudi dan Zionisme, Alih bahasa Anang Rikza Masyhadi, dkk. (Jakarta: CV
Arti Bumi Intaran, 2005), hlm.82-83.
9
Sergio DellaPergola, Yehezkel Dror, and Shalom S. Wald. Annual Assessment 2005: A Rapidly
Changing World. Jerusalem: Jewish People Policy Planning Institute. (Summary, pdf)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa diaspora yahudi bahwasannya
diaspora berasal dari bahasa Yunani kuno (586 SM) yang berarti penyebaran atau
penaburan benih. Kata itu mulanya digunakan bangsa Yunani untuk merujuk warga
kerajaan yang bermigrasi ke suatu daerah jajahan untuk tujuan membuat koloni demi
mengasimilasi wilayah itu ke dalam wilayah kerajaan. Kata itu juga muncul dalam
Kitab Perjanjian Lama untuk merujuk orang Yahudi yang dibuang dari Jerusalem.Pada
perkembangannya, kata diaspora pun akhirnya digunakan beberapa bangsa Eropa, mulai
Inggris, Prancis, hingga Jerman. Secara umum, mereka mengartikan diaspora sebagai
penyebaran. Namun, seiring dengan perkembangan budaya di sana, diaspora akhirnya
tidak hanya digunakan untuk mewakili konsep penyebaran, tetapi juga mengandung arti
lain, yang sebenarnya masih mempunyai keterikatan.

B. Kritik dan Saran


Sebagai seorang manusia tentunya mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Oleh sebab itu, dalam memandang segala sesuatu penulis sarankan
agar dengan hati yang jernih sehingga mudah bagi kita menerima kebenaran,
karena segala sesuatu mempunyai manfaat. Dan juga, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna seperti kata pepatah tak ada gading
yang tak retak, oleh sebab itu penulis masih memerlukan banyak masukan yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
yang akan datang.
KEPUSTAKAAN

Prof Dr. Syalabi, Sejarah Yahudi dan Zionisme, Alih bahasa Anang Rikza Masyhadi,
dkk. (Jakarta: CV Arti Bumi Intaran, 2005).
Imam Santoso, Diaspora: Globalisme, Keamanan, dan Keimigrasian, (Bandung:
Pustaka Reka Cipta, 2014).
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2012).
Eman Surachman, “Edukasi Migran Berkualitas dan Diaspora Indonesia: Dimensi
Kependudukan dalam Berkelanjutan Pembangunan”, Jurnal SPATIAL, Volume 9,
Nomor 1, 2011.
Laevi dan Swedenburg, dalam Arie Setyaningrum, 2004.
Sergio DellaPergola, Yehezkel Dror, and Shalom S. Wald. Annual Assessment 2005: A
Rapidly Changing World. Jerusalem: Jewish People Policy Planning Institute.
(Summary, pdf).

Anda mungkin juga menyukai